Ratna menelan salivanya beberapa kali. Rasanya dia ingin menyerang Rangga, tapi, status dirinya sebagai seorang wanita bersuami, membuat dia menahan diri.
Ratna duduk di sisi Rangga, wajahnya mencerminkan kesedihan dan kelelahan. Dengan suara gemetar, dia mulai berbicara tentang beban yang dia tanggung selama puluhan tahun menjadi istri Rahul. Air mata tak terbendung mengalir saat dia menceritakan bagaimana hatinya sangat terluka karena sifat Rahul yang suka bermain dengan perempuan lain. Setiap kali dia mencoba melupakan dan memaafkan dan Rahul berjanji tidak akan selingkuh lagi, Rahul kembali ketahuan selingkuh. Itu membuat luka di hati Ratna itu terasa semakin dalam. Dia merasa tertekan, kesepian, dan merasa bahwa cintanya dianggap enteng oleh Rahul. Rangga mendengarkan dengan penuh pengertian. Dia memberanikan diri untuk menggenggam tangan Ratna erat-erat, memberikan dukungan dan ketenangan yang sangat Ratna butuhkan. Ratna berkata sambil menahan tangis, "Rangga, aku sudah beberapa kali mencoba meninggalkan Rahul, tapi dia selalu menolak berpisah. Dia bilang akan berubah, tapi sepertinya dia tak pernah sungguh-sungguh melakukannya." Rangga memegang tangan Ratna semakin erat. "Aku tahu ini sangat sulit bagimu, Ratna. Kamu telah berjuang dengan perasaanmu sendiri selama ini." "Iya, Rangga. Aku sangat tertekan dengan pernikahan ini. Oh. Huhuhu. Tapi... aku tidak bisa cerai dari dia." "Apa ini tentang anak-anakmu? Apakah kamu khawatir tentang mental mereka jika terjadi perceraian?" Ratna menghela nafas. "Ya, aku sangat khawatir. Aku tidak ingin mereka tumbuh dengan lingkungan yang penuh ketegangan. Tapi juga, aku tidak tahu bagaimana terus bertahan dengan perasaan ini." Rangga mengangguk. "Anak-anak adalah prioritas, dan orang tua harus mencari cara agar mereka tetap merasa dicintai dan aman. Perceraian memang tidak mudah, tapi kebahagiaan keluarga juga penting." Ratna tersenyum lemah. "Terima kasih, Rangga. Terimakasih karena kamu sudah menjadi teman curhatku." sambil menggenggam tangan Ratna, Rangga berkata, "tentu, Ibu Ratna. Aku di sini untukmu. Berusaha membantu apabila aku bisa dan menjadi pendengar karena apabila semua disimpan dalam hati, bisa jadi masalah di mental ibu." Ratna dengan nada lembut berkata, "di awal pernikahan aku dengan Rahul, tekanan batin yang aku rasakan begitu berat. Aku merasa hancur, cemas, dan tidak mampu menghadapinya. Aku bahkan sering bolak-balik ke dokter dan mengkonsumsi obat mental untuk mencoba meredakan perasaan itu." Rangga menepuk tangan Ratna dengan penuh simpati. "Itu pasti masa-masa yang sangat berat bagimu, Ratna. Aku tak bisa membayangkan seberapa sulitnya perasaan yang kamu hadapi saat itu." Ratna mengangguk. "Benar, Rangga. Semuanya begitu menyakitkan. Aku mencoba untuk membuat pernikahan ini berjalan, berharap dia akan berubah. Tapi semuanya sepertinya tak kunjung membaik. Aku selalu setia padanya tapi dia tidak pernah setia padaku. Huhuhu." Rangga memegang tangan Ratna. "Kamu begitu kuat, Ratna. Sudah lama berusaha bertahan dengan keadaan seperti itu. Aku salut padamu." Ratna menghela nafas berat. "Terima kasih, Rangga. Mendapatkan dukunganmu begitu berarti bagiku. Aku merasa tidak sendirian menghadapi masalah ini." "Kamu akan menemukan jalan keluarnya, Ratna. Yang terpenting adalah kesehatan mental dan kebahagiaanmu. Jangan ragu untuk berbicara dengan aku atau mencari bantuan profesional jika dibutuhkan." Ratna tersenyum. "Aku akan mencoba yang terbaik, Rangga. Terima kasih karena telah ada di sampingku, memberikan dukungan dan pengertian sepenuh hati. Rangga menatap Ratna dalam-dalam dan berkata lembut. "Kamu layak mendapatkan kebahagiaan, Ratna. Kita akan hadapi ini bersama-sama mulai sekarang." Ratna bertanya dengan sedikit ragu, "Bersama-sama? Benarkah? Apa kamu ingin membantuku?" Rangga dengan tegas berkata, "Ya, aku ingin membantumu dengan sepenuh hati, Ratna. Aku di sini untukmu dalam setiap langkah yang akan kamu ambil. Kita akan menghadapinya bersama." Ratna tersenyum. Dia teringat dengan nasehat dari teman baiknya yang menyuruh dia untuk membalas perlakuan suaminya dengan melakukan selingkuh dengan pria lain supaya mentalnya tidak semakin terpuruk. Karena temannya pernah mengalami hal yang sama, selalu diselingkuhi oleh suami, dan temannya baru merasakan kelegaan setelah dia membalas perilaku perselingkuhan suaminya itu. Tetapi selama ini, Ratna tidak berani untuk melakukannya, mengikuti nasehat temannya itu. Tapi saat ini, saat melihat Rangga ini, mulai ada keinginan dalam hati Ratna, yang mulai terbentuk dengan semakin kuat, tanpa dapat dicegah lagi, untuk membalas semua perlakuan Rahul kepadanya. "Terima kasih, Rangga. Mendengar kamu berkata begitu membuatku merasa lega. Aku merasa memiliki seseorang yang benar-benar peduli dan siap menemani perjalanan berat ini." "Aku akan selalu membantumu. Apapun yang kamu inginkan," tegas Rangga. "Kamu tak perlu merasa sendirian lagi. Aku akan mendukungmu sebisa mungkin, baik dalam kebahagiaan maupun kesedihan. Kita bisa melewati ini bersama-sama." "Aku benar-benar beruntung memiliki kamu, Rangga. Akan kujalani ini denganmu di sisiku." Ratna masih belum berani untuk mengungkapkan keinginannya kepada Rangga. Rangga mengusap air mata Ratna lembut. "Dan aku akan selalu ada di sini, menggenggam tanganmu erat-erat. Kita tim yang tak terpisahkan, Ratna." Ratna tersenyum. "Bersama-sama, ya?" Rangga mengangguk penuh keyakinan. "Ya. Bersama-sama." "Terima kasih, Rangga." Karena Rangga sudah memegang tangannya, maka dengan tidak malu-malu lagi, Ratna menyandarkan tubuhnya di dada Rangga. Kemudian Rangga langsung memeluk Ratna. Tapi sesaat kemudian Ratna teringat kalau apa yang dia lakukan ini bisa dilihat orang. Karena itu, dengan sedih dan setengah mengeluh, dia segera melepaskan diri dari pelukan Rangga. "Kenapa?" tanya Rangga. "Aku malu dilihat orang. Nanti dilihat anakku." "Tapi kamu masih terlihat rapuh dan tidak baik bagimu untuk terus mengkonsumsi obat sakit mental itu." "Iya sih. Kalau bisa memilih, aku lebih merasa nyaman dalam pelukanmu daripada konsumsi obat itu." "Kalau begitu, bagaimana kalau aku memelukmu di kamarmu?" Ratna kaget tapi ingin. "Tapi bagaimana kalau Pak Rahul datang?" "Dia baru saja pergi. Pasti akan butuh waktu lama bagi dia untuk kembali karena dia sedang bersama selingkuhannya. Iya kan? Lagipula, aku kan cuma akan memelukmu, menenangkanmu setelah 10 menit. Setelah itu, aku akan segera keluar dari kamarmu." Ratna mengangguk. "Baiklah. Aku duluan ke kamar ya? Aku tunggu kamu di kamar." Setelah itu, Ratna segera beranjak menuju ke kamarnya. Rangga menunggu beberapa saat kemudian dia mulai berdiri, untuk melangkah menuju ke kamar tempat Ratna menunggu. Pintu kamar terbuka. Hanya gorden yang tertutup. Rangga menyibak gorden kamar kemudian dia mulai masuk ke dalam. Ada perasaan ragu tapi ada juga perasaan kepuasan dalam diri Rangga karena dia akan segera membalas lagi akan apa yang dilakukan oleh Rahul kepadanya. Setelah sebelumnya Rahul telah menodai kesucian pernikahannya, maka ini saatnya bagi dia untuk menodai kesucian pernikahannya Rahul. Walaupun sebelumnya Rangga sudah berhasil meniduri Tineke, tetapi Rangga tidak terlalu puas, karena Tineke hanyalah istri kedua. Apalagi sikap Tineke yang ganjen dan genit itu, membuat Rangga tahu kalau dia bukanlah lelaki pertama yang meniduri Tineke, saat Tineke sudah menjadi istri keduanya Rahul. Tapi dengan gerak-gerik Ratna dan juga dengan cerita sedih Ratna, dan juga dengan pengakuan Ratna kalau Ratna tidak pernah tidur dengan pria lain selain Rahul, maka ini menjadi kepuasan tersendiri bagi Rangga karena dia sebentar lagi akan berhasil meniduri istri dari musuhnya. Dan dia akan menjadi pria kedua yang akan meniduri Ratna, istri sahnya Rahul. Rangga menutup pintu dan mengunci pintu kamarnya Rahul bersama Ratna ini. Setelah itu, perlahan-lahan dia mulai mendekati Ratna.Walaupun hasrat Rangga mulai naik, tapi dia belum ingin mengumbar hasratnya, karena itu, dia mendekati Ratna dan berbisik, "kamu bisa teruskan curhatanmu tadi."Ratna mengangguk. Ratna menelan salivanya. Dia juga semakin terbawa hasrat, tapi, dia masih malu untuk meminta. Karena itu, dia berkata, "peluk aku seperti tadi."Ratna bergeser ke tengah pembaringan, seakan memberi isyarat dan kesempatan bagi Rangga untuk naik ke atas pembaringannya.Rangga mengangguk. Dia terus menatap Ratna, seolah ingin memastikan pesonanya di dada Ratna, sambil dia berjalan mendekati pembaringan dan naik di atas pembaringan di samping kiri Rangga dan mulai memeluk Ratna.Di dalam pelukan Rangga, Ratna merasa hangat dan aman, sehingga dia merasa nyaman untuk mulai kembali membuka hatinya tentang masalah yang sedang dia hadapi dengan Rahul.Air matanya berlinang saat dia menceritakan bagaimana Rahul terus-menerus selingkuh darinya, mengkhianati kepercayaan dan cinta yang telah dia berikan.Dalam pelukan yan
"Aku di atas ya?" pinta Ratna sambil melirik rudal milik Rangga yang sudah tegak mempesona itu.Dia mulai membayangkan enaknya memainkan tongkol segede itu di dalam miliknya."Iya, Ratna. Kamu boleh di atas," jawab Rangga.Dengan tongkol segede milik Rangga itu, maka Ratna pikir dia bisa mengarahkan tongkol itu menuju ke titik-titik sensitif di kedalaman bagian kemaluannya yang pada akhirnya akan membuat dia merasa keenakan dan dengan cepat akan meraih surga yang dia impikan.Rangga yang sudah tampil polos itu, mulai merebahkan tubuhnya di tengah-tengah pembaringan milik Ratna ini.Sementara Ratna sudah menaruh kedua lututnya di ranjang, menunggu hingga Rangga sudah berada di posisi yang dia kehendaki.Setelah Rangga berada di posisi yang dikehendaki Ratna, maka Ratna mulai mendekati Rangga.Keduanya saling berciuman beberapa saat. Setelah itu, Ratna mulai mengarahkan bagian kewanitaannya untuk mendekati tongkol gede milik Rangga.Sesaat kemudian, Ratna menggigit bibirnya. Dia merasak
Benda besar itu terus masuk menyeruak membuat Ratna menjadi semakin tidak karuan.Kata-kata tidak karuan meluncur keluar dari mulut Ratna yang semuanya adalah kata-kata yang tidak berarti.Pada dasarnya, dia ingin memuji-muji benda besar milik Rangga yang saat ini sangat memanjakan dirinya dan sangat membuat sensasi dalam dirinya ini tapi karena terperangkap dalam gairah yang membara, maka dia mengatakan kata-kata yang tidak ada artinya, selain leguhan dan desahan yang tidak berarti."Punya kamu sungguh hebat. Punya kamu enak banget, Ratna." Rangga memuji-muji Ratna.Walaupun sebenarnya bagi Rangga permainan ini masih kalah mengasyikkan dibandingkan saat dia menggarap istrinya, tapi dia berusaha memuji-muji Ratna agar supaya nanti akan terbuka jalan bagi dia untuk menghancurkan rumah tangga musuh besarnya, Rahul, yang sangat dia benci ini.Karena itu, Rangga terus memuji-muji Ratna sambil terus menggenjot tubuh Ratna."Kamu juga sangat enak, Rangga. Kamu sangat enakkk. Kamu sangat lua
"Tentu saja berbahaya. Ah, sudahlah. Ayo. Kita kan akan menggerebek rumah kost." Rangga berusaha mengalihkan pembicaraan."Iya. Kita ke Jalan Kamboja. Dari jalan besar di depan sana, kamu ambil jalan ke kiri, nanti aku kasih tahu sisanya." Setelah itu, Tiara dengan cueknya mulai menelpon seseorang.Rangga mulai sibuk mengemudikan mobil, dia biarkan Tiara menelpon.Terdengar suara Tiara yang berkata, "jadi mereka masih di situ kan? Apa kalian sempat mendekati kamar itu dan mendengar suara orang bercinta di dalam sana?"Wajah Tiara berubah. Dia nampak marah. "Ini betul-betul keterlaluan!" Tiara memukul dashboard di depannya. Nampaknya dia betul-betul terganggu dengan apa yang sedang terjadi.Beberapa saat kemudian, dengan arahan dari Tiara, mobil sudah berhenti di halaman parkir sebuah kost-kostan."Aku akan hancurkan kaca jendela kamar itu!" kata Tiara sambil keluar dari mobil.Rangga terkejut. "Maaf, Tiara, tapi menghancurkan jendela rumah kos-an itu, bukanlah solusi yang tepat. Lebih
"Aku sedang stres. Aku tidak ingin sendirian dalam kamarku," kata Tiara sambil menatap Rangga penuh arti.Rangga menganggap itu sebagai isyarat. Karena itu, dia semakin memberanikan dirinya. "Kalau begitu, aku bisa menemanimu.Tiara mengangguk. Kemudian dia mundur ke belakang untuk memberikan kesempatan bagi Rangga untuk masuk ke dalam kamarnya.Selama ini, Tiara adalah gadis penggoda tapi sebenarnya dia cuma pernah tidur dengan satu lelaki yaitu dengan Agus.Karena kecantikannya dan tubuhnya dan dengan buah dada yang memancing hasrat para lelaki, maka Tiara disukai banyak lelaki.Tiara sangat menikmati saat dirinya ditatap oleh banyak lelaki. Mereka dianggap fans olehnya. Dia sangat bangga karena mendapatkan perhatian banyak laki-laki.Agus juga ikut-ikutan bangga karena dia bisa memiliki Tiara yang jadi incaran banyak lelaki. Karena itu, Agus juga yang mempunyai ide supaya Tiara bisa menggoda banyak lelaki.Tapi tentu saja, Tiara hanya menggoda, dan tidak sampai tidur dengan laki-l
Orang itu terus memperhatikan keadaan di dalam dia bahkan mulai memegang buah dadanya. Nampaknya dia mulai terangsang dengan apa yang terjadi di dalam sanaSebelumnya pintu di kamar ini ternyata tidak tertutup rapi. Orang ini masuk kemudian perlahan-lahan dia menutup pintu kamar Tiara ini dengan hanya menimbulkan bunyi sedikit, sehingga tidak didengar oleh Tiara dan Rangga yang sedang asyik di atas pembaringan.Sementara itu, di atas ranjang, Tiara baru saja menjerit kencang. Dia menjadi kencang bersamaan dengan tertutupnya pintu sehingga tertutupnya pintu itu bisa disamarkan suaranya oleh teriakan kencang Tiara.Sekarang ini, Rangga mengambil posisi dengan tidur terlentang di atas pembaringan.Tiara tahu akan maksud Rangga mengambil posisi ini. Karena itu, dia segera naik di atas tubuh Rangga.Tiara memegang rudal milik Rangga. Dia berdecak kagum saat melihat ukuran benda ini. "Ih, ini besar banget. Jauh banget kalau dibandingkan dengan punyanya Agus.""Benarkah? Aku pikir punyaku in
Mulut Rangga ternganga. Dia sangat kaget dengan kata-kata Bu Rum ini.Bu Rum tertawa. "Beberapa saat yang lalu aku sempat mendengar kehebohan di kamarnya Tiara, dan pintu yang tidak tertutup membuat aku bisa dengan leluasa masuk ke dalam kamar. Dan saat itulah aku melihat pergumulan kalian berdua." Bu Rum menatap Rangga penuh artiRangga langsung terdiam. Ancaman dari Bu Rum ini tidak bisa dia abaikan begitu saja, karena kalau benar-benar Bu Rum akan melaporkan akan perbuatan dia bersama Tiara kepada Rahul atau Ratna, maka akibatnya akan sangat buruk bagi rencananya.Padahal rencana yang disusun Rangga itu, sudah mulai berjalan dengan mulus, di mana dia sudah berhasil meniduri Tineke, Ratna, dan juga Tiara.Tapi kalau sampai apa yang dia lakukan dengan Tiara tadi dilaporkan oleh Bu Rum ini kepada Ratna ataupun Rahul, maka dia harus mengubur dalam-dalam niatnya untuk menghancurkan hidup Rahul.Rangga menjadi sangat bingung dengan perkembangan yang terjadi ini. Ini adalah perkembangan y
Bu Rum terus menikmati batang besar milik Rangga yang berada di dalam area kewanitaannya. Dahaga selama bertahun-tahun akan permaianan seperti ini, membuat Bu Rum ingin menikmati permainan ini sepuas mungkin.Kata-kata Rangga yang meminta supaya permainan dipercepat, karena Rangga harus segera tidur, membuat Bu Rum harus memanfaatkan hal ini dengan sebaik mungkin.Karena itu, Bu Rum bergerak dengan seagresif mungkin, dia ingin meraih kenikmatan sebanyak mungkin.Pusaka besar milik Rangga ini, benar-benar berbeda dengan semua yang pernah dirasakan Bu Rum. Bu Rum merasakan rudalnya Rangga itu memenuhi bagian kewanitaannya, karena itu, setiap gesekan yang terjadi, membuat rasa yang teramat nikmat baginya."Owh. Ahhhhh. Ranggga. Ohhhh. Punyamu asyik. Nyesal aku baru merasakan ini. Ohhhh."Rangga tidak menanggapi kata-kata Bu Rum itu. Dia sudah setengah sadar. Karena dia baru merasakan kepenatan tubuhnya setelah aktivitasnya sepanjang hari ini yang berhasil meniduri tidak hanya satu, tapi
Nathan yang hendak menuju ke arah pintu untuk keluar dari kamar dan apartemennya ini, terpaksa langsung membalikan tubuhnya dan menjatuhkan diri ke arah pembaringan sebelum Stella melihat gerakannya untuk keluar tadi."Ahhh ... kirain kamu mau kemana. Ternyata kamu ingin menusukku dari belakang. Ya udah. Tusuk, sayang. Aku pasrah," desah Stella manja.Untuk sementara, Nathan belum bisa melanjutkan rencananya untuk keluar dari sini. Terpaksa lah Nathan ikuti kemauan Stella ini.Nathan mulai mengambil posisi di belakang tubuh Nathan. Kemudian dia mulai mengarahkan batang jumbonya ke arah liang kewanitaannya Stella.Stella kembali menjerit kesakitan karena miliknya diterobos oleh batang jumbo itu.Nathan langsung bergerak cepat. Menusuk tanpa perlu menahan-nahan lagi.Kalau pada Eva atau wanita lainnya, Nathan kerap kali agak pelan bahkan sempat berhenti, karena takut akan membuat mereka kesakitan.Tapi, khusus untuk Stella, karena sikap Stella yang menyebalkan, maka, Nathan langsung ber
Walaupun Tasya meminta gretongan tapi karena Tasya sudah terlanjur berada di atas tubuh Nathan dan sudah terlanjur bergoyang, maka Nathan terpaksa pasrah.Nathan biarkan Tasya memainkan milik jumbo Nathan dengan gerakan cepat di atas tubuh Nathan.Nathan mulai mengimbanginya dengan gerakan cepat dan bahkan sangat cepat hingga membuat Tasya mulai terbawa hasrat.Nathan membawa Tasya naik tinggi dalam gairah yang amat sangat hingga akhirnya Tasya merasakan puncak kenikmatannya lagi setelah sebelumnya dia merasakannya saat berada di kamar mandi."Oh ... kamu benar-benar hebat, Nathan. Benar-benar hebat. Aku ingin tahu nomor teleponmu, Nathan.""Aku tidak bisa, Tasya.""Kenapa? Aku kan ingin kembali melakukan hal seperti ini denganmu. Sekarang sih aku sudah capek tapi mungkin besok malam kita bisa melakukan ini lagi. Gimana?""Aku tidak bisa, Tasya. Aku sudah janji untuk tidak memberitahu nomor teleponku pada pelangganku.""Please please please please please. Masak sih kamu akan membiarka
Ayu mengangkat wajahnya. Dia betul-betul menikmati apa yang terjadi ini. Dia betul-betul menikmati bergoyang dengan gaya di atas seperti ini dengan benda besar yang kini mengganjal tubuhnya di bawah sana.Nathan biarkan Ayu bergoyang. Nathan tetap yakin kalau batang perkasanya ini masih tetap perkasa walaupun saat ini tubuhnya sedang ditindih oleh wanita sebesar Ayu, tetapi itu tidak merubah keadaan. Batang perkasanya akan tetap prima seperti yang biasanya diharapkan Nathan.Batang perkasa Nathan ini tidak pernah mengecewakannya, dari dulu hingga saat ini. Karena itu, Nathan yakin sekali kalau batang perkasanya akan terus bekerja maksimal bagi pekerjaan Nathan sebagai pemuas wanita pada saat ini.Ayu semakin mendesah kuat. Jeritannya semakin nyaring terdengar. Pinggulnya terus bergoyang-goyang kadang naik turun kadang memutar kadang ke kiri dan ke kanan.Bagian kewanitaannya terus-menerus menggunakan batang kejantanan Nathan sebagai sarana bagi Ayu untuk mereguk kenikmatan yang dia da
Nathan mendengar sesuatu. Karena itu, Nathan segera berbisik pada Tasya. "Nampaknya Ayu mau bangun.""Tuntaskan aku dulu, Nathan. Ini tinggal dikit, please." Wajah Tasya terlihat memohon. Nathan terpaksa mengiyakannya.Nathan bergerak cepat. Super cepat memasuk keluarkan burung besarnya yang berkilat untuk membuat Tasya kembali menjerit.Tasya tidak peduli lagi kalau Ayu memergoki dirinya di kamar mandi ini. Tasya cuma ingin mereguk kenikmatan hingga dia puas.Tasya ingin mencapai puncak. Tasya tidak mau setengah-setengah. Dia ingin dipuaskan dulu.Tasya kembali menggoyangkan pinggulnya untuk mengarahkan benda jumbo milik Nathan itu di titik-titik yang disukainya.Gerakan cepat Nathan ini, membuat Tasya dengan cepat bisa mengarahkan kepala dari benda jumbo milik Nathan untuk bisa banyak kali menyentuh titik-titik yang Tasya sukai.Tasya semakin menggila karena merasakan kenikmatan yang amat sangat. Dia tidak peduli lagi akan ancaman Ayu memergoki dirinya di sini."Owh ... Nathan. Enak
Semakin kencang karena gesekan-gesekan yang dia rasakan ini, betul-betul memberi surga dunia bagi Ayu yang menghantarkan Ayu naik tinggi ke puncak kenikmatan.Perut Ayu yang dipenuhi lemak itu, bergoyang-goyang mengikuti hentakan demi hentakan yang dilakukan Nathan yang mengalirkan arus listrik kenikmatan di sekujur tubuh Ayu.Ayu terus menutup matanya rapat-rapat sambil menjerit-jerit merasakan desakan kenikmatan yang luar biasa melalui batang jumbo yang keluar masuk mendatangkan rasa yang tidak terkira bagi Ayu.Nathan terus memacu dirinya untuk memberi Ayu kenikmatan dengan gerakan yang bukan sembarang gerakan, tapi gerakan yang sudah menjadi keahlian dirinya yang dia pelajari dalam waktu singkat tapi sudah dia kuasai.Saat bersama Eva, Nathan terus mengasah kemampuannya dengan cara melihat mimik wajah Eva.Nathan pun terbiasa menusuk di arah jam 1 di kedalaman liang kewanitaan milik Eva, untuk menjangkau titik kenikmatan di dalam sana.Tusukan yang tepat dan dalam tempo yang cepat
Tapi tentu saja Nathan tidak bisa memilih-milih pelanggan. Tugasnya hanya melayani pelanggan dan memuaskan pelanggan dan karena Nathan sudah diutus untuk ke sini, itu berarti Tante Ayu sudah membayar kepada Tante Lisa dan mau tidak mau Nathan harus melayani tante gemuk ini.Ayu menatap Nathan dari ujung kaki sampai ujung kepala. Dia langsung menelan salivanya. "Ini baru enak. Tongkrongannya betul-betul luar biasa, betul-betul mirip dengan yang diceritakan Lisa," batin Ayu.Setelah itu, Ayu mengerling ke arah Tasya. Dia lihat Tasya masih sedang melotot ke arah Nathan. "Woy! Tasya! Kamu ngapain di sini? Kerja sana di bawah."Tasya yang sebenarnya masih sedang menatap ke arah tubuh kekar Nathan sambil menelan ludah, langsung gelagapan. "Iya, bu. Aku segera pergi, bu. Aku segera pergi."Setelah itu, Tasya segera berjalan cepat menuju ke arah lift dan menekan tombol lift. Ternyata lift tidak rusak.Nathan membatin. "Ternyata lift tidak rusak. Nampaknya dia memang sengaja membawaku naik lew
Kita bicarakan nanti soal itu, yang penting, saat ini aku milikmu seutuhnya. Kamu boleh melakukan apapun yang kamu mau padaku, oke?" bujuk Eva sambil mulai menggoyangkan tubuhnya ke kiri dan ke kanan untuk menandingi pergerakan Nathan.Dan bujukan Eva itu berhasil membuat Nathan untuk sementara waktu tidak menuntut jawaban dari Eva dan untuk sementara waktu, Nathan tidak meminta jawaban yang konkrit dari Eva karena goyangan Eva yang luar biasa membuat Nathan sudah melupakan hal yang lain itu.Kali ini keduanya bekerjasama dengan sangat apik untuk sama-sama mendatangkan kenikmatan bagi keduanya. Nathan dengan goyangan ke atas dan ke bawah dan langsung ditanggapi oleh Eva dengan goyangan kekiri dan ke kanan bahkan kadang-kadang memutar.Eva membuat Nathan merasa juniornya dimanjakan betul-betul, Nathan merasa terbang ke awang-awang dalam rasa yang sukar untuk dia ucapkan.Goyangan yang dilakukan Eva ini semakin mendatangkan rasa nikmat bagi Nathan sehingga Nathan semakin terlena, semaki
Sekarang ini, gantian Nathan yang mendesah. Matanya terpejam merasakan permainan lidah yang saat ini sedang dilakukan Eva di permukaan juniornya.Nathan menengadahkan wajahnya ke atas, ke arah kepala ranjang dan kali ini gantian dialah yang meremas-remas sprei ranjangnya karena dia merasakan sensasi yang begitu luar biasa yang dia rasakan karena bibir dan mulut Eva yang memanjakan juniornya.Nathan berdesah semakin liar, dia begitu terjebak dalam nikmat oleh permainan yang sedang dilakukan Eva ini.Sebenarnya kalau Nathan mau, dia bisa mendapatkan hal yang seperti ini dari wanita lain tetapi mereka semua itu, tidak special bagi Nathan sehingga rasanya tidak sehebat ini.Nathan tidak sembarangan memberikan tubuhnya untuk wanita lain, dia cuma ingin melakukan hal seperti ini dengan wanita yang istimewa di hatinya atau dibayar dengan nilai tinggi dan Eva adalah satu-satunya wanita istimewa di hatinya yang dia izinkan untuk menyentuh tubuhnya dan dia akan merasa suatu rasa nikmat yang lua
Ternyata Nathan mengambil es batu di kulkas kamarnya Eva. Setelah itu, dia kembali ke ranjang sambil tersenyum ke arah Eva. Kemudian dia mulai meneteskan es batu itu ke butir merah muda sebelah kiri milik Eva.Eva merasakan rasa dingin yang membuainya saat cairan es batu itu jatuh di butir merah muda miliknya.Setelah beberapa tetesan, tiba-tiba bibir Nathan kembali menyerang ke arah butir merah muda milik Eva yang ranum ini.Nathan mulai menjilati butir merah muda yang terkena cairan es batu itu dan ini membuat Eva tersentak ke atas, dia merasakan rasa dingin yang amat sangat, bercampur dengan rasa geli sebagai akibat dari jilatan lidah Nathan yang membuat hasrat Eva naik jauh tinggi ke atas.Eva merasakan suatu kenikmatan yang tidak pernah dia rasakan sebelumnya. Tindakan Nathan yang memasukkan es batu dalam permainannya, membuat Eva makin ketagihan dan terbuai tak berdaya dalam rasa nikmat yang tak tertahankan yang membuat dia hanya bisa pasrah, pasrah akan apapun yang Nathan ingin