Share

Ojek gratis

Author: Goresan emak
last update Last Updated: 2021-08-30 14:05:48

Sesuai dengan rencana di otaknya, pagi ini dia berencana pergi ke SPBU yang disebut galon di daerahnya tinggal, mengisi bahan bakar dan tentu tujuannya melihat gadis pujaannya. 

Saat dia ingin mengantri, ternyata gadis pujaannya tidak berada disana. Matanya celingukan mencari-cari keberadaan Mouza. Bukan Rendi namanya kalau dia tidak mendapatkan apa yang dia mau. 

Dihampirinya gadis yang sedang bertugas disana. 

"Mana perempuan semalam yang ngisi minyakku disini?" kata Rendi dengan gaya khas preman. 

Gadis itu bingung, perempuan mana maksud Rendi. Dia mendongakkan kepalanya kearah temannya, meminta penjelasan. 

Temannya pun menggeleng, mereka tidak tau siapa yang dimaksud. 

"Nggak tau aku siapa maksud Abang, kami baru roker shift Bang, coba abang tanya petugas Pom 3," gadis itu menunjuk teman di seberang sana. 

Rendi memacu kuda besinya, dia menerobos jalur khusus mobil pribadi. Siapa yang berani melarangnya. Hampir semua warga disini mengenal keurakan anak itu. 

"Mana perempuan yang jaga disana semalam? " tanya Rendi tanpa basa-basi kepada laki-laki petugas pom itu, Rizal namanya. Dia tau kalau yang dimaksud Rendi itu Mouza. 

Lelaki sedikit tambun itu panik, dia takut Mouza akan mendapat masalah kali ini, tapi, jika tidak diberi tau, hidupnya yang akan dalam masalah. Dia menatap Rendi dengan wajah takut. 

"Kok diam aja muncong kau, sariawan kau?"

Rendi mengibaskan tangannya di wajah Rizal. 

"Bukan, Bang, anu ... itu maksud Abang? Rizal menunjuk ke arah Pom disampingnya. 

Rendi menyeringai dan menepuk-nepuk pundak Rizal. Rizal mengurut dadanya, tapi tetap saja khawatir pada Mouza. 

"Sorry, Za!" gumamnya dalam hati. 

Rendi sudah berada di jalur tempat Mouza bekerja . Rendi hanya mematung, gugup yang dia rasakan sekarang. Otak kriminalnya mendadak lumpuh. Jika maju beralasan mengisi minyak, tidak mungkin sepeda motor diisi solar. Rendi menepuk-nepuk jidatnya sendiri. 

"Kok mendadak paok gini aku," gumam Rendi. 

Rendi memutar sepeda motornya dan melaju ke arah rumahnya. Rizal yang melihat Rendi pergi mendadak heran sekaligus lega. 

"Selamat kau, Za! Rizal berkata dalam hati. 

Tak selang berapa lama, karena rumah Rendi juga tidak jauh dari SPBU itu, Rendi sudah datang dengan mobil bak terbuka milik ayahnya. Sengaja Rendi mengosongkan tanki minyak mobil itu agar sedikit lama memandang wajah Mouza. 

Tibalah gilirannya, Mouza terkejut melihat lelaki yang berdiri di depannya. Membuka penutup tanki mobilnya dan berkata

"full tank"

Mouza hanya melirik sekilas, lalu melakukan tugasnya sehati-hati mungkin agar tidak menambah masalah dengan pemuda urakan itu. Ternyata Rendi tidak suka dengan kebisuan Mouza, hal yang paling menarik menurutnya jika seulas senyum atau omelan keluar dari bibir indah yang telah meracuni otaknya sejak kemarin. 

"Kau 'kan perempuan semalam itu?" Rendi menatap Mouza sangat dekat,  menyilangkan tangan di dada dan mengitari tubuh mungil Mouza. Masih dengan gaya sok jagoan. Rendi memperhatikan Mouza dari ujung kaki hingga ujung kepala. Ingin rasanya Rendi menyapa gadis itu dengan manis, namun, kebiasaannya yang memang seperti itu tak bisa di ubahnya. Kali ini kegugupan yang disembunyikannya malah menampakkan sikap arogannya. 

Mouza hanya tertuduk. Teringat pesan Pak Tarigan agar jangan lagi menambah masalah.

"Kenapa diam, takot kau?" wajah Rendi mendekat ke wajah Mouza,Mouza reflek memundurkan kepalanya. 

Rizal dan Pak Tarigan memandang dari jauh, mereka takut ikut campur, namun, kasihan melihat Mouza. Mereka hanya berjaga-jaga dari jauh, kalau-kalau Rendi bersikap di luar batas. 

"Aku 'kan udah minta maaf,  Bang! apalagi? Abang mau aku kek mana lagi?" Mouza akhirnya bersuara. 

Ini yang di tunggu-tunggu Rendi. Dia bersorak dalam hati, 'akhirnya bibir indah itu bergerak'

Rendi menopang dagunya dengan kedua jarinya, seolah-olah sedang berpikir hukuman untuk Mouza. Tangan Rendi tiba-tiba menarik baju Mouza dan membaca Badge nama yang terpampang disana. 

"Mon-za," Rendi sengaja mengeja nama Mouza salah. 

"Mo-u-za. Bang! bukan monza, tamat esde gak sih" jawab Mouza kesal. 

Bibir Mouza yang mencebik membuat debaran jantung Rendi berdangdut ria di dalam sama. 

"Oke, Mo-u-za, kau harus menebus kesalahanmu" Rendi memasang tampang songong. 

"Apa lagi? Bukannya luka wajahmu, gak ada berkurang apa lecet kau kutengok, ngapa pulak harus tanggung jawab?" elak Mouza. 

"Namanya kau udah salah, minta maaf aja gak cukup, kau harus menebusnya," bicara Rendi sok bijak. 

"Mau kau apa?" mengalah mungkin mempersingkat masalah pikiran Mouza. 

Rendi tersenyum menang. " Aku harus antar jemput kau selama sebulan," ujar Rendi. 

"Nggak, ada kok kereta(sepeda motor)ku, ngapai harus diantar jemput kau," bantah Mouza. 

"Namanya juga hukuman, sukaku 'lah, tak ada penolakan, pulang kerja aku jemput." Rendi meraih tangan Mouza dan meletakkan uang untuk membayar bahan bakar mobilnya. Dia bersiul-siul senang. Dipandangnya sekali lagi wajah Mouza dari kaca spion. Mouza sedang mengumpat kesal kepadanya. 

"Ahh, Mouza" gumam Rendi dan berlalu. 

Sampai di rumah tujuan pertama Rendi adalah lemari pakaian, dia akan merubah penampilannya yang urakan, agar terlihat lebih tampan nanti saat menjemput Mouza, pujaan hatinya. Isi lemari telah tumpah ruah di lantai, tak ada satu pun yang sesuai menurut Rendi. Ibunya yang tiba-tiba lewat sampai heran melihat tingkah anaknya. 

"Apanya kerjaan kau, Rendi?" Kata Bu Fatma menghampiri anaknya. 

"Ini loh, Mak, gak ada baju Rendi yang bagus." Rendi mengangakat satu persatu pakaiannya dan mencocokkan ke badannya. 

Bu Fatma menggeleng, "Mau kemana kau? tumben cari baju yang bagus, biasanya mana koyaknya paling banyak itu yang kau pake,"ejek Bu Fatma. 

"Mau ketemu seseorang, Mak," jawab Rendi malu-malu. 

Bu Fatma sepertinya mengerti anaknya sedang menyukai wanita.

"Jam berapa rupanya mau pigi?"

"Jam 3" jawab Rendi. Padahal Mouza pulang kerja baru jam 4. Rendi sudah tak sabar ingin segera ke SPBU itu lagi. Bu Fatma menyuruh Rendi mandi, sedangkan urusan pakaian, Bu Fatma yang memilih dan merapikannya. 

"Semoga perempuan itu adalah malaikat yang dikirim Tuhan mengubah anakku" lirih Bu Fatma dalam hati. 

Betapa terkejutnya Pak Tarigan melihat Rendi sudah nongkrong di depan kantornya. 

Mendadak Pak Tarigan takut, ternyata urusan Rendi dan Mouza belum selesai. Kebetulan jalur Pom tempat Mouza sedikit lengah, Pak Tarigan memanggil Mouza ke kantornya. 

"Apa dibilang Si Rendi tadi samamu, Za?" Tanya Pak Tarigan tanpa basa-basi. 

"Katanya hukumannya aku harus diantar jemput dia selama sebulan, " jawab Mouza apa adanya. 

Pak Tarigan semakin panik, dia takut Rendi berbuat macam-macam pada Mouza, bagaimana pun, permasalahan terjadi di bawah pengawasannya, dia merasa bertanggung jawab atas keselamatan Mouza di luar jam kerja. 

"Panggilkan Rizal dan kau jaga dulu Pomnya," perintah Pak Tarigan pada Mouza. 

Pak Tarigan dan Rizal berencana mengawal perjalanan Mouza dan Rendi sampai ke rumah, paling tidak mereka bisa lekas telpon polisi jika terjadi sesuatu yang membahayakan Mouza. 

Mouza tak mungkin lagi mengelak, dia hanya bisa pasra diantar pulang oleh lelaki menyebalkan di depannya. 

Kalau tidak karena permintaan Pak Tarigan dan Teman-temannya agar tak melawan lelaki arogan itu, Mouza takkan mau duduk berdempetan dengan lelaki urakan seperti Rendi. 

Rendi melirik kaca spion, dia melihat Pak Tarigan membuntutinya, dia berniat menjahili kedua orang di belakangnya. Dia pun tersenyum miring. 

"Pegang pinggangku kalau kau nggak mau jatuh" titah rendi. 

"Enak aja, hih, nggak mau," sahut Mouza. 

Rendi menarik gas kencang, Mouza hampir terjungkal kebelakang kalau tidak sigap memegang pinggang Rendi. 

Sepeda motor Rendi melaju kencang membelah jalanan, suasana jalan yang tidak begitu padat karena mereka tidak melewati jalur kota, membuat Rendi leluasa menggerakkan motornya dengan lincah. 

Mouza membenamkan wajahnya di punggung Rendi agar mengurangi rasa takut akibat Rendi membawa motor terlalu kencang, sehingga tanpa sadar Rendi membawa Mouza ketempat lain bukan ke rumahnya.

Turun woi! malah keenakan meluk," ejek Rendi. 

"Ini bukan jalan ke rumahku" kata Mouza bingung, dia belum pernah ke lokasi ini sebelumnya. 

"Manalah ku tau, kau gak bilang rumahmu dimana" kata Rendi tak acuh. 

Benar, Mouza tak mengatakan alamat rumahnya, lalu, sekarang mereka di tempat ini, ini seperti kedai tempat makan, ahh,bukan seperti, tapi, ini memang warung bakso yang sering Mouza lihat do f******k. Bahkan katanya warung bakso satu ini sudah masuk tivi.

" Malah melongok, ayok masuk," Rendi menarik tangan Mouza persis seperti anak TK yang dipaksa masuk oleh ibunya.

Mouza mengikut saja sambil berdoa semoga sebulan itu bisa segera berlalu dan dia lepas dari hukuman lelaki aneh di depannya.

Tanpa persetujuan Mouza, Rendi memesan dua mangkok bakso yang kemudian diantar pelayan kedai. 

"Main pesan aja, bukannya ditanya awak suka bakso apa nggak" Mouza mengomel sendiri. Rendi hanya tersenyum melihatnya.

"Dibilangi kok malah senyam-senyum kek orang senget, kurasa ada paok-paok anak satu ini" omelan Mouza masih berlanjut. 

Rendi mendengar makian itu seperti pujian indah. Dia senang melihat Mouza terus mengomel itu terasa seperti candu yang memabukkan bahkan lebih dari alkohol.

Di lain tempat Pak Tarigan dan Rizal di Rundung kepanikan yang luar biasa. Mouza di bawa kabur oleh lelaki berandalan. Pak Tarigan tak habis pikir bagaimana jika Mouza kenapa-napa, siapa yang akan mengatakan pada Ibu Mouza yang sedang sakit -sakitan?

Ingin mencek keberadaan Mouza di rumahnya, takut kalau Mouza tidak di rumah lalu Ibunya bertanya, akan jawab apa nanti. Kepala Pak Tarigan rasanya hampir meletup. 

Rizal yang sejak tadi menggaruk kepalanya yang tidak gatal, dia menyesal membiarkan Mouza dibawa oleh Rendi. 

"Oih, mak Mouza, kemana kau dibawa laki-laki gilak itu?" lirih Rizal

Mereka mondar-mandir di depan gang rumah Mouza. 

Tak berselang waktu lama, sepeda motor Rendi melintas, ada Mouza duduk manis di belakang Rendi. Rizal mengusap mata tak percaya.

"Mouza! Pak itu Mouza?" tanya Rizal pada Pak Tarigan. Tangan Rizal menunjuk sepeda motor yang baru saja lewat. 

"Iya, itu Mouza," seru Pak tarigan, 

Tanpa sadar mereka berpelukan bak teletubbies, melompat kesana kemari. Menjerit senang seperti orang yang kesurupan.Pengendara yang lewat memandang mereka aneh. 

"Paok kurasa yang dua ini," kata seseorang yang melinyas berjalan kaki menuju ke arah rumah Mouza. 

Related chapters

  • Preman jatuh cinta   Mouza, perempuan calon korban itu

    Rendi mengantar Mouza sampai ke depan pintu rumah, adik Mouza yang bernama Mona menatap heran kakaknya."Tumben ada cowok nganterin kakakku, ganteng pulak itu, agrrhh! paling tukang bengkel, mana ada cowok mau sama perempuan cerewet kelas kakap itu" Gumam Mona. Dia tetap berdiri mengawasi mereka di balik kaca jendela."Besok masuk pagi, kan? Minta nomor hapemu biar bisa kau ku telpon" titah Rendi."Nggak usah, besok aku berangkat sendiri" kata Mouza ketus."Naik apa kau paok, keretamu aja tinggal di galon"ejek Rendi sambil menonyor jidat Mouza."Bagus-bagus kau, kepala ini," pungkas Mouza kesal sambil mengurut jidatnya yang lebar itu."Pokoknya nggak mau aku titik! gak pake koma," tandas Mouza berlalu meninggalkan Rendi. Rendi menaikkan bahunya tanda tak peduli, yang terpenting baginya dia sudah tau alamat gadis cantik pekerja pom bensin itu.Rendi tak perduli lagi teman nongkrongnya. Saat ini kemba

    Last Updated : 2021-08-31
  • Preman jatuh cinta   Melamar kerja

    Rendi mulai uring-uringan dengan dirinya sendiri. Dia merasa benar-benar bukan manusia berguna selama ini. Tak salah ucapan Mouza saat di telepon dulu, dia tak lebih baik dari seekor monyet. Dia malu mengakui dirinya sebagai laki-laki sekarang. Mouza yang wanita saja bekerja memenuhi keinginan dan kebutuhan keluarganya. Dia sejak lahir hingga berusia 24 tahun tetap bersandar pada penghasilan orang tua.Tiba-tiba timbul keinginan Rendi untuk bekerja. Meskipun dia tidak tau harus memulai dari mana. Dia membongkar lemari tempat menyimpan buku dan beberapa berkas penting dan mencari kertas yang berisi hasil nilai akhir saat dia kuliah dulu.Sejak lulus kuliah hingga dua tahun sejak itu, Rendi tak sekalipun melihat ijazah itu, dia tidak pernah tau dan tidak pernah ingin tau apa saja yang tertulis disana. Baginya lulus kuliah sesuai kemauan orang tuanya sudah cukup itupun hasil sogokan dan mengancam teman membuatkannya skiripsi.Kertas yang dicari pun keli

    Last Updated : 2021-09-01
  • Preman jatuh cinta   Cemburu

    Setelah hitung-hitungan berakhir dengan kasir, Mouza dan Rini berjalan ke belakang kantor. Disana ada teras menyerupai balkon yang menghadap ke pemukiman penduduk. Lokasi Pom bensin itu lebih tinggi dari pemukiman di sekitarnya. Ada beberapa kolam ikan dan pohon, serta gunung-gunung tinggi yang terlihat jelas dari sana, pemandangan itu mampu menghibur hati saat lelah seharian bekerja.Mouza duduk menghadap ke arah bantaran rumah yang berjejer tak beraturan. Matanya memandang sayu. Sebenarnya dia tak mengerti kenapa dia harus merasa seperti ini. Toh selama ini dia hanya menjalani hukuman. Dia tak menyangka hatinya nyaman bersama Rendi."Za, kenapa kau?" tanya Rini membuka obrolan.Mouza menarik nafas dan menghembuskan kasar, berharap perasaan aneh yang menggerogoti hatinya sedikit berkurang."Za, kenapa kau?" Rini mengulang pertanyaannya saat Mouza tak kunjung menjawab."Pening aku, Rin" lirih Mouza sendu."Cerita

    Last Updated : 2021-09-02
  • Preman jatuh cinta   Salah kaprah akhirnya berdarah-darah

    Mouza tetap menangis, dia tidak sadar melewati rumah Pamannya. Kebetulan Paman Mouza sedang bersantai di teras dan melihat Mouza melintas sambil menangis."kenapa Mouza" batin Paman Mouza. Dia memperhatikan seksama. Ada pemuda yang dikenalnya dengan kenakalannya sedang mengikuti keponakannya.Tanpa babibu, Paman Mouza berlari ke arah Rendi dan langsung mendaratkan bogem mentah ke wajah Rendi.Rendi yang tidak siap saat di serang terjungkal ke aspal. Ada darah segar menetes dari sudut bibir Rendi."kimak!" umpat Rendi marah.Mouza terkejut bukan main. Dia sempat terdiam tidak tau mau berbuat apa. Lidahnya kelu saat melihat Rendi adu jotos dengan Pamannya."Rendi! sudah!" Mouza berteriak menghentikan Rendi, tapi kepalang emosi karena diserang duluan. Rendi tetap melawan pukulan Paman Mouza, hingga memancing perhatian warga. Warga berdatangan, kini Rendi bak buruan yang siap di tangkap massa.Mouza mak

    Last Updated : 2021-09-03
  • Preman jatuh cinta   Jawaban menakjubkan

    Mouza menekuk wajahnya semakin dalam. Persis seperti wajah yang sedang ditagih hutang pas bulan tua. Mungkin memilih diam adalah pilihan terbaik kali ini. Jika orang tua Rendi kelak harus tau, maka Mouza telah siap menanggung konsekuensinya.Bu Fatma yang sebenarnya penasaran dengan siapa gadis di sampingnya dan apa hubungannya dengan Rendi? Kenapa dia begitu mengkhawatirkan Rendi? Bu Fatma ingin menyerbu gadis itu dengan berbagai pertanyaan lainnya, namun ia mengurungkan niatnya untuk mencecar gadis itu. Takutnya gadis itu malah takut padanya dan pergi.Bu Fatma memutuskan meraih tubuh kurus Mouza, membawanya dalam pelukan hangatnya. Terlihat gadis berwajah tirus itu cukup lelah. Bahkan lingkar hitam membulat melingkari mata Mouza."Terima kasih telah menolong anakku," bisik Bu Fatma lembut.Entah harus mengangguk atau bagaimana, leher Mouza mendadak kaku. Dia diam tak bergerak dalam pelukan Bu Fatma."Tidurlah kalo cap

    Last Updated : 2021-09-04
  • Preman jatuh cinta   Ada rindu dan curiga

    Kekacauan Pikiran Mouza membuat mulut dan otaknya tidak terkonek dengan Baik. Wajah Mouza persis seperti udang rebus karena menahan malu. Sesekali dia melirik ke arah Rendi yang masih tetap senyum-senyum sendiri menahan sesuatu yang menggelitik hatinya. Kalau tidak dilarang Bu Fatma, mungkin dia masih terus menertawakan jawaban Mouza.Mereka menyantap makanan di depan mereka dalam diam.Tak ada yang berani membahas tentang Mouza lagi. Mereka takut Mouza menangis kembali. Itu adalah hal paling menyebalkan. Selain susah di bujuk, juga suaranya begitu keras. Jika Mouza menangis lebih lama mungkin mereka bertiga harus mengunjungi dokter THT selanjutnya.Jam yang menggantung di dinding menunjukkan pukul 11 malam. Pak Dame memutuskan untuk pulang ke rumah dan membiarkan dua wanita itu menjaga Rendi. Sebelum pamit Pak Dame berjanji datang besok pagi dan mengantar Mouza pulang ke rumah.Beberapa hari Rendi dirawat di rumah sakit, Mouza tetap datang berk

    Last Updated : 2021-09-06
  • Preman jatuh cinta   Pelanggan aneh

    "Nggak mau tau, carik!" tukas si pelanggan."Kami hanya punya nilai uang paling kecil lima ratus rupiah, Bang! bolehkah untuk kotak amal saja?" Mouza masih sabar menanggapi pelanggannya itu dan menunjukkan kotak amal yang berada di dekat dispenser minyak."Alah! akal-akalan kau aja itu, pande kali kau, kau kira aku nggak tau akal busukmu, itu untuk kalian 'kan? sehari ini udah berapa kali dua ratus yang kalian ambil dari pelanggan?" cecar Si Pelanggan dengan nada naik dua oktaf.Mouza mengelus dada, berharap pundi-pundi kesabarannya masih bersisa banyak. "Betulan Bang! kami memang tidak punya uang pecahan sekecil itu, kalo nggak ini aja Abang ambil" Mouza merogoh kantong celananya dan memberikan uang pecahan seribu kepada pelanggan itu. Jika dia mengambil uang dari hasil penjualan, Mouza takut terjadi minus diperhitungan. Pak tarigan bisa mengintrogasinya sampai besok.Sepertinya pelanggan yang sebenarnya masih sangat muda dan tida

    Last Updated : 2021-09-08
  • Preman jatuh cinta   Rumah Rendi

    [Sok tau, kek anak dukun] dibubuhi emoticon mencebik.[loh gak tau aja aku kan anak dukun, mau aku pelet] emoticon lidah menjulur.[Pelet? emg ayam dikasih pelet]Begitulah mereka berbalas pesan hingga waktu menunjukkan pukul 2 dini hari. Mouza tertidur tanpa sadar.Pagi hari menyapa, cahaya nakal masuk menyelinap ke kamar Mouza tanpa permisi. Suara di luar sudah riuh. Namun Mouza enggan membuka matanya. Kebiasaan saat dia masuk shift sore."Za! mama berangkat yah, kalau mau pergi jangan lupa gembok pintu, letakkan kunci ditempat biasa" teriakan Ibu Mouza dari depan."Em" Mouza mengerang lalu menukar posisi lalu terlelap kembali.Ibu Mouza tetap bekerja sebagai cuci gosok ke rumah-rumah tetangga jika keadaannya membaik. Ibu Mouza punya penyakit asam lambung yang kalau kambuh kadang sampai sesak bernafas. Pernah suatu ketika kumat sampai wajahnya membiru. Dulu Mouza mengira Ibunya punya masalah pada paru-paru, t

    Last Updated : 2021-09-09

Latest chapter

  • Preman jatuh cinta   Kehancuran Rendi

    Lelaki itu terduduk lemah menyadari segalanya menyerangnya dari setiap sudut. Mouza yang menyadari lelaki yang menjadi kekasihnya itu kini tengah diambang kehancuran. Tidak mengejutkan jika lelaki itu memiliki musuh dari berbagai sisi. Masa kelam Rendi memang telah membekas dan berubah menjadi boomerang yang siap menghancurkan hidupnya. Tak ada kata terlambat untuk berbuat baik, tetapi segala jejak akan tetap membekas hingga kapanpun. Tak banyak orang yang siap dengan perubahanmu, bagi sebagian kau akan tetap buruk seperti masa lalumu. Tak perduli seberapa keras kau berusaha untuk menjadi orang baik. Usaha yang dirintis Ayah Rendi benar-benar hancur ditangan orang-orang kepercayaan ayahnya sendiri, bahkan ayah Rendi harus berulang kali mendapat perawatan intensif karena drop mendapat kabar buruk itu. Sia-sia segala pengorbanannya. Rendi memutuskan pergi dari kota itu, berharap nasib baik menghampirinya. Namun nyatanya dimana pun dia berada dosanya tetap menghantui dirinya. Bertahu

  • Preman jatuh cinta   Kehancuran

    Mouza berjingkat-jingkat meraih lobang ventilasi yang berada di atas pintu. Namun, karena tinggi badan Mouza yang cukup mini, hanya satu meter lima puluh lebih beberapa sentimeter saja. Usahanya sia-sia.Sebagai pekerja baru, meski diberi wewenang oleh Rendi untuk mengawasi gerak-gerik Sri, Mouza tak boleh sembrono. Dia juga harus tetap bermain cantik supaya mangsa masuk ke dalam perangkap lebih mudah.Di sudut ruangan toko, terdapat kursi bulat tempat meletakkan manekin atau patung yang dikenakan longdress agar tidak terjuntai ke lantai dan berdebu.Mouza benar-benar menaruh rasa curiga yang besar terhadap Sri.Dia angkat kursi tersebut lalu berencana berdiri di atasnya, tapi, sebelum benar-benar berhas

  • Preman jatuh cinta   Lelaki mencurigakan

    Pagi ini Rendi memutuskan terjun ke dunia yang telah digeluti Ayahnya sejak 30 tahun silam. Tempat ini adalah tempat yang membawa kehidupan dan martabat Pak Dame melesat tinggi, dari seorang kondektur menjadi seorang yang berkecukupan, bahkan memiliki kelas yang cukup bergengsi di kalangannya, terutama di tempat mereka tinggal. Ini kali pertama ia menginjakkan kaki di tempat ini untuk menggantikan Ayahnya, sebelumnya Rendi juga pernah bahkan sering berkunjung tapi bukan untuk membantu atau sekedar mempelajari kegiatan Ayahnya, tetapi hanya untuk meminta uang. Dari depan tampak tempat ini adalah toko pakaian, di atas pintu ruko terdapat spanduk label dari toko 'Dafa Collection' begitu tulisan besar itu terpampang besar. Toko ini juga merangkap sebagai kantor utama setelah ruang kerja yang ada di rumah kediaman mereka.&

  • Preman jatuh cinta   Survey lapangan

    Mouza gegas menghampiri Rendi ke rumah, dia takut Rendi dalam masalah. Kebetulan hari ini Mona sedang berada di sekolah, jadi tidak bisa menemani Mouza. Dengan sedikit negosiasi dengan ibunya, akhirnya Mouza bisa melangkah ke rumah Rendi. "Kau ngapain nyuruh aku kemari?" Pertanyaan Mouza membuat Rendi mulai bingung mau jawab dari mana. Tentu saja dia malu mengakui ketololannya di depan gadis pujaannya itu. Melihat Rendi bengong, Mouza nyelonong masuk ke dalam rumah dan membiarkan Rendi mematung sendiri di tempat itu. "Ya, ampun, beserak kali ini, Ren!" teriak Mouza kencang. Suara melengking Mouza berhasil mengembalikan nyaw

  • Preman jatuh cinta   Mencari penyebab sakit Ayah Rendi

    Aaggrrhh!" lolongan suara Pak Dame. HPnya terjatuh dari tangannya, sedang sebelah lagi memegangi dadanya yang terasa sesak.Bu Fatma berlari menghampiri suaminya yang terjatuh dari tempat duduknya. Dengan panik Bu Fatma meraih tubuh lelaki yang sudah tampak memucat."Kau kenapa, Bang?"Nafas Pak Dame nampak tersengal, menahan sakit di area dada sebelah kanannya. Entah apa yang sudah terjadi pada Pak Dame, Bu Fatma belum tahu, dia hanya ingin membawa Pak Dame selekasnya ke rumah sakit."Tolong! siapa saja tolong aku!" jerit Bu Fatma setengah terisak.Rumah kediaman Bu Fatma yang tertutup rapat oleh pagar tinggi, menyulitkan orang di s

  • Preman jatuh cinta   Titik kehancuran di mulai

    Mona pun akhirnya kesal, dia memutuskan mengangkat telepon tersebut.[halo!]Suara yang sangat familiar di telinga Mona.[Bang Ganteng?]Jawab Mona Reflek.[hehe, iya ini aku]Mouza yang sejak tadi menjauh mendadak mendekat, saat Mona menyebut nama Abang Ganteng. Panggilan itu Mona sematkan hanya untuk Rendi."Rendi?" tanya Mouza, antusias. Mona mengangguk seraya memberikan telepon genggam itu ke tangan Mouza. Dengan tangan gemetar Mouza meraih benda pipih miliknya itu.

  • Preman jatuh cinta   Rendi kembali

    Rendi mengabaikan masalah tentang orang tuanya dulu. Urusan perut kini yang paling pertama dipenuhi agar otaknya kembali bekerja dengan baik. Dia mengobrak-abrik lemari di dapur, tampaknya tak satupun bahan makanan tersisa di sana. Benar-benar orang tuanya sudah pergi dari rumah mungkin sejak seminggu. Dari penampakan rumah yang berdebu, bisa diperkirakan begitu.Kini dia beralih ke kulkas, disana terdapat beberapa potong roti tawar dan selai coklat yang hampir tandas. Perut yang sudah tak sabar untuk diisi membuat Rendi mengabaikan tentang rasanya. Sejenak setelah selesai bersantap ria sendirian, Rendi tersadar akan kesendiriannya. 'begini jika aku akhirnya ditinggal Mama sama Ayah sendiri' batin Rendi.Kembali dilanjutkannya misi pencarian orang tuanya. Dia menuju bagasi mobil, siapa tau dia menemukan petunjuk disana. Tak lama supi

  • Preman jatuh cinta   Malaikat penolong

    Tak sia-sia usaha Rendi mengundang orang lain ke ruangan ini. Berbekal menahan sedikit lebih lama nafasnya untuk mengelabui dua wanita bodoh itu, dan si Ucok yang tidak lulus SD, akhirnya mereka mengajak kenalan mereka yang mengerti tentang perurat nadian.Saat lelaki yang mereka panggil Anto itu masuk, Rendi membiarkan dia memeriksa semua bagian tubuhnya.Nampak segala memar dan beberapa sayatan cambukan di tubuh Rendi. Anto merupakan salah satu mantri yang bertugas di puskesmas dekat dengan rumah Rendi itu, terkejut dan menatap ke tiga manusia yang berdiri kaku di belakangnya."Dia kami temukan pingsan, jadi kami bawa kemari." Tanpa ditanya, Ucok menjelaskan sendiri. Hal itu mengundang curiga di hati mantri itu.Dengan gerakan tiba-tiba, Rendi menggenggam erat tangan Anto, lelaki yang masih mengenakan seragam putih itu menatap Rendi dengan bingung. Wajah Rendi terlihat memelas meminta pertolongan Anto. Anto ragu-ragu menafsirkan sorot mata Ren

  • Preman jatuh cinta   Kembaran?

    Rendi tak percaya dengan penglihatannya sendiri. Bagaimana bisa Miska mengenal Ucok? 'Tunggu, tunggu ... Miska bukannya terlihat sedang hamil saat mencari keberadaan Mouza? lalu, kenapa sekarang tampak sangat langsing?'Rendi merasa otaknya sudah kacau. Di belakangnya ada Wiwik si gadis genit. Mereka melambai-lambai ke arah Rendi, tersenyum binal dan menggoda Rendi dengan erotis."Hai, Abang ganteng, apa kabar?" ucap Wiwik sambil mencubit genit dagu Rendi.Rendi memalingkan wajahnya, menghindari sentuhan liar dari Wiwik."Kok malu-malu kau, Bang? bukannya biasanya kau langsung nerkam? hahaha!" Wiwik tampak seperti iblis betina yang sedang menggoda.Rendi beralih menatap wanita yang sama persis dengan wajah milik Miska."Kau?" tanya Rendi, ragu."Hahaha! tampaknya otak kau masih berfungsi dengan baik, yah! aku Miska."Seringainya bagaikan singa kelaparan."Tapi ...."

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status