Semua orang pun terlihat sudah berkumpul untuk makan malam. "Mumpung kalian semua ada disini, Oma ingin mengatakan sesuatu pada kalian semua!" "Apa itu Bu!" tanya Pak Hardi. "Oma ingin membuat pesta resepsi untuk pernikahan Devan dan juga Rifaldi!" sahut Oma Laksmi."Itu ide yang sangat bagus Bu, aku setuju!" sahut Pak Hardi excited."Untuk apa sih Bu membuat pesta resepsi segala, kalau menurut aku itu tidak perlu lah di lakukan!" ujar Bu Ratih protes. "Iyah benar apa kata mama Oma, nanti yang ada salah satu dari menantu rumah ini kesenangan lagi." ujar Cindy sambil melirik ke arah Melati."Ya terserah kalian berdua mau setuju atau tidak, aku akan tetap membuat perta itu" sahut Oma Laksmi cepat. "Bagaimana menurut kalian berempat, apa kalian setuju dengan ide dari Oma!" "Aku ikut saja bagaimana baiknya!" ujar Devan singkat. "Kalau aku pribadi terserah mas Devan saja Oma!" sahut Melati. "Ishhh apaan sih!" celetuk Cindy yang memang tidak suka dengan Melati."Lalu bagaimana denga
Devan pun mulai berjalan mendekati Melati. "Ada apa ini? tanya Devan sekali lagi. "Melati, apa yang sebenarnya terjadi?" "Mumpung kak Devan ada disini, aku akan kasih tahu kak Devan dengan apa yang terjadi disini! ujar Cindy cepat."Memang nya ada apa Cindy, apa yang sedang kalian ributkan!" "Kak Devan harus tahu satu hal, kalau istri kakak ini sudah main gila di belakang kakak. Tadi aku lihat kalau dia sudah berani godain kak Rifaldi, ya aku tahu kalau kak Rifaldi itu mantan pacarnya kak. Tapi engga seharusnya juga kan dia pegang-pegang tangan kak Rifaldi kayak gitu, dia kan udah jadi istirnya kak Devan, dan kak Rifaldi juga udah nikah sama kak Sintia!" ujar gadis itu berbohong. Melati pun langsung menggelengkan kepalanya dengan tatapan mata yang mulai berair. Melihat hal itu Devan pun mulai mengerti. "Harusnya kak Devan sebagai suami bisa tegas kak, aku udah yakin dari awal kalau cewek ini tuh memang cewek gak bener!" "Cindy, jaga bicara kamu!" tegur Rifaldi yang tidak terima
Besok paginya seperti biasa Melati sudah berada di dapur membuat sarapan untuk semua orang. "Selamat pagi mba!'' ujar Sintia yang tiba-tiba saja datang ke sana. "Selamat pagi kembali Sintia!" sahut gadis itu sambil tersenyum ramah. "Hari ini kalian masak apa? biar aku bantu!" ujar Sintia. "Tapi semuanya sudah selesai, tinggal di tata saja di meja makan!""Ya sudah kalau begitu biar aku yang bawa makanan ini ke meja makan!" "Boleh, Terim kasih yah!" "Iyah mba sama-sama, oh Iyah aku juga mau minta maaf sama mba Melati atas sikap aku kemarin!" ujar Sintia. "Tidak apa-apa Sintia, aku juga mau minta maaf sama kamu karena sudah membuat kamu salah paham." "Tidak mba, justru aku yang terlalu cemburu. Padahal seharusnya aku tidak perlu marah seperti itu, karena mas Rifaldi yang sebenarnya salah.""Sudahlah jangan dibahas lagi, yang berlalu biarlah berlalu!" "Melati, apa kamu melihat dasi milikku?" tanya Devan yang menghampiri Melati ke dapur. "Hhmm biasanya dasi kamu itu selalu di si
"Jadi besok mereka akan mengadakan acara resepsi pernikahan!" teriak seorang wanita dimana dia adalah Sheril. "Iyah benar sekali!" sahut pria di samping nya itu yang dimana dia adalah Rifaldi. Rifaldi sengaja mengajak Sheril bertemu di sebuah cafe untuk membicarakan masalah ini dengannya. "Aku tidak bisa membiarkan hal itu terjadi, aku tidak mau apa yang seharusnya menjadi milik aku di rebut oleh orang lain. Bagiamana pun juga caranya aku harus bisa mendapatkan devan kembali." ujar gadis itu emosi. "Makanya aku meminta kamu untuk datang ke acara resepsi itu besok, aku akan menyusun rencana yang bagus untuk menghancurkan hubungan mereka berdua!" "Tapi tunggu dulu, aku ini masih sangat penasaran sekali kenapa kamu mau membantu aku untuk mendapatkan devan Kembali, padahal kamu sendiri sudah tahu kalau kakak mu itu sudah menikah dengan perempuan lain." ujar gadis itu. "aku yakin pasti ada sesuatu yang sudah kamu sembunyikan dari aku, tapi apa itu?" tanya sheril yang mulai merasa curi
Semua orang pun tengah sibuk mempersiapkan keperluan untuk acara resepsi besok.Meskipun begitu tetap saja Melati ikut andil membantu persiapan."Melati sayang kamu sedang apa nak? sudah simpan itu dan duduk bersama Sintia disana!" pinta Oma Laksmi."Engga Oma, aku juga ingin ikut membantu mempersiapkan semuanya. Lagi pula ini jugakan pesta untuk aku!" ujar gadis itu menolak. "Oma tahu sayang, tapi kamu juga kan harus mempersiapkan fisik kamu untuk besok. Ini biar orang lain saja yang mengerjakan yah!" "Ya sudah Oma, tapi aku akan menyelesaikan pekerjaan ku yang ini dulu. Aku akan memasang hiasan bunga ini disana, baru setelah itu aku tidak akan melakukan apapun lagi!" "Ya sudah kalau begitu, tapi tetap hati-hati yah sayang!" "Liat deh si Melati caper banget tahu gak, ngapain sih dia pake segala pengen bantuin orang-orang ngerjain semua ini. Harusnya dia itu diem saja disini bareng kita!" celetuk Cindy yang bicara pada Sintia. "Kamu yang sopan dong manggilnya jangan cuman nyebuti
Devan masih dengan sikap dinginnya, dia terlihat mematung tanpa sepatah kata pun. "Kenapa jantungku berdetak sangat cepat sekali saat Melati memeluk ku seperti tadi, aku belum pernah merasakan hal ini sebelumnya.!" ujar pria itu yang masih berdiri tegak."Mas maafin aku kalau aku sudah lancang, tolong jangan marah!" pinta Melati dengan wajah yang setengah ketakutan."Kenapa dari tadi mas Devan hanya diam saja, apa dia benar-benar marah karena aku sudah berani memeluknya." ungkap gadis itu dalam hatinya. "Ya ampun kenapa aku bisa sebodoh itu, harusnya aku bisa mengontrol diri aku ini agar tidak seceroboh itu!" "Mas... kamu kenapa diam saja? apa kamu benar-benar marah padaku?" tanya gadis itu sekali lagi sambil menepuk pundak pria yang ada di hadapannya. "Hhmmm Iyah kenapa?" sahut Devan sedikit kaget. "Mas tolong maafkan aku, aku tidak bermaksud memeluk mu seperti tadi!" ujar gadis itu sambil memohon dengan ekspresi ketakutan. "Sudahlah lupakan saja, anggap saja kamu tidak pernah m
Besok paginya semua para tamu undangan pun sudah mulai berdatangan di kediaman keluarga Pak Hardi. Disana juga sudah nampak keluarga Melati dan juga yang sedang duduk di tempat yang sudah disediakan. Begitu pun dengan Linda dan juga Radit yang datang bersamaan."Pak, pestanya besar sekali yah pak!" ujar Bu Sukma. "Iyah Bu, bapa sudah menduga kalau acara resepsi ini pasti akan diadakan secara mewah!" ujar pria paruh baya itu. "Ibu jadi merasa malu!" "Kenapa harus malu Bu, kita itukan orang tua dari calon mempelai wanita!" "Waw mas, ini rumahnya Melati dan suaminya?" tanya Linda dengan polos. "Iyah, ini rumah mereka berdua dan keluarganya!" sahut Radit cepat. ''Bagus banget yah mas rumahnya besar dan mewah!" puji gadis itu. "Terus Rifaldi juga tinggal disini sama istrinya?" tanya Linda sambil berbisik. "Iyah, mereka berdua tinggal disini juga!" sahut Radit."Gimana yah perasaannya Melati saat harus tinggal satu atap sama orang yang sudah mengkhianati dia!" ujar Linda dalam hatin
Melati juga tampak terkejut setelah tahu bahwa Sheril datang ke acara resepsi pernikahan mereka. "Kenapa Sheril ada disini? siapa yang mengundangnya !" ujar gadis itu bingung. Dia pun menoleh ke arah suaminya yang terlihat sedang menatap mantan kekasihnya itu dengan sedikit heran. "Mas, apa kamu yang mengundang mba Sheril?" tanya Melati sambil berbisik. "Tidak, justru aku juga bingung kenapa dia bisa datang kesini!" sahut pria itu cepat. "Lalu bagaimana mas, aku takut kalau nanti akan menimbulkan masalah!" "Sudahlah jangan khawatir, kita harus tetap tenang dan bersikap biasa saja!" "Akhirnya yang di tunggu-tunggu datang juga!" ujar Rifaldi sambil tersenyum licik. Tanpa rasa malu Sheril pun langsung menghampiri Devan dan juga Melati."Haii... selamat yah buat kalian berdua!" ujar gadis tidak tahu malu itu sambil mengulurkan tangan nya. Namun Devan hanya diam saja, tanpa menjawab apapun. Mendapatkan perlakuan seperti itu Sheril pun lebih memilih mengabaikan dan mengulurkan tang
Keesokan harinya Rifaldi sudah berada di depan rumah Sintia, dia terlihat membawakan Sintia bunga dan juga buah-buahan untuk keluarganya. "Assalamualaikum Pak...!" sapa dia pada mertuanya yang kebetulan berada di depan. "Waalaikumsalam... nak Rifaldi pasti kesini untuk menemui Sintia bukan!" sahut pria paruh baya itu.."Iyah Pak, apa Sintia ada!" "Ada, ayoh kita masuk ke dalam!" "Mas Rifaldi, kamu kesini lagi? ada apa mas?" tanya Sintia. "Aku datang kesini untuk meminta kamu agar ikut pulang dengan aku ke rumah kita!" sahut pria itu. Sintia pun langsung memandangi wajah kedua orang tuanya. "Apa mas Rifaldi sudah yakin dengan keputusan ini, aku tidak mau kalau nantinya mas Rifaldi akan menyesal!" "Tentu saja aku sudah yakin, aku tidak akan menyesal sama sekali karena ini murni keinginan aku. Aku ingin kita bisa sama-sama seperti dulu lagi sintia, tolong berikan aku satu kesempatan untuk bisa menjaga dan mencintai kamu dan ikut membesarkan anak kita sama-sama!" ungkap Rifaldi de
"Bapa akan mencoba membantu kamu dan berbicara dengan Sintia mengenai ini, bapa akan memberikan pengertian pada dia. Jadi nak Rifaldi harus mau menunggu untuk itu!" ujar Pak Ridwan."Aku tidak masalah sama sekali pak jika harus menunggu Sintia begitu lama!" Baiklah, kalau begitu sebaiknya nak Rifaldi pulang dulu saja, besok pagi nak Rifaldi bisa datang kesini lagi dan kami akan memberikan keputusannya!" "Baik Pak, Terima kasih sebelumnya atas bantuannya Pak, Bu!" "Sama-sama nak Rifaldi, kalau untuk kebaikan pasti kami akan selalu mendukung. Iyah kan Pak!" ujar Bu Anis. "Iyah bu benar sekali!" sahut Pak Ridwan sambil tersenyum.."Kalau begitu saya pamit pulang dulu pak, besok pagi saya akan kesini lagi. Dan tolong sampaikan salam dari saya untuk Sintia!" "Assalamualaikum....!" ujar Rifaldi.."Waalaikumsalam...!" sahut Bu Anis dan Pak Ridwan..Setelah Rifaldi pulang, Bu Anis dan Pak Ridwan pun langsung mencoba untuk berbicara dengan Sintia. Tok tok tok"Sintia, buka dulu nak. Kami
Serangkaian acara pun mulai di lakukan, semua orang tampak sangat bahagia sekali. Kini acara itu dilanjutkan dengan melakukan siraman. "Dimana ayah dari calon bayinya? Mama suami kamu!" tanya seorang wanita paruh baya yang memimpin acara tersebut...Sontak semua orang pun terdiam dan saling menatap satu sama lainnya. "Apa acaranya tidak bisa dilanjutkan kalau tidak ada suami saya mbok!" tanya Sintia. "Memangnya suami kamu kemana? bukankah ini juga acara yang penting untuk dia!" "Saya ada disini!" sahut seorang pria yang tiba-tiba saja datang. Semua orang pun langsung dialihkan pandangnya, dan merasa terkejut saat tahu bahwa pria tersebut adalah Rifaldi..."Rifaldi pah!" ujar Bu Ranti pada suaminya. Rifaldi pun langsung berjalan ke arah Sintia..."Apa sekarang acaranya sudah bisa di mulai?" tanya pria itu membuat semua orang membisu."Tentu saja, kita bisa mulai siramannya sekarang!" Acara siraman tujuh bulanan pun langsung di lakukan... Setelah serangkaian acara selesai dan b
"Mas, Cindy.. ayoh kesini. aku sudah membuatkan minuman dan cemilan untuk kalian!" panggil Melati...Tak berselang lama Cindy dan Devan pun datang menghampiri Melati yang sudah berada di ruang makan. "Ya ampun kak, kenapa gak ngajak-ngajak aku sih. Aku kan bisa bantuin kakak!" ujar Cindy. "Engga apa-apa kok, ini kan bikinnya juga simple banget jadi kakak bisa sendiri!" sahut Melati.."Aku cobain yah, kelihatannya enak banget!" "Iyah boleh dong, ayoh di makan!" "Hmmm apapun yang dibuat oleh istri aku ini memang gak pernah gagal. Tangan kamu ini memang ajaib banget yah!" "Makasih yah mas, kamu itu selalu memuji aku!" "Kapan-kapan aku juga mau dong kak belajar masak, biar nanti tuh setelah aku punya suami aku bisa masakin suami aku makanan yang enak terus setiap hari. Terus dapet pujian deh dari dia, sama seperti kalian ini!" ungkap Cindy. "Boleh dong, kamu bisa datang kesini dan belajar kapan pun yang kamu mau. Kakak pasti akan selalu ngajarin kamu sampai kamu bisa!" sahut Melati
Setelah melakukan perjalanan yang cukup jauh akhirnya Melati, Devan dan Cindy pun sudah sampai di rumah baru mereka. Melati terlihat senang sekali dengan rumah baru yang akan ditinggalinya itu. Rumah yang terlihat sangat megah, dan halaman yang luas beserta taman membuat rumah itu terkesan mewah. "Gimana menurut kamu? apa kamu suka sama rumahnya!" tanya Devan. "Aku suka banget mas sama rumahnya, rumahnya bagus, mewah dan terlihat sangat nyaman!" sahut gadis itu. "Waw keren banget kak, ternyata kak Devan pintar juga yah milih desain rumah yang bagus!" puji Cindy. "Aku kayaknya bakalan sering nginep disini deh, apalagi letaknya juga tidak terlalu jauh dari kampus aku!" "Tentu saja boleh dong, kalau kamu mau tinggal disini juga tidak masalah sama sekali kok!" sahut Devan. "Iyah, kakak malah seneng banget karena nanti ada temennya!" "Ya udah yuk kita masuk ke dalam, pasti kamu sudah penasaran kan dengan isi rumah kita yang baru ini!" ajak Devan. "Iyah mas, aku memang sudah penas
Keesokan paginya terlihat Devan dan Melati sudah bersiap-siap untuk pindah rumah, semua orang pun merasa sedih akan kepindahan mereka berdua. "kenapa kalian berdua mendadak pindah pagi ini, bukankah akan pindahnya sore nanti!" Ujar Oma Laksmi.."Sebelumnya aku mau minta maaf Oma, karena secara mendadak aku dan Melati memutuskan untuk pindah pagi ini. Aku juga sudah bicara dengan papa dan meminta ijin untuk tidak masuk kantor dulu!" "Loh kak Devan sama kak Melati mau pindahan sekarang?" Tanya Cindy."Iyah Cindy!" Sahut singkat Melati.."Tapi kenapa? Bukannya kemarin bilangnya nanti sore yah!" "Tadinya memang begitu tapi kita jugakan harus beresin barang-barang kita nanti disana. Jadi pasti akan membutuhkan waktu yang cukup lama!" "Ya udah kalau gitu aku ikut kalian yah, aku bantuin kalian beres-beres disana gimana? Bolehkan?" "Boleh dong, malah kita senang banget karena ada yang bantuin. Iyah kan mas!" Devan pun menganggukkan sambil tersenyum ke arah Cindy. "Yess!" Ucap gadis it
Terlihat Melati sedang membereskan barang-barangnya yang akan dia bawa nanti saat pindah rumah, gadis itu nampak sibuk sekali. Dan tak lama dari itu Devan pun sudah pulang dari kantornya.."Kelihatannya istriku ini sangat sibuk sekali, sampai-sampai suami pulang saja tidak tahu!" ujar Devan menggoda.."Ya ampun mas maaf banget yah, aku terlalu asik beresin barang-barang kita!" sahut gadis itu yang merasa tidak enak. "Tidak apa-apa, aku juga hanya bercanda kok!" "Oh Iyah mas, tadi setelah kamu pergi ke kantor ada kedua orang tua Sintia datang kesini!" "Apa Sintia juga ikut?" "Tidak mas, hanya bapa dan ibunya saja yang datang. Mereka datang kesini hanya ingin meminta kejelasan pada mas Rifaldi dan ternyata mas Rifaldi lebih memilih menceraikan Sintia setelah anak mereka lahir nanti mas!" ungkap gadis itu dengan raut wajah yang sedih. "Aku tidak mengerti dengan jalan pikirannya Rifaldi, dia sampai tega menyakiti banyak orang sekaligus!" "Makanya mas, aku merasa sedih dan bersalah s
Setelah kedua orang tua Sintia pulang, Pak Hardi dan yang lainnya pun mencoba untuk bicara dengan Rifaldi. "Rifaldi tunggu dulu!" pinta Pak Hardi.."Ada apa lagi pah!" sahut pria itu ketus. "Papa ingin bicara dengan kamu!" "Kalau papa ingin membicarakan masalah aku dengan Sintia, aku rasa sudah tidak ada lagi yang perlu di bicarakan pah!" "Rifaldi, mama benar-benar kecewa sama kamu. Kenapa kamu ini jadi egois seperti ini!" ujar Bu Ranti dengan nada yang tinggi. "Aku egois, aku jadi seperti ini karena kesalahan aku sendiri. Seandainya saja waktu itu aku tidak menikahi Sintia dan meneruskan pernikahan aku dengan Melati pasti kejadiannya tidak akan seperti ini!" "Kak, kenapa sih kakak ini gak bisa belajar mencintai kak Sintia. Padahal kak Sintia juga wanita yang baik dia juga sangat mencintai kak Rifaldi dengan sangat tulus!" ungkap Cindy yang juga ikut kesal. "Kamu diam saja Cindy, tolong jangan ikut campur dengan masalah ku ini!" "Kenapa kak, kenapa aku tidak boleh untuk ikut b
Pria itu pun langsung bergegas pergi meninggalkan semua orang dengan menahan kesal. "Sepertinya Rifaldi itu marah pah!" Ujar wanita paruh baya itu.."Marah kenapa mah?" "Dia sepertinya kesal karena Melati dan Devan memutuskan untuk pindah rumah, tapi itu hanya perkiraan mama saja!" ungkap Bu Ranti.."Tapi keputusan Devan untuk pindah rumah itu sudah tepat mah, dengan begitu Rifaldi tidak akan terus di bayang-bayangi oleh Melati. Dan siapa tahu dia bisa melupakan Melati juga!" sahut pak Hardi."Jujur saja sebenarnya memang itu alasan aku dan Melati memutuskan untuk pindah rumah, aku merasa tidak akan baik jika harus tinggal satu atap dengan Rifaldi. Apalagi setelah apa yang sudah dia lakukan selama ini sangatlah keterlaluan, dia bahkan yang pertama kali mengajak Sheril untuk bekerja sama!" ungkap Devan."Apa kamu yakin, kamu tahu dari mana soal itu. Kalau Sheril yang terlebih dulu mengajak Rifaldi bagaimana?" tanya Bu Ranti.."Sheril yang mengatakannya langsung mah, bahkan sebelum Sh