Aldo dan Dyta berada di kontrakan Dyta saat ini, mereka barusan tiba, Aldo langsung melanjutkan langkahnya menuju sofa, sementara Dyta sedang menutup pintu. Selang 2 menit ia baru menyusul Aldo membawa segelas kopi yang masih mengeluarkan asap atas permintaan Aldo sendiri.
Dari kejauhan, Dyta menggeleng-geleng lemah sambil melengkungkan alis, ekspresinya agak sedih, pasalnya ketika itu ia melihat Aldo sedang menyurutkan api pada ujung cigaret yang terjepit di bibirnya.
Sudah lama sekali Aldo membuang kebiasaan kurang baiknya ini, yakni sejak ia dekat dengan Dyta sekitar 5 tahun lalu. Dyta yang memintanya menghentikan kebiasaan tersebut karena menurutnya tidak baik untuk kesehatan. Tak disangka, ternyata Aldo mau mendengarkan pendapatnya.
Baru beberapa hari ini Aldo memulai lagi aktivitas tersebut. Jujur saja Dyta jadi sedikit kecewa dan sedih, tapi dia tidak marah. Dyta seorang gadis dewasa yang bijak sana. Jika Aldo seperti ini pasti ada penyebabnya, yang perlu
Drrrt … drrtt ….Ponsel Aldo bergerak lincah di atas meja, bergeser ke kiri dan kanan karena getaran, nada deringnya seakan beradu dengan suara televisi. Dyta melirik layar yang menyala itu, yang menghubungi Aldo tentu saja Erlan.“Kenapa nggak diangkat, Do? Kasihan papi kamu.” Ia tak tahan, dan mencoba membujuk Aldo.Aldo mengusap-usap keningnya sendiri, lalu telapak tangannya itu turun ke area hidung dan menyangga kepalanya di sana, ia nampak termenung sejenak hingga pada akhirnya tetap meraih gawai di atas meja mendengarkan nasehat Dyta.“Halo ….”“Papi sama Mami tidak perlu banyak pikir, Aldo akan mengatasi semua ini,” lontarnya sambil menyisir rambut ke belakang dengan jemarinya.“Iya udah, Pi … Mi … Aldo ngantuk nih, mau tidur,” bohongnya kemudian.“Papi sama Mami juga tidur gih, udah malam. Bye!”Tit!Pada akhirnya dia t
“Halo ….”Perlahan matanya membesar saat mendengar jawaban dari seberang. Ternyata yang menghubunginya adalah Naila, manajer Luxury. Entah nomor siapa yang dia gunakan.Dari suaranya, Naila nampak sangat panik, ia mengatakan Luxury sedang mengalami masalah, sopir mereka menabrak orang di jam kerja menggunakan mobil hotel hingga meninggal. Parahnya yang ditabrak ternyata anak pejabat, orang tuanya tidak terima dan mengancam akan mencabut ijin perhotelan mereka.“Kapan kejadiannya, Nai?”“Barusan ya berarti.” Aldo melirik jam tangannya, baru menunjukkan pukul 10.35 sedangkan Naila bilang padanya kejadian tersebut terjadi pada jam 10 kurang.“Baiklah, kamu tenang dulu … aku akan hubungi Jonathan biar tangani kasus ini sekalian,” tutup Aldo.Ia lalu bergegas menghubungi Jonathan yang tak lain adalah pengacaranya, sesuai dengan janjinya pada Naila.Sudah terjatuh, ketimpa tangga
Menghening sejenak, giliran Dave yang berbicara.“Sebenarnya saya datang kesini membawa sebuah berita penting mengenai kasus keracunan di Royal Morgan ….”Aldo sontak menatapnya serius antara percaya dan tidak, ketika sedang mabuk seperti ini instingnya justru lebih positif, ia bisa melihat ketulusan Dave dalam menyampaikan kalimat tersebut padanya.Namun, gengsinya tetap saja setinggi langit. Bukannya segera menanyakan Dave tentang kelanjutannya, justru tangannya yang bergerak merebut gelas dan botol minuman keras dari tangan Dave secepat kilat. Lalu melanjutkan aktivitas menuang minuman yang sempat tertunda.Glek … glek … glek ….Ia meneguk segelas penuh alkohol cepat-cepat sampai gelas itu kosong. Dave membiarkannya mengulangi aktivitasnya itu hingga 3 kali berulang, pada akhirnya Aldo tumbang di atas meja karena tubuhnya sudah tidak kuat lagi.***Pagi ini, suara orang muntah memenuhi seisi
“Sebenernya, Dave diam-diam menyelidiki semua itu. Dia bilang sepertinya produk kita sengaja dipalsukan oleh pihak tak bertanggung jawab ….”Dyta sudah seperti penyambung lidah Dave saja, sebab Aldo tak ingin mendengarkan penjelasannya jadi Dave memilih bercerita pada Dyta, dan meminta agar perempuan itu menyampaikan pada Aldo.Jangankan Dave sendiri yang berbicara dengannya, sedangkan mendengar Dyta menyebut nama pria itu saja wajah Aldo seketika berubah.“Dia lagi … dia lagi …,” dengus Aldo mulai kesal. Padahal awalnya dia setuju dengan pendapat Dyta.“Bisa nggak kamu jangan menyebut namanya di depanku lagi?”“Tapi, Do ….”Mendapatkan Dyta yang begitu membela Dave, semakin membuatnya muak.“Oh … jadi kamu lebih membelanya sekarang? Atau juga udah kamu diracuni olehnya, huh?”Dyta baru akan membuka mulut untuk membela diri, tapi Aldo
Aldo menuruti perintah Erlan, tangannya itu reflek mematikan panggilan tanpa pemberitahuan lebih dulu. Ia lalu bergegas mengusap layarnya lincah mencari pesan yang dikirimkan papinya. Dia memang menemukan video yang dimaksud Erlan, dan membukanya cepat.Di dalam video itu terdapat seorang perempuan yang sedang menjelaskan kronologi tentang anaknya yang keracunan setelah mengkonsumsi bakso keluaran Royal Morgan, Aldo tak memedulikan kalimat yang terlontar dari mulutnya, ia justru mempercepat video untuk mencari bagian dimana perempuan tersebut memperlihatkan bungkusan produk. Setelah menemukan, Aldo mem-pause video dan memperhatikan bungkusan secara saksama.“Apa yang aneh?” gumam Aldo menggaruk-garuk atas alis sebelah kanannya. Pasalnya sekian detik ia tidak menemukan perbedaan yang dimaksud.Ia lalu mencoba memperbesar gambar agar dapat melihat lebih jelas lagi, akan tetapi detik-detik selanjutnya dia tetap tidak menemukan kejanggalan yang dimaksud
Akhirnya Aldo bisa bernapas sedikit lega sekarang. Walau urusan belum sepenuhnya selesai, tapi setidaknya ia telah menemukan penyebab masalah besar ini. Selanjutnya dia hanya perlu menunggu laporan dari Jonathan saja. Dia sangat yakin, sebentar lagi semua akan segera beres.Senyuman yang sempat hilang selama beberapa pekan, akhirnya terlihat di wajah Aldo. Dia tampak lebih ceria, tubuhnya juga terasa membaik seketika. Sebenarnya terlintas di pikirannya mengenai jasa Dave dalam hal ini, tapi dia masih keras kepala untuk yang satu ini, ditepisnya segera bayangan mantan asistennya itu.Saat masalah paling berat teratasi ternyata cukup berpengaruh terhadap semangatnya dalam mengurus masalah-masalah lainnya juga. Ia tiba-tiba kepikiran tentang Luxury. Aldo terlihat mengangguk-angguk.“Aku akan berusaha mempertahankan Luxury!”Kabarnya ijin operasi Luxury akan dicabut sejak hari ini, Naila mengabarinya semalam, hal itulah yang menyebabkan dia berakh
Ting!Notifikasi pesan membuyarkan lamunan Aldo, diraihnya lesu ponsel di dashboard. Namun nomor yang terpampang di layar mengubah total ekspresinya. Ternyata Dave yang mengirimkan dia pesan.Walaupun dia telah menghapus nomor pria itu, tapi tentu dia masih menghafalnya. Belasan tahun Dave mengabdi untuk keluarga Eduard, mana mungkin dia bisa dengan muda melupakan nomor ponselnya.Aldo mengusap kasar wajahnya, ragu hendak membuka pesan tersebut atau tidak. Awalnya ia ingin menghapus pesan itu, tapi rasa penasarannya membuncah. Lagipula dia juga tidak bisa memungkiri Dave turut membantunya menyelesaikan urusan Royal Morgan.Entahlah, dia tak ingin mengakui jasa Dave dalam hal itu dengan berpikir yang menemukan keganggalan tersebut adalah papinya, tapi tetap saja ide lambang ajaib berasal dari Dave.Terbengong beberapa detik menatap lurus pada layar, akhirnya dia tetap membuka pesan tersebut, dan menyimaknya. Isinya justru lebih mencengangkan lagi.
“Hei, Bro … lama tak jumpa kayaknya kamu makin meninggi,” olok Aldo saat melihat sosok Revan yang tinggi jangkung.Revan keturunan blasteran, papanya asli Inggris, sedangkan mamanya asli Indonesia, dia mengikuti gen papanya sehingga bertubuh tinggi semapai.Revan terkekeh mendengar ejekan tersebut, “Sialan lu … dari dulu memang udah setinggi ini!” kilahnya.Kedua sahabat itu kemudian saling berpelukan melepas rindu singkat saja.“Denger-denger kamu udah jadi daddy sekarang? Wuih, keren!” puji Aldo. Revan nampak mesam-mesem.“Gitulah, Bro … waktu itu mau ngundang kamu, tapi nomormu nggak bisa dihubungi. Terus juga nggak tau di mana keberadaanmu. Sorry ya.”“Nggak masalah. Santai aja, Bro.”“Aku turut sedih soal kebangkrutan keluargamu. Pas tau tentang itu, aku pergi mencarimu, tapi rumah kalian udah disita sama bank.”“Santai aja,