Bab 1 – Ini Aku, Adrian!
Waktu istirahat aku habiskan di bawah pohon akasia, sambil mengipas-ngipas wajah dengan topi sekolah yang tadinya kukenakan. Keringat mengucur deras sekali. Setelah jam pelajaran olahraga selesai, teman-temanku membubarkan diri. Ada yang ke kantin, ke kelas dan ada juga yang masih berada di lapangan sama sepertiku.“Hei, anak miskin! Berani-beraninya kau membela tim B dan mengalahkan kami. Kau cari mati ya?!” erang Tono, si ketua The Genks Perundung. Seperti namanya, mereka memang suka menghina siswa-siswi yang kurang mampu di sekolah ini.Aku diam saja. Tidak mau mencari masalah hingga masuk ke ruang BP.“Mulutmu terjahit ya? Kenapa tidak jawab pertanyaanku?” tanya Tono lagi.“Maaf, aku hanya ikut bermain saja tadi. Kalian jangan tersinggung. Kita harus sportif dalam bermain,” sahutku.“Berani sekali ya!” Tono menarik rambutku hingga aku terjatuh. Kemeja sekolahku diremasnya dan mengancam akan memukulku kalau berani menjawab ucapannya lagi.Aku pun tertunduk, menerima pukulan keras ke wajahku. Bukan aku tidak mampu membalas, tapi aku tidak mau orang tuaku dipanggil ke sini hanya karena masalah perkelahian.Aku memang terlahir dari keluarga kurang mampu. Ayahku seorang kuris pengantar barang sementara ibuku seorang kuli cuci dari rumah ke rumah.Kesulitan yang kami alami, tidak pernah dibebani pada semua orang, tapi orang-orang sangat senang membebani kami dengan hujatan. Entah salah apa aku dan keluarga pada mereka semua. Tak hanya di sekolah, di lingkungan rumah juga tidak mendapat dukungan.Aku selalu bersabar, seperti yang dikatakan oleh ayah dan ibu. Setiap kehidupan akan ada pasang surut dan naik. Berputar seperti roda delman. Bisa berada di bawah, menyatu dengan tanah dan bisa juga terbang tinggi hingga ke angkasa.Aku punya cita-cita besar, membuat perubahan hidup agar kedua orang tuaku tak lagi hidup susah. Aku yakin akan ada pelangi setelah badai yang menerpa. Tuhan pasti akan membantuku. Aku berjanji akan membungkam mulut mereka yang telah merendahkanku. Aku akan melindungi orang tuaku.Seperti luka tetapi tidak berdarah dan bernanah. Ingin rasanya, aku bungkam mulut mereka semua dengan berjuta prestasi yang aku miliki. Aku harus berjuang, aku harus bangkit. Aku tidak boleh lemah, jika aku lemah. Yang ada aku, semakin di hina dan di rendahkan hingga titik terendah. Semangat Adrian! Kamu pasti bisa, ayo bangkit! Jika kamu terjatuh, kamu bangkit lagi. Kamu tidak boleh, pantang menyerah. Jika kamu menyerah, siapa yang akan melindungimu serta keluargamu. Apalagi kasian, kedua orang tuamu.Bangkitlah Adrian, kamu harus menjadi prmuda yang sangat tangguh. Pemuda yang dapat mengangkat derajat dan martabat kedua orang tuamu.***
Malam ini, aku sedang mengerjakan tugas sekolah. Mataku terus mengawasi jam dinding. Ibu belum pulang sampai sekarang. Sudah jam 9 malam.Tiba-tiba aku mendengar suara pintu terbuka. Segera aku mengejarnya dan melihat siapa yang datang? Ternyata ibuku sudah pulang."Ibu baru pulang? ya ampun Ibu … Adrian sangat cemas dan khawatir. Takut kalau ibu kenapa-kenapa.”"Ya Allah, Adrian … kamu jangan khawatir dengan Ibu. Ibu sungguh tidak apa apa, Ibu habis ke rumah Tantemu. Ibu mau pinjam uang, untuk membayar SPP kamu - tetapi Tantemu tidak mau meminjamkan ke Ibu," ungkap Ibu dengan ekspresi sedih."Ibu barusan pergi ke rumah Tante Cindy? Kenapa Ibu pergi ke rumah Tante Cindy? Apakah Ibu belum mendapatkan bayaran dari kerja keras Ibu mencuci pakaian?" tanyaku kepada Ibuku."Iya, Nak, mereka bayar sekitar tanggall sepuluh. Sedangkan kamu kan sudah harus membayar uang sekolah tanggal lima," ungkap Ibu sambil menitikan air mata.Ya Tuhan, kasian Ibu. Aku tidak mungkin tega membiarkan Ibu, menderita seperti ini, gumamku dalam hati.Aku memutar otak, memutuskan untuk kerja paruh waktu di sebuah restoran Chinese. Lumayan hariannya dibayar lima puluh ribu. Aku pernah bertanya, tapi belum berani bekerja. Sekarang, aku harus memberanikan diri demi meringankan kedua orang tua untuk membayar uang sekolahku sekitar seratus delapan puluh ribu rupiah. Setelah aku hitung, aku bisa mengumpulkannya dalam waktu 6 hari karena seharinya digaji lima puluh ribu rupiah. Sisanya untuk makan kami.***Aku tetap berusaha, semangat untuk membantu Ayah dan Ibu. Mulai hari ini aku bekerja di sana setelah pemiliknya berbaik hati mengizinkan aku bekerja.Sepulang sekolah, aku langsung kerja di restoran. Alhamdulilah, Ibu dan Ayah mengizinkan juga. Aku harus semangat, tidak boleh cengeng dan mengeluh. Aku ingin menjadi pijar bagi aku dan keluargaku.Walaupun aku sangat lelah, dan letih. Aku tidak boleh cengeng, saat tubuhku pegal, aku menempel koyo di bagian itu agar sakitnya hilang. Aku membalurkan minyak panas setiap malam supaya keesokan harinya bisa bangun dengan segar.Tidak terasa, sudah seminggu aku bekerja di Restoran Chinese ini. Koko dan Cecenya juga sangat baik. Bahkan jika aku rajin, serta kinerjaku bagus, atasanku pasti akan kasih bonus tambahan serta makanan untuk aku bawa pulang.***Hari ini, ada ulangan sekolah. Ketika aku sedang mengerjakan soal dengan teliti. Tiba-tiba saja Tony, sang anak pembawa masalah, meminta hasil jawabanku. Aku sama sekali tidak menggubrisnya dan aku tetap melanjutkan ulangan.Namun, masalah datang tatkala aku sedang istirahat. Tiba-tiba Toni dan segerombolan kawannya datang menghadangku. Mereka memukulku secara membabi buta. Ingin sekali aku melawan, tetapi percuma. Jika anak nakal, aku lawan. Mereka akan semakin brutal. Aku tidak mau membalasnya dengan kekerasan. Apa bedanya aku dan dia bila aku membalasnya dengan cara yang sama?Lihat saja nanti, jika aku sukses. Aku akan balas mereka semua. Tetapi bukan dengan pukulan, tetapi aku akan membalasnya dengan berjuta prestasi yang aku miliki. Lihat saja nanti, aku akan membuktikan siapa aku. Jadi jangan coba coba macam-macam denganku.Aku sekarang berjalan ke UKS, aku di obati di ruangan itu. Guru BK yang sedang melihatku itu bernama Ibu Sonya. Ibu Sonya langsung menghampiri saat tahu aku masuk ruang kesehatan itu. Ibu Sonya sangat cantik dan baik hati."Ya ampun wajahmu, Adrian! Kok bisa seperti ini? Siapa yang melakukan ini kepadamu? Bilang ke Ibu, nanti Ibu sidak anak-anak nakal itu," emosi Ibu Sonya."Bukan siapa-siapa Ibu, aku hanya jatuh terpeleset di halaman. Nanti juga sembuh, setelah diobati. Ibu tidak perlu khawatir dan cemas," ucap aku kepada Ibu Sonya."Kamu jangan bohong sama Ibu, Ibu tahu jika itu luka karena dipukul. Bukan luka karena jatuh, apa itu perbuatan Toni dan Geng-nya?" tanya Ibu Sonya, sambil menatapku secara tajam. "Bukan Ibu … Ibu tidak perlu cemas dan khawatir. Saya akan membalas mereka semua yang menghinaku. Ibu tidak perlu ikut campur. Biarkan mereka tetap sekolah di sini. Jika pihak sekolah, komite sekolah dan kepala sekolah tahu. Saya akan merasa bersalah, apalagi jika mereka sampai di skors dan dikeluarkan dari sekolah. Jadi, saya hanya ingin melawan dan membungkam mulut mereka, dengan prestasi bukan kekerasan," ucapku sambil menitikkan air mata."Adrian kamu memang anak yang baik, Ibu bangga sama kamu. Sepulang sekolah, kamu ke rumah sakit lagi bila perlu ya. Ibu antarkan," ucap Ibu Sonya dengan penuh kelembutan.Sepulang sekolah, aku dan Ibu Sonya ke rumah sakit. Ibu Sonya memanglah berhati malaikat. Ketika aku ingin membayar biaya, ternyata Ibu Sonya sudah membayarkannya. Bahkan Ibu Sonya mengantarkan aku ke tempat kerja."Maaf Iya Koko dan Cece, murid saya bekerjanya agak telat. Soalnya murid saya terluka pada saat di sekolah, jadi sepulang sekolah saya antarkan Adrian ke rumah sakit dulu," terang Ibu Sonya kepada Koko dan Cece."Iya tidak apa-apa Ibu guru, terima kasih sudah mengantarkan Adrian. Terima kasih Ibu guru," ucap Koko dan Cece dengan ramahnya."Ya ampun Adrian, mukamu sampai babak belur. Kamu kerjanya sampai jam tujuh malam saja. Mulai besok, kau libur saja dua hari. Koko kasih obat dan uang lagi buat kamu. Kamu mau obat Cina manjur?" tanya Koko sambil tersenyum."Baik Ko, terima kasih iya Ko. Saya cuci piring dulu Ko," ucapku sambil tersenyum.Aku mencuci semua piring, hingga bersih. Setelah selesai, aku kini menyiapkan bahan-bahan untuk membuat Dimsum dan Puyunghai. Karena bahan-bahan untuk Bakpao sudah di sediakan oleh Cecenya.Aku tidak menyangka, kalau si perundung dan pembuat masalah dan onar itu. Toni and the genks. datang ke kedai restoran Chinese tempatku bekerja.Bahkan mereka merundungku lagi, tetapi aku hanya diam. Diam bukan berarti aku lemah, aku diam karena aku tidak mau membuat masalah. Untungnya ada Koko dan Cece, mereka membela aku. Ketika aku di hina dan di rundung oleh mereka, yang sudah merendahkan aku.Ketika aku pulang kerja, Koko dan Cece memberikan nasihat dan petuah untukku."Kamu kenapa Adrian? Kenapa diam saja? Ketika mereka menghinamu, seharusnya kamu lawan mereka Adrian. Kamu tidak boleh diam saja," tanya Koko kepadaku."Aku diam saja, bukan berarti aku lemah Koh. Aku tidak mau, menambah masalah dengan berantem sama anak perundung di Sekolah. Aku ingin membalas mereka dengan prestasi, bukan dengan kekerasan Ko," terangku memberikan penjelasan kepada Koko."Ya ampun Adrian, kamu memang anak baik, yang tidak mau membalas kekerasan dengan kekerasan. Koko bangga sama kamu, Nak," ucap Koko sambil memeluk dan mengelus rambut.Tiba-tiba pada saat Cece ingin berbicara dan memeluk aku - pandanganku buram, tubuhku melemah dan akhirnya aku pun tak sadarkan diri.Bersambung.Ketika aku sadarkan diri, aku sudah berada di rumah sakit. Ada Ayah, Ibu, Koko dan Cece yang menemani aku di rumah sakit."Ya ampun Nak, kok kamu bisa seperti ini? Siapa yang melakukan ini sama kamu, Nak?" tanya Ibu kepadaku."Aku tidak apa-apa Ibu, hanya perlu istirahat dan minum obat. Aku pasti akan sembuh, Ibu dan Ayah jangan cemas dan khawatir," ucapku sambil memandangi kedua orang tuaku."Maafkan Ayah, ya Nak, karena keluarga kita miskin. Kamu harus menderita seperti ini, maafin Ayah karena tidak becus menjadi kepala keluarga. Maafkan Ayah, Nak," ungkap Ayah sambil menitikkan air mata."Ayah tidak perlu meminta maaf, aku tidak apa-apa Ayah. Ini semua bukan salah Ayah, ini semua sudah takdir dan ketentuan Tuhan. Intinya kita harus berusaha lebih ekstra untuk bangkit, untuk berjuang. Adrian janji akan menjadi orang sukses, Adrian akan membawa nama baik keluarga kita," ucapku sambil menitikkan air mata.Ketika aku, Ayah, Ibu sedang berpelukan tiba-ti
Mereka sangat marah dan emosi, mereka Toni and the genks memukulku secara membabi buta. Bahkan mereka, mendorong tubuhku hingga terjatuh. Rasanya sungguh sakit sekali. Ya Allah, kenapa mereka sejahat ini kepadaku?Padahal aku, tidak pernah menjahati mereka. Toni and the genks. Mereka juga menyirami tubuhku dengan air comberan.Untungnya ketika kejadian itu, aku berpapasan dengan Koko dan Cece. Kedua bosku, mereka sangat kaget.Untungnya Koko dan Cece, sangat baik sekali. Mereka berdua, memandikan aku di rumahnya.Bahkan mereka berdua, membelikan aku seragam sekolah yang baru."Siapa yang melakukan ini sama kamu Adrian? Saya heran, kenapa kamu nggak lawan saja Adrian? Kamu terlalu baik jadi orang, saya doakan kamu jadi orang sukses, “tanya Koko sambil terus mengelus rambutku."Mereka orang yang sama, dengan orang yang menghinaku di Restoran Ko. Jika aku mengadu, kasihan mereka. Mereka pasti akan di
Ketika aku mengerjapkan, mataku. Tiba tiba, aku berada di sebuah puskesmas. Aku melihat seorang gadis, ia sangat cantik sekali.Gadis itu, sangat manis sekali. Senyumannya sangat cantik, bibirnya pink. Secantik dan manis semanis buah Strawbery."Kamu tidak apa apa?"tanya gadis itu, sambil tersenyum menatapku dengan sangat lekat."Aku tidak apa apa, hanya agak pusing saja. Karena mungkin aku belum makan siang,"ungkapku kepada gadis cantik ini."Kenapa kamu tidak makan?" tanya gadis cantik itu sambil tersenyum."Aku tidak sempat makan, karena sepulang sekolah. Aku langsung berlajar, di perpustakaan. Aku sibuk sekali,"jawabku sambil tersenyum menatap gadis cantik ini."Tetapi ini, sudah jam lima sore. Aku ada roti, kamu mau? Roti ini untukmu. Ayo di makan," ucap gadis cantik ini, sambil memberikan rotinya kepadaku."Terimakasih Nona, perkenalkan aku adalah Adrian. Salam kenal," ucapku sambil menj
Setibanya di pom bensin, Papi langsung mengisi bensin. Sedangkan aku, memakan roti dan air mineral. Barulah setelah itu, aku dan Papi segera membawa Mami ke rumah sakit.Aku dan Papi, menunggu Mami harap harap cemas. Akhirnya dokter mempersilahkan Papi dan aku masuk.Dokter memberikan selamat, Dokter mendekati Papi.Papi sangat senang, bahagia. Ekpresi wajah Papi, selalu berbinar binar."Selamat iya Pak, istri Bapak tengah mengandung. Usia kandungannya, sekitar dua minggu,"ucap dokter tersebut, sambil menjabat tangan Papi."Iya dokter, terimakasih banyak dokter. Saya sangat berterimakasih, "ucap Papi sambil tersenyum.Papi dan Mami, bahagia sekali. Papi dan Mami memelukku, mereka berdua, membelikan aku mobil lamborgini berwarna merah. Tetapi, aku menolaknya secara halus. Tetapi Papi memaksaku, akhirnya aku menerimanya.Tidak terasa, aku sudah mau kenaikan kelas tiga. Papi dan Mami, hadir k
"Pi, Papi nggak salah. Papi transfer aku dua puluh juta, apa ini nggak berlebihan?"keluhku kepada Papi."Nggak nak, apanya yang berlebihan? Kamu anak Papi, pasti Papi akan usahakan yang terbaik untukmu. Jadi kamu, harus berlajar dengan sungguh!"titah Papi kepadaku."Ok Pi, thanks iya Pi. Papi sangat baik kepadaku, aku sayang Papi. Thanks Pi,"ucapku sambil tersenyum."Oia Mami juga ada hadiah, Mami transfer. Tetapi nggak banyak,"ucap Mami sambil mengelus rambutku dengan penuh cinta dan kasih sayang.Mamiku, juga transfer uang sebanyak sepuluh juta. Ya ampun, Mami sangat baik. Terimakasih Mi, tetapi apakah kedua orang tua angkatku tidak terlalu berlebihan? Memberikan aku uang saku, terlalu banyak sekali.Bahkan Papi dan Mami, terlalu memanjakanku. Uang di rekeningku banyak sekali. Ada total, sekitar tiga puluh juta di rekeningku."Mi, ini banyak sekali. Sepuluh juta lagi. Apakah ini nggak terlalu berlebihan?
Aku dan Ibu guru BK aku Ibu Sonya, mencoba mencari Toni and the genks. Ibu Sonya nampaknya sangat lelah, Ibu Sonya dan aku berhenti dulu mencari tempat nongkrong yang biasanya mereka ada. Tetapi nihil karena kami tidak menemukannya.Akhirnya aku dan Ibu Sonya memutuskan untuk pulang, karena sudah mau magrib juga. “ Adrian kita pulang saja yugh!” ajak Ibu Sonya sambil tersenyum.“ Baik Ibu,” ucapku sambil tersenyum.“ Masalahnya sudah magrib juga, nggak baik juga nak. Sebaiknya pulang iya,” ucap Ibu Sonya sambil tersenyum.“ Baik Ibu, besok apakah kita akan pergi mencari Toni and the genks lagi?” tanyaku kepada Ibu Sonya.“ Iya nak, besok kita langsung mendatangi rumah saja. Kamu segaralah pergi besok ke rumahnya,” titah Ibu Sonya kepadaku.“ Baik Ibu,” jawabku dengan singkat.“ Tetapi maaf iya nak Adrian, Ibu besok ada acara. Jadi ibu nggak bisa menemani kamu bisa sendiri nggak nak?” tanya Ibu Sonya kepadaku.“ Bisa kok Ibu, Ibu nggak perlu khawatir dan cemas. Saya bisa sendiri,” u
Sekarang aku sudah tau, tempat persembunyian Toni and the genks. Aku di antarkan Mami dan Papi angkatku hingga sampai rumah. Setibanya di rumah, aku langsung beristirahat. Sementara Mami dan Papi angkatku sudah pulang. Badan dan wajahku tidak begitu sakit, ketika aku berobat.Aku terbangun pagi sekitar jam empat pagi, aku segera mandi. Setelah selesai mandi, aku segera berpakaian rapih. Tak lupa aku membuat sarapan sederhana untuk Ayah dan Ibuku. Aku sangat berharap, aku membuat menu simple nan sederhana. Aku memasak Nasi Goreng Seafood. " Ayo Ibu, ayo Ayah kita sarapan pagi bersama. Aku sudah memasak," ajakku kepada kedua orang tuaku." Terima kasih nak sudah membuatkan Ibu sarapan," ungkap Ibu sambil mengecup keningku. " Sama-sama Ibu," ungkapku sambil tersenyum." Terimakasih nak sudah buatkan Ayah sarapan," ucap Ayah sambil tersenyum." Sama-sama Ayah," ucapku sambil tersenyum.Setelah selesai sarapan, aku berpamitan kepada kedua orang tuaku." Ayah, Ibu Adrian berangkat sekola
“ Baiklah aku mau hanya traktir kamu dan kawan-kawan kamu makan, nggak lebih dari itu. Jika menyontek pada saat ulangan jangan harap aku akan memberikannya,” tawar aku kepada Toni and the genks. “ Ok Baiklah deal,” ucap Toni sambil mengulurkan tangannya.“ Ok deal,” ucapku sambil membalas uluran tangannya.Aku senang akhirnya Toni and the genks, mau aku bujuk untuk ke sekolah. Besok kami akan ke sekolah bersama-sama.Aku dan Toni sangat bahagia, kami sangat senang sekali. Karena ia dan kawan-kawannya.Walaupun sikap Toni dan genksnya masih belum berubah, walaupun mereka sekarang tidak berubah. Masih suka menghina, menghardikku. Tetapi untuk masalah dia memukulku sudah mulai berkurang, Toni sekarang bahkan sekarang mengajakku untuk pergi ke sesuatu tempat. Toni mengajakku, untuk pergi ke tempat wisata yang bagus dan baik. Ketika kami berlibur.Semoga saja, kelak mimpi dan asa cita-cita kami dapat berwujud. Toni semoga saja, dapat mewujudkan cita-citanya.Aku baru saja, menyelesaikan
Setelah aku berpamitan kepada mereka, keluargaku yang sangat aku sayangi, cintai dan kasihi. Kami seleluarga saling berpelukan."Attends que je revienne bébé, je t'aime tellement. je t'aime plus que tout," ucapku dengan mengucap istriku.(Tunggu aku kembali sayang, aku sangat mencintaimu. Sangat mencintaimu melebihi apa pun,)"Pourquoi manger beaucoup, ton estomac est encore mince Adrian. Il faut manger beaucoup, boire des vitamines et des fruits aussi. Nous devons toujours être en bonne santé, ne pas tomber malade," ucap Tono yang sudah terlihat bagaikan Ibu-ibu."Oui mon cher mari, je t'attendrai mon cher. Je serai longtemps plus tard, j'attendrai," ucap Istriku Tiara dengan tersenyum.(Iya suamiku sayang, aku akan menantikanmu sayang. Lama akan aku nanti sebentar akan aku tunggu,)"Ma fille Deborah, prends bien soin de maman. Prends bien s
"Sayang sudah malam ayo kita tidur, sudah malam. Besok aku masih libur. Nanti kamu aku ajak jalan-jalan sayang," ucapku dengan senyuman."Iya suamiku tersayang, aku mau berlibur menemani kamu sayang. Kemana pun kamu berada sayang," ucap Tiara dengan tersenyum.Udara pagi yang sangat dingin, karena Kota Papua sedang di guyur hujan. Aku dan Tiara kini sedang menyiapkan sarapan untuk anak-anak kami yang sangat kami sayangi dan cintai."Ayo sarapan sayang!" ajak Tiara dengan tersenyum."Ayo istriku," jawabku dengan tersenyum."dear you why? Why are you like that dear, don't be gloomy dear. Then your handsome is gone," goda aku kepada Tiara istriku.(Sayang kamu kenapa? Kok kamu seperti itu sayang, jangan murung sayang. Nanti ganteng kamu hilang,)"I'm worried and anxious, soon I have a year's assignment in France. I hope you are patient and wait for me to come back, I go for work and come home for love.
Aku mengikuti langkah kaki putriku, setelah putriku memasuki kelas. Aku sangat senang dan bahagia sekali. Ternyata ini hanya kehawatiran aku saja.Setelah sudah aman, aku segera berangkat menuju ke rumah sakit. Aku pergi ke rumah sakit guna membeli obat. Aku membeli obat sakit kepala. Aku berasa kepalaku sakit seperti di tusuk beribu-ribu jarum.Ya Tuhan kepalaku pusing sekali, bagaikan ada seribu jarum yang menancap beribuan jarum yang menusuk jantungku.Aku ke rumah sakit, setelah selesai aku melakukan pemeriksaan di rumah sakit.Aku segera menuju ke Batalionku.Ada kunjungan Bapak KASAL dan Bapak Panglima TNI.Bapak KASAL dan Bapak Panglima memberikan suport dan dukungan kepadaku, memberikan suport dan dukungan kepadaku secara langsung."Adrian minggu depan, besok kamu harus siap-siap iya. Karena besok kamu ke Batalion," ucap Bapak Kasal dan Bapak Panglima dengan tersenyum."Te
Aku langsung menghampiri, istriku yang nampaknya wajahnya sangat pucat pasih. Aku langsung menatap Tiara."Sayang setelah kamu selesai masak, setelah kita selesai makan. Kita pergi yugh!" ajakku dengan tersenyum menatap ke arah Tiara."Iya mas, mas kamu ajak aku ke mana?" tanya Tiara kepadaku."Aku mau ajak kamu ke sesuatu tempat, udah selesai masaknya. Kita makan sama-sama," ucap aku dengan senyuman."Mas kamu dan Debora mandi dulu, supaya bersih baru boleh makan. Masa main makan saja kalian berdua harus steril dan bersih," ucap Tiara dengan tersenyum.Aku dan Debora putriku, masuk ke kamar kami masing-masing. Setelah aku dan putriku rapih, aku dan Debora langsung ke meja makan. Tiara sebagai istri dan Ibu yang sangat baik.Dengan tersenyum manis dan cantik, Tiara melayaniku dengan menyendoki aku dan anak-anak kami nasi beserta lauk dan pauknya."Terima kasih sayang," ucapku dengan tersenyum.
"Боже мій, Хаді, ти так задушився. З вами все гаразд?Bozhe miy, Khadi, ty tak zadushyvsya. Z vamy vse harazd?" tanyaku dengan memberikan segelas air putih untuknya.(Ya ampun Hadi, kau sampai tersendak seperti itu. Kau tidak apa-apa?)"Дякую, що дав мені води, ти дуже добрий Адріан. Я подавився, тому що кімчі був занадто гострим,Dyakuyu, shcho dav meni vody, ty duzhe dobryy Adrian. YA podavyvsya, tomu shcho kimchi buv zanadto hostrym," keluh Hadi dengan tersenyum kecut.(Terima kasih sudah memberikan aku air putih, kau baik sekali Adrian. Aku tersendak karena kimchinya terlalu pedas sekali sangat pedas sekali rasanya,)"Вибач, Хаді, я забув, що ти не дуже любиш гостре, через мене ти подавився. Мені шкода Хаді,Vybach, Khadi, ya zabuv, shcho ty ne duzhe lyubysh hostre, cherez mene ty podavyvsya. Meni shkoda Khadi," ucap Kim Soek Jin dengan tulus.(Maaf Hadi aku lupa kau tidak terlalu suka pedas, gara-gara aku kau jadi te
"Hi Adrian, how are you? This is Mr. Rudi Hartanto, I hope you are always healthy. I have something important to say," ucap Bapak Panglima TNI.(Halo Adrian, kau apa kabar? Ini saya Bapak Rudi Hartanto, semoga kabar kamu sehat selalu. Ada hal penting yang ingin saya sampaikan,)"Good afternoon General, good General, I will obey whatever the General's mandate and orders are. Excuse me, General, may I know what?" tanyaku dengan sangat penasaran.(Selamat sore Jenderal, baik Jenderal saya akan menuruti amanah dan titah Jenderal apapun itu. Maaf Jenderal kalau boleh tau apa iya?)"Next week, your term of service is over. You will be assigned to Papua. You study French for two months I give you time, you are assigned to France for one year. If you are willing?" ucap Bapak Panglima TNI memberikan penjelasan kepadaku.(Minggu depan, masa dinasmu usai. Kamu akan di tugaskan di Papua. Kamu pelajari Bahasa Perancis selama dua bulan sa
Aku lihat, sahabatku Hadi merasakan sakit yang sangat amat sakit. Hadi akhirnya tertidur, sahabatku Kim Soek Jin datang dengan membawakan kado untuk Hadi. Dia juga mengatakan sudah membelikan dua kado, yang satu dari Hadi dan dari dirinya untuk putriku Brenda."헤이 브로! 죄송합니다. 저는 선물을 사러 왔습니다. 방금 당신의 아내가 출산했다는 소식을 듣고 당신의 아기 아들을 위해 두 개의 선물을 샀습니다. 알리바반으로 인도네시아로 보냈는데,hei beulo! joesonghabnida. jeoneun seonmul-eul saleo wassseubnida. bang-geum dangsin-ui anaega chulsanhaessdaneun sosig-eul deudgo dangsin-ui agi adeul-eul wihae du gaeui seonmul-eul sassseubnida. allibaban-eulo indonesialo bonaessneunde," terang Kim Soek Jin.(Hey Bro! Maaf iya lama. Aku dari membeli kado. Baru dapat kabar jika istrimu sudah melahirkan, aku sudah membeli dua kado untuk anakmu yang masih bayi. Aku sudah mengirimnya ke Indonesia melalui ali baban,)"와, 고마워 형! 넌 내 가장 친한 친구야, 정말 고마워 형. 너무 보고싶어요 형님wa, gomawo hyeong! neon nae gajang chinhan chinguya, jeongmal gomawo hye
Aku akhirnya memberanikan diri, meminjam ponsel Hadi. Karena bateraiku lowbat."Hadi may I borrow your cell phone, please. I really want to call my daughter back because my cellphone battery is low," ucapku dengan memohon kepada Hadi.(Hadi bolehkah saya pinjam ponselmu, saya mohon. Saya sangat ingin menghubungi kembali putriku soalnya batrai ponselku lowbat,)"Yes, of course you can Adrian, you are my friend. Of course I'll lend it," ucap Hadi dengan seutas senyuman yang teruntas di wajah tampannya.(Iya tentu saja boleh Adrian, kau ini kawanku. Tentu saja aku akan meminjamkannya,)Setelah aku mendapatkan pinjaman ponsel dari Hadi, aku langsung menghubungi Debora."Hallo, sorry, met wie is dit?" tanya Debora dengan Bahasa Neterland.(Halo, maaf ini dengan siapa iya?)"Hallo, dit is papa zoon. Sorry schat, het is papa zoon," ucapku dengan senyuman.(Halo,
Aku melihat amarah yang mengusai Kim Soek Jin, aku sangat khawatir dan cemas."Kau kenapa Kim Soek Jin?" tanyaku kepada Kim Soek Jin dengan tersenyum."Kau tidak lihat Zovanka, gadis tak tau malu itu hadir dengan kekasih barunya. Sungguh sangat menyebalkan sekali," bisik Kim Soek Jin kepadaku."Sudah biasa saja, jangan terlalu membencinya. Semoga saja Hadi cepat sembuh aku yakin Hadi adalah orang yang sangat kuat," ucapku dengan berbisik kepada Kim Soek Jin."Вибачте, містере Адріан та містер Кім Сук Цзінь, чи прийшов Хаді до тями?Vybachte, mistere Adrian ta mister Kim Suk Tszinʹ, chy pryyshov Khadi do tyamy?" tanya Zovanka dengan sangat khawatir.(Permisi Pak Adrian dan Pak Kim Soek Jin, apakah Hadi sudah sadarkan diri?)"Хаді не прийшла до тями, міс Зованка, до чого тут пані Зованка? "Khadi ne pryyshla do tyamy, mis Zovanka, do choho tut pani Zovanka?" tanya Kim Soek Jin dengan ketusnya sambil me