"Nak Devan sudah pulang dari kantornya yah, hmmm apa nak Devan butuh sesuatu?" tanya Bu Sukma dengan ramah. "Tidak Bu, aku kesini karena ingin pergi mandi!" ujar pria itu pada ibu mertuanya. "Oh ya ampun, silahkan nak Devan. Tapi maaf kamar mandinya disini hanya satu itupun ada di bagian dapur!" "Tidak apa-apa Bu, ini bukanlah masalah buat saya!" "Ya sudah kalau begitu silahkan nak Devan pergi mandi dulu, setelah itu kita akan makan sama-sama." "Iyah Bu!" sahut pria itu sambil menganggukkan kepalanya. "Bu..!" sapa Melati yang baru saja kembali. "Sini biar aku yang melanjutkan!" ujarnya. "Iyah nak... hmmm Melati..!" panggil lirih wanita paruh baya itu. "Iyah Bu ada apa?" sahut gadis mungil itu. "Ibu merasa tidak enak dengan nak Devan!" bisik Bu Sukma. "Tidak enak kenapa Bu?" "Ibu takut kalau nak Devan merasa tidak nyaman berada disini, kamar mandinya saja di rumah ini hanya satu itupun berada di dapur dan digunakan oleh kita semua!" ujar nya dengan ekspresi wajah yang sediki
Setelah selesai makan malam terlihat Devan sedang duduk di teras depan rumah Melati, disana juga dia tidak duduk sendirian namun di temani oleh sang ayah mertua. "Ini kopi untuk ayah dan mas Devan!" Ucap Melati yang datang sambil membawa dua cangkir berisi kopi. "Terima kasih yah nak!" sahut Pak Wisnu. "Sama-sama ayah, kalau begitu Melati masuk dulu ke dalam!" "Kenapa kamu tidak duduk disini saja bersama ayah dan suami kamu?" pinta pria paruh baya itu. "Hhmmm Iyah ayah." ujar gadis itu tanpa menolak. Tak lama Bu Sukma pun datang menghampiri mereka dengan sebuah cemilan yang dia bawa di atas piring. "Biar lebih nikmat ngopinya di temani kue buatan ibu!" ujar wanita paruh baya itu. "Bu, sini duduk dekat bapa!" "Iyah pak.!""Jujur ayah merasa seneng sekali karena bisa berkumpul seperti ini bersama kalian semua, ini adalah momen yang paling ayah tunggu-tunggu!" "Melati juga seneng kok yah, karena bisa berkumpul bersama ibu dan ayah seperti ini lagi!" "Usia ayah ini sudah tidak
"Kamu mau pergi kemana melati?" tanya Devan. "Aku tidak akan pergi kemana-mana mas!" sahut gadis itu. "Aku akan pergi tidur di bawah." "Kenapa kamu tidur di lantai?" "Lalu aku harus tidur dimana mas? dikamar ku ini tidak ada sofa. Lagi pula aku akan memakai tikar sebagai alasnya!" ujar gadis itu. Devan pun segera bangkit dan menghampiri istrinya itu. "Kamu bisa tidur di kasur, lagi pula ini adalah kamar milikmu!" ujar Devan. "Tidak mas, aku bisa tidur dimana pun sementara kamu ini pasti tidak akan sanggup jika harus tidur di bawah lantai. Sebaiknya kamu tidur saja sekarang karena saat ini sudah mulai larut malam!" "Kita akan berbagi tempat tidur malam ini!" ungkap Devan dengan cepat. "Apa kamu tidak salah bicara mas?" sahut Melati yang nampak gugup. "Tidak, aku tidak salah bicara. Kita akan berbagi tempat tidur jadi kamu tidak perlu tidur di lantai seperti itu!" "Tapi tempat tidur milikku ini tidak terlalu besar mas!" "Tidak masalah, aku akan buatkan pembatas di tengah-teng
Devan langsung bergegas masuk ke dalam kantornya, dan untung saja dia sampai tepat waktu. "Van untung saja Lo udah dateng sebelum pada client!" ujar Radit. "Jadi mereka belum sampai?" sahut Devan. "Belum, tapi mereka sudah deket sini palingan juga sebentar lagi sampai!" "Huhhhh syukurlah!" ujar Devan sambil menghela nafasnya karena merasa lega."Lo kenapa sih bisa telat gini, biasanya kan Lo itu selalu on time?" tanya Radit. "Gue bangunnya kesiangan, makanya bisa telat kayak gini!" sahut pria itu. "Emangnya istri Lo gak bangunin Lo apah?" "Gimana mau bangunin gue, orang kita berdua sama-sama kesiangan!" Radit pun tertawa kecil dengan apa yang di katakan sahabatnya itu. "Kenapa Lo malah ketawa gitu?" tanya Devan. "Ya engga apa-apa sih, gue ngerti kok kenapa kalian bisa kesiangan bangun pasti karena semalam....!""Apaan sih Lo, jangan berpikiran yang aneh-aneh deh!" ujar Devan menghela pembicaraan Radit. "Ya engga apa-apa kali bro, lagian jugakan kalian itu udah suami istri k
Melati pun langsung masuk ke dalam ruangan kerja suaminya itu. Dia melihat sekeliling ruangan dan melihat ke arah foto suaminya yang ada diatas meja, gadis itupun mulai tersenyum memandangi suaminya di balik foto.Lalu tak lama kemudian, dia dikejutkan dengan seorang wanita yang tiba-tiba masuk ke dalam ruangan milik suaminya itu. "Devan lihat aku bawakan kamu makanan kesukaan kamu!" ujar wanita itu yang langsung terhenti ketika tahu di ruangan itu tidak ada Devan justru yang ada disana seorang wanita yang dia ketahui itu istrinya Devan. Melati pun memandangi wanita yang tepat sedang berdiri di depannya. Dia mencoba mengingat wanita itu karena wajahnya seperti tidak asing baginya. "Hhhmm maaf apa kita pernah bertemu sebelumnya?" tanya gadis itu polos. "Aku Sheril, kamu pasti Melati istrinya Devan bukan!" sahut wanita itu dengan gugup. Melati pun mulai mengingatnya, dia sadar kalau wanita yang saat ini berdiri di ruangan suaminya itu adalah mantan kekasih suaminya. Mereka berdua
"Apa yang tadi kalian berdua bicarakan?" tanya Devan sinis."Siapa?" sahut gadis itu polos. "Bukankah tadi kamu dan Sheril berada di ruanganku tadi, lalu apa yang kalian bicarakan? tidak mungkin kan kalian tidak bicara apa-apa!" ujar pria itu cepat. "Oh Iyah mas, tadi kami berdua memang sempat bicara.""Membicarakan soal apa?" "Aku hanya meminta dia untuk tidak lagi mengantarkan makanan buat kamu, karena sudah ada aku yang akan melakukannya." ujar gadis itu cepat "Aku hanya tidak ingin membuatnya menjadi repot saja, apalagi kamu pasti tidak nyaman bukan jika ada dia di sekitar kamu!" "Serius kamu bicara seperti itu?" "Iyah mas, apa kamu tidak percaya padaku! lagi pula aku inikan istri kamu mas. Mana ada seorang istri yang mau suami nya di dekati oleh wanita lain apalagi wanita itu berasal dari masa lalunya." sahut gadis itu cepat.Mendengar hal itu Devan pun seketika langsung terdiam dan melihat Melati dengan tatapan yang tajam. "Kenapa kamu menatap aku seperti itu? apa aku sala
Pria itu pun tidak tinggal diam, dia terus saja mengikuti Melati meski gadis itu sudah pergi menjauh darinya. "Ayoh Mel cepetan, mas Rifaldi malah ngejar kita!" ujar Linda yang mulai panik. "Iyah Lin aku takut banget mas Rifaldi bakalan ngelakuin hal nekad!" "Melati tunggu..!" teriak pria itu yang terus mengejar Rifaldi. Namun seketika langkah nya langsung terhenti karena Radit menghadang nya dari depan. "Apaan sih Lo? minggir!" pinta Rifaldi cepat. "Engga, gue engga mau!" sahut pria itu menolak. "Gue gak ada urusan yah sama Lo, sekarang gue minta Lo minggir dan jangan halangi jalan gue!" "Kenapa memang nya?" Lo mau ngejar Melati hah?" tanya Radit. "Itu bukan urusan Lo yah, mendingan sekarang Lo urusin saja hidup Lo sendiri!" sahut Rifaldi cepat. "Ya jelas lah ini tuh jadi urusan nya gue, karena yang Lo kejar itu istri dari sahabat gue yaitu Devan. Dan harusnya Lo gak usah gangguin Melati lagi karena dia itu udah jadi kakak ipar Lo?" "Maksud Lo apaan ngomong kayak gitu ke gu
Sore harinya Devan sudah pulang ke rumah orang tuanya Melati, disana juga gadis itu terlihat sedang merapihkan barang-barang miliknya. " Tadi Radit kasih tahu aku katanya Rifaldi ganggu kamu!" ujar pria itu. "Iyah mas, tapi aku tidak apa-apa kok!" sahut Melati."Memangnya apa yang sudah dia lakukan sama kamu tadi?" "Mas Rifaldi engga nyakitin aku kok mas, tadi katanya dia cuman pengen bicara sebentar sama aku, tapi akunya yang gak mau dan terus menolaknya karena mas Rifaldi terus saja memaksa. Untung nya saja ada Linda yang dateng bantuin aku mas!" "Kalau sampai Rifaldi ganggu kamu lagi sebaiknya kamu kasih tahu aku!" pinta pria itu. "Iyah mas, aku hanya tidak ingin kamu jadi terkena masalah atau bertengkar dengan mas Rifaldi." "Kalau saja Radit gak lihat kamu di kejar Rifaldi mungkin aku gak aka tahu soal kejadian ini, Melati lihat aku." pinta pria itu sambil memegang lengan Melati. "Aku hanya takut sesuatu terjadi sama kamu, karena nantinya aku yang akan disalahkan. Sudah jadi
Keesokan harinya Rifaldi sudah berada di depan rumah Sintia, dia terlihat membawakan Sintia bunga dan juga buah-buahan untuk keluarganya. "Assalamualaikum Pak...!" sapa dia pada mertuanya yang kebetulan berada di depan. "Waalaikumsalam... nak Rifaldi pasti kesini untuk menemui Sintia bukan!" sahut pria paruh baya itu.."Iyah Pak, apa Sintia ada!" "Ada, ayoh kita masuk ke dalam!" "Mas Rifaldi, kamu kesini lagi? ada apa mas?" tanya Sintia. "Aku datang kesini untuk meminta kamu agar ikut pulang dengan aku ke rumah kita!" sahut pria itu. Sintia pun langsung memandangi wajah kedua orang tuanya. "Apa mas Rifaldi sudah yakin dengan keputusan ini, aku tidak mau kalau nantinya mas Rifaldi akan menyesal!" "Tentu saja aku sudah yakin, aku tidak akan menyesal sama sekali karena ini murni keinginan aku. Aku ingin kita bisa sama-sama seperti dulu lagi sintia, tolong berikan aku satu kesempatan untuk bisa menjaga dan mencintai kamu dan ikut membesarkan anak kita sama-sama!" ungkap Rifaldi de
"Bapa akan mencoba membantu kamu dan berbicara dengan Sintia mengenai ini, bapa akan memberikan pengertian pada dia. Jadi nak Rifaldi harus mau menunggu untuk itu!" ujar Pak Ridwan."Aku tidak masalah sama sekali pak jika harus menunggu Sintia begitu lama!" Baiklah, kalau begitu sebaiknya nak Rifaldi pulang dulu saja, besok pagi nak Rifaldi bisa datang kesini lagi dan kami akan memberikan keputusannya!" "Baik Pak, Terima kasih sebelumnya atas bantuannya Pak, Bu!" "Sama-sama nak Rifaldi, kalau untuk kebaikan pasti kami akan selalu mendukung. Iyah kan Pak!" ujar Bu Anis. "Iyah bu benar sekali!" sahut Pak Ridwan sambil tersenyum.."Kalau begitu saya pamit pulang dulu pak, besok pagi saya akan kesini lagi. Dan tolong sampaikan salam dari saya untuk Sintia!" "Assalamualaikum....!" ujar Rifaldi.."Waalaikumsalam...!" sahut Bu Anis dan Pak Ridwan..Setelah Rifaldi pulang, Bu Anis dan Pak Ridwan pun langsung mencoba untuk berbicara dengan Sintia. Tok tok tok"Sintia, buka dulu nak. Kami
Serangkaian acara pun mulai di lakukan, semua orang tampak sangat bahagia sekali. Kini acara itu dilanjutkan dengan melakukan siraman. "Dimana ayah dari calon bayinya? Mama suami kamu!" tanya seorang wanita paruh baya yang memimpin acara tersebut...Sontak semua orang pun terdiam dan saling menatap satu sama lainnya. "Apa acaranya tidak bisa dilanjutkan kalau tidak ada suami saya mbok!" tanya Sintia. "Memangnya suami kamu kemana? bukankah ini juga acara yang penting untuk dia!" "Saya ada disini!" sahut seorang pria yang tiba-tiba saja datang. Semua orang pun langsung dialihkan pandangnya, dan merasa terkejut saat tahu bahwa pria tersebut adalah Rifaldi..."Rifaldi pah!" ujar Bu Ranti pada suaminya. Rifaldi pun langsung berjalan ke arah Sintia..."Apa sekarang acaranya sudah bisa di mulai?" tanya pria itu membuat semua orang membisu."Tentu saja, kita bisa mulai siramannya sekarang!" Acara siraman tujuh bulanan pun langsung di lakukan... Setelah serangkaian acara selesai dan b
"Mas, Cindy.. ayoh kesini. aku sudah membuatkan minuman dan cemilan untuk kalian!" panggil Melati...Tak berselang lama Cindy dan Devan pun datang menghampiri Melati yang sudah berada di ruang makan. "Ya ampun kak, kenapa gak ngajak-ngajak aku sih. Aku kan bisa bantuin kakak!" ujar Cindy. "Engga apa-apa kok, ini kan bikinnya juga simple banget jadi kakak bisa sendiri!" sahut Melati.."Aku cobain yah, kelihatannya enak banget!" "Iyah boleh dong, ayoh di makan!" "Hmmm apapun yang dibuat oleh istri aku ini memang gak pernah gagal. Tangan kamu ini memang ajaib banget yah!" "Makasih yah mas, kamu itu selalu memuji aku!" "Kapan-kapan aku juga mau dong kak belajar masak, biar nanti tuh setelah aku punya suami aku bisa masakin suami aku makanan yang enak terus setiap hari. Terus dapet pujian deh dari dia, sama seperti kalian ini!" ungkap Cindy. "Boleh dong, kamu bisa datang kesini dan belajar kapan pun yang kamu mau. Kakak pasti akan selalu ngajarin kamu sampai kamu bisa!" sahut Melati
Setelah melakukan perjalanan yang cukup jauh akhirnya Melati, Devan dan Cindy pun sudah sampai di rumah baru mereka. Melati terlihat senang sekali dengan rumah baru yang akan ditinggalinya itu. Rumah yang terlihat sangat megah, dan halaman yang luas beserta taman membuat rumah itu terkesan mewah. "Gimana menurut kamu? apa kamu suka sama rumahnya!" tanya Devan. "Aku suka banget mas sama rumahnya, rumahnya bagus, mewah dan terlihat sangat nyaman!" sahut gadis itu. "Waw keren banget kak, ternyata kak Devan pintar juga yah milih desain rumah yang bagus!" puji Cindy. "Aku kayaknya bakalan sering nginep disini deh, apalagi letaknya juga tidak terlalu jauh dari kampus aku!" "Tentu saja boleh dong, kalau kamu mau tinggal disini juga tidak masalah sama sekali kok!" sahut Devan. "Iyah, kakak malah seneng banget karena nanti ada temennya!" "Ya udah yuk kita masuk ke dalam, pasti kamu sudah penasaran kan dengan isi rumah kita yang baru ini!" ajak Devan. "Iyah mas, aku memang sudah penas
Keesokan paginya terlihat Devan dan Melati sudah bersiap-siap untuk pindah rumah, semua orang pun merasa sedih akan kepindahan mereka berdua. "kenapa kalian berdua mendadak pindah pagi ini, bukankah akan pindahnya sore nanti!" Ujar Oma Laksmi.."Sebelumnya aku mau minta maaf Oma, karena secara mendadak aku dan Melati memutuskan untuk pindah pagi ini. Aku juga sudah bicara dengan papa dan meminta ijin untuk tidak masuk kantor dulu!" "Loh kak Devan sama kak Melati mau pindahan sekarang?" Tanya Cindy."Iyah Cindy!" Sahut singkat Melati.."Tapi kenapa? Bukannya kemarin bilangnya nanti sore yah!" "Tadinya memang begitu tapi kita jugakan harus beresin barang-barang kita nanti disana. Jadi pasti akan membutuhkan waktu yang cukup lama!" "Ya udah kalau gitu aku ikut kalian yah, aku bantuin kalian beres-beres disana gimana? Bolehkan?" "Boleh dong, malah kita senang banget karena ada yang bantuin. Iyah kan mas!" Devan pun menganggukkan sambil tersenyum ke arah Cindy. "Yess!" Ucap gadis it
Terlihat Melati sedang membereskan barang-barangnya yang akan dia bawa nanti saat pindah rumah, gadis itu nampak sibuk sekali. Dan tak lama dari itu Devan pun sudah pulang dari kantornya.."Kelihatannya istriku ini sangat sibuk sekali, sampai-sampai suami pulang saja tidak tahu!" ujar Devan menggoda.."Ya ampun mas maaf banget yah, aku terlalu asik beresin barang-barang kita!" sahut gadis itu yang merasa tidak enak. "Tidak apa-apa, aku juga hanya bercanda kok!" "Oh Iyah mas, tadi setelah kamu pergi ke kantor ada kedua orang tua Sintia datang kesini!" "Apa Sintia juga ikut?" "Tidak mas, hanya bapa dan ibunya saja yang datang. Mereka datang kesini hanya ingin meminta kejelasan pada mas Rifaldi dan ternyata mas Rifaldi lebih memilih menceraikan Sintia setelah anak mereka lahir nanti mas!" ungkap gadis itu dengan raut wajah yang sedih. "Aku tidak mengerti dengan jalan pikirannya Rifaldi, dia sampai tega menyakiti banyak orang sekaligus!" "Makanya mas, aku merasa sedih dan bersalah s
Setelah kedua orang tua Sintia pulang, Pak Hardi dan yang lainnya pun mencoba untuk bicara dengan Rifaldi. "Rifaldi tunggu dulu!" pinta Pak Hardi.."Ada apa lagi pah!" sahut pria itu ketus. "Papa ingin bicara dengan kamu!" "Kalau papa ingin membicarakan masalah aku dengan Sintia, aku rasa sudah tidak ada lagi yang perlu di bicarakan pah!" "Rifaldi, mama benar-benar kecewa sama kamu. Kenapa kamu ini jadi egois seperti ini!" ujar Bu Ranti dengan nada yang tinggi. "Aku egois, aku jadi seperti ini karena kesalahan aku sendiri. Seandainya saja waktu itu aku tidak menikahi Sintia dan meneruskan pernikahan aku dengan Melati pasti kejadiannya tidak akan seperti ini!" "Kak, kenapa sih kakak ini gak bisa belajar mencintai kak Sintia. Padahal kak Sintia juga wanita yang baik dia juga sangat mencintai kak Rifaldi dengan sangat tulus!" ungkap Cindy yang juga ikut kesal. "Kamu diam saja Cindy, tolong jangan ikut campur dengan masalah ku ini!" "Kenapa kak, kenapa aku tidak boleh untuk ikut b
Pria itu pun langsung bergegas pergi meninggalkan semua orang dengan menahan kesal. "Sepertinya Rifaldi itu marah pah!" Ujar wanita paruh baya itu.."Marah kenapa mah?" "Dia sepertinya kesal karena Melati dan Devan memutuskan untuk pindah rumah, tapi itu hanya perkiraan mama saja!" ungkap Bu Ranti.."Tapi keputusan Devan untuk pindah rumah itu sudah tepat mah, dengan begitu Rifaldi tidak akan terus di bayang-bayangi oleh Melati. Dan siapa tahu dia bisa melupakan Melati juga!" sahut pak Hardi."Jujur saja sebenarnya memang itu alasan aku dan Melati memutuskan untuk pindah rumah, aku merasa tidak akan baik jika harus tinggal satu atap dengan Rifaldi. Apalagi setelah apa yang sudah dia lakukan selama ini sangatlah keterlaluan, dia bahkan yang pertama kali mengajak Sheril untuk bekerja sama!" ungkap Devan."Apa kamu yakin, kamu tahu dari mana soal itu. Kalau Sheril yang terlebih dulu mengajak Rifaldi bagaimana?" tanya Bu Ranti.."Sheril yang mengatakannya langsung mah, bahkan sebelum Sh