Itulah yang aku ingat, Nissa. setelah kita berpelukan seperti ini, terjadi sesuatu. Sesuatu yang mengaburkan semuanya sehingga kita tidak lagi saling mengingat dan baru ingat lagi pada saat ini," tandas Leon."Ya. Itulah kesimpulan yang aku dapat. Setelah adegan kita saling peluk itu, semuanya blank. Ada yang membuat kita saling melupakan." Nissa menatap tajam ke arah Leon."Tapi kita tidak tahu apa yang menyebabkan kita saling melupakan itu. Iya kan?"Nissa mengangguk membenarkan dengan hati penuh tanda tanya. Saat ini, keduanya sudah saling pandang sambil duduk di atas ranjang."Mungkinkah kita pernah satu sekolah atau satu kuliah?" tanya Nissa."Tidak mungkin kita bertemu saat itu. Aku sekolah di kampung dan aku tidak pernah kuliah.""Aku sekolah di Jakarta hingga kuliah. Hmmm. Berarti bukan. Jadi, apa dong?"Leon menggeleng-gelengkan kepalanya. "Jadi dimana kita bertemu? Kapan?"Nissa memegang tangan Leon dan berkata, "aku tidak tahu dimana. Yang jelas, aku ingin kita bersama, Leo
"Tapi apa?" desak Linda. Saat ini, hasratnya sudah turun setelah mendengar perkataan Leon tadi. Sekarang ini, Linda tampil sebagai sahabat untuk Nissa. Karena itu, dia ingin mendengar penjelasan dari Leon. Penjelasan yang ingin didengar Nissa."Nissa terlalu baik bagiku. Nissa terlalu perfect bagiku. Aku tidak pantas untuknya. Sampai kapan pun, aku tidak pantas untuknya," jawab Leon sambil menghela nafas panjang."Hati wanita itu kadang aneh. Kadang tidak bisa diselami, kadang penuh kejutan. Bagaimana kalau, kamu pikir kamu tidak pantas untuknya tapi menurut Nissa, kamu lah yang paling pantas untuknya. Hmmm, bagaimana kalau seperti itu, hah!""Kadang-kadang, orang hanya terbawa emosi sesaat tanpa memikirkan implikasi, tanpa memikirkan apa kata keluarganya nanti, tanpa memikirkan halangan yang akan datang. Karena itu, aku menghindar karena memikirkan halangan yang akan datang.""Apa maksudmu, Leon?""Nissa pantas mendapatkan yang terbaik. She deserve better than me.""Bagaimana kalau d
Leon mengerutkan keningnya setelah mendengar kata-kata Nanea itu. Leon sama sekali tidak mendapatkan gambaran akan siapa pria yang mencarinya itu. Tapi, Leon juga tidak ingin membuat pria itu menunggu. Apalagi, Leon harus berurusan dengan bagian keuangan di rumah sakit untuk membicarakan tentang uang muka operasi Saras yang kedua itu.Leon segera mandi dan ganti pakaian serta segera melangkah di rumah sakit tempat Saras dirawat. Begitu mendekati ruangan VVIP tempat Saras dirawat, Leon sudah melihat Nanea di depan pintu kamarnya Saras.Ada seorang pria bertubuh agak jangkung di samping Nanea. Pria itu tidak dikenal Leon dan sama sekali tidak familiar dengan Leon. Leon berusaha memeras ingatannya sambil terus melangkah pelan mendekati Nanea dan pria itu."Ini yang namanya Leon, Pak Bobby Ertanto," kata Nanea kepada pria yang di sebelahnya.Pria bernama Bobby Ertanto itu langsung tersenyum ramah kepada Leon dan meminta Leon untuk duduk bersamanya di tempat duduk di depan kamarnya Saras.
"Ada apa? Apa yang terjadi?" tanya Leon yang semakin penasaran melihat ekspresi kaget di wajah Saras itu.Saras tidak langsung menjawab pertanyaan Leon itu. Dia nampak terus mendengar perkataan-perkataan Mochtar di ujung telepon.Leon terdiam. Dia menunggu penjelasan Saras nantinya, saat Saras sudah selesai berbicara dengan dokter. Leon terpaksa sabar menunggu."Iya, pa. Iya, pa. Papa yang kuat, ya? Iya, pa." Setelah berkata seperti itu, Saras langsung menutup telepon dan menaruh handphonenya di dadanya."Apa yang terjadi, Saras? Apa yang terjadi?" tanya Leon sambil mengerutkan keningnya."Mama Wina sudah ditemukan." Saras terlihat sedih."Lalu?""Dia ditemukan tidak bernyawa lagi di dasar sebuah sumur kering, di sebuah rumah kosong yang sudah lama tidak ada penghuninya. Dia ditemukan dalam keadaan sudah tewas dalam jangka waktu lama. Mungkin beberapa hari."Leon terdiam mendengar perkataan Saras yang mengandung kesedihan ini."Walaupun dia banyak melakukan kesalahan kepadaku juga kep
Alicia menahan tangan Leon bahkan menancapkan kuku-kuku tangannya ke tangan Leon.Leon segera menepis tangan Alicia ini dan segera melangkah ke arah pintu untuk membuka pintu.Alicia mengejar dari belakang dan berkata, "kalau kamu keluar sekarang ini, aku akan berteriak. Aku akan bilang kalau kamu melecehkan aku!" Alicia mulai membuka bajunya dengan paksa.Sambil tersenyum ke arah Leon, Alicia merobek-robek kancing bajunya. Alicia tersenyum puas dengan akalnya saat ini. Dia yakin Leon tidak akan berani macam-macam dengan ancamannya ini.Alicia menggeram. "Layani aku. Aku dokter di sini dan aku perempuan. Orang-orang pasti akan percaya dengan teriakanku dan percaya kalau kamu akan melecehkan aku. Tapi aku tidak akan berteriak kalau kamu segera melayani aku."Leon tersenyum mengejek. Dia semakin kesal kepada Alicia. "Kalau kamu ingin berteriak, lakukanlah!" Setelah itu, dengan cueknya Leon langsung keluar dari ruangan ini.Alicia sempat berteriak sekali tapi akhirnya dia tidak meneruska
Pada saat itu, Nissa dan Linda sedang adu argumen."Nis, kalau kamu memang ingin mengenal si Leon itu, kita harus ke tempat kerjanya di klub malam di sebelah restoran ini. Ayo," kata Linda kepada Nissa."Aku masih malu ke tempat seperti itu, Lin. Aku mungkin akan dianggap cewek seperti yang kerja di tempat itu. Aku memang bisa memesan pria dari tempat itu untuk aku booking di luar tapi untuk datang ke tempat itu, aku tidak bisa, Linda," Nissa meringis."Kamu sendiri yang bilang kalau kamu ingin tahu kenapa kamu seperti mengenalnya. Iya kan? Jadi, jalan satu-satunya adalah kamu harus bertemu dia. Apalagi dia nampaknya merasakan hal yang sama denganmu."Nissa manggut-manggut. "Andaikan aku punya nomor teleponnya supaya aku tidak perlu menemuinya di tempat kerjanya itu. Ugh, aku tidak mau ke tempat begituan, Lin.""Kita sudah terlanjur ke sini, Nis. Kita sudah berada dekat sekali dengan tempat kerjanya jadi kita harus ke sana. Ayo. Biar aku yang nemenin kamu.""Aku belum bisa, Linda. Aku
Saat Leon masih berada dalam keadaan kaget tiba-tiba pemuda itu memukul Leon dengan keras.Pukulan itu dilancarkan ke arah Leon saat Leon tidak siap, saat Leon masih kaget dengan kata-kata pemuda ini tadi sehingga pukulan kencang itu yang dikerahkan dengan kuat oleh pemuda itu membuat Leon terhuyung-huyung satu langkah ke samping."BENI! APA YANG KAMU LAKUKAN!" terdengar teriakan Nissa dari arah belakang.Pemuda itu yang ternyata adalah Beni, mantannya Nissa, langsung masuk dalam mobil kemudian mobil langsung melaju meninggalkan tempat ini.Nissa dan Linda mendekati Leon yang masih kaget dengan kata-kata Beni kepadanya tadi karena Beni mengingat Leon, sementara Leon merasa tidak pernah melihat Beni selama hidupnya."Kamu tidak apa-apa?" tanya Nissa sambil menatap Leon dan memegang bahu Leon."Siapa dia dan kenapa dia mengenalku?" tanya Leon kepada Nissa."Dia adalah mantan pacarku. Aku jadi pacarnya selama 3 tahun, ada beberapa kali putus sambung di antara kami tapi sekarang ini hubun
"Gawat! Bisa kalah aku," keluh Leon saat melihat ke dalam karena di dalam kamar ini, ada 3 orang wanita berumur 30 tahunan sampai 40 tahunan yang sudah menatap Leon dengan penuh nafsu."Halo, Leon. Kenalin nih, aku Tika," kata wanita berumur 40 tahunan, bertubuh agak gemuk sambil mengeluarkan lidahnya ke arah Leon."Aku Dita," kata wanita berumur 34 tahun sambil menatap Leon dan menyingkap bajunya untuk memperlihatkan buah dadanya ke arah Leon."Dan aku Sisca," kata wanita berambut panjang berumur 30 tahunan yang tidak nampak menggoda Leon tapi nafsunya sudah terlihat saat curi-curi pandang ke tubuhnya Leon ini."Kalau sendiri-sendiri, kami tidak mampu menyewamu, karena itu, kami patungan bertiga. Lagipula kami tidak akan sanggup melawan kamu sendirian jadi harus bertiga supaya bisa menang. Iya kan?" timpal Tika."Ya udah. Belilah terserah kalian. Kan kalian yang memiliki uangnya. Ok. Sekarang apa mau kalian?" tanya Leon."Menarilah di depan kami. Bikin kami bergairah," kata Dita.Leo
"Enakkk banget, Leticia. Kamu hebat banget." Dalam hatinya, Nathan cukup takjub karena sebagai seorang perawan, maka apa yang dilakukan Leticia ini, memang luar biasa.Leticia tersenyum mendengar pujian Nathan ini. Dia senang karena usahanya mulai berhasil.Sejak melihat obsesi ibunya akan Nathan yang belum kesampaian itu, Leticia bertekad untuk menyaingi ibunya.Semakin lama melihat foto Nathan di grup tante Nepsong yang suk dibagikan Tante Lisa, membuat Leticia jatuh hati pada Nathan.Leticia ingin membuat Nathan tergila-gila padanya dan ketagihan padanya. Karena itu, Leticia sudah mempelajari cara-cara untuk menyenangkan lelaki baik dari video panas maupun dari artikel nasehat tentang hubungan suami istri.Leticia adalah seorang gadis dingin yang tidak bisa jatuh cinta pada lawan jenisnya. Hal yang membuat dia sempat mengkhawatirkan dirinya sendiri.Karena itu, saat Leticia menyadari kalau dia jatuh cinta pada Nathan, maka, dia tidak lagi memperhitungkan status Nathan dan tidak lag
"Gadis itu bikin heboh waktu dia bilang, dia datang untuk menyewa kamu," jawab Tuti di ujung telepon."Menyewa aku?" tanya Leon lagi."Iya. Secara spesifik dia menyebut namamu. Bahkan dia bilang, dia khusus sewa kamu karena dia ingin melepas keperawanannya padamu.""Hah!""Mendengar kata-kata gadis itu, om-om senang berebutan tunjuk tangan. Mereka rela tidak dibayar untuk memerawani gadis itu.""Terus?""Dia gak mau. Terus, para cowok bayaran maju. Mereka juga berebutan pingin tidur dengan gadis itu. Rata-rata bersedia gak dibayar asal bisa bobo dengan gadis itu.""Lalu?""Dia gak mau. Maunya cuma sama kamu, Nathan. Harus kamu yang mengambil perawannya. Gitu katanya.""Terus?""Tante Lisa sudah bilang kalau kamu itu gak sembarang bisa dipesan. Apalagi angka lelang kamu semalam sudah menyentuh angka 185 juta. Udah mahal banget.""Terus?""Gadis itu bilang, ayahnya pengusaha dan dia bisa membayar jumlah yang melebihi 185 juta itu.""Gila.""Makanya. Dan dia benar-benar ikut lelang loh d
Tidak seperti sebelum-sebelumnya, hanya ada desahan kecil yang terdengar saat Stella kembali mendapatkan puncak kenikmatannya untuk kesekian kalinya.Stella betul-betul tidak berdaya. Area kewanitaannya terasa sakit. Lututnya kedodoran, kikinya sakit. Walaupun belakangan dia hanya berdiam diri tapi tetap saja hujaman-hujaman dari benda besar milik Nathan itu, terus membuat Stella mengalami puncak dari satu puncak ke puncak lainnya.Biasanya, dengan pasangannya sebelumnya, Stella baru akan mendapatkan puncak saat dia aktif bergerak, aktif menggoyangkan pinggulnya karena saat dia aktif bergerak ada stimulus yang menjalari tubuhnya yang membuat dia mendapatkan puncaknya.Hanya saja, hal itu tidak berlaku saat dia berhadapan dengan Nathan ini.Karena Nathan bak seorang panglima perang yang terus menyerang musuhnya, terus membuat musuhnya tidak berdaya hingga harus mengalami ledakan-ledakan berkali-kaliItulah yang dialami Stella. Setelah 5 puncak lagi, dia sudah tidak berdaya sehingga set
Nathan terus berpacu menusuk-nusuk liang kewanitaan Stella dengan torpedonya yang terus kencang menghujam hingga ke kedalaman tubuh Stella.Dengan posisi saling berhadapan seperti ini, Nathan berpacu dengan cepat sambil lidahnya mulai mencari-cari sesuatu di belahan dada Stella.Lidah Nathan mulai membelai-belai tonjolan di buah dada Stella hingga membuat Stella menengadahkan kepalanya ke atas meresapi dua serangan yang sedang dialaminya saat ini.Tusukan-tusukan Nathan di bawah sana ditambah dengan belaian lidah Nathan di tonjolan buah dadanya membuat Stella berteriak kencang.Hanya dalam tempo singkat saja, Stella sudah dibekap gairah yang teramat kuat. Dia sedang dibawa menuju ke puncak, dibawa menuju ke awang-awang dan mendaki puncak kenikmatan yang luar biasa.Tusukan-tusukan dan gesekan-gesekan yang dilakukan oleh benda luar biasa besar itu mengantarkan Stella dengan cepatnya mendaki puncak dengan rasa nikmat tiada taranya, sesuatu yang tidak pernah Stella rasakan pada pria lain
Nathan yang hendak menuju ke arah pintu untuk keluar dari kamar dan apartemennya ini, terpaksa langsung membalikan tubuhnya dan menjatuhkan diri ke arah pembaringan sebelum Stella melihat gerakannya untuk keluar tadi."Ahhh ... kirain kamu mau kemana. Ternyata kamu ingin menusukku dari belakang. Ya udah. Tusuk, sayang. Aku pasrah," desah Stella manja.Untuk sementara, Nathan belum bisa melanjutkan rencananya untuk keluar dari sini. Terpaksa lah Nathan ikuti kemauan Stella ini.Nathan mulai mengambil posisi di belakang tubuh Nathan. Kemudian dia mulai mengarahkan batang jumbonya ke arah liang kewanitaannya Stella.Stella kembali menjerit kesakitan karena miliknya diterobos oleh batang jumbo itu.Nathan langsung bergerak cepat. Menusuk tanpa perlu menahan-nahan lagi.Kalau pada Eva atau wanita lainnya, Nathan kerap kali agak pelan bahkan sempat berhenti, karena takut akan membuat mereka kesakitan.Tapi, khusus untuk Stella, karena sikap Stella yang menyebalkan, maka, Nathan langsung ber
Walaupun Tasya meminta gretongan tapi karena Tasya sudah terlanjur berada di atas tubuh Nathan dan sudah terlanjur bergoyang, maka Nathan terpaksa pasrah.Nathan biarkan Tasya memainkan milik jumbo Nathan dengan gerakan cepat di atas tubuh Nathan.Nathan mulai mengimbanginya dengan gerakan cepat dan bahkan sangat cepat hingga membuat Tasya mulai terbawa hasrat.Nathan membawa Tasya naik tinggi dalam gairah yang amat sangat hingga akhirnya Tasya merasakan puncak kenikmatannya lagi setelah sebelumnya dia merasakannya saat berada di kamar mandi."Oh ... kamu benar-benar hebat, Nathan. Benar-benar hebat. Aku ingin tahu nomor teleponmu, Nathan.""Aku tidak bisa, Tasya.""Kenapa? Aku kan ingin kembali melakukan hal seperti ini denganmu. Sekarang sih aku sudah capek tapi mungkin besok malam kita bisa melakukan ini lagi. Gimana?""Aku tidak bisa, Tasya. Aku sudah janji untuk tidak memberitahu nomor teleponku pada pelangganku.""Please please please please please. Masak sih kamu akan membiarka
Ayu mengangkat wajahnya. Dia betul-betul menikmati apa yang terjadi ini. Dia betul-betul menikmati bergoyang dengan gaya di atas seperti ini dengan benda besar yang kini mengganjal tubuhnya di bawah sana.Nathan biarkan Ayu bergoyang. Nathan tetap yakin kalau batang perkasanya ini masih tetap perkasa walaupun saat ini tubuhnya sedang ditindih oleh wanita sebesar Ayu, tetapi itu tidak merubah keadaan. Batang perkasanya akan tetap prima seperti yang biasanya diharapkan Nathan.Batang perkasa Nathan ini tidak pernah mengecewakannya, dari dulu hingga saat ini. Karena itu, Nathan yakin sekali kalau batang perkasanya akan terus bekerja maksimal bagi pekerjaan Nathan sebagai pemuas wanita pada saat ini.Ayu semakin mendesah kuat. Jeritannya semakin nyaring terdengar. Pinggulnya terus bergoyang-goyang kadang naik turun kadang memutar kadang ke kiri dan ke kanan.Bagian kewanitaannya terus-menerus menggunakan batang kejantanan Nathan sebagai sarana bagi Ayu untuk mereguk kenikmatan yang dia da
Nathan mendengar sesuatu. Karena itu, Nathan segera berbisik pada Tasya. "Nampaknya Ayu mau bangun.""Tuntaskan aku dulu, Nathan. Ini tinggal dikit, please." Wajah Tasya terlihat memohon. Nathan terpaksa mengiyakannya.Nathan bergerak cepat. Super cepat memasuk keluarkan burung besarnya yang berkilat untuk membuat Tasya kembali menjerit.Tasya tidak peduli lagi kalau Ayu memergoki dirinya di kamar mandi ini. Tasya cuma ingin mereguk kenikmatan hingga dia puas.Tasya ingin mencapai puncak. Tasya tidak mau setengah-setengah. Dia ingin dipuaskan dulu.Tasya kembali menggoyangkan pinggulnya untuk mengarahkan benda jumbo milik Nathan itu di titik-titik yang disukainya.Gerakan cepat Nathan ini, membuat Tasya dengan cepat bisa mengarahkan kepala dari benda jumbo milik Nathan untuk bisa banyak kali menyentuh titik-titik yang Tasya sukai.Tasya semakin menggila karena merasakan kenikmatan yang amat sangat. Dia tidak peduli lagi akan ancaman Ayu memergoki dirinya di sini."Owh ... Nathan. Enak
Semakin kencang karena gesekan-gesekan yang dia rasakan ini, betul-betul memberi surga dunia bagi Ayu yang menghantarkan Ayu naik tinggi ke puncak kenikmatan.Perut Ayu yang dipenuhi lemak itu, bergoyang-goyang mengikuti hentakan demi hentakan yang dilakukan Nathan yang mengalirkan arus listrik kenikmatan di sekujur tubuh Ayu.Ayu terus menutup matanya rapat-rapat sambil menjerit-jerit merasakan desakan kenikmatan yang luar biasa melalui batang jumbo yang keluar masuk mendatangkan rasa yang tidak terkira bagi Ayu.Nathan terus memacu dirinya untuk memberi Ayu kenikmatan dengan gerakan yang bukan sembarang gerakan, tapi gerakan yang sudah menjadi keahlian dirinya yang dia pelajari dalam waktu singkat tapi sudah dia kuasai.Saat bersama Eva, Nathan terus mengasah kemampuannya dengan cara melihat mimik wajah Eva.Nathan pun terbiasa menusuk di arah jam 1 di kedalaman liang kewanitaan milik Eva, untuk menjangkau titik kenikmatan di dalam sana.Tusukan yang tepat dan dalam tempo yang cepat