Selanjutnya Cecep ikut nimblung, “Udahlah, Dyt … jangan hiraukan dia, nanti kamu pingsan lagi kayak siang tadi. Kita pergi aja dari sini yuk nyari tempat lain!”
Aldo jelas tidak menyukai cara Cecep ini, dia sedang berbicara serius dengan Dyta, apa maksudnya pria itu malah mengajak Dyta pergi. Dia seketika murka.
“Heh, kau! Jangan kau pikir kau sudah menang berhasil mendapatkan Dyta! Atau semua ini juga karanganmu, huh!” bentak Aldo mengangkat kerah pakaian Cecep cukup tinggi.
Plak!
Sebuah tamparan keras mendarat di pipi Aldo yang tentu saja dilakukan oleh Dyta, membuat Aldo terkejut bukan main.
“Apa-apaan ini, kau menamparku?”
“Iya! Dan itu pantas buat pria brengsek sepertimu!” Air mata bahkan telah membasahi pipi Dyta saat itu, diusapnya cepat.
“Denger, jangan pernah memperlihatkan wajahmu lagi di depanku setelah ini. Aku benci banget sama kamu!” Bahkan buat menyebut
Bagaimana Aldo tidak murka? Setelah menghancurkan masa depan Alya, sekarang pria itu justru menghancurkan hubungannya dengan Dyta, terlebih membuat Dyta pingsan. Entah hukuman apa yang pantas untuknya.Ya, semua memang kerjaan Cecep. Pada saat Aldo sedang menjalankan apa yang dia pinta yakni menjauhi Dyta demi keselamatan Bagas, dia memanfaatkan waktu itu untuk memfitnah Aldo. Sementara soal foto mesra itu tentu saja ia dapatkan dari Recky dan Robert.Tujuannya sendiri tentu karena dia ingin merebut Dyta dari Aldo. Termasuk semua yang dilakukannya selama ini juga hanya karena Dyta.Selama ini dia mencintai Dyta. Dia menyukai perempuan itu sejak SMA, sampai-sampai melakukan segala hal, salah satunya adalah menyamar sebagai orang miskin karena mengetahui Dyta lebih menyukai bergaul dengan pria sederhana. Bahkan dia rela dibully di kampus oleh orang-orang, dia tak peduli asal bisa selalu bersama-sama dengan Dyta.Sialnya Dyta salah paham soal ini. Dia
Entahlah, Aldo seakan tak percaya pada perasaan Dyta terhadapnya saja, juga seperti begitu meremehkan perempuan itu layaknya wanita murahan yang dengan mudahnya berpindah hati. Namun apapun itu, Dyta tetap saja sedang terluka, dia takut Dyta menjadi lemah hati dan takhluk pada Cecep.Dia tak mau semua itu terjadi, Dia harus merebut kembali Dyta sebelum semuanya menjadi terlambat. Lebih baik mencegahnya, daripada kedepannya semakin ribet seadainya Dyta benar-benar menerima lamaran Cecep.Dave dan Aldo sudah tiba di restoran yang dimaksud sekarang ini, ternyata mereka tidak diperbolehkan masuk karena Cecep telah membooking restoran itu."Tapi kami ada perlu dengan orang yang membooking tempat ini, biarkan kami masuk!" Aldo agak memaksa."Kalau begitu Anda bisa tinggalkan pesan pada kami apa yang ingin Anda sampaikan, nanti kami akan menyampaikannya pada tamu kami," tanggap pelayan yang berjaga di depan."Tidak bisa, ini hal penting. Harus ngomong sam
Pada saat melewati samping restoran, mereka justru harus menunduk karena ternyata mereka melihat Cecep dan Dyta di dalam sana.Tepatnya suara Cecep yang mengejutkan Aldo dan Dave, dikarenakan jendela di dekat pasangan tersebut duduk dalam keadaan terbuka. Hal itu juga merupakan permintaan Cecep katanya biarkan angin masuk agar suasana semakin romantis.Untungnya Dyta dan Cecep tidak melihat keberadaan mereka, sebab Cecep duduk membelakangi mereka, sedangkan Dyta menyamping.“Kenapa kita mesti sembunyi, bukannya kita akan mencegah lamaran itu,” protes Aldo tiba-tiba.Suaranya yang dapat terdengar hingga ke kuping Cecep jelas menarik perhatian.“Siapa disana?” teriak Cecep seketika. Dave langsung menutup mulut Aldo saat akan bersuara lagi.Selanjutnya suasana agak mencekam karena terdengar suara kursi yang bergeser, Dave dan Aldo bisa menebak pasti karena Cecep beranjak dari tempat duduknya hendak menghampiri jendela, j
“Sabarlah sebentar lagi, Tuan … bukankah ini juga saat yang tepat buat mengetahui sebesar apa cinta nona terhadap Anda? Lagipula saya yakin, nona tidak mungkin menerima dia.”“Jika dipikir-pikir ada benarnya juga,” batin Aldo akhirnya kembali mengurungkan niat menampakkan diri. “Baiklah, tunggu sebentar lagi.”Namun sedetik kemudian, pikirannya kembali terganggu.“Tapi gimana kalau Dyta beneran terima lamaran bajingan itu, Dave?” lontarnya panik.“Maka saat itu juga kita akan menampakkan diri, lalu menjelaskan semua kesalahpahaman yang ada.”Aldo memiringkan kepalanya, merasa ini juga ide bagus, akhirnya dia pun sekali lagi menuruti perkataan Dave. Walau sempat berdebat, tapi mereka tidak ketinggalan sedikitpun percakapan Dyta dan Cecep. Sebab pasangan itu hanya diam saja setelah tanggapan Dyta tadi.“Sebenarnya selama ini aku … suka sama kamu. Aku cinta sama kam
Karena Dyta tak kunjung melanjutkan kalimatnya, Cecep menjadi sedikit tidak sabar. Dia mencoba memancing pembicaraan, “Jadi, apa kamu akan terima lamaranku?”Walau dia sendiri sebenarnya sama sekali tidak yakin. Namun kali ini dia berhasil membuat Dyta menanggapi segera. Sedangkan Aldo memilih memejamkan matanya saat itu, dia benar-benar takut mendengar jawaban Dyta, bahkan sampai menutup kupingnya.“Maafkan aku, Cep … aku nggak bisa.”Tepat seperti tebakan Cecep, pria itu terlihat kecewa tapi tetap berusaha tersenyum.“Nggak apa-apa, Dyt. Mungkin belum sekarang, aku akan memberimu waktu untuk berpikir. Kamu boleh kasih aku jawaban lagi kalau kamu berubah pikiran,” lirih Cecep.Sedangkan di luar sana, Dave yang kegirangan.“Saya bilang juga apa, nona tidak mungkin menerima pria itu!”“Hah, apa maksudmu, Dave? Jadi Dyta menolak lamaran itu?”Dave melengkungkan al
“Nggak, Cep. Aku sudah putuskan buat membesarkan anak ini sendirian. Aku tidak akan menikah jika bukan dengan ayahnya,” lirih Dyta mengusap-usap perutnya, buliran bening menetes membasahi pipi.Kali ini Aldo sudah tak tahan lagi, dia bergegas keluar dari tempat persembunyian, dia akan sungguh-sungguh menampakkan diri di hadapan pasangan itu. Dave juga tak lagi menahannya, membiarkan dia melakukan apa yang hendak dia lakukan.“Siapa bilang kau boleh membesarkan anak itu sendirian? Aku tidak akan membiarkanmu melakukan semua itu!” lontar Aldo lantang membuat Dyta terpelanggat.“Kau! Jadi yang tadi itu kau rupanya?!” Cecep tampak murka, wajahnya memerah padam sampai-sampai beranjak dari posisi duduknya.Aldo tak memedulikan pria itu, dia segera meloncat masuk kedalam sana melalui jendela. Kemudian mendekati Dyta yang masih terbengong.“Mau apa kau kesini? Kau lihat, kau membuat Dyta menangis! Cepat pergi dari
“Jangan dengarkan dia, Dyt. Kita kan udah saling kenal sejak lama, bahkan sebelum ada dia, kamu sama aku udah sahabatan duluan, kamu pasti lebih percaya sama aku, kan?”Bagi Dyta kalimat Cecep ini justru terdengar aneh, tapi dia tidak ingin menanggapinya, hanya tersenyum canggung saja.Padahal diam-diam otaknya bekerja keras merenungkan apa yang dikatakan Aldo. Jika memang itu foto lama, lalu bisa muncul lagi sekarang ini, apa sungguh ada hubugannya dengan Cecep?Namun yang paling menarik perhatian adalah Cecep memang penuh dengan misteri, bukannya dia pria miskin, tapi bagaimana bisa menyewa restoran semewah ini hanya untuk mereka berdua saja. Dyta semakin curiga saja. Mungkin dia perlu menyelidikinya.Apapun itu, Dyta tetap berlalu dari hadapan Aldo dan Dave yang kemudian ikut meloncat masuk ke dalam restoran. Dia belum akan memaafkan Aldo untuk saat ini, lebih memilih pergi bersama Cecep. Sebelum berlalu dia bahkan sempat menyangkal bahwa a
Tidak tahu kenapa, Aldo merasa sangat tidak nyaman usai kepergian Cecep dan Dyta. Ia tiba-tiba mencemaskan keselamatan Dyta, hingga dia pun mengajak Dave membuntuti mereka. Jika saja dia mengetahui apa yang sedang terjadi dengan mereka saat ini.Dyta masih memberontak di dalam mobil Cecep, “Apa-apaan ini, Cep? Kita bisa celaka! Pelankan mobilmu!”“Tidak masalah, mati bersamamu jauh lebih baik ketimbang melihatmu bersama orang lain.”“What? Kau sudah gila, Cep!”“Iya, aku memang sudah gila! Gila karena kau!”“Kau pasti tidak tau kan betapa menderitanya aku selama ini? Harus melihatmu bersama bajingan itu! Segala cara aku lakukan buat memisahkan kalian, tapi kalian tetap lengket bagaikan perangko dengan amplop.”Kalimat tersebut begitu menarik perhatian Dyta, lalu bergegas menyelidiki apa yang dimaksudkan Cecep. Pria itu kembali terbahak, kali ini sangat keras menggema memenuhi seisi