Devan ternyata mengajak Melati ke sebuah pantai, yang memang Melati sangat suka dengan tempat itu. "Kamu mengajak aku ke pantai lagi mas!" ujar gadis itu sambil tersenyum bahagia."Iyah, bukannya kamu pernah bilang kalau kamu sangat suka dengan pantai Bali!" sahut Devan."Terima kasih yah mas...!""Ternyata kamu ini sangat perhatian dengan hal-hal kecil di sekitar kamu, buktinya saja kamu sampai tahu betul kalau aku sangat suka dengan pantai Bali!" ungkap gadis itu dalam hatinya sambil sesekali melihat ke arah suaminya itu. "Ayoh kita kesana!" ajak pria itu. Gadis itu pun langsung berlari ke tepi pantai sambil berjingkrak - jingkrak kesenangan, terlihat seperti anak kecil dan lucu sekali yang membuat Devan tersenyum melihatnya.Ternyata disana juga ada Rifaldi dan sintia, dan tidak sengaja bertemu dengan mereka berdua. "Haiii..!" sapa Sintia. "Haiii, kalian disini juga ternyata!" sahut Melati ramah. "Iyah kita disini, hmm kebetulan banget kita ketemu disini!" "Hhmm ya udah kala
Besok paginya Melati dan Devan sudah siap karena akan kembali ke Jakarta, begitu pun dengan Rifaldi dan juga Sintia. "Haii, selamat pagi sin!" sapa Melati dengan ramah. "Pagi ..!" sahut Sintia singkat dengan wajah yang terlihat ketus. Melati pun merasa sedikit heran dengan respon yang diberikan oleh Sintia. "Ada apa dengan dia? apa Sintia sedang marah padaku!" ujar gadis itu dalam hatinya."Ayoh kita berangkat sekarang!" ajak Devan."Iyah mas..!" Saat di dalam mobil Melati pun terus diam dan memikirkan perubahan sikap Sintia padanya.Devan yang sedari tadi memperhatikan pun langsung menegur gadis itu. "Apa yang sedang kamu pikirkan?" tanya pria itu. "Hhmm tidak ada mas!" ujarnya. "Jangan bohong, kamu pasti sedang memikirkan Sintia bukan? Kamu pasti bertanya-tanya kenapa sikapnya Sintia tidak seperti biasanya!" "Kok kamu bisa tahu sih mas? kamu bukan seorang peramal kan?" tanya gadis itu polos.Devan pun tersenyum kecil mendengar ucapan dari istrinya itu. "Aku juga punya mata
Devan pun melihat ke arah istrinya yang sedari tadi terus memperhatikannya. "Hhmm aku akan pergi mandi!" ujar Melati menghindar. "Untuk apa Sheril terus menghubungi aku? padahal sudah aku katakan untuk jangan menggangguku lagi!" ujar pria itu kesal.Tak lama handphone nya pun berdering kembali dimana Sheril terus saja menelponnya. "Ada apa lagi?" tanya Devan dengan kesal. "Akhirnya kamu menerima panggilan dariku juga Van!" ujar wanita tidak tahu malu itu. "Ada apa?" tanya Devan ketus. "Aku hanya ingin tau apa kamu sudah kembali ke Jakarta atau belum, aku ingin kita bisa bertemu sekali lagi!" "Aku sudah pulang ke Jakarta dan tolong jangan menghubungi aku lagi!" pinta Devan lalu menutup telponnya."Devan tunggu dulu..! teriak gadis itu di balik telpon. "Aku belum selesai bicara tapi kamu sudah menutup telponnya, lihat saja nanti aku akan membuat kamu jatuh cinta lagi sama aku dan akan aku pastikan itu terjadi!" ungkapnya kesal. Tak lama Melati pun keluar dari kamar mandi, dan sa
"Aku sudah katakan dari awal kalau aku tidak setuju gadis kurang ngajar ini untuk pindah kuliah di Jakarta, biarkan saja dia tetap di luar negeri dan jauh dari keluarganya agar dia bisa mandiri dan bersikap lebih dewasa!" ungkap Oma Laksmi. "Tapi Bu aku tidak bisa membiarkan putriku ini jauh dari aku dan rumahnya, memang apa salahnya jika dia lebih memilih untuk tinggal disini? ini jugakan rumahnya Bu!" sahut Bu Ranti yang selalu membela anaknya itu. "Tapi kamu lihat sendirikan bagaimana sikap gadis ini pada Melati, itu sangat tidak sopan dan kurang ajar!" "Aku minta maaf Oma, aku hanya mengatakan apa yang aku rasa benar. Aku tidak tahu kalau hal itu akan membuat Oma marah seperti ini!" "Jangan minta maaf pada Oma, tapi pada Melati yang sudah kamu sakiti hatinya!" "Cindy ayoh minta maaf pada Melati!" pinta Pak Hardi. "Melati juga kakakmu sekarang!" "Aku minta maaf!" ujar Cindy dengan terpaksa. "Iyah cin, aku sudah maafin kamu kok. Aku juga sama sekali tidak tersinggung dengan u
Di dalam kamar Melati tampak sedang melamun, dan hal itu di perhatian oleh Devan yang memang masih sibuk dengan laptopnya."Ada apa dengan gadis itu? biasanya jam segini dia sudah tertidur tapi kenapa malam ini dia terlihat melamun! Apa ini semua ada hubungan nya dengan perkataan Cindy tadi?" ujar Devan dalam hatinya. Karena merasa khawatir Devan pun menuangkan segelas air putih dan memberikannya pada Melati. Melati yang tersadar pun menatap Devan dengan sedikit heran. "Ambillah..!" "Terima kasih mas, tapi aku tidak haus!" ujar gadis itu. "Aku tahu kamu memang tidak haus, tapi aku tidak suka jika melihat seseorang sedang melamun seperti itu. Sebaiknya kamu minum agar pikiranmu bisa lebih tenang!" ungkap Devan. "Ternyata mas Devan sedari tadi memperhatikan aku, aku jadi tidak enak!" ujar Melati dalam hatinya."Aku tidak apa-apa kok mas?" "Lalu kenapa kamu belum tidur dan malah melamun seperti tadi, aku tahu pasti ada sesuatu yang sedang kamu pikirkan bukan? Apa ini karena ucapan
Melati dan Devan sudah sampai di rumah kedua orang tua Melati. Sengaja gadis itu tidak memberi tahu kedua orang tuanya terlebih dulu kalau akan berkunjung dan menginap disana. Tok...tok...tok"Assalamualaikum... ibu ayah!" teriak gadis itu sambil mengetuk pintu rumahnya. "Waalaikumsalam..." sahut wanita paruh baya di dalam rumahnya. "Melati... ya Allah ternyata kamu nak!" ujar Bu Sukma memeluk anak kesayangan."Iyah Bu ini aku, ayah mana Bu?" tanya gadis itu. "Ayah kamu lagi keluar, paling nanti sebentar lagi juga pulang!" sahut Bu Sukma. "Bu, apa kabar?" sapa Devan sambil menyalami mertuanya dengan santun."Alhamdulillah nak, kabar ibu baik. Nak Devan sendiri bagaimana?" "Syukurlah Bu, kabarku juga baik-baik saja!" "Ya sudah ayoh masuk!" ajak ibu mertua yang baik hati itu. "Nak Devan silahkan duduk, ibu mau buatkan minum dulu sebentar!""Tidak usah bu..!" tolak Devan. "Aku juga tidak akan lama disini, karena aku harus pergi ke kantor!" sahut pria itu. "Oh begitu yah, ibu pik
"Siapa yang mengijinkan kamu untuk masuk ke dalam ruanganku?" tanya Devan dengan nada tinggi sambil menahan emosinya."Devan sabar dulu, tolong kamu jangan marah seperti itu!" pinta wanita yang berada di ruangan itu. Yang ternyata itu adalah Sheri, entah kenapa dia sampai bisa berada di ruangan kantornya Devan dan masuk tanpa seijinnya. "Aku tidak bisa sabar sekarang..!" ujar pria itu. "Sebaiknya kamu keluar dari ruanganku, karena aku tidak mau ada satu orang pun yang masuk sembarangan ke dalam ruanganku ini! apalagi orang itu sama sekali tidak punya kepentingan!" "Devan, aku jauh-jauh datang kesini hanya demi kamu. Tapi kamu justru malah mengusir aku seperti ini!" "Aku tidak meminta kamu untuk datang bukan, kamu datang kesini atas keinginan kamu sendiri! dan aku tidak suka kamu berada disini jadi tolong pergi sekarang juga!" pinta pria itu cepat."Tidak....!" bantah gadis itu "Aku tidak akan pergi kemana-mana, aku akan tetap berada disini bersama kamu!" ujarnya membuat Devan kes
Saat Sheril sedang berlari tidak sengaja dia bertabrakan dengan Rifaldi. "Aaw...!" teriak gadis itu "Maaf mba, mari saya bantu!" ujar Rifaldi. "Iyah mas tidak apa-apa, saya yang harusnya minta maaf!" sahut gadis yang ceroboh itu. "Sheril...!" Rifaldi nampak terkejut dengan keberadaan wanita yang ada di hadapannya. "Kamu Rifaldi adiknya Devan kan?" ujar gadis itu bertanya balik. "Iyah aku Rifaldi, kamu sedang apa berada disini?" tanya Rifaldi yang penasaran. Sheril hanya terdiam saja dengan ekspresi wajah yang sedih. "Sebaiknya kita bicara di cafe dekat sini saja, agar lebih enak dan nyaman!" ajak Rifaldi. Gadis itu pun mengangguk tanda setuju. "Kebetulan sekali aku bisa bertemu dengan Sheril disini, ini bisa aku jadikan kesempatan untuk memanfaatkan dia!" ujar pria itu yang mulai berpikir licik. "Ayoh..!" ajak Rifaldi. Setelah sampai cafe Rifaldi pun memesankan minuman untuk mantan kekasih kakaknya itu agar dia bisa lebih tenang. "Hhhmmm sekarang kamu bisa cerita sama aku
Keesokan harinya Rifaldi sudah berada di depan rumah Sintia, dia terlihat membawakan Sintia bunga dan juga buah-buahan untuk keluarganya. "Assalamualaikum Pak...!" sapa dia pada mertuanya yang kebetulan berada di depan. "Waalaikumsalam... nak Rifaldi pasti kesini untuk menemui Sintia bukan!" sahut pria paruh baya itu.."Iyah Pak, apa Sintia ada!" "Ada, ayoh kita masuk ke dalam!" "Mas Rifaldi, kamu kesini lagi? ada apa mas?" tanya Sintia. "Aku datang kesini untuk meminta kamu agar ikut pulang dengan aku ke rumah kita!" sahut pria itu. Sintia pun langsung memandangi wajah kedua orang tuanya. "Apa mas Rifaldi sudah yakin dengan keputusan ini, aku tidak mau kalau nantinya mas Rifaldi akan menyesal!" "Tentu saja aku sudah yakin, aku tidak akan menyesal sama sekali karena ini murni keinginan aku. Aku ingin kita bisa sama-sama seperti dulu lagi sintia, tolong berikan aku satu kesempatan untuk bisa menjaga dan mencintai kamu dan ikut membesarkan anak kita sama-sama!" ungkap Rifaldi de
"Bapa akan mencoba membantu kamu dan berbicara dengan Sintia mengenai ini, bapa akan memberikan pengertian pada dia. Jadi nak Rifaldi harus mau menunggu untuk itu!" ujar Pak Ridwan."Aku tidak masalah sama sekali pak jika harus menunggu Sintia begitu lama!" Baiklah, kalau begitu sebaiknya nak Rifaldi pulang dulu saja, besok pagi nak Rifaldi bisa datang kesini lagi dan kami akan memberikan keputusannya!" "Baik Pak, Terima kasih sebelumnya atas bantuannya Pak, Bu!" "Sama-sama nak Rifaldi, kalau untuk kebaikan pasti kami akan selalu mendukung. Iyah kan Pak!" ujar Bu Anis. "Iyah bu benar sekali!" sahut Pak Ridwan sambil tersenyum.."Kalau begitu saya pamit pulang dulu pak, besok pagi saya akan kesini lagi. Dan tolong sampaikan salam dari saya untuk Sintia!" "Assalamualaikum....!" ujar Rifaldi.."Waalaikumsalam...!" sahut Bu Anis dan Pak Ridwan..Setelah Rifaldi pulang, Bu Anis dan Pak Ridwan pun langsung mencoba untuk berbicara dengan Sintia. Tok tok tok"Sintia, buka dulu nak. Kami
Serangkaian acara pun mulai di lakukan, semua orang tampak sangat bahagia sekali. Kini acara itu dilanjutkan dengan melakukan siraman. "Dimana ayah dari calon bayinya? Mama suami kamu!" tanya seorang wanita paruh baya yang memimpin acara tersebut...Sontak semua orang pun terdiam dan saling menatap satu sama lainnya. "Apa acaranya tidak bisa dilanjutkan kalau tidak ada suami saya mbok!" tanya Sintia. "Memangnya suami kamu kemana? bukankah ini juga acara yang penting untuk dia!" "Saya ada disini!" sahut seorang pria yang tiba-tiba saja datang. Semua orang pun langsung dialihkan pandangnya, dan merasa terkejut saat tahu bahwa pria tersebut adalah Rifaldi..."Rifaldi pah!" ujar Bu Ranti pada suaminya. Rifaldi pun langsung berjalan ke arah Sintia..."Apa sekarang acaranya sudah bisa di mulai?" tanya pria itu membuat semua orang membisu."Tentu saja, kita bisa mulai siramannya sekarang!" Acara siraman tujuh bulanan pun langsung di lakukan... Setelah serangkaian acara selesai dan b
"Mas, Cindy.. ayoh kesini. aku sudah membuatkan minuman dan cemilan untuk kalian!" panggil Melati...Tak berselang lama Cindy dan Devan pun datang menghampiri Melati yang sudah berada di ruang makan. "Ya ampun kak, kenapa gak ngajak-ngajak aku sih. Aku kan bisa bantuin kakak!" ujar Cindy. "Engga apa-apa kok, ini kan bikinnya juga simple banget jadi kakak bisa sendiri!" sahut Melati.."Aku cobain yah, kelihatannya enak banget!" "Iyah boleh dong, ayoh di makan!" "Hmmm apapun yang dibuat oleh istri aku ini memang gak pernah gagal. Tangan kamu ini memang ajaib banget yah!" "Makasih yah mas, kamu itu selalu memuji aku!" "Kapan-kapan aku juga mau dong kak belajar masak, biar nanti tuh setelah aku punya suami aku bisa masakin suami aku makanan yang enak terus setiap hari. Terus dapet pujian deh dari dia, sama seperti kalian ini!" ungkap Cindy. "Boleh dong, kamu bisa datang kesini dan belajar kapan pun yang kamu mau. Kakak pasti akan selalu ngajarin kamu sampai kamu bisa!" sahut Melati
Setelah melakukan perjalanan yang cukup jauh akhirnya Melati, Devan dan Cindy pun sudah sampai di rumah baru mereka. Melati terlihat senang sekali dengan rumah baru yang akan ditinggalinya itu. Rumah yang terlihat sangat megah, dan halaman yang luas beserta taman membuat rumah itu terkesan mewah. "Gimana menurut kamu? apa kamu suka sama rumahnya!" tanya Devan. "Aku suka banget mas sama rumahnya, rumahnya bagus, mewah dan terlihat sangat nyaman!" sahut gadis itu. "Waw keren banget kak, ternyata kak Devan pintar juga yah milih desain rumah yang bagus!" puji Cindy. "Aku kayaknya bakalan sering nginep disini deh, apalagi letaknya juga tidak terlalu jauh dari kampus aku!" "Tentu saja boleh dong, kalau kamu mau tinggal disini juga tidak masalah sama sekali kok!" sahut Devan. "Iyah, kakak malah seneng banget karena nanti ada temennya!" "Ya udah yuk kita masuk ke dalam, pasti kamu sudah penasaran kan dengan isi rumah kita yang baru ini!" ajak Devan. "Iyah mas, aku memang sudah penas
Keesokan paginya terlihat Devan dan Melati sudah bersiap-siap untuk pindah rumah, semua orang pun merasa sedih akan kepindahan mereka berdua. "kenapa kalian berdua mendadak pindah pagi ini, bukankah akan pindahnya sore nanti!" Ujar Oma Laksmi.."Sebelumnya aku mau minta maaf Oma, karena secara mendadak aku dan Melati memutuskan untuk pindah pagi ini. Aku juga sudah bicara dengan papa dan meminta ijin untuk tidak masuk kantor dulu!" "Loh kak Devan sama kak Melati mau pindahan sekarang?" Tanya Cindy."Iyah Cindy!" Sahut singkat Melati.."Tapi kenapa? Bukannya kemarin bilangnya nanti sore yah!" "Tadinya memang begitu tapi kita jugakan harus beresin barang-barang kita nanti disana. Jadi pasti akan membutuhkan waktu yang cukup lama!" "Ya udah kalau gitu aku ikut kalian yah, aku bantuin kalian beres-beres disana gimana? Bolehkan?" "Boleh dong, malah kita senang banget karena ada yang bantuin. Iyah kan mas!" Devan pun menganggukkan sambil tersenyum ke arah Cindy. "Yess!" Ucap gadis it
Terlihat Melati sedang membereskan barang-barangnya yang akan dia bawa nanti saat pindah rumah, gadis itu nampak sibuk sekali. Dan tak lama dari itu Devan pun sudah pulang dari kantornya.."Kelihatannya istriku ini sangat sibuk sekali, sampai-sampai suami pulang saja tidak tahu!" ujar Devan menggoda.."Ya ampun mas maaf banget yah, aku terlalu asik beresin barang-barang kita!" sahut gadis itu yang merasa tidak enak. "Tidak apa-apa, aku juga hanya bercanda kok!" "Oh Iyah mas, tadi setelah kamu pergi ke kantor ada kedua orang tua Sintia datang kesini!" "Apa Sintia juga ikut?" "Tidak mas, hanya bapa dan ibunya saja yang datang. Mereka datang kesini hanya ingin meminta kejelasan pada mas Rifaldi dan ternyata mas Rifaldi lebih memilih menceraikan Sintia setelah anak mereka lahir nanti mas!" ungkap gadis itu dengan raut wajah yang sedih. "Aku tidak mengerti dengan jalan pikirannya Rifaldi, dia sampai tega menyakiti banyak orang sekaligus!" "Makanya mas, aku merasa sedih dan bersalah s
Setelah kedua orang tua Sintia pulang, Pak Hardi dan yang lainnya pun mencoba untuk bicara dengan Rifaldi. "Rifaldi tunggu dulu!" pinta Pak Hardi.."Ada apa lagi pah!" sahut pria itu ketus. "Papa ingin bicara dengan kamu!" "Kalau papa ingin membicarakan masalah aku dengan Sintia, aku rasa sudah tidak ada lagi yang perlu di bicarakan pah!" "Rifaldi, mama benar-benar kecewa sama kamu. Kenapa kamu ini jadi egois seperti ini!" ujar Bu Ranti dengan nada yang tinggi. "Aku egois, aku jadi seperti ini karena kesalahan aku sendiri. Seandainya saja waktu itu aku tidak menikahi Sintia dan meneruskan pernikahan aku dengan Melati pasti kejadiannya tidak akan seperti ini!" "Kak, kenapa sih kakak ini gak bisa belajar mencintai kak Sintia. Padahal kak Sintia juga wanita yang baik dia juga sangat mencintai kak Rifaldi dengan sangat tulus!" ungkap Cindy yang juga ikut kesal. "Kamu diam saja Cindy, tolong jangan ikut campur dengan masalah ku ini!" "Kenapa kak, kenapa aku tidak boleh untuk ikut b
Pria itu pun langsung bergegas pergi meninggalkan semua orang dengan menahan kesal. "Sepertinya Rifaldi itu marah pah!" Ujar wanita paruh baya itu.."Marah kenapa mah?" "Dia sepertinya kesal karena Melati dan Devan memutuskan untuk pindah rumah, tapi itu hanya perkiraan mama saja!" ungkap Bu Ranti.."Tapi keputusan Devan untuk pindah rumah itu sudah tepat mah, dengan begitu Rifaldi tidak akan terus di bayang-bayangi oleh Melati. Dan siapa tahu dia bisa melupakan Melati juga!" sahut pak Hardi."Jujur saja sebenarnya memang itu alasan aku dan Melati memutuskan untuk pindah rumah, aku merasa tidak akan baik jika harus tinggal satu atap dengan Rifaldi. Apalagi setelah apa yang sudah dia lakukan selama ini sangatlah keterlaluan, dia bahkan yang pertama kali mengajak Sheril untuk bekerja sama!" ungkap Devan."Apa kamu yakin, kamu tahu dari mana soal itu. Kalau Sheril yang terlebih dulu mengajak Rifaldi bagaimana?" tanya Bu Ranti.."Sheril yang mengatakannya langsung mah, bahkan sebelum Sh