Sore harinya Devan sudah pulang ke rumah orang tuanya Melati, disana juga gadis itu terlihat sedang merapihkan barang-barang miliknya. " Tadi Radit kasih tahu aku katanya Rifaldi ganggu kamu!" ujar pria itu. "Iyah mas, tapi aku tidak apa-apa kok!" sahut Melati."Memangnya apa yang sudah dia lakukan sama kamu tadi?" "Mas Rifaldi engga nyakitin aku kok mas, tadi katanya dia cuman pengen bicara sebentar sama aku, tapi akunya yang gak mau dan terus menolaknya karena mas Rifaldi terus saja memaksa. Untung nya saja ada Linda yang dateng bantuin aku mas!" "Kalau sampai Rifaldi ganggu kamu lagi sebaiknya kamu kasih tahu aku!" pinta pria itu. "Iyah mas, aku hanya tidak ingin kamu jadi terkena masalah atau bertengkar dengan mas Rifaldi." "Kalau saja Radit gak lihat kamu di kejar Rifaldi mungkin aku gak aka tahu soal kejadian ini, Melati lihat aku." pinta pria itu sambil memegang lengan Melati. "Aku hanya takut sesuatu terjadi sama kamu, karena nantinya aku yang akan disalahkan. Sudah jadi
Besok paginya seperti biasa Devan sudah siap akan berangkat ke kantor. Melati juga tengah membuatkan teh hijau untuk suaminya itu. "Mas ini teh nya!" ujar gadis itu. "Iyah Terima kasih, oh Iyah apa kamu sudah bilang pada ayah dan ibu kamu kalau kita akan pulang sore nanti?" tanya Devan. "Sudah mas, aku sudah memberi tahu ayah dan ibu!" sahut Melati. "Baguslah, nanti setelah aku pulang dari kantor kita akan langsung pulang. Jadi sebaiknya kamu bereskan barang-barang mu itu dari sekarang!" pinta pria itu. "Iyah mas, kamu tenang saja setelah kamu pulang nanti pokoknya semuanya sudah beres!" ujar gadis itu. "Oh Iyah mas, kalau kamu sudah selesai nanti langsung ke meja makan yah. Hari ini aku sudah selesai membuat sarapan!" "Iyah baiklah, sebentar lagi aku akan selesai. kamu duluan saja nanti aku menyusul!" Gadis itu pun hanya menunduk tanda setuju. Di tempat yang sama juga secara kebetulan Sintia meminta pada suaminya untuk pulang hari ini. "Mas, nanti sore aku ingin kita pulang
Sore harinya Melati sudah siap dengan beberapa barang bawaannya. Devan juga sudah pulang dari kantornya. "Melati, ibu pasti akan merindukan kamu kembali nak!" ujar wanita paruh baya itu. "Iyah Bu, Melati juga sebenarnya masih ingin menginap disini untuk beberapa hari lagi. Tapi Melati juga tidak bisa lama-lama disini jadi Melati harus pulang Bu!" sahut gadis itu cepat. "Kamu masih bisa main setiap hari kesini Melati, kamu juga bisa minta antar supir kalau aku sedang sibuk bekerja!" ungkap Devan. "Terima kasih yah nak Devan, karena nak Devan sudah mau mengajak Melati untuk menginap di rumah kami ini." ujar Pak Rian. "Sama-sama,, ayah dan ibu juga bisa kapan pun untuk datang berkunjung ke rumah kami. Bila perlu menginap juga disana." sahut pria itu. "Iyah nak Devan, kapan-kapan kami pasti akan datang berkunjung kesana sakalian silahturahmi dengan Pak Hardi dan yang lainnya." "Ya sudah kalau gitu Melati jalan dulu ya yah Bu." ujar gadis itu. "Ayah sama ibu baik-baik yah disini dan
Sementara Rifaldi sedang mandi, Sintia pun memanfaatkan hal itu untuk menemui Oma Laksmi. "Mumpung mas Rifaldi lagi mandi, sebaiknya aku temuin Oma sekarang saja!" ujar Sintia yang akan memulai rencananya.Gadis itu pun langsung pergi untuk menemui Oma laksmi. "Kebetulan banget Oma seperti nya sedang berada di kamarnya, kalau seperti itu aku bisa lebih leluasa bicara dengan Oma." Tok tok tok..."Permisi Oma!" ujar gadis itu sopan. "Ehhh Sintia, ayoh sini masuk sayang!" sahut Oma Laksmi ramah. "Iyah Oma, terima kasih!" "Ada apa Sintia, apa kamu butuh sesuatu?" tanya Oma Laksmi cepat. Sintia pun tersenyum malu dan mulai berbicara. "Begini Oma, sebenarnya aku datang kesini karena ingin bicara serius dengan Oma!" "Bicara serius.... soal apa sayang!" Dengan sedikit Ragu gadis itu pun mulai berani membicarakan keinginan nya itu. "Maaf sebelumnya Oma kalau aku terkesan lancang... Aku ingin meminta bantuan Oma untuk membuat mba Melati dan kak Devan semakin dekat, bila perlu mereka i
Semua orang pun terlihat sudah berkumpul untuk makan malam. "Mumpung kalian semua ada disini, Oma ingin mengatakan sesuatu pada kalian semua!" "Apa itu Bu!" tanya Pak Hardi. "Oma ingin membuat pesta resepsi untuk pernikahan Devan dan juga Rifaldi!" sahut Oma Laksmi."Itu ide yang sangat bagus Bu, aku setuju!" sahut Pak Hardi excited."Untuk apa sih Bu membuat pesta resepsi segala, kalau menurut aku itu tidak perlu lah di lakukan!" ujar Bu Ratih protes. "Iyah benar apa kata mama Oma, nanti yang ada salah satu dari menantu rumah ini kesenangan lagi." ujar Cindy sambil melirik ke arah Melati."Ya terserah kalian berdua mau setuju atau tidak, aku akan tetap membuat perta itu" sahut Oma Laksmi cepat. "Bagaimana menurut kalian berempat, apa kalian setuju dengan ide dari Oma!" "Aku ikut saja bagaimana baiknya!" ujar Devan singkat. "Kalau aku pribadi terserah mas Devan saja Oma!" sahut Melati. "Ishhh apaan sih!" celetuk Cindy yang memang tidak suka dengan Melati."Lalu bagaimana denga
Devan pun mulai berjalan mendekati Melati. "Ada apa ini? tanya Devan sekali lagi. "Melati, apa yang sebenarnya terjadi?" "Mumpung kak Devan ada disini, aku akan kasih tahu kak Devan dengan apa yang terjadi disini! ujar Cindy cepat."Memang nya ada apa Cindy, apa yang sedang kalian ributkan!" "Kak Devan harus tahu satu hal, kalau istri kakak ini sudah main gila di belakang kakak. Tadi aku lihat kalau dia sudah berani godain kak Rifaldi, ya aku tahu kalau kak Rifaldi itu mantan pacarnya kak. Tapi engga seharusnya juga kan dia pegang-pegang tangan kak Rifaldi kayak gitu, dia kan udah jadi istirnya kak Devan, dan kak Rifaldi juga udah nikah sama kak Sintia!" ujar gadis itu berbohong. Melati pun langsung menggelengkan kepalanya dengan tatapan mata yang mulai berair. Melihat hal itu Devan pun mulai mengerti. "Harusnya kak Devan sebagai suami bisa tegas kak, aku udah yakin dari awal kalau cewek ini tuh memang cewek gak bener!" "Cindy, jaga bicara kamu!" tegur Rifaldi yang tidak terima
Besok paginya seperti biasa Melati sudah berada di dapur membuat sarapan untuk semua orang. "Selamat pagi mba!'' ujar Sintia yang tiba-tiba saja datang ke sana. "Selamat pagi kembali Sintia!" sahut gadis itu sambil tersenyum ramah. "Hari ini kalian masak apa? biar aku bantu!" ujar Sintia. "Tapi semuanya sudah selesai, tinggal di tata saja di meja makan!""Ya sudah kalau begitu biar aku yang bawa makanan ini ke meja makan!" "Boleh, Terim kasih yah!" "Iyah mba sama-sama, oh Iyah aku juga mau minta maaf sama mba Melati atas sikap aku kemarin!" ujar Sintia. "Tidak apa-apa Sintia, aku juga mau minta maaf sama kamu karena sudah membuat kamu salah paham." "Tidak mba, justru aku yang terlalu cemburu. Padahal seharusnya aku tidak perlu marah seperti itu, karena mas Rifaldi yang sebenarnya salah.""Sudahlah jangan dibahas lagi, yang berlalu biarlah berlalu!" "Melati, apa kamu melihat dasi milikku?" tanya Devan yang menghampiri Melati ke dapur. "Hhmm biasanya dasi kamu itu selalu di si
"Jadi besok mereka akan mengadakan acara resepsi pernikahan!" teriak seorang wanita dimana dia adalah Sheril. "Iyah benar sekali!" sahut pria di samping nya itu yang dimana dia adalah Rifaldi. Rifaldi sengaja mengajak Sheril bertemu di sebuah cafe untuk membicarakan masalah ini dengannya. "Aku tidak bisa membiarkan hal itu terjadi, aku tidak mau apa yang seharusnya menjadi milik aku di rebut oleh orang lain. Bagiamana pun juga caranya aku harus bisa mendapatkan devan kembali." ujar gadis itu emosi. "Makanya aku meminta kamu untuk datang ke acara resepsi itu besok, aku akan menyusun rencana yang bagus untuk menghancurkan hubungan mereka berdua!" "Tapi tunggu dulu, aku ini masih sangat penasaran sekali kenapa kamu mau membantu aku untuk mendapatkan devan Kembali, padahal kamu sendiri sudah tahu kalau kakak mu itu sudah menikah dengan perempuan lain." ujar gadis itu. "aku yakin pasti ada sesuatu yang sudah kamu sembunyikan dari aku, tapi apa itu?" tanya sheril yang mulai merasa curi