Menghening sejenak, giliran Dave yang berbicara.
“Sebenarnya saya datang kesini membawa sebuah berita penting mengenai kasus keracunan di Royal Morgan ….”
Aldo sontak menatapnya serius antara percaya dan tidak, ketika sedang mabuk seperti ini instingnya justru lebih positif, ia bisa melihat ketulusan Dave dalam menyampaikan kalimat tersebut padanya.
Namun, gengsinya tetap saja setinggi langit. Bukannya segera menanyakan Dave tentang kelanjutannya, justru tangannya yang bergerak merebut gelas dan botol minuman keras dari tangan Dave secepat kilat. Lalu melanjutkan aktivitas menuang minuman yang sempat tertunda.
Glek … glek … glek ….
Ia meneguk segelas penuh alkohol cepat-cepat sampai gelas itu kosong. Dave membiarkannya mengulangi aktivitasnya itu hingga 3 kali berulang, pada akhirnya Aldo tumbang di atas meja karena tubuhnya sudah tidak kuat lagi.
***
Pagi ini, suara orang muntah memenuhi seisi
“Sebenernya, Dave diam-diam menyelidiki semua itu. Dia bilang sepertinya produk kita sengaja dipalsukan oleh pihak tak bertanggung jawab ….”Dyta sudah seperti penyambung lidah Dave saja, sebab Aldo tak ingin mendengarkan penjelasannya jadi Dave memilih bercerita pada Dyta, dan meminta agar perempuan itu menyampaikan pada Aldo.Jangankan Dave sendiri yang berbicara dengannya, sedangkan mendengar Dyta menyebut nama pria itu saja wajah Aldo seketika berubah.“Dia lagi … dia lagi …,” dengus Aldo mulai kesal. Padahal awalnya dia setuju dengan pendapat Dyta.“Bisa nggak kamu jangan menyebut namanya di depanku lagi?”“Tapi, Do ….”Mendapatkan Dyta yang begitu membela Dave, semakin membuatnya muak.“Oh … jadi kamu lebih membelanya sekarang? Atau juga udah kamu diracuni olehnya, huh?”Dyta baru akan membuka mulut untuk membela diri, tapi Aldo
Aldo menuruti perintah Erlan, tangannya itu reflek mematikan panggilan tanpa pemberitahuan lebih dulu. Ia lalu bergegas mengusap layarnya lincah mencari pesan yang dikirimkan papinya. Dia memang menemukan video yang dimaksud Erlan, dan membukanya cepat.Di dalam video itu terdapat seorang perempuan yang sedang menjelaskan kronologi tentang anaknya yang keracunan setelah mengkonsumsi bakso keluaran Royal Morgan, Aldo tak memedulikan kalimat yang terlontar dari mulutnya, ia justru mempercepat video untuk mencari bagian dimana perempuan tersebut memperlihatkan bungkusan produk. Setelah menemukan, Aldo mem-pause video dan memperhatikan bungkusan secara saksama.“Apa yang aneh?” gumam Aldo menggaruk-garuk atas alis sebelah kanannya. Pasalnya sekian detik ia tidak menemukan perbedaan yang dimaksud.Ia lalu mencoba memperbesar gambar agar dapat melihat lebih jelas lagi, akan tetapi detik-detik selanjutnya dia tetap tidak menemukan kejanggalan yang dimaksud
Akhirnya Aldo bisa bernapas sedikit lega sekarang. Walau urusan belum sepenuhnya selesai, tapi setidaknya ia telah menemukan penyebab masalah besar ini. Selanjutnya dia hanya perlu menunggu laporan dari Jonathan saja. Dia sangat yakin, sebentar lagi semua akan segera beres.Senyuman yang sempat hilang selama beberapa pekan, akhirnya terlihat di wajah Aldo. Dia tampak lebih ceria, tubuhnya juga terasa membaik seketika. Sebenarnya terlintas di pikirannya mengenai jasa Dave dalam hal ini, tapi dia masih keras kepala untuk yang satu ini, ditepisnya segera bayangan mantan asistennya itu.Saat masalah paling berat teratasi ternyata cukup berpengaruh terhadap semangatnya dalam mengurus masalah-masalah lainnya juga. Ia tiba-tiba kepikiran tentang Luxury. Aldo terlihat mengangguk-angguk.“Aku akan berusaha mempertahankan Luxury!”Kabarnya ijin operasi Luxury akan dicabut sejak hari ini, Naila mengabarinya semalam, hal itulah yang menyebabkan dia berakh
Ting!Notifikasi pesan membuyarkan lamunan Aldo, diraihnya lesu ponsel di dashboard. Namun nomor yang terpampang di layar mengubah total ekspresinya. Ternyata Dave yang mengirimkan dia pesan.Walaupun dia telah menghapus nomor pria itu, tapi tentu dia masih menghafalnya. Belasan tahun Dave mengabdi untuk keluarga Eduard, mana mungkin dia bisa dengan muda melupakan nomor ponselnya.Aldo mengusap kasar wajahnya, ragu hendak membuka pesan tersebut atau tidak. Awalnya ia ingin menghapus pesan itu, tapi rasa penasarannya membuncah. Lagipula dia juga tidak bisa memungkiri Dave turut membantunya menyelesaikan urusan Royal Morgan.Entahlah, dia tak ingin mengakui jasa Dave dalam hal itu dengan berpikir yang menemukan keganggalan tersebut adalah papinya, tapi tetap saja ide lambang ajaib berasal dari Dave.Terbengong beberapa detik menatap lurus pada layar, akhirnya dia tetap membuka pesan tersebut, dan menyimaknya. Isinya justru lebih mencengangkan lagi.
“Hei, Bro … lama tak jumpa kayaknya kamu makin meninggi,” olok Aldo saat melihat sosok Revan yang tinggi jangkung.Revan keturunan blasteran, papanya asli Inggris, sedangkan mamanya asli Indonesia, dia mengikuti gen papanya sehingga bertubuh tinggi semapai.Revan terkekeh mendengar ejekan tersebut, “Sialan lu … dari dulu memang udah setinggi ini!” kilahnya.Kedua sahabat itu kemudian saling berpelukan melepas rindu singkat saja.“Denger-denger kamu udah jadi daddy sekarang? Wuih, keren!” puji Aldo. Revan nampak mesam-mesem.“Gitulah, Bro … waktu itu mau ngundang kamu, tapi nomormu nggak bisa dihubungi. Terus juga nggak tau di mana keberadaanmu. Sorry ya.”“Nggak masalah. Santai aja, Bro.”“Aku turut sedih soal kebangkrutan keluargamu. Pas tau tentang itu, aku pergi mencarimu, tapi rumah kalian udah disita sama bank.”“Santai aja,
“Iya sudah, kalau memang ingin dilanjutkan silahkan! Tapi jangan menyesal karena aku terpaksa harus mengurus semua ini!”“Ayo, Do … kita pergi dari sini!” Tak lupa ia melibatkan Aldo.Ekspresinya itu begitu serius, Aldo tak akan mengira bahwa dia sedang bercanda.Tentu sang pejabat bagai kebakaran jenggot melihat Revan dan Aldo yang sudah beranjak dari tempat duduk, bersiap-siap untuk pergi. Akan tetapi masalahnya dia masih belum rela melepaskan Aldo begitu saja.Jika dia terus berkeras hati juga akan sangat berbahaya. Berhadapan dengan Revan semua urusan akan jadi panjang, bisa-bisa segala kebusukannya selama ini terbongkar, seperti masalah korupsi misalnya … Revan tak akan segan-segan mengungkapnya.“Aish!” Pejabat tersebut nampak memijat kening.Kegelisahan terlihat jelas, mengerutkan wajah, menggigit sudut bibir, lalu pada akhirnya ia harus bersuara segera sebelum kedua pria muda di
Atau ….Kata pepatah, habis gelap terbitlah terang, habis hujan muncul pelangi, seperti inilah yang dialami Aldo. Kejutan besar itu adalah, usai kasus pemalsuan produk yang menyebabkan omset Royal Morgan turun drastis, sekarang justru omset mereka naik pesat. Melambung tinggi 3 kali lipat dari kondisi normal.Luar biasa!Bukan tanpa alasan. Hal ini dipicu oleh kemunculan Aldo di depan publik. Ini merupakan kali pertama Aldo menampakkan diri di depan layar sebagai seorang pemimpin Royal Morgan, akhirnya dunia mengetahui siapa Presdir perusahaan fenomenal tersebut, wajahnya yang tampan menjadi sorotan, khususnya di mata kaum hawa."Duh … kalau pemiliknya ganteng gini, tiap hari makan bakso sama nugget juga nggak apa-apa deh, nggak akan bosen!""Ternyata presdir Royal Morgan seganteng ini, nyesel gue nggak langganan produk mereka sejak dulu. Habis ini beli ah, siapa tau dapat jackpot bisa ketemu langsung sama pemiliknya gitu!"
Semua orang tahu, sedekat apa Dave dengan keluarga Eduard, di hari spesial begini tentu tidak heran jika Erlan mengundangnya. Seharusnya Aldo juga tidak perlu merasa aneh, hanya saja saat ini hubungannya dengan Dave sedang tidak baik, jadi kesannya agak berlebihan saja Erlan mengundang mantan asistennya ini tanpa meminta persetujuan darinya sama sekali.Usai berkata, Erlan mengangguk pada Alya agar membawa Bagas menjauh, Alya tentu mengerti apa artinya itu. Bukan hanya mengajak putranya, tapi Dyta juga.“Kak Dyta, kita ke dapur yuk ketemu mami!”Dyta yang cukup peka segera mengiyakan, mereka bertiga pun berlalu menuju dapur. Kini menyisakan Aldo, Erlan, dan Dave di ruang tamu. Pembicaraan serius pun segera berlangsung.“Duduk, Do!” pinta Erlan sambil merebahkan diri duduk di seberang Dave. “Kamu juga, Dave … tidak perlu sungkan.”“Terima kasih, Tuan.”Namun ia menunggu Aldo duduk lebih d