Share

She Is Mine! - 06

Huft! Akhirnya meeting kali ini selesai juga. Rasanya aku ingin cepat-cepat bertemu dengan Vani. Sedang apa ya anak itu..? batin Allen bertanya-tanya.

Ibu satu anak itu terus saja merasa gelisah sejak mulai memasuki ruang tempat meeting itu berlangsung tadi. Bukan apa, ia cukup terkejut tadi ketika mengetahui bahwa lelaki itu ada dan hadir dipertemuan meeting kerja sama perusahaan kali ini.

Pasalnya, laki-laki tersebut biasanya pasti akan mengutus seseorang untuk menjadi perwakilan kerja sama dari perusahaan besarnya. Tapi kali ini? ia juga belum ada persiapan untuk menghadapinya jikalau nanti seandainya semua tak sesuai rencananya.

Maka itu akan merugikannya!

Tapi bukan itu yang paling Allen pikirkan, melainkan Vani. Allen jauh lebih khawatir dengan putrinya itu. Bagaimana.. bagaimana jika semuanya terbongkar saat ini juga?!

Allen ingat betul bahwa Vani masih ada bersama Elva diperusahaan ini, diruangannya.

Astaga.. semoga saja keduanya itu sudah pergi dari perusahaan ini. Agar putrinya itu tidak akan pernah bertemu dengan laki-laki brengsek itu.

Harap-harap ia mengkhawatirkan putrinya, dengan langkah santai yang terkesan anggun itu justru tak menyadari bahwa seseorang tengah mengejarnya dari arah belakang.

"Tunggu!"

Secara otomatis langkah kaki itu terhenti. Sekujur tubuhnya mendadak kaku di tempat.

Allen ingin memastikan bahwa Indra pendengarannya salah. Ia pasti sudah gila karena terus memikirkan Vani sedari tadi hingga tak sadar mengira seperti seseorang memanggilnya.

Bruk!

Seseorang memeluknya dari arah belakang. Kali ini.. apakah ia masih bisa dikatakan salah?

"Allen." panggil suara berat itu lagi.

"Jadi benar ini kau?" Suara laki-laki itu kembali mengusik Indra pendengarannya, memastikan bahwa dirinya tidak lah salah.

Cup!

Hembusan nafas dan kecupan bibir yang dilayangkan di lehernya membuat seluruh bulu kuduk Allen berdiri. Allen membeku di tempat.

Perlahan.. dengan segenap kekuatan Allen menyadarkan dirinya dari keterkejutan. Ia melepaskan pelukan tangan dipinggangnya tersebut, dan..

Plak!

Semua orang yang berada di ruangan meeting tadi belum benar-benar pergi dan telah menyaksikan semuanya dari awal. Tak sedikit dari mereka juga terkejut ketika melihat kejadian itu, sedangkan yang lainnya ada yang berbisik-bisik mengomentari tentang tingkah laku dan sikap dari pemilik perusahaan besar tersebut.

Allen yang menyadari itu sedikit merasa malu, langsung menetralisirkan ekspresinya menjadi datar dengan tatapan matanya yang menajam.

"Bubar!" Titah Allen tegas dengan menekankan perkataannya, mengintrupsi semua orang yang melihatnya.

Semua orang cukup memaklumi tingkah laku dan sifat pemilik perusahaan ini yang memang terbilang angkuh dan juga kejam.

Semuanya memilih main aman saja dengan meninggalkan ke duanya dan bersikap seolah tak terjadi apa-apa.

Calief memegangi pipinya yang masih terasa panas akibat tamparan keras yang diterimanya dari Allen barusan. Sementara Allen berusaha mengendalikan dirinya, mencoba bersikap tenang meskipun jauh di dalam sana amarah telah menguasai dirinya.

"Maaf, ada perlu apa anda memanggil saya tuan, Franklyn?" Ucap Allen dengan menekankan kata marga laki-laki tersebut.

Calief menghela nafas berat begitu mengetahui fakta bahwa Allen terlihat sangat membencinya.

"Aku hanya ingin mengingatkanmu. Berhentilah bersikap seperti seolah-olah kau tak mengenalku!"

Aku memang tidak pernah mengenalmu!

"Dan juga.. ubah cara berpakaianmu yang seperti ini! Karena aku tak suka melihat orang lain menatap lapar pada milikku!"

Milikku?

Allen memutar kedua bola matanya malas.

Terdengar menjijikkan!

Ingin rasanya Allen menampar wajah milik laki-laki itu lagi. Berani-beraninya dia mengatur hidupnya?

Memangnya siapa dia? Hanya sebatas ayah biologis dari putrinya!

Bahkan setelah semuanya yang terjadi, laki-laki itu masih berani dan tanpa tahu malunya mengklaim bahwa dirinya adalah miliknya?!

Only in your dreams!

"Maaf tuan, saya sibuk. Jika anda sudah tidak ada keperluan lagi dengan saya, maka saya permisi." Pamit Allen sopan yang membuat laki-laki tersebut tersenyum licik menatap arah ke pergiannya.

Kau menyembunyikan sesuatu dariku, Allen. Tunggu aku! Aku akan merebut kembali semuanya yang pernah menjadi milikku. Pertemuan ini bukanlah yang terakhir kalinya, karena setelah ini aku tidak akan pernah lagi melepaskanmu semudah itu..

Magdalena Collen Achilles.

•••

Setengah jam sebelumnya..

"Kak Elva, Vani bosen." Keluh Vani cemberut.

Gadis kecil itu memanyunkan bibirnya imut, menatap jengah ke arah perempuan yang berstatus sebagai tantenya itu.

Merasa tidak ada respon, Vani pun memanggil lagi dengan mengguncang-guncangkan tubuh kurus itu.

"Kak, Vani bosen. Ayo makan.. nanti bunda marah kalo Vani belum makan."

"Hm.. sebentar lagi."

"Kak! Tante!!!" Sentak Vani yang membuat Elva terkejut mendengarnya.

Elva langsung gelagapan dengan sikap Vani yang tiba-tiba seperti itu.

"I-iya? kamu bosen ya sayang? gimana.. kalau kita ke mall aja?" Usul Elva yang seketika membuat mata gadis kecil itu berbinar menatapnya dengan senyuman manis yang merekah.

"Ayo! Vani mau.. tapi apa boleh sama bunda, kak Elva?" Binar mata gadis kecil itu sedikitnya memudar.

Elva yang melihat itu cukup paham.

"Boleh sayang. Emangnya bunda pernah ngelarang Vani?" Gelengan kepala Vani berikan sebagai jawaban.

"Nggak, bunda gak pernah ngelarang Vani. Tapi Vani takut bunda marah, karena pergi nya gak ajak-ajak bunda. Vani juga belum bilang sama bunda.." Kalimat terakhir gadis kecil itu sebelum menundukkan kepalanya.

Elva menghela nafas pelan, memikirkan perkataan apa yang akan ia katakan selanjutnya untuk membujuk gadis kecil itu lagi agar tidak sedih.

"Vani nggak usah khawatir, kak Elva kan punya nomornya bunda. Kalau Vani mau.. kita bisa hubungin bunda kapan aja."

"Ah iya, Vani lupa kak."

Elva terkekeh pelan menanggapinya. Disaat seperti ini Vani terlihat sangat menggemaskan hingga membuatnya tidak tahan untuk tidak mencubit pipi tembam itu.

"Jadi.. Vani mau pergi gak?"

Dengan cepat Vani menganggukkan kepalanya antusias. Jarang sekali ia bisa pergi berdua dengan tantenya itu, terlebih tanpa adanya sang bunda yang menemani bersama.

"Mau kak! Ayo kita pergi."

"Let's go girls!!" Ke duanya pun akhirnya pergi meninggalkan ruangan tersebut dengan semangat yang membara.

•••

Saat tengah asik memperhatikan sekeliling mall, tanpa sadar Vani menabrak seseorang.

Bruk!

"Aw." Ringis Vani memegangi keningnya.

Elva yang mendengar itu buru-buru menghampirinya, bisa bahaya jika terjadi sesuatu yang buruk pada Vani. Ia akan dimarahi habis-habisan oleh ibu dari anak itu.

"Sayang, kenapa? Kamu gak apa-apa kan?" Tanya Elva sedikit panik. Ia baru saja meninggalkan anak itu sebentar untuk ke toilet. Tapi begitu ia kembali, sudah tidak melihat keberadaan gadis kecil itu lagi di tempatnya.

Betapa paniknya Elva mencari-cari, hingga akhirnya ia dapat menemukan anak itu.

"Vani gak apa-apa kok, kak. Maafin Vani ya.." Ucap anak itu menundukkan kepalanya merasa bersalah.

Elva yang melihat itu menghembuskan nafasnya pelan, cukup merasa tenang. "Syukur kalo kamu baik-baik aja. Vani udah kakak maafin. Tapi lain kali jangan gitu lagi ya..?" Ujar Elva seraya mengelus surai hitam legam itu lembut.

Vani menganggukkan kepalanya tanda mengerti.

Wajah cantik yang semula menunduk itu kini terangkat, mata bulatnya beralih menatap ke arah sosok laki-laki yang ditabraknya tadi.

"Maafin Vani juga ya, om? Vani gak sengaja nabrak om tadi." Vani melakukan hal yang sama seperti yang ia lakukan pada Elva barusan.

Laki-laki itu yang pada awalnya ingin memarahi Vani mendadak jadi bungkam dan merasa tidak tega. Ia bahkan sekarang tidak mengerti dengan perasaannya sendiri yang sedang ia rasakan saat ini.

Rasanya sangat aneh dan begitu asing.

Elva yang merasa Vani tak mendapatkan respon itu menautkan ke dua alisnya bingung. Kebetulan, ia juga belum sempat melihat siapa sosok laki-laki yang tadi tidak sengaja ditabrak oleh keponakannya itu.

Elva bangkit dari satu tumpuan kakinya yang menopang tubuhnya untuk menyamakan tingginya dengan anak itu, ia kemudian membalikkan badannya menghadap lelaki tersebut.

Betapa terkejutnya ia ketika mengetahui siapa laki-laki tersebut.

Calief?!

To Be Continue.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status