Share

She Is Mine! - 05

Setengah jam kemudian..

Tok!

Tok!

Tok!

"Ya, masuk." Ucap Allen ketika pintu ruangannya di ketuk kembali.

Masuklah Widya, sekertaris Allen yang sudah membawa beberapa jumlah berkas yang telah disiapkan olehnya tadi untuk meeting mendadak tersebut.

"Permis, mrs. Berkas-berkasnya sudah saya siapkan. Dan meetingnya sebentar lagi akan segera di mulai." Ujar Widya sopan seraya menyerahkan berkas-berkas tersebut pada Allen.

"Ok, sebentar lagi. Saya sedang menunggu sepupu saya untuk menjaga Vani ketika saya meeting nanti."

Tak lama setelah Allen mengatakan hal tersebut, pintu pun akhirnya kembali diketuk oleh seseorang. Yang tak lain adalah Elva, adik sepupu Allen yang baru saja tiba dari ke pulangannya, Los Angeles, USA kemarin malam.

"Ah, maaf kak aku sedikit terlambat. Jakarta sangat macet. And see.. Aku jadinya sekarang terlambat. Sorry.." Ujarnya dengan wajah yang terlihat sedikit merasa bersalah.

"It's okay, intinya kakak titip Vani sebentar sama kamu. Soalnya kakak ada meeting mendadak sekarang." Katanya pada adik sepupunya tersebut.

Allen kemudian melangkahkan kedua kakinya meninggalkan ruangan tersebut.

"Iya kak, aku pasti bakalan jagain Vani kok." Balasnya seraya menghela nafas berat.

Sudah biasa! Ia sudah biasa seperti ini ketika dimintai untuk datang ke kantor kakak sepupunya itu.

Ketika hendak mencapai pintu, Allen kembali membalikkan tubuhnya. Kemudian berkata, "Ya, kakak harap begitu. Dan jangan lupa buat ajak Vani makan siang nanti." Pesannya sebelum benar-benar pergi meninggalkan ruangan tersebut.

"Ck, IYA KAK!!!" Teriaknya sedikit emosi dengan kakak sepupunya tersebut. 

Yang tentu saja masih dapat terdengar oleh Allen yang hanya terkekeh pelan sebagai balasannya.

•••

Tap...

Tap...

Tap...

Terdengar suara derap langkah kaki seorang perempuan dengan high heels tinggi yang terpasang dikaki putih mulus miliknya, memasuki sebuah ruangan.

Berjalan dengan begitu anggun, dan tak lupa akan tatapan dingin dan senyum sinisnya. Semua orang yang berada didalam ruangan tersebut terpaku akan pesona perempuan tersebut.

Hidung mungilnya yang mancung, kulit putihnya yang seperti susu, bibir tipis merah meronanya yang alami, dan juga bentuk tubuhnya yang- err.. sexy.

Oh shit! 

Pesonanya benar-benar sangat sulit untuk di tolak. Di tambah lagi dengan penampilannya yang memakai kemeja putih dengan dua kancing teratas yang sengaja dibiarkan terbuka untuk memperlihatkan sedikit buah dadanya yang terlihat menonjol dan juga rok mini super ketatnya yang berwana merah membuat siapapun yang dapat melihatnya seolah-olah bisa terhipnotis hanya dengan melihatnya saja.

Namun, lain halnya dengan seorang laki-laki yang masih telihat muda itu kini sudah menatapnya dengan tatapan tak percaya.

"A-Allen..?" Ucapnya tak terpercaya dengan yang dilihat oleh matanya itu.

Tenggorokannya terasa tercekat seperti ada sesuatu yang menjanggal didalam sana, juga bibirnya terasa kelu hanya untuk di gerakkan dan mengatakan sepatah kata pun.

Namun, fokus matanya masih terus tertuju pada perempuan tersebut, seperti ada magnet yang menariknya tanpa berniat untuk mengalihkannya.

Sekelebat bayangan masalalu terlintas di dalam otaknya. Seolah-olah ia kembali tertarik ke dalam pusaran masa lalu.

Masa dimana dirinya dan perempuan tersebut menjalin kasih sebagai sepasang kekasih yang saling mencintai- ralat, hanya perempuan tersebut.

Karena ia hanya menjadikan perempuan tersebut sebagai pelarian dan mainannya saja.

Hingga terlalu larut dalam permainannya, membuatnya menjadi seorang laki-laki paling brengsek dan bajingan sedunia dengan merenggut mahkota kesucian miliknya, dan membuatnya mengandung benihnya.

Benihnya? Oh astaga, rasanya ia ingin tertawa sekarang. Bagaimana mungkin dia bisa mengatakan bahwa itu adalah benihnya?!

Dia sendiri bahkan masih meragukannya. Tapi memang ia akui, bahwa memang dia lah laki laki pertama yang menjamah tubuh perempuan tersebut.

Tapi tunggu, mengapa ia harus memikirkannya? Apa pedulinya? Padahal sudah 5 tahun berlalu, dan ia merasa biasa-biasa saja, tanpa rasa bersalah sedikit pun.

Namun, kali ini hatinya tak dapat di bohongi. Setitik rasa penyesalan mengerogoti relung hatinya.

Tatkala melihat perubahan sikap dan penampilan perempuan tersebut yang benar-benar berubah seratus delapan puluh derajat dari sebelumnya.

Senyuman manis dan tatapan penuh cinta yang dulu selalu ia dapatkan kini berubah dengan tatapan datar angkuhnya dan senyuman sinis yang di tampilkan.

Kenapa?!

Kenapa ia baru tau sekarang?!

Kenapa ia baru tahu bahwa perempuan itulah CEO di perusahaan ini?! 

Dan kenapa dia begitu bodoh dengan mengutus orang lain untuk menjadi perwakilan disetiap kali ada meeting dengan perusahaan ini?!

Aarrghhh!!! 

Rasanya kepalanya benar-benar mau pecah sekarang. Dan jika diperbolehkan ingin rasanya ia membunuh semua laki-laki yang ada diruangan ini karena telah menatap gadisnya tersebut dengan tatapan lapar seperti itu.

Tunggu.

Tadi apa dia bilang? 

Gadisnya? 

Oh, Shit! 

Sebenarnya ada apa dengan dirinya?!!

"Baik, jika tidak ada yang ingin ditanyakan mengenai proyek ini. Saya akhiri sampai disini dan saya ucapkan terima kasih banyak atas kerja sama kalian semua dengan perusahaan saya, selamat tinggal." Ujar Allen mengakhiri sesi acara meeting kali ini dan kemudian melenggang pergi meninggalkan ruang tempat meeting itu berlangsung tadi.

"Tunggu!" Interupsi seseorang menghentikan langkah kakinya.

Suara itu.. suara yang sangat ia kenal!

Suara yang sangat ia benci sebelumnya dan juga bahkan hingga sekarang.

Suara seseorang yang sangat ingin ia hindari selamanya. 

Detak jantungnya kembali berpacu dengan cepat, seperti sehabis maraton. Dan tubuhnya pun mendadak kaku di tempat seolah ada sesuatu yang menahannya.

"Allen.."

Bruk!

To Be Continue.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status