Aku dan Ibu guru BK aku Ibu Sonya, mencoba mencari Toni and the genks. Ibu Sonya nampaknya sangat lelah, Ibu Sonya dan aku berhenti dulu mencari tempat nongkrong yang biasanya mereka ada. Tetapi nihil karena kami tidak menemukannya.
Akhirnya aku dan Ibu Sonya memutuskan untuk pulang, karena sudah mau magrib juga. “ Adrian kita pulang saja yugh!” ajak Ibu Sonya sambil tersenyum.“ Baik Ibu,” ucapku sambil tersenyum.
“ Masalahnya sudah magrib juga, nggak baik juga nak. Sebaiknya pulang iya,” ucap Ibu Sonya sambil tersenyum.“ Baik Ibu, besok apakah kita akan pergi mencari Toni and the genks lagi?” tanyaku kepada Ibu Sonya.
“ Iya nak, besok kita langsung mendatangi rumah saja. Kamu segaralah pergi besok ke rumahnya,” titah Ibu Sonya kepadaku.“ Baik Ibu,” jawabku dengan singkat.
“ Tetapi maaf iya nak Adrian, Ibu besok ada acara. Jadi ibu nggak bisa menemani kamu bisa sendiri nggak nak?” tanya Ibu Sonya kepadaku.“ Bisa kok Ibu, Ibu nggak perlu khawatir dan cemas. Saya bisa sendiri,” ucap Adrian sambil tersenyum.
Aku dan Ibu Sonya, berpisah di persimpangan jalan. Aku melalui jalan-jalan yang tidak terlalu ramai, aku mengetuk pintu rumahku, aku langsung memeluk dan mengecup kedua pipi Ayah dan Papiku.“ Kamu tumben baru pulang nak?” tanya Ibu kepadaku.
“ Maaf Ibu, aku agak lama. Aku dan Ibu Sonya mencari kawan-kawan Adrian yang bolos,” terangku kepada Ibu.“ Iya nak, nggak apa-apa sayang. Kamu sekarang mandi nak habis itu makan,” ucap Ibu sambil tersenyum.
Aku langsung masuk ke dalam kamarku, aku melepas seragam sekolahku. Tak lupa pakaianku aku taruh ke cucian kotor. Setelah itu, aku segera mandi. Setelah rapih, aku segera turun ke bawah. Aku segera makan bersama. Tumben sekali Ayah dan Ibu, ada makanan khas Mandarin yaitu martabak mandarin.“ Ibu tumben ada martabak Mandarin?” tanyaku kepada Ibu.
“ Iya ini dari kedua orang tua angkatmu, mereka memberikan motor untuk Ayah. Supaya Ayah tidak meminjam motor kawannya lagi,” terang Ayah menjelaskan.“ Iya Ayah, aku sungguh beruntung memiliki Ayah dan Ibu seperti Ayah dan Ibu. Serta aku sungguh beruntung memiliki Papi dan Mami yang sangat baik,” ungkap Adrian sambil tersenyum.“ Iya sayang, kelak jika kamu memiliki kesuksesan. Jangan lupakan kebaikan kedua orang tua angkatmu,” pesan Ayah kepadaku.“ Iya Ayah, Adrian tidak akan lupa akan kebaikan Papi dan Mami. Ayah dan Ibu tenang saja jangan khawatir,” ucapku sambil tersenyum.
Setelah selesai makan, aku segera membantu Ibu mencuci dan menyetrika pakaian. Tetapi Ibuku melarang, Ibu menyuruh aku belajar. " Nak nggak perlu, biar Ibu saja yang mencuci pakaian dan menyetrika pakaian. Kamu belajar saja nak," titah Ibu kepadaku." Tetapi Ibu, aku nggak akan membiarkan Ibu. Izinkan aku membantu Iibu " ungkapku sambil tersenyum.
" Sudah biarkan saja Ibu, Adrian mau membantu. Ibu bilang kan sakit mau Bapak pijit," ucap Ayah sambil mengengam tangan Ibu.
Ayah dan Ibu masuk ke dalam, aku mencuci pakaian dan menyetrika pakaian Ibu. Tetapi sekarang mencuci pakaian terasa lebih mudah, karena kami sekarang memiliki mesin cuci. Yang Papi dan Mami belikan. Jadi akan lebih mudah, aku sangat senang dan bahagia, karena dapat membantu meringankan pekerjaan Ibu. Setelah selesai semua, aku segera ke kamar. Aku segera belajar mengerjakan semua pr. Aku yang sudah sangat lelah dan mengantuk. Memutuskan untuk segera tertidur.Di sekolah aku, aku dapat menyerap dan mengerjakan pelajaran dengan sebaik mungkin. Tidak terasa sudah jam istirahat tiba. Aku segera makan di kantin. Aku masuk ks dalam setelah jam istirahat usai. Pelajaran hari ini adalah Matematika, walaupun aku tidak begitu suka. Tetapi aku tidak akan membenci pelajaran Matematika. Jam sudah menunjukan jam satu siang. Aku segera bergegas untuk mencari Toni and the genks, aku berharap semoga saja mereka di temukan. Mereka mau sekolah kembali, mereka mau kembali ke sekolah. Aku nggak mau, masa depan mereka hancur. Aku ingin mereka kembali ke sekolah. Aku berangkat ke rumah Toni, tetapi sayangnya Toni tidak ada. Toni and the genks mau kembali beraktivas ke sekolah. Berjuang bersama dengan aku menggapai asa dan cita-cita kami.Tetapi karena aku tidak ketemu Toni and the genks, aku mencari kawan-kawan Toni di luar sekolah maupun kawan Toni maupun musuhnya. Aku tidak dapat menemukannya sama sekali. Bahkan ketika aku pergi, ke tempat musuhnya. Tetapi sayangnya aku malahan di tuduh dan disangka sebagai mata-mata yang di pekerjakan Toni." Saya bukan mata-mata, saya adalah kawan sekolah Toni. Apakah kamu tau Toni berada di mana?" tanyaku kepada musuh-musuh Toni.
" Saya tidak percaya, saya yakin kamu adalah mata-mata yang di kurim Toni. Saya tau kamu ini sedang mencari informasi," ucap mereka secara serempak.
" Saya serius, saya beneran nggak tau. Saya berani bersumpah," ucapku sambil tersenyum.
" Bagaimana kalau kita pukul saja dia?" titah salah satu dari mereka. Mereka semua memukuliku, mereka semua memukuliku secara membabi buta. Aku percaya jika mereka di balas dengan kekerasan. Itu tidak baik, aku hanya diam.saja. Aku pulang ke rumah dengan tertatih-tatih. Karena sekujur tubuhku penuh dengan luka.Semangat Adrian! Kamu tidak boleh menyesal, kamu harus tetap sengat demi menemukan. Toni and the genksnya.
Setibanya di rumah, Ibu dan Ayah sangat terkejut. Mereka berdua sangat mengkhawatirkan aku.
" Ya ampun nak, kenapa kamu bisa seperti ini?" tanya Ibu dengan sangat khawatir.
" Siapa yang memukulmu seperti ini?" tanya Ayah kepadaku." Tunggu Yah, Ibu bicaranya satu-satu Adrian masih sakit. Dapatkah Adrian masuk dulu?" tanya Adrian sambil meringis.
Aku masuk dengan tertatih-tatih hingga masuk ke dalam kamar. Aku mandi dengan air hangat, lukaku begitu perih dan sakit. Ayah dan Ibu aku lihat menitikan air mata, melihat kondisiku. Tiba-tiba pintuku terbuka, Mami dan Papiku masuk ke dalam rumahku.
"Ya Tuhan Adrian ! Siapa yang melakukan ini?" tanya Mami sambil memelukku." Sakit Mam, jangan peluk terlalu kencang. Adrian masih sakit seperti mau remuk," protesku ke Mami.
" Iya sayang Maafin Mami," ucap Mami sambil tersenyum." Adrian ke rumah sakit iya," ucap Papi dengan sangat lembutnya.
" Aku istirahat saja Pap," ucapku sambil menolak secara halus.
" Jangan menolak kebaikan Papi," protes Papi kepadaku.
Aku akhirnya di bawa ke rumah sakit bersama dengan Mami dan Papiku. Banyak sekali obat anti septick yang harus aku minum. Aku dan Mami beserta Papi pulang. Aku melihat Toni and The Genks melewati sebuah gank kecil. Baiklah besok aku akan temui dan membujuknya untuk ke sekolah. Supaya mereka ke sekolah kembali, semoga saja mereka mau.Bersambung.
Sekarang aku sudah tau, tempat persembunyian Toni and the genks. Aku di antarkan Mami dan Papi angkatku hingga sampai rumah. Setibanya di rumah, aku langsung beristirahat. Sementara Mami dan Papi angkatku sudah pulang. Badan dan wajahku tidak begitu sakit, ketika aku berobat.Aku terbangun pagi sekitar jam empat pagi, aku segera mandi. Setelah selesai mandi, aku segera berpakaian rapih. Tak lupa aku membuat sarapan sederhana untuk Ayah dan Ibuku. Aku sangat berharap, aku membuat menu simple nan sederhana. Aku memasak Nasi Goreng Seafood. " Ayo Ibu, ayo Ayah kita sarapan pagi bersama. Aku sudah memasak," ajakku kepada kedua orang tuaku." Terima kasih nak sudah membuatkan Ibu sarapan," ungkap Ibu sambil mengecup keningku. " Sama-sama Ibu," ungkapku sambil tersenyum." Terimakasih nak sudah buatkan Ayah sarapan," ucap Ayah sambil tersenyum." Sama-sama Ayah," ucapku sambil tersenyum.Setelah selesai sarapan, aku berpamitan kepada kedua orang tuaku." Ayah, Ibu Adrian berangkat sekola
“ Baiklah aku mau hanya traktir kamu dan kawan-kawan kamu makan, nggak lebih dari itu. Jika menyontek pada saat ulangan jangan harap aku akan memberikannya,” tawar aku kepada Toni and the genks. “ Ok Baiklah deal,” ucap Toni sambil mengulurkan tangannya.“ Ok deal,” ucapku sambil membalas uluran tangannya.Aku senang akhirnya Toni and the genks, mau aku bujuk untuk ke sekolah. Besok kami akan ke sekolah bersama-sama.Aku dan Toni sangat bahagia, kami sangat senang sekali. Karena ia dan kawan-kawannya.Walaupun sikap Toni dan genksnya masih belum berubah, walaupun mereka sekarang tidak berubah. Masih suka menghina, menghardikku. Tetapi untuk masalah dia memukulku sudah mulai berkurang, Toni sekarang bahkan sekarang mengajakku untuk pergi ke sesuatu tempat. Toni mengajakku, untuk pergi ke tempat wisata yang bagus dan baik. Ketika kami berlibur.Semoga saja, kelak mimpi dan asa cita-cita kami dapat berwujud. Toni semoga saja, dapat mewujudkan cita-citanya.Aku baru saja, menyelesaikan
“ Ya ampun nak, kamu kenapa?” tanya Ibu dengan sangat panik menatap aku. “ Baju putihku ke tumpahan sambal Ibu,” jawabku singkat.“ Ya ampun nak, Ibu belum mencuci dan menyetrikanya. Bagaimana ini nak?” tanya Ibu dengan sangat panik.Untung Mami dan Papiku membelikan aku satu lusin kemeja putih, jadinya aku dapat menyetrika dan memakai yang baru. Setelah selesai aku segera berangkat, aku di antarkan oleh Papi. Pendaftarannya panjang banget antreannya. Awal mulanya aku psikotes dulu, setelah psikotes aku tes gambar dan warna. Setelah selesai, aku di suruh pulang oleh yang mengetes. Papi dengan semangat mengajak aku makan sore. Di kedai sate Padang. Mungkin Papi sedang menginginkan sate Padang, jadi mau nggak mau aku makan Sate Padang Lontong di temani dengan Juice Markisa. Sangat enak sekali rasanya, apa lagi aku memakan dalam keadaan lapar sekali. Semoga aku besok bisa makan seperti ini lagi. Aku harus selalu bersyukur. Dalam menikmati semuanya. “ Bagaimana nak hasilnya?” tanya
Aku terbangun jam empat pagi, aku segera mandi. Aku segera mengenakan seragam militer PDL, atau Pakaian Dinas Loreng. Sekarang aku dapat mengenakan pakaian Loreng ini, aku sangat bangga karena ada namaku Adrian. Sekarang aku sudah resmi menjadi Prajurit TNI AL, dengan pangkat Letda atau Letnan Dua.Terimakasih Tuhan, engkau telah mengabulkan doaku untuk menjadi seseorang prajurit. Aku berjanji akan menjadi prajurit TNI AL yang baik, berbakti kepada nusa, bangsa dan agama." Adrian kok kamu melamun, kamu bukannya jam lima ada apel pagi. Ayo kamu segera berangkat nak," ucap Papi sambil tersenyum." Baik Pap, terima kasih iya Papi. Aku sangat bahagia," ucap Adrian sambil tersenyum.Setelah rapih, aku di antarkan oleh kedua orang tua kandung dan kedua orang tua angkatku.Setibanya di tempat kerjaku aku berpamitan kepada mereka, orang-orang yang aku sayangi dan cintai. Yaitu Ayah, Ibu, Mami dan Papi. " Hati-hati nak, kami pulang iya. Kami langsung terbang ke Manado," ucap Papi sambil mel
Setibanya kami di rumah kawan Bang Andy, Bang Reno. Aku dan Bang Andy nafas kami masih tersengal-sengal seperti habis lari maraton saja.Ya Tuhan, aku sudah tidal kuat rasanya. Bang Reno dan istrinya Mbak Ratna mempersilahkan kami makan dan minum." Silahkan di minum tehnya, mau kue nggak?" tanya mbak Ratna kepada aku dan Abang Andy." Terima kasih Mbak, teh saja juga sudah cukup. Kami nggak mau merepotkan," jawabku dan Abang Andy secara bersamaan." Udah yang, bawain kue. Ini tolong belikan Mie Ayam uangnya beli empat yang," titah Mas Reno kepada Mbak Ratna." Ok yang," jawab Mbak Ratna secara singkat.Mbak Ratna pulang membawa empat bungkus Mie Ayam, mie ayam dengan rasa pedas dan gurih.Kami semua sangat menikmati hidangan mie ayam ini, rasanya asin pedas dan gurih. "Kalian itu kawan satu liting?" tanya Abang Reno kepada kami." Junior aku Kawan," jawab Abang Andy singkat." Kawanku ini terkenal galak, bahkan panggilannya adalah si cabai rawit karena kalau sudah berkata mulutnya p
Benar saja, apa yang di katakan oleh Michele. Hidungku penuh darah, aku mimisan." Itu kan aku benar, aku nggak bohong Adrian. Kau sedang sakit sebaiknya ke rumah sakit, " ungkap Michele sambil tersenyum menatapku." Baiklah kau temanin aku iya, aku mau kamu temani aku Michael please. Ayolah," ajakku kepada Michele."Ok no problems," ucap Michele sambil tersenyum.Aku dan Michele kini sedang dalam perjalanan ke rumah sakit, kami menaiki mobil dinas Pasukan Mikhele. Entah berapa mata tertuju kepada kami. Mungkin aku dan Michele klop banget. Bahkan dengan setianya tatkala aku di periksa oleh dr. Michele sangat peduli dan perhatian kepadaku, sehingga dr. serta perawat mengira kami adalah saudara." Semoga kau cepat sembuh Adrian, aku mau ke kesatuanku dulu. Istirahatlah bro," ucap Michele sambil tersenyum.Aku di sini, beragam macam karakter dan sikap. Kami sangat bingung, kami harus bagaimana, sebagai prajur
Tetapi ya sudahlah, aku tak mau ribut dan mencari masalah.Sudah seminggu setelah kejadian itu berlalu, tetapi Iwan masih saja menggangguku.Dia masih saja menggaguku, dia selalu jahat dan julid denganku. Aku nggak tau, harus bagaimana lagi.Ya Allah, dia selalu saja mencari masalah. Tetapi untungnya aku memiliki sahabat-sahabat yang sayang denganku.Mulai sekarang, aku akan hiraukan dan abaikan saja. Tetapi aku akan terpacu menunjukkan diriku siapa. Menunjukkan jati diriku ini.Aku harus menunjukkan, keahlian aku dan potensi aku dalam bidang apa.Berjuanglah Adrian, jangan pantang menyerah. Kamu harus selalu berusaha.Jangan sampai kamu jadi lemah Adrian, jika ada orang yang tidak suka itu merupakan hal yang wajar.Seperti halnya hari ini, Adrian mendapatk
Aku sangat gugup sekali, karena aku akan memasuki ruangan Komandanku. Pasti Komandanku sangat marah kepadaku, semoga saja aku tidak mendapatkan hukuman yang berat akan masalah ini.Ketika aku masuk ke ruangan, aku sangat kaget dan terkejut tatkala ternyata sudah ada Iwan. Raut wajah Komandan sangat marah, kami di kumpulkan menjadi satu. Tidak hanya Komandan tiga matra, tetapi Komandan dari kesatuan kami."Adrian kamu habis dari mana?" tanya Komandan kepadaku."Tentu saja habis kencan dengan pacarnya yang Angkatan Udara Michele," ucap Iwan dengan nada menyindir."Saya tanya Adrian, saya tidak tanya kamu. Kamu jangan tambah masalah, saya hukum kamu iya," ucap Komandan dengan amarah yang mendalam sambil memelototi Iwan."Saya habis dari moll, di temanin oleh Michele sahabat saya. Saya dan Michelle fure berkawan tidak memiliki hubungan sesama jenis," ungkapku sambil tersenyum getir."Iya Adrian saya udah