Dengan bibir yang bergemetar Sheril terus saja berusaha meyakinkan Devan. "Tidak Van, kamu salah Van. Aku orang yang selalu mencintai kamu dengan tulus. Hanya aku Van!" ujarnya tidak tahu malu.Devan pun tersenyum kecil setelah mendengar pernyataan dari mantan kekasihnya itu. "Apa kamu tidak memikirkan bagaimana perasaan suami kamu setelah bicara seperti itu? tanya pria itu kesal. "Kenapa bisa-bisanya kamu mencintai pria lain selain dari suami kamu sendiri! kalau pun memang kamu tidak mau, harusnya dari awal kamu menolaknya dan membicarakan soal hubungan kita pada kedua orang tua kamu. Tapi kamu lebih memilih diam dan menerima perjodohan itu bukan!" ungkap Devan. "Lalu sekarang kamu bertanya soal perasaanku terhadap kamu, harusnya kamu sudah tahu Jawabannya itu adalah kebencian! "Hanya terdiam kebencian di hati aku untuk kamu!""Baiklah sudah cukup aku tidak ingin mendengar nya lagi...!" pinta gadis itu. "Aku sudah mengerti sekarang van, kalau tidak ada celah sedikit pun untuk aku
Devan ternyata mengajak Melati ke sebuah pantai, yang memang Melati sangat suka dengan tempat itu. "Kamu mengajak aku ke pantai lagi mas!" ujar gadis itu sambil tersenyum bahagia."Iyah, bukannya kamu pernah bilang kalau kamu sangat suka dengan pantai Bali!" sahut Devan."Terima kasih yah mas...!""Ternyata kamu ini sangat perhatian dengan hal-hal kecil di sekitar kamu, buktinya saja kamu sampai tahu betul kalau aku sangat suka dengan pantai Bali!" ungkap gadis itu dalam hatinya sambil sesekali melihat ke arah suaminya itu. "Ayoh kita kesana!" ajak pria itu. Gadis itu pun langsung berlari ke tepi pantai sambil berjingkrak - jingkrak kesenangan, terlihat seperti anak kecil dan lucu sekali yang membuat Devan tersenyum melihatnya.Ternyata disana juga ada Rifaldi dan sintia, dan tidak sengaja bertemu dengan mereka berdua. "Haiii..!" sapa Sintia. "Haiii, kalian disini juga ternyata!" sahut Melati ramah. "Iyah kita disini, hmm kebetulan banget kita ketemu disini!" "Hhmm ya udah kala
Besok paginya Melati dan Devan sudah siap karena akan kembali ke Jakarta, begitu pun dengan Rifaldi dan juga Sintia. "Haii, selamat pagi sin!" sapa Melati dengan ramah. "Pagi ..!" sahut Sintia singkat dengan wajah yang terlihat ketus. Melati pun merasa sedikit heran dengan respon yang diberikan oleh Sintia. "Ada apa dengan dia? apa Sintia sedang marah padaku!" ujar gadis itu dalam hatinya."Ayoh kita berangkat sekarang!" ajak Devan."Iyah mas..!" Saat di dalam mobil Melati pun terus diam dan memikirkan perubahan sikap Sintia padanya.Devan yang sedari tadi memperhatikan pun langsung menegur gadis itu. "Apa yang sedang kamu pikirkan?" tanya pria itu. "Hhmm tidak ada mas!" ujarnya. "Jangan bohong, kamu pasti sedang memikirkan Sintia bukan? Kamu pasti bertanya-tanya kenapa sikapnya Sintia tidak seperti biasanya!" "Kok kamu bisa tahu sih mas? kamu bukan seorang peramal kan?" tanya gadis itu polos.Devan pun tersenyum kecil mendengar ucapan dari istrinya itu. "Aku juga punya mata
Devan pun melihat ke arah istrinya yang sedari tadi terus memperhatikannya. "Hhmm aku akan pergi mandi!" ujar Melati menghindar. "Untuk apa Sheril terus menghubungi aku? padahal sudah aku katakan untuk jangan menggangguku lagi!" ujar pria itu kesal.Tak lama handphone nya pun berdering kembali dimana Sheril terus saja menelponnya. "Ada apa lagi?" tanya Devan dengan kesal. "Akhirnya kamu menerima panggilan dariku juga Van!" ujar wanita tidak tahu malu itu. "Ada apa?" tanya Devan ketus. "Aku hanya ingin tau apa kamu sudah kembali ke Jakarta atau belum, aku ingin kita bisa bertemu sekali lagi!" "Aku sudah pulang ke Jakarta dan tolong jangan menghubungi aku lagi!" pinta Devan lalu menutup telponnya."Devan tunggu dulu..! teriak gadis itu di balik telpon. "Aku belum selesai bicara tapi kamu sudah menutup telponnya, lihat saja nanti aku akan membuat kamu jatuh cinta lagi sama aku dan akan aku pastikan itu terjadi!" ungkapnya kesal. Tak lama Melati pun keluar dari kamar mandi, dan sa
"Aku sudah katakan dari awal kalau aku tidak setuju gadis kurang ngajar ini untuk pindah kuliah di Jakarta, biarkan saja dia tetap di luar negeri dan jauh dari keluarganya agar dia bisa mandiri dan bersikap lebih dewasa!" ungkap Oma Laksmi. "Tapi Bu aku tidak bisa membiarkan putriku ini jauh dari aku dan rumahnya, memang apa salahnya jika dia lebih memilih untuk tinggal disini? ini jugakan rumahnya Bu!" sahut Bu Ranti yang selalu membela anaknya itu. "Tapi kamu lihat sendirikan bagaimana sikap gadis ini pada Melati, itu sangat tidak sopan dan kurang ajar!" "Aku minta maaf Oma, aku hanya mengatakan apa yang aku rasa benar. Aku tidak tahu kalau hal itu akan membuat Oma marah seperti ini!" "Jangan minta maaf pada Oma, tapi pada Melati yang sudah kamu sakiti hatinya!" "Cindy ayoh minta maaf pada Melati!" pinta Pak Hardi. "Melati juga kakakmu sekarang!" "Aku minta maaf!" ujar Cindy dengan terpaksa. "Iyah cin, aku sudah maafin kamu kok. Aku juga sama sekali tidak tersinggung dengan u
Di dalam kamar Melati tampak sedang melamun, dan hal itu di perhatian oleh Devan yang memang masih sibuk dengan laptopnya."Ada apa dengan gadis itu? biasanya jam segini dia sudah tertidur tapi kenapa malam ini dia terlihat melamun! Apa ini semua ada hubungan nya dengan perkataan Cindy tadi?" ujar Devan dalam hatinya. Karena merasa khawatir Devan pun menuangkan segelas air putih dan memberikannya pada Melati. Melati yang tersadar pun menatap Devan dengan sedikit heran. "Ambillah..!" "Terima kasih mas, tapi aku tidak haus!" ujar gadis itu. "Aku tahu kamu memang tidak haus, tapi aku tidak suka jika melihat seseorang sedang melamun seperti itu. Sebaiknya kamu minum agar pikiranmu bisa lebih tenang!" ungkap Devan. "Ternyata mas Devan sedari tadi memperhatikan aku, aku jadi tidak enak!" ujar Melati dalam hatinya."Aku tidak apa-apa kok mas?" "Lalu kenapa kamu belum tidur dan malah melamun seperti tadi, aku tahu pasti ada sesuatu yang sedang kamu pikirkan bukan? Apa ini karena ucapan
Melati dan Devan sudah sampai di rumah kedua orang tua Melati. Sengaja gadis itu tidak memberi tahu kedua orang tuanya terlebih dulu kalau akan berkunjung dan menginap disana. Tok...tok...tok"Assalamualaikum... ibu ayah!" teriak gadis itu sambil mengetuk pintu rumahnya. "Waalaikumsalam..." sahut wanita paruh baya di dalam rumahnya. "Melati... ya Allah ternyata kamu nak!" ujar Bu Sukma memeluk anak kesayangan."Iyah Bu ini aku, ayah mana Bu?" tanya gadis itu. "Ayah kamu lagi keluar, paling nanti sebentar lagi juga pulang!" sahut Bu Sukma. "Bu, apa kabar?" sapa Devan sambil menyalami mertuanya dengan santun."Alhamdulillah nak, kabar ibu baik. Nak Devan sendiri bagaimana?" "Syukurlah Bu, kabarku juga baik-baik saja!" "Ya sudah ayoh masuk!" ajak ibu mertua yang baik hati itu. "Nak Devan silahkan duduk, ibu mau buatkan minum dulu sebentar!""Tidak usah bu..!" tolak Devan. "Aku juga tidak akan lama disini, karena aku harus pergi ke kantor!" sahut pria itu. "Oh begitu yah, ibu pik
"Siapa yang mengijinkan kamu untuk masuk ke dalam ruanganku?" tanya Devan dengan nada tinggi sambil menahan emosinya."Devan sabar dulu, tolong kamu jangan marah seperti itu!" pinta wanita yang berada di ruangan itu. Yang ternyata itu adalah Sheri, entah kenapa dia sampai bisa berada di ruangan kantornya Devan dan masuk tanpa seijinnya. "Aku tidak bisa sabar sekarang..!" ujar pria itu. "Sebaiknya kamu keluar dari ruanganku, karena aku tidak mau ada satu orang pun yang masuk sembarangan ke dalam ruanganku ini! apalagi orang itu sama sekali tidak punya kepentingan!" "Devan, aku jauh-jauh datang kesini hanya demi kamu. Tapi kamu justru malah mengusir aku seperti ini!" "Aku tidak meminta kamu untuk datang bukan, kamu datang kesini atas keinginan kamu sendiri! dan aku tidak suka kamu berada disini jadi tolong pergi sekarang juga!" pinta pria itu cepat."Tidak....!" bantah gadis itu "Aku tidak akan pergi kemana-mana, aku akan tetap berada disini bersama kamu!" ujarnya membuat Devan kes