Beranda / Pernikahan / Pria Menyebalkan itu Suamiku / BAB 4 ~ Rencana Perjodohan

Share

BAB 4 ~ Rencana Perjodohan

Penulis: Kartika Rush
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

"Bagaimana? Apa kamu sudah menemui wanita itu, Er?"

Pria jangkung yang baru saja masuk ke sebuah rumah bergaya eropa itu tampak menghela napas pendek, begitu mendapat sambutan tidak menyenangkan dari mamanya.

Ya, bagaimana tidak? Setiap kali bertatap muka dengan kedua orang tuanya, sudah pasti mereka akan membahas wanita yang akan dijodohkan dengannya. Entah siapa wanita itu.

Dia menatap kesal wajah sang mama yang tengah menatapnya balik sambil menunggu jawaban. Namun, sesaat kemudian tatapannya berubah sayu. Selalu saja merasa tidak tega jika harus membuat wanita yang melahirkannya itu bersedih.

Suara helaan napas pendek kembali terdengar, sesaat sebelum pria itu menjawab pertanyaan dari wanita paruh baya yang berdiri di depannya.

"Maafkan aku, Ma. Aku belum sempat menemui wanita itu. Tadi ada insiden kecil. Handphone-ku terjatuh dan mati total. Aku belum sempat melihat foto wanita yang Mama kirim tadi," jelas pria itu seraya memegang kedua bahu mamanya.

"Kamu tidak sedang mencari alasan 'kan, Erlan?"

Suara bariton mengalihkan perhatian sepasang ibu dan anak itu. Tampak pria paruh baya berbadan tegap dan berisi tengah berjalan menghampiri mereka.

"Papa tidak percaya sama aku?" tanya Erlan seraya menatap serius wajah papanya. "Lihat ini! Apa menurut Papa aku berbohong?" imbuhnya seraya mengeluarkan ponsel dengan layar yang sudah rusak dan mati total.

Haris Gusmara melirik sejenak ke arah ponsel itu, lalu menatap kembali wajah putranya yang tengah menatap penuh keyakinan.

"Kamu ceroboh sekali, Er. Seperti anak kecil saja!" ledek Haris sesaat sebelum menghela napas pendek.

Sementara itu, Erlan hanya mengedikkan bahunya tanpan berkomentar apa pun. Sebenarnya dia ingin sekali menceritakan kejadian yang sebenarnya, tetapi setelah dipikir lagi semua itu tidak penting bagi kedua orang tuanya. Dia pun memilih untuk meninggalkan kedua orang tua yang tampak sedikit kecewa lantaran dirinya tidak berhasil menemui wanita yang dimaksud.

"Baiklah, aku permisi ke kamar dulu, Pa, Ma," ucap Erland dingin, lalu melangkahkan kakinya menuju tangga yang tidak jauh dari tempat mereka berbincang.

"Jangan lupa besok temui gadis itu!" teriak Haris sambil menatap Erlan yang berjalan membelakanginya.

Belum sempat mendapat jawaban, tiba-tiba suara dering ponsel mengalihkan perhatiannya. Dia pun segera merogoh saku celananya dan menerima panggilan masuk itu.

Sementara itu, Erlan melanjutkan kembali langkahnya, menaiki anak tangga satu per satu. Sesampainya di dalam kamar, dia langsung meraih ponselnya yang lain dari atas nakas dan segera menghubungi seorang teman dekat, yang sebetulnya hari ini sudah memiliki janji bertemu dengannya. Hanya saja terpaksa dibatalkan lantaran insiden tadi.

"Sorry, Dav ... tadi gue udah sampai di apartemen lo, tapi karena ada insiden, gue terpaksa harus putar balik. Maybe next time gue ke apartemen lo," ucap Erlan kepada seseorang di seberang sana.

"It's okay, Er. Gue juga lagi ada problem sama cewek gue. Kayaknya nggak bakalan bisa temenin lo sekarang karena gue harus segera menemui El."

"Lo nggak mau cerita ke gue? Siapa tahu bisa bantu," pinta Erlan penuh simpatik.

"Next time." Suara di seberang sana terdengar santai. "Eh, tapi lo baik-baik aja kan, Bro?" imbuhnya sedikit cemas.

"Not sure," balas Erlan seraya mendengkus kesal. "Lo tahu sendiri bokap gue. Beliau masih saja maksa gue buat nemuin cewek itu," imbuhnya.

Suara tawa di seberang sana membuat Erlan berdecak kesal, lalu memalingkan wajahnya. Dia tahu betul jika David sengaja menertawakannya.

"Sialan lo!" umpat Erlan, kesal.

"Temui aja dulu. Siapa tahu cewek itu cantik dan sesuai dengan kriteria lo," saran David masih sedikit terkekeh.

Erlan lagi-lagi mendengkus kesal, menanggapi saran dari sahabatnya yang sudah dua tahun tidak bertemu lantaran dirinya yang selama ini tinggal di London.

Tidak berlangsung lama, sambungan telepon pun berakhir. Erlan segera merebahkan tubuhnya di atas tempat tidur. Dia memikirkan banyak hal, termasuk rencana perjodohannya dengan wanita yang sampai detik ini tidak diketahui batang hidungnya seperti apa.

"Gimana ya caranya agar bisa menghindari permintaan Papa?" gumamnya sambil menatap langit-langit kamar berwarna putih.

Hari ini Erlan memang tidak berencana untuk menemui wanita yang setiap hari dibanggakan oleh kedua orang tuanya. Meski sang papa sudah berulang kali memaksa, tetapi dia masih saja belum bersedia untuk menemui wanita itu. Dia justru lebih tertarik bertemu dengan David, sahabat baiknya. Namun, sial. Semua rencananya gagal karena wanita asing itu.

Belum selesai dia mengakhiri lamunannya, suara derit pintu dibuka seketika menyadarkan dan membuatnya mengalihkan perhatian. Dia menoleh ke arah pintu. Tampak Papanya yang muncul di sana.

"Om Cakra meminta pertemuan kalian dibatalakan untuk sementara waktu, sampai putrinya sehat kembali."

Mendengar kalimat itu, Erlan langsung mengelus dadanya sambil menghela napas lega, sesaat setelah mengubah posisinya menjadi duduk. Meski kabar tersebut belum tentu akan membuatnya terlepas dari rencana perjodohan, setidaknya dia masih memiliki waktu luang untuk tidak terus memikirkan bagaimana rupa wanita yang akan dijodohkan dengannya.

"Senang kamu!" celetuk Haris yang sontak membuat Erlan langsung terkejut dan mengakhiri suka citanya.

"Bu-bukan beg—"

"Ingat! Sampai kapan pun perjodohan itu akan tetap ada. Jangan pernah berpikir kalau kamu akan terbebas dari perjodohan ini!" pungkas Haris tidak memberi Erlan kesempatan untuk mengelak.

"Pa, ini sudah bukan zaman Siti Nurbaya. Masa masih ada perjodohan? Bagaimana kalau putrinya Om Cakra juga nggak setuju dengan perjodohan ini. Apa kami akan mampu menjalani rumah tangga tanpa memiliki rasa saling mencintai satu sama lain?" tutur Erlan dengan nada bicara yang sangat hati-hati.

Haris tampak memasukkan sebelah tangannya ke dalam saku celana yang dia kenakan, berdiri sambil menatap serius ke arah Erlan yang tengah duduk tepat di depannya.

"Kalau kamu memprioritaskan cinta, lantas bagaimana dengan pasangan yang menikah karena cinta, tetapi kemudian bercerai?" tukas Haris tidak ingin kalah.

Erlan lagi-lagi dibuat menciut oleh ucapan papanya. Sebagai sosok yang belum punya pengalaman dalam berumah tangga, tentu dia merasa sedikit kesulitan dalam menentang perkataan papanya. Untuk yang ke sekian kalinya dia kalah debat dengan pria yang selama ini menjadi panutannya.

"Ingat, Erlan ... cinta itu tidak bisa dijadikan jaminan untuk kebahagiaan seseorang. Buktinya banyak yang menikah tanpa saling mencintai, bahkan belum saling mengenal sebelumnya, tetapi mereka bisa hidup bahagia bersama dalam satu atap. Sebaliknya, banyak pula yang menikah setelah menjalin hubungan sebagai kekasih bertahun-tahun, tetapi usia pernikahannya jauh lebih singkat. Silakan, kamu pilih yang mana?" jelas Haris panjang lebar, sementara Erlan masih diam.

"Aku hanya ragu dengan sesuatu yang dipaksakan, Pa," lirih Erlan seraya menundukkan kepalanya. Sekeras apa pun watak yang dia miliki, tetap saja tidak akan berani melawan sang papa.

Haris menatap sendu wajah putranya. Dia paham betul dengan perasaan Erlan saat ini. Namun, dia juga merasa yakin bahwa keputusannya adalah jalan terbaik untuk Erlan.

"Tidak ada orang tua yang ingin menjerumuskan anaknya. Semua yang Papa dan Mama lakukan adalah demi kebaikan kamu."

Bab terkait

  • Pria Menyebalkan itu Suamiku   BAB 5 ~ Pertemuan

    Elfara terkejut saat tiba-tiba pintu ruang rawatnya terbuka dan muncul sosok tidak asing menghampirinya. "Kamu?" Wanita itu menatap geram ke arah pria yang tak lain adalah David. Entah dari mana pria itu tahu jika dirinya sedang dirawat di rumah sakit. "Mau apa kamu ke sini?" tanya Elfara dengan tatapan sinis. "El, apa yang terjadi sama kamu? Kamu baik-baik aja, kan?" tanya David penuh kecemasan. "Jangan mendekat!" Secepat kilat Elfara menghalau David dengan tangannya saat akan mendekati dan memeluknya. Langkah David refleks terhenti, tepat di samping ranjang tempat Elfara duduk saat ini. Dia menatap sendu wajah wanita yang berhasil mencuri hatinya sejak lama. Raut yang biasanya terlihat senang saat bertemu dengannya, kini hilang entah ke mana. Hanya kemarahan dan kekecewaan yang dia dapati dari wajah itu. "Sayang, kamu salah paham. Aku sama Aleena nggak ada hubungan apa pun. Kita cuma—" "Mau apa lagi kamu ke sini?" Belum berhasil David melanjutkan perkataannya, tiba-tiba suar

  • Pria Menyebalkan itu Suamiku   BAB 6 ~ Penolakan

    "Jadi kamu yang mau dijodohin sama saya?" tanya Erlan seraya menatap sinis Elfara yang duduk di hadapannya. Kini, mereka berdua tampak menempati meja lain. Sengaja memisahkan diri dari kedua orang tua mereka, atas permintaan Erlan yang beralasan ingin mengenal Elfara lebih dekat tanpa campur tangan siapa pun. Bahkan, Erlan memilih meja yang cukup jauh dengan yang ditempati oleh orang tua mereka. Elfara menghela napas berat, sebelum menanggapi pertanyaan Erlan. Pertemuan ini tentu membuatnya sedikit syok. Dia masih belum percaya jika yang dijodohkan dengannya adalah Erlan, pria menyebalkan yang bertemu secara tidak sengaja dengannya tempo hari. "To the point saja. Saya nggak setuju dijodohin sama wanita sombong kayak kamu!" celetuk Erlan yang berhasil membuat Elfara membeliak kesal. Bagaimana tidak? Sudah dicap sebagai wanita sombong, merasa direndahkan pula. Seolah-olah dirinya setuju dengan adanya perjodohan itu. "Heh, tolong ya jaga omonganmu! Kamu pikir saya setuju dijodohin sa

  • Pria Menyebalkan itu Suamiku   BAB 7 ~ Menolak Penolakan

    “Bagaimana wanita pilihan papa? Cantik, kan?” Erlan langsung menghentikan kegiatannya, begitu mendengar pertanyaan dari sang papa yang jelas mengganggu konsentrasinya dalam hitungan detik. Dia tampak menggantung sendok berisi makanan di depan mulutnya, lalu memfokuskan pandangan ke arah pria paruh baya yang duduk berhadapan dengannya. Sebenarnya, dia masih enggan untuk berbicara dengan sang papa lantaran perdebatan tadi malam yang membuat mood-nya berantakan. Bagaimana tidak? Setelah berbagai alasan dia keluarkan, nyatanya keputusan sang papa sudah bulat dan perjodohannya dengan Elfara benar-benar tidak bisa dibatalkan.Kini, lagi-lagi dia harus mendengarkan pembahasan tentang wanita itu, padahal waktu masih sangat pagi. Tidak adakah waktu lain? Atau tidak adakah pembahasan yang lebih penting daripada membahas wanita itu? begitu pikirnya. “Semua wanita cantik, nggak ada yang tampan, Pa,” jawab Erlan seraya melahap sendok makan itu dengan kesal. “Papa sedang serius, Erlan!” bentak H

  • Pria Menyebalkan itu Suamiku   BAB 8 ~ 30 Menit Saja!

    Erlan tampak melangkah dengan pasti, memasuki sebuah pusat perbelanjaan yang tidak jauh dari tempat kerjanya. Di belakangnya tampak pria berkemeja maroon yang tak lain adalah Ryan, sekretarisnya. "Kamu bisa cepetan dikit nggak?" Pria yang mengenakkan setelan kerja berwarna abu-abu itu, tampak memutar sebagian badannya ke belakang. Melirik Ryan yang berjalan terlalu santai dibandingkan dirinya. Padahal dia sedang terburu-buru karena klien yang akan meeting dengannya kali ini sudah menunggunya di salah satu resto di tempat itu. "Baik, Bos!" tegas Ryan segera mendekati Erlan yang berjarak beberapa langkah dengannya. Tampaknya dia telah siap melakukan permintaan sang atasan. Tak ada komentar apa pun lagi dari Erlan. Pria itu segera melanjutkan kembali kegiatannya yang sempat tertunda. Namun, baru tiga langkah tiba-tiba dia berhenti kembali, tepat saat mendapati seorang wanita tidak asing di depannya tengah berjalan berlawanan arah. "Kamu lagi?" Erlan membulatkan mata menatap wanita ya

  • Pria Menyebalkan itu Suamiku   BAB 9 ~ Kepo

    "Gila! Sumpah demi apa pun tuh cowok gila banget!" umpat Elfara seraya memasuki sebuah kafe mewah. "Ngapain coba harus jauh-jauh ketemu di tempat ini? Di sana 'kan juga bisa? Kayaknya tuh orang sengaja mau ngerjain gue!" imbuhnya tak berhenti menggerutu. Sejak mendapat notifikasi pesan dari Erlan beberapa menit lalu, darah Elfara langsung naik dalam sekejap. Tidak habis pikir dengan Erlan yang memintanya untuk menunggu di kafe yang jelas cukup jauh dari tempat mereka bertemu tadi. Padahal niat dia sangat baik, hanya ingin bertanggung jawab atas kesalahan yang sudah dia lakukan. Namun, Erlan justru bersikap sangat menyebalkan, seolah-olah tidak bisa mentolelir kesalahan yang tidak sengaja dia lakukan. Andai bisa memutar waktu kembali, dia ingin sekali pertemuan dengan pria itu ditiadakan. Dia tidak ingin melihat pengkhianatan mantan kekasih dengan sahabatnya, sehingga hidupnya tidak menjadi kacau seperti sekarang ini. "Huh!" Elfara mendaratkan tubuhnya di salah satu kursi dengan

  • Pria Menyebalkan itu Suamiku   BAB 10 ~ Dipaksa

    "Sa-saya—" "Kenapa? Kamu nggak bisa, kan?" pungkas Erlan memotong ucapan Elfara yang sedikit terputus-putus. Alih-alih menjawab, Elfara justru memejamkan mata sambil mengeraskan rahangnya. Sungguh hari ini sangat menjengkelkan. Entah apa yang salah dengan dirinya, seingga dipertemukan dengan pria modelan Erlan. "Aku—""Kalau mau minta maaf nggak usah sambil marah-marah." Lagi-lagi Erlan memotong pembicaraan Elfara. Tentu Elfara semakin murka. Hal itu terbukti dari tatapannya yang tajam dan membulat sempurna. Belum lagi bibirnya yang terlihat mengerucut dan sedikit bergetar seolah-olah ingin mengatakan sesuatu, tetapi terpaksa ditahan. Wanita itu hanya bisa mendengkus, berusaha menetralkan perasaannya. Dalam hati ingin sekali mencaci maki pria di depannya, tetapi itu hanya akan membuat masalahnya semakin panjang. Percuma saja. Sementara itu, Erlan kembali tersenyum penuh kemenangan. Sepertinya tidak sulit untuk menaklukkan hati wanita seperti Elfara. Buktinya hari ini dia bisa me

  • Pria Menyebalkan itu Suamiku   BAB 1 ~ Pengkhianatan

    "Jadi ini kelakuanmu di belakangku selama ini?" Sepasang anak muda tampak terkejut, ketika suara sopran tiba-tiba memecah di kamar apartemen tempat mereka berada. Keduanya tampak saling beradu pandang dengan sedikit terperangah, setelah mendapati seorang wanita bersurai panjang berdiri di ambang pintu dengan tatapan yang menghunus tajam. Entah sejak kapan wanita tidak asing itu berdiri di sana. "El-Elfa?" ucap pria berkaus putih dengan mata yang membeliak sempurna. Pria yang tengah duduk bersama wanita lain di atas tempat tidur, segera bangkit dan menghampiri Elfa yang masih berdiri di tempat yang sama. Terlihat jelas tremor yang tengah menguasai tubuhnya saat ini. Tentu saja karena dia khawatir melihat amarah yang tampak jelas di wajah sang kekasih.Ya, wanita bernama lengkap Elfara Adhinata itu adalah kekasih yang sudah menemani hari-harinya selama dua tahun belakangan. Bahkan, pasalnya mereka akan segera melangsungkan pernikahan dalam waktu dekat, sebagai tanda keseriusan keduan

  • Pria Menyebalkan itu Suamiku   BAB 2 ~ Salah Paham

    "Arrgh! Kenapa jadi kacau begini, sih?" erang David seraya mengacak rambutnya sendiri, beberapa saat setelah kepergian Elfara dari apartemennya. Dia tidak menyangka jika sang kekasih akan datang di waktu yang tidak tepat, ketika dirinya meminta Aleena untuk mencoba memakai kalung berlian yang akan dia berikan untuk Elfara di hari ulang tahun wanita itu. Entah kesialan apa ini. Baru kali ini dia bertengkar dengan Elfara hanya karena kesalahpahaman tentang orang ketiga. Sialnya, dugaan sang kekasih tidaklah benar. Sedikit pun dia tidak memiliki niat untuk menduakan Elfara, terlebih berselingkuh dengan Aleena, sahabat yang selama ini sangat dekat dengannya dan juga sang kekasih. Ya, tentu saja. Elfara adalah satu-satunya wanita yang sangat dia cintai selama ini. Meskipun hubungan mereka masih belum mendapatkan restu dari orang tua Elfara, tetap saja dia tidak menyerah. Merasa yakin bahwa suatu saat hubungannya akan mendapatkan restu dari kedua orang tua Elfara. Bahkan, setelah dia b

Bab terbaru

  • Pria Menyebalkan itu Suamiku   BAB 10 ~ Dipaksa

    "Sa-saya—" "Kenapa? Kamu nggak bisa, kan?" pungkas Erlan memotong ucapan Elfara yang sedikit terputus-putus. Alih-alih menjawab, Elfara justru memejamkan mata sambil mengeraskan rahangnya. Sungguh hari ini sangat menjengkelkan. Entah apa yang salah dengan dirinya, seingga dipertemukan dengan pria modelan Erlan. "Aku—""Kalau mau minta maaf nggak usah sambil marah-marah." Lagi-lagi Erlan memotong pembicaraan Elfara. Tentu Elfara semakin murka. Hal itu terbukti dari tatapannya yang tajam dan membulat sempurna. Belum lagi bibirnya yang terlihat mengerucut dan sedikit bergetar seolah-olah ingin mengatakan sesuatu, tetapi terpaksa ditahan. Wanita itu hanya bisa mendengkus, berusaha menetralkan perasaannya. Dalam hati ingin sekali mencaci maki pria di depannya, tetapi itu hanya akan membuat masalahnya semakin panjang. Percuma saja. Sementara itu, Erlan kembali tersenyum penuh kemenangan. Sepertinya tidak sulit untuk menaklukkan hati wanita seperti Elfara. Buktinya hari ini dia bisa me

  • Pria Menyebalkan itu Suamiku   BAB 9 ~ Kepo

    "Gila! Sumpah demi apa pun tuh cowok gila banget!" umpat Elfara seraya memasuki sebuah kafe mewah. "Ngapain coba harus jauh-jauh ketemu di tempat ini? Di sana 'kan juga bisa? Kayaknya tuh orang sengaja mau ngerjain gue!" imbuhnya tak berhenti menggerutu. Sejak mendapat notifikasi pesan dari Erlan beberapa menit lalu, darah Elfara langsung naik dalam sekejap. Tidak habis pikir dengan Erlan yang memintanya untuk menunggu di kafe yang jelas cukup jauh dari tempat mereka bertemu tadi. Padahal niat dia sangat baik, hanya ingin bertanggung jawab atas kesalahan yang sudah dia lakukan. Namun, Erlan justru bersikap sangat menyebalkan, seolah-olah tidak bisa mentolelir kesalahan yang tidak sengaja dia lakukan. Andai bisa memutar waktu kembali, dia ingin sekali pertemuan dengan pria itu ditiadakan. Dia tidak ingin melihat pengkhianatan mantan kekasih dengan sahabatnya, sehingga hidupnya tidak menjadi kacau seperti sekarang ini. "Huh!" Elfara mendaratkan tubuhnya di salah satu kursi dengan

  • Pria Menyebalkan itu Suamiku   BAB 8 ~ 30 Menit Saja!

    Erlan tampak melangkah dengan pasti, memasuki sebuah pusat perbelanjaan yang tidak jauh dari tempat kerjanya. Di belakangnya tampak pria berkemeja maroon yang tak lain adalah Ryan, sekretarisnya. "Kamu bisa cepetan dikit nggak?" Pria yang mengenakkan setelan kerja berwarna abu-abu itu, tampak memutar sebagian badannya ke belakang. Melirik Ryan yang berjalan terlalu santai dibandingkan dirinya. Padahal dia sedang terburu-buru karena klien yang akan meeting dengannya kali ini sudah menunggunya di salah satu resto di tempat itu. "Baik, Bos!" tegas Ryan segera mendekati Erlan yang berjarak beberapa langkah dengannya. Tampaknya dia telah siap melakukan permintaan sang atasan. Tak ada komentar apa pun lagi dari Erlan. Pria itu segera melanjutkan kembali kegiatannya yang sempat tertunda. Namun, baru tiga langkah tiba-tiba dia berhenti kembali, tepat saat mendapati seorang wanita tidak asing di depannya tengah berjalan berlawanan arah. "Kamu lagi?" Erlan membulatkan mata menatap wanita ya

  • Pria Menyebalkan itu Suamiku   BAB 7 ~ Menolak Penolakan

    “Bagaimana wanita pilihan papa? Cantik, kan?” Erlan langsung menghentikan kegiatannya, begitu mendengar pertanyaan dari sang papa yang jelas mengganggu konsentrasinya dalam hitungan detik. Dia tampak menggantung sendok berisi makanan di depan mulutnya, lalu memfokuskan pandangan ke arah pria paruh baya yang duduk berhadapan dengannya. Sebenarnya, dia masih enggan untuk berbicara dengan sang papa lantaran perdebatan tadi malam yang membuat mood-nya berantakan. Bagaimana tidak? Setelah berbagai alasan dia keluarkan, nyatanya keputusan sang papa sudah bulat dan perjodohannya dengan Elfara benar-benar tidak bisa dibatalkan.Kini, lagi-lagi dia harus mendengarkan pembahasan tentang wanita itu, padahal waktu masih sangat pagi. Tidak adakah waktu lain? Atau tidak adakah pembahasan yang lebih penting daripada membahas wanita itu? begitu pikirnya. “Semua wanita cantik, nggak ada yang tampan, Pa,” jawab Erlan seraya melahap sendok makan itu dengan kesal. “Papa sedang serius, Erlan!” bentak H

  • Pria Menyebalkan itu Suamiku   BAB 6 ~ Penolakan

    "Jadi kamu yang mau dijodohin sama saya?" tanya Erlan seraya menatap sinis Elfara yang duduk di hadapannya. Kini, mereka berdua tampak menempati meja lain. Sengaja memisahkan diri dari kedua orang tua mereka, atas permintaan Erlan yang beralasan ingin mengenal Elfara lebih dekat tanpa campur tangan siapa pun. Bahkan, Erlan memilih meja yang cukup jauh dengan yang ditempati oleh orang tua mereka. Elfara menghela napas berat, sebelum menanggapi pertanyaan Erlan. Pertemuan ini tentu membuatnya sedikit syok. Dia masih belum percaya jika yang dijodohkan dengannya adalah Erlan, pria menyebalkan yang bertemu secara tidak sengaja dengannya tempo hari. "To the point saja. Saya nggak setuju dijodohin sama wanita sombong kayak kamu!" celetuk Erlan yang berhasil membuat Elfara membeliak kesal. Bagaimana tidak? Sudah dicap sebagai wanita sombong, merasa direndahkan pula. Seolah-olah dirinya setuju dengan adanya perjodohan itu. "Heh, tolong ya jaga omonganmu! Kamu pikir saya setuju dijodohin sa

  • Pria Menyebalkan itu Suamiku   BAB 5 ~ Pertemuan

    Elfara terkejut saat tiba-tiba pintu ruang rawatnya terbuka dan muncul sosok tidak asing menghampirinya. "Kamu?" Wanita itu menatap geram ke arah pria yang tak lain adalah David. Entah dari mana pria itu tahu jika dirinya sedang dirawat di rumah sakit. "Mau apa kamu ke sini?" tanya Elfara dengan tatapan sinis. "El, apa yang terjadi sama kamu? Kamu baik-baik aja, kan?" tanya David penuh kecemasan. "Jangan mendekat!" Secepat kilat Elfara menghalau David dengan tangannya saat akan mendekati dan memeluknya. Langkah David refleks terhenti, tepat di samping ranjang tempat Elfara duduk saat ini. Dia menatap sendu wajah wanita yang berhasil mencuri hatinya sejak lama. Raut yang biasanya terlihat senang saat bertemu dengannya, kini hilang entah ke mana. Hanya kemarahan dan kekecewaan yang dia dapati dari wajah itu. "Sayang, kamu salah paham. Aku sama Aleena nggak ada hubungan apa pun. Kita cuma—" "Mau apa lagi kamu ke sini?" Belum berhasil David melanjutkan perkataannya, tiba-tiba suar

  • Pria Menyebalkan itu Suamiku   BAB 4 ~ Rencana Perjodohan

    "Bagaimana? Apa kamu sudah menemui wanita itu, Er?" Pria jangkung yang baru saja masuk ke sebuah rumah bergaya eropa itu tampak menghela napas pendek, begitu mendapat sambutan tidak menyenangkan dari mamanya. Ya, bagaimana tidak? Setiap kali bertatap muka dengan kedua orang tuanya, sudah pasti mereka akan membahas wanita yang akan dijodohkan dengannya. Entah siapa wanita itu. Dia menatap kesal wajah sang mama yang tengah menatapnya balik sambil menunggu jawaban. Namun, sesaat kemudian tatapannya berubah sayu. Selalu saja merasa tidak tega jika harus membuat wanita yang melahirkannya itu bersedih. Suara helaan napas pendek kembali terdengar, sesaat sebelum pria itu menjawab pertanyaan dari wanita paruh baya yang berdiri di depannya. "Maafkan aku, Ma. Aku belum sempat menemui wanita itu. Tadi ada insiden kecil. Handphone-ku terjatuh dan mati total. Aku belum sempat melihat foto wanita yang Mama kirim tadi," jelas pria itu seraya memegang kedua bahu mamanya. "Kamu tidak sedang menca

  • Pria Menyebalkan itu Suamiku   BAB 3 ~ Kecelakaan

    "Sudah bangun kamu?" Elfara sedikit terlonjak mendengar suara bariton, saat dirinya baru saja siuman setelah tidak sadarkan diri selama satu jam. Insiden yang terjadi saat dia mencoba melarikan diri, nyaris membuatnya kehilangan nyawa. Elfara tertabrak mobil, ketika hendak menyeberang jalan. Itulah yang membuatnya pingsan dan terluka di bagian kaki, sehingga harus dilarikan ke rumah sakit. "Kenapa saya ada di sini?" Elfara mengedarkan pandangan ke sekeliling ruangan. "Apa kejadian tadi membuatmu amnesia, Nona?" celetuk pria asing yang berdiri di sampingnya dengan tatapan serius, lalu tersenyum getir seolah-olah tidak merasa iba. Elfara bergeming sambil menundukkan kepala. Mengingat kembali kejadian yang terjadi sebelumnya. Sesaat kemudian, dia menatap kembali pria yang tengah mengamati wajahnya, seolah-olah sedang menunggu jawaban. Ya, wajar saja. Kecelakaan yang menimpa Elfara memang berhasil membuat pria itu ketar-ketir. Walau bagaimanapun dia memiliki andil atas kejadian ters

  • Pria Menyebalkan itu Suamiku   BAB 2 ~ Salah Paham

    "Arrgh! Kenapa jadi kacau begini, sih?" erang David seraya mengacak rambutnya sendiri, beberapa saat setelah kepergian Elfara dari apartemennya. Dia tidak menyangka jika sang kekasih akan datang di waktu yang tidak tepat, ketika dirinya meminta Aleena untuk mencoba memakai kalung berlian yang akan dia berikan untuk Elfara di hari ulang tahun wanita itu. Entah kesialan apa ini. Baru kali ini dia bertengkar dengan Elfara hanya karena kesalahpahaman tentang orang ketiga. Sialnya, dugaan sang kekasih tidaklah benar. Sedikit pun dia tidak memiliki niat untuk menduakan Elfara, terlebih berselingkuh dengan Aleena, sahabat yang selama ini sangat dekat dengannya dan juga sang kekasih. Ya, tentu saja. Elfara adalah satu-satunya wanita yang sangat dia cintai selama ini. Meskipun hubungan mereka masih belum mendapatkan restu dari orang tua Elfara, tetap saja dia tidak menyerah. Merasa yakin bahwa suatu saat hubungannya akan mendapatkan restu dari kedua orang tua Elfara. Bahkan, setelah dia b

DMCA.com Protection Status