Share

She Is Mine! - 04

Carlina terkejut bukan main ketika mendengar pengakuan dari putrinya tersebut.

Bagaimana mungkin, seorang laki laki yang terlihat baik baik saja bisa seperti itu yang tega menyuruh putrinya untuk membunuh darah dagingnya sendiri?!

What the hell!

Benar-benar lelaki brengsek!

"Ja- jadi..." ucap Carlina pelan yang masih dapat di dengar dengan jelas, dengan mulut yang menganga lebar dan mata yang membelalak sempurna.

Allen pun lantas menganggukkan kepalanya pelan, membenarkan semua perkataannya barusan yang memang benar adalah fakta.

"Help me, please...."

"Tolong, Allen nggak mau menggugurkan janin ini. Allen nggak mau membunuhnya! Bayi ini nggak bersalah.. dia nggak tau apa-apa. Allen nggak mau jadi seorang pembunuh yang tega melenyapkan darah dagingnya sendiri. Kalau mamah sama papah nggak setuju dengan keputusan Allen.. It's okay, Allen akan pergi dari sini. Allen juga nggak mau semakin buat kalian merasa malu karena semua perbuatan Allen. hiks.. maafin Allen, ma-pa." Ujarnya kembali terisak.

Allen merosotkan tubuhnya ke bawah, dengan air mata yang sudah tidak bisa di bendung lagi.

Sakit rasanya, benar-benar sakit!

Dadanya terasa sesak, seperti ada sebuah beban berat yang menimpanya, sebuah beban berat yang harus dia pikul sendirian. Sebuah beban berat yang memaksanya untuk harus tetap sabar dan menerimanya.

"Oh no! Benar-benar bajingan kelas kakap! Takkan ku biarkan lagi dia untuk membuat putriku semakin menderita! Lihatlah, karma apa yang akan dia dapatkan dari tuhan. Dan akanku pastikan, dia akan menyesal! Ya, menyesal seumur hidupnya. Karena telah menyakiti putriku, dan tak mau mengakui cucuku sebagai anaknya!"

•••

5 tahun kemudian.

Disebuah ruangan yang besar dan mewah ini, terdapat seorang wanita cantik yang tengah duduk dikursi kebesarannya.

Seorang wanita cantik yang kini juga tengah bersama dengan seorang anak perempuan di pangkuannya.

Seorang anak perempuan yang selalu membuatnya teringat akan wajah seseorang di masa lalunya. Hanya dengan menatap wajah anak perempuan tersebut.

Wajah yang sangat terlihat mirip dengan orang tersebut. Seseorang yang dulu sempat pernah mengisi hatinya hingga sekarang, atau mungkin selamanya.

Tes..

Tak terasa, satu tetes bulir air mata keluar begitu saja dari kedua kelopak matanya tanpa bisa di tahan lagi.

Bayangan akan kejadian 5 tahun lalu masih teringat dan terekam dengan sangat jelas dalam otaknya.

Mengingat bagaimana awal dari kehancuran hidup dan masa depannya. kemudian dengan hadirnya benih kecil yang tumbuh di dalam rahimnya hingga sekarang yang sudah menjelma menjadi seorang anak perempuan ciptaan tuhan yang begitu indah dan sempurna.

Juga penolakan demi penolakan dari sang ayah yang dulu pernah ia dapatkan.

Jika saja dulu wanita itu lebih memilih untuk menggugurkannya, mungkin sekarang dia akan menyesal. teramat sangat menyesal! Karena telah melenyapkan seorang anak yang begitu manis dan menggemaskan juga sangat berarti dalam hidupnya sekarang.

Wanita itu bersumpah!

Jika saja waktu itu tiba, dimana laki laki itu menyesali semua perbuatannya.. dan ingin memulai semuanya dari awal. maka jawabannya saat itu juga adalah Only in your dreams!

Wanita itu juga tidak akan tinggal diam dengan membiarkan putri tercintanya mengetahui siapa ayah kandungnya. ia akan membuat anaknya itu membenci ayahnya, membenci sebenci bencinya! Sampai anaknya itu pun tak akan pernah mau memanggil laki-laki brengsek itu dengan sebutan kata 'Ayah'.

Biarlah ia dikatakan egois, karena tidak akan ada yang pernah bisa mengerti bagaimana perasaan dan posisinya saat ini. Lagi pula anaknya itu hanya miliknya, dan juga dialah satu-satunya pemilik yang berhasil merangkap jadi ibu sekaligus ayah bagi anaknya tersebut.

Ya, hanya miliknya! dia lah pemiliknya!

"Bun, bunda..?" Panggil anak perempuan itu untuk yang kedua kalinya. karena merasa tidak mendapatkan jawaban dari bundanya tersebut tadi.

"Ah, i- iya sayang, kenapa?" Tanya wanita itu mengerjapkan kedua matanya bingung setelah sadar dari lamunannya tersebut.

Yap! Wanita itu yang tak lain dan tak bukan adalah Magdalena Collen Achilles. Seorang wanita cantik yang kini sudah menjadi seorang ibu di usianya yang sudah 21 tahun. Dengan seorang anak perempuan yang dia lahirkan dan dia besarkan dengan perjuangannya sendiri, tanpa bantuan suami atau laki-laki manapun.

Seorang anak perempuan yang ia beri nama, Vanelie Alraintxa Achilles. Atau yang kerap di panggil dengan 'Vani' itu.

"Bunda kok dari tadi melamun terus si? Bunda mikirin apa emangnya? " Allen tersenyum menanggapi pertanyaan polos putrinya tersebut yang sangat perhatian terhadapnya.

"Nggak kok sayang.. bunda lagi nggak mikirin apa apa. Oh iya, Vani udah makan?" Tanya Allen mengalihkan pembicaraan.

"Belum bunda. Vani belum lapar. Bunda sendiri udah makan?" Betapa bahagianya Allen memiliki seorang anak seperti Vani yang begitu perhatian dan peduli dengannya..

"Belum, bunda makannya nanti aja. Sekarang biar vani yang makan duluan ya?" Ujar allen lembut seraya mengusap lembut rambut anaknya.

"Nggak bun. Vani maunya makan bareng bun-" Belum selesai Vani mengatakannya, pintu ruangan sudah sudah lebih dulu di ketuk oleh seseorang.

Tok!

Tok!

Tok!

"Ya, masuk!" Perintah Allen ketika pintu di ketuk.

Terbukalah pintu yang menampilkan seorang wanita cantik dengan setelan baju yang sexy. dapat dikatakan bahwa itu adalah sekertaris Allen.

"Maaf, Mrs. Saya mengganggu waktu anda." Ujar Widya sopan..

"Ya, tidak apa-apa. Ada apa Widya?" Tanya Allen yang sepertinya sudah mengerti alasan mengapa Widya datang ke ruangannya.

"Begini, Mrs. Sebentar lagi akan ada meeting mendadak."

"Meeting mendadak?"

"Iya, Mrs. meeting mendadak dan akan di mulai sekitar setengah jam lagi"

"Kenapa mendadak sekali? Ada apa sebenarnya?"

"Maaf, Mrs. Saya kurang tau, tapi saya hanya ingin menyampaikannya ini saja.."

"Baiklah, setengah jam lagi. tolong siapkan semua berkas-berkasnya yang akan di bawa Widya." Perintah Allen pada widya.

"Baik, Mrs. saya akan menyiapkan berkasnya. Kalau begitu saya permisi, Mrs." Pamit Widya undur diri dan kemudian keluar dari ruangan tersebut.

Setelah Widya pergi, Allen langsung beralih menatap putri kesayangannya lagi.

"Vani." Panggil Allen.

Yang merasa namanya terpanggil pun langsung mendongak dan menatap lawan bicaranya tersebut.

"Iya bunda?" Tanya Vani pada bundanya.

"Setengah jam lagi bunda ada meeting mendadak. kamu nggak apa-apa kan sayang kalo bunda tinggal sebentar? Nanti bunda bisa minta tolong kak Elva buat jagain kamu." Tanya Allen lembut seraya mengusap pelan surai hitam milik Vani.

"Iya bunda, nggak apa-apa." Jawab Vani dengan anggukkan kepala pelan dan senyuman manisnya.

"Okay, tapi nanti jangan lupa makan ya? Biar nanti bunda sekalian bilangin sama kak Elva buat temanin kamu makan juga."

"Iya, bunda sayang.."

To Be Continue.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status