Share

Chapter 83

Penulis: Mia006
last update Terakhir Diperbarui: 2024-05-07 06:40:48

Menjelang sore, Marren mendapatkan kabar mengenai hasil tes darah Madya yang menyatakan normal, tanpa ada tanda-tanda gejala sakit fatal yang di derita.

Namun, sang Dokter menyarankan untuk melakukan pemeriksaan secara menyeluruh di rumah sakit.

"Baik Dok, nanti saya akan berbicara dengan Mommy saya, ya. Terima kasih. Dokter," ujar Marren mengakhiri pembicaraannya.

Wanita cantik itu menutup telepon milik sang Mommy yang menungguinya di atas ranjang.

"Ada apa, Marren? Memangnya Dokter Brian bilang apa, kenapa kamu begitu murung?" tanya Madya menatap putri semata wayangnya itu.

''Sebaiknya Mommy melakukan general check up, Mom. Karena tes darah Mommy tidak memperlihatkan ada gejala sakit apa pun.

Ya, maksud Marren, Marren sangat bersyukur Mommy tidak sakit seperti yang Marren takutkan.

Tetapi tetap saja untuk memastikannya 'kan kita harus ke rumah sakit," papar Marren dengan nada lembut seraya duduk di samping ranjan
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Posesif My Husband    Chapter 84

    "Saya tanya sekali lagi apanya yang belum selesai?" ulang Arsan dengan wajah memerah menahan marah, apalagi melihat Arland berdiri tidak jauh di belakang Marren, dan memperlihatkan Marren sedang berlari dari kejaran Arland. "Arsan, kami hanya sedang berbicara. Ini tidak seperti apa yang kamu pikirkan," ucap Marren dengan gugup. Suasana pun terlihat semakin canggung. "Memangnya, kamu tahu apa yang sedang saya pikirkan?" sela Arsan tisak menutupi kemarahannya. Mendengar jawaban sarkasme Arsan membuat Marren sangat kesal. "Kalian berdua kakak beradik sama saja! Sini kalian! Saya sedang bingung tentang Mommy, tapi ada saja sikap kalian yang selalu seperti ini! Benar-benar menyebalkan!" Pekikkan Marren sangat kesal, lalu bergegas meninggalkan kedua pria kakak beradik yang bersitegang itu kini saling pandang karena terkejut dengan sikap Marren yang tidak biasanya dan begitu lepas kendali.Arsan segera mengejar Marren yang berlari menuju taman belakang tanpa menghiraukan Arland yang ha

    Terakhir Diperbarui : 2024-05-08
  • Posesif My Husband    Chapter 85

    "Arsan, sudah, ini... ini di taman......" pekik Marren dengan terengah. Arsan merengkuh pundak ramping Marren agar mendekat dalam pelukannya dan menempelkan keningnya pada kening Marren yang menyisakan engahnya."Saya ingin menyentuhmu lebih dari ini," bisik Arsan dengan tatapan yang dalam pada Marren. Marren mengecup bibir suaminya sepintas, "Saya tahu, tapi tidak sekarang," sahut Marren seraya menjauhkan wajahnya. Namun dengan cepat, Arsan membalas kecupan Marren dengan ciuman yang kuat dan menggebu-gebu, bahkan begitu dalam dan menuntut. Baru saja Arsan ingin menjelajahi leher dan kedua puncak Marren, mereka di kejutkan oleh deringan ponsel dari saku celana Arsan. Dengan terengah mereka menghentikan kegiatan itu dan Arsan segera membuka saluran telepon dengan kesal saat melihat nama Arland terpampang di layar ponselnya. Namun, rasa amarahnya berubah menjadi kaget setelah mendengar alasan Arland menelepon. ''Ada apa Arsan?" tanya Marren seraya merapikan blusnya walau tidak te

    Terakhir Diperbarui : 2024-05-09
  • Posesif My Husband    Chapter 86

    Marren jatuh dalam pelukan Arsan. Pria tampan berbadan tinggi tegap itu segera menggendong Marren dan membawanya duduk di kursi ruang tunggu terdekat dengan posisi mereka berdiri. "Kamu pusing?" tanya Arsan dengan lembut. "lya, maafkan Saya," sahut Marren masih memejamkan matanya rapat-rapat dalam pelukan Arsan.Mendengar itu, Arsan segera menelepon sopir dan memerintahkannya untuk membeli makan malam untuk mereka berdua. "Bukan Saya tidak mau mendengarkanmu, Arsan. Tetapi Saya benar-benar tidak bisa berpikir lagi dengan tenang melihat kondisi Mommy. Saya benar-benar takut kalau terjadi sesuatu pada Mommy," ujar Marren dengan tatapan lesu. "lya, Saya mengerti. Sekarang kamu tetap harus kuat. Demi Saya, demi Mommy dan demi dirimu sendiri, Sayang," bisik Arsan seraya mengeratkan pelukannya pada Marren.Marren pun membalas pelukan Arsan dengan sayang, "lya, Sayang, iya....." sahutnya seraya tersenyum menerima kecupan lembut dari Arsan di puncak kepalanya. Tidak berapa lama menunggu

    Terakhir Diperbarui : 2024-05-10
  • Posesif My Husband    Chapter 87

    "James bunuh diri di dalam sel tahanan," ulang Arsan dengan wajah terpukul. "Apa? Tidak! Bagaimana mungkin? Bukankah dia baru dipindahkan ke sel tahanan?" sela Marren ikut terkejut bukan main. "Itulah. Ini benar benar aneh. Seharusnya James tidak perlu bunuh diri. Toh dia hanya di dakwa sebuah penculikan dan hanya beberapa tahun dalam penjara.Bahkan Kakek tidak seserius itu mendakwa dia. Kecuali Kakek mendakwa dia dengan perencanaan pembunuhan terhadap cucu dan keluarganya, bisa saja James akan mendapatkan hukuman lebih berat atau bahkan hukuman mati. Tapi ini benar-benar aneh," ujar Arsan dengan wajah mengernyit bingung. "Aneh kenapa, Arsan?" tanya Marren dengan tatapan bingung."Apa kamu berpikir James tidak bunuh diri tetapi dibunuh oleh seseorang?" Ucap Marren beropini. Arsan menatap Marren dengan tatapan tajam, ''Semua kemungkinan itu ada, karena sejak James di tangkap, bukti-bukti dalam laptop itu telah sirna, hanya bukti yang ada pada ponselmu dan surat perjanjian itu. I

    Terakhir Diperbarui : 2024-05-11
  • Posesif My Husband    Chapter 88

    Setelah dua hari menunggu, akhirnya Jadwal endoskopi untuk Madya pun dilakukan. Marren menunggui di luar ruangan bersama Arsan. la idtak diizinkan masuk untuk melihat karena dikhawatirkan mengganggu jalannya proses penglihatan dalam lambung Madya.Selama hampir empat puluh lima menit berlalu, akhirnya Madya telah selesai endoskopi. Mereka diperbolehkan masuk ke ruangan untuk melihat hasil foto endoskopi tersebut dan mendengarkan hasil dari pemeriksaan itu. Dengan saksama serta penuh perhatian, Arsan dan Marren mendengarkan penjelasan dokter Hans sehubungan dengan apa yang dialami oleh Madya.Bahwa Madya menderita luka lambung yang cukup serius dan jika tidak segera di tangani dengan cepat akan mengakibatkan sakit komplikasi di lambung dan sekitar pencernaannya. Setelah perbincangan itu mereka kembali diantarkan ke ruang rawat inap. Marren dan Arsan yang terus mendampingi serta mendorong kursi roda Madya, terlihat lega sekaligus khawatir setelah mendengarkan hasil yang disampaikan

    Terakhir Diperbarui : 2024-05-12
  • Posesif My Husband    Chapter 89

    'Apa maksudnya? Apa maksud Arsan? Kenapa Arsan begitu meluap-luap seperti itu? Padahal itu adalah Arland, kakak kandungnya sendiri dan satu-satunya!' pekik Marren dalam benaknya. Marren mendekap mulutnya untuk menahan rasa terkejutnya. Dengan menahan gemetar di tubuhnya, ia mencoba untuk tetap tenang dan berpura-pura tidak mendengar apa pun. Walaupun kini otaknya bergerak dengan cepat mencoba merangkai semua yang ia dengar. Namun, Marren harus menyerah, karena ia tidak bisa menemukan relasinya dan hati kecilnya terus menolak untuk mencari tahu lebih jauh. Tiba-tiba terselip rasa takut yang terus melesak dan mendesaknya semakin kuat terlintas apa yang paling terburuk yang mungkin terjadi. "Aku tidak mengancammu, Arland. Kau yang memulai semuanya, aku hanya menjaga milikku dan seharusnya kau tahu batas!" Suara adzan mulai melunak walaupun begitu ia menggeram menandakan emosi yang terpendam. "Seingatku, sejak dulu aku tak pernah mengusikmu dalam hal sekecil apa pun. Lalu kenapa ka

    Terakhir Diperbarui : 2024-05-13
  • Posesif My Husband    Chapter 90

    Melihat langkah Arsan menjauhinya, Marren segera menghalangi pintu dan bersandar pada benda itu, "Jangan pergi seenaknya, pembicaraan kita belum selesai," ucap Marren dengan nada menantang. Marren berusaha mencairkan suasana dan menciptakan pengalihan pikiran Arsan tentang dirinya. Arsan bersedekap, "Apalagi? Bukankah semua sudah selesai? Dan bukankah Nyonya sedang sibuk mengurusi Mommy?" sindir Arsan mengangkat alisnya. "Hei, dengar ya, Tuan Muda, kamu sudah menuduh Saya seenaknya dan sekarang kamu mau pergi begitu saja? Enak saja! Kalau kamu ingin bukti saya berkencan dengan siapa, lihat sendiri dan buktikan Saya akan pergi ke mana dan berkencan dengan siapa!" ucap Marren dengan ketus seraya mendorong tubuh Arsan menjauh. Arsan menahan senyumnya, ''Jadi saya harus bagaimana untuk membuktikannya, Nyonya?" pancing Arsan menjebak Marren. "Ya... Tunggu saja, siapa yang akan menjemput Saya," elak Marren terlihat mulai panik, menjauh dari pintu dan menuju meja riasnya yang ada di t

    Terakhir Diperbarui : 2024-05-14
  • Posesif My Husband    Chapter 91

    Menjelang malam....Marren, Arsan dan Madya telah menyelesaikan makan malam bersama. Bertepatan kakek Ryzadrd datang bersama Arland dan beberapa pengawal yang berada di luar. Kakek Ryzadrd dan Arland menyapa dan berbincang-bincang dengan Madya yang terlihat makin sehat. Marren yang duduk bersebelahan dengan Madya dan diapit Arsan sangat senang tatkala Kakek Ryzasrd menyerahkan ponselnya yang sempat disita sebagai barang bukti. "Nah, Marren. Ini ponsel milikmu 'kan? Tadi Kakek mampir ke sana untuk mengambilnya," ucap Kakek Ryzadrd menyerahkan bungkusan yang berisi ponsel Marren. Marren menerima dengan senang, "Wah, akhirnya. Terima kasih, Kek," ucap Marren dengan senang. "Loh, Marren kenapa ponselmu ada pada Kakek?" tanya Madya yang spontan membuat suasana yang tadinya ramai dengan percakapan yang di selingi senda gurau itu langsung berubah hening. "Aaahh, itu...." Marren tergagap. "Ponsel Marren sempat rusak, Mom. Waktu itu terjatuh karena ada sedikit kecelakaan," sela Arsan s

    Terakhir Diperbarui : 2024-05-15

Bab terbaru

  • Posesif My Husband    Chapter 161

    Marren mendorong Arsan dari dekapannya dan menatapnya dengan mata terbelalak tak percaya. "Ada apa, Arsan? Kenapa kamu tiba-tiba seperti ini? Kenapa tiba-tiba kamu mengucapkan itu? Apa maksudmu, tiba-tiba seperti ini?" cecar Marren tercekat tak percaya. Wanita cantik itu menatap Arsan dengan tatapan mata berkaca-kaca.Melihat Arsan hanya terdiam membisu, Marren mengangguk paham."Apa ini ya.... Saya telah melarikan diri bersama Arland waktu itu? Jadi kamu tak percaya..." "Marren, Sayang...." sela Arsan yang kini bersimpuh di kaki Marren dan memeluk lututnya dan menghentikan ucapan Marren yang kini terpaku diam menatap Arsan yang ada di lututnya. "Dosa Ryzadrd terlalu besar untuk diampuni. Kakek telah menghancurkan hidupmu begini rupa. Saya terlalu malu untuk menatapmu sekarang. Tak ada lagi yang bisa Saya banggakan dan saya persembahkan untukmu, Marren. Saya bahkan yang hanya memiliki sedikit perasan kepadamu tanpa sadar hanya diperalat untuk mengikatmu secara paksa." Buliran a

  • Posesif My Husband    Chapter 160

    "Sayang, apa kamu sudah selesai berbicara? Ayo, kita pulang, sepertinya Marren sedang kerepotan dengan anak-anaknya. Sebaiknya kita pamit," ucap seorang wanita yang tiba-tiba datang dan menggandeng lengan Vano, perut wanita itu terlihat sedikit buncit. Arsan menatap wanita tersebut, yang menatapnya dengan sopan namun sangat jelas terlihat dia menikmati apa yang sedang dilihatnya. "Sarah? Kamu sudah selesai berbicara dengan Marren?" tanya Vani menoleh pada wanita yang terlihat agak genit itu."Perkenalkan, Tuan Muda, ini istri saya Sarah, dan Sarah ini adalah Tuan Muda....""Arsan, Tuan Muda Arsan, suami Marren.""Salam kenal, Tuan Muda Arsan, saya Sarah, istri Tuan Vano ini, pemilik restoran yang punya banyak cabang di beberapa mall di kota-kota besar di Indonesia," sela Sarah memotong ucapan Vano dan mengulurkan tangannya untuk dijabat Arsan. Ucapan Sarah, membuat Vano jengah dan menegurnya walau dengan suara lembut. Akan tetapi sepertinya Sarah sangat menikmati pamer di hadap

  • Posesif My Husband    Chapter 159

    "Bagaimana, Brian?" tanya Arsan setelah dokter Brian memeriksa kondisi Kakek Ryzadrd. Dokter Brian memegang gagang kacamatanya dengan gelisah dan mendesah perlahan."Arsan, Kakek meninggal karena pembuluh darah arterinya putus dan kehilangan banyak darah dan mengakibatkan syok dalam jantungnya. Dan Kakek meninggal sekitar 2 sampai 3 jam yang lalu," ungkap dokter Brian dengan tatapan penuh simpati. "Kenapa tidak pasti?" sela Arland kepada Brian menutupi ranjang dan seprei yang berlumuran darah Kakek Ryzadrd yang mengering. "Karena suhu ruangan ini sangat rendah, jadi membuat suhu tubuh juga semakin cepat turun dan dapat mempengaruhi pembekuan dengan cepat," jawab Brian yang membuat Arland terdiam menguyup wajahnya sendiri dengan kasar. Pria itu terlihat sangat stres. "Dan memang beliau meninggal karena sebab bunuh diri, tak ada tanda-tanda kekerasan apa pun yang terjadi," lanjut Brian dengan wajah penuh duka. Dokter muda yang berumur tak jauh di atas Arsan itu menghela napas deng

  • Posesif My Husband    Chapter 158

    Mendengar ucapan Arsan yang terbata-bata, Arland tak kuasa menahan gelak tawanya dan membuat Marren dan Madya menatapnya dengan tatapan heran."Ada apa, Arland? Apa yang sebenarnya terjadi?" tegur Madya yang langsung membuat Arland menghentikan gelak tawanya. Lalu dengan menyisakan tawanya, akhirnya Arland mengakui, bahwa dia sengaja membisikkan kata-kata itu untuk membuat Arsan marah dan bangun."Apalagi yang bisa membuatmu marah selain itu? Lihat saja, Ma, bahkan dia bisa melawan dan bangkit dari kematian hanya karena Marren," papar Arland yang membuat Marren dan Madya menangis terharu. Marren kembali memeluk dan menciumi tangan Arsan. Sementara Arsan menahan sakit karena tawanya yang terlepas begitu saja. "Awas... kau... Arland...." ancam Arsan dengan suara berat, namun lagi lagi Arland mengendikan bahunya dengan acuh. "Bangun dengan benar lebih dulu, baru kau bisa mengancamku," ledek Arland dengan wajah senang.🥀🥀🥀Akhirnya setelah beberapa hari di rawat, Arsan diperbolehk

  • Posesif My Husband    Chapter 158

    Hari itu suasana ruang tunggu ICCU terlihat lengang dan penuh kesedihan. Karena saat mereka sampai di sana, kamar Arsan sedang di penuhi oleh para dokter dan perawat yang sedang mengupayakan keselamatan Arsan dari berhentinya detak jantung pria tampan itu. Dalam sehari sepeninggal Marren, sudah dua kali jantung Arsan berhenti berdetak hingga harus mendapatkan serangkai penyelamatan dari para dokter, seperti yang sedang dilakukan saat ini. "Ya, Tuhan, Saya mohon selamatkanlah Arsan, selamatkanlah suami Saya. Saya dan anak-anak masih sangat membutuhkannya. Izinkanlah Arsan sembuh dan hidup bersama anak-anaknya, karena itu adalah impiannya sejak dulu. Ya, Tuhan, Saya mohon kepada-Mu," doa Marren dalam hati seraya menahan isaknya. Marren terus menatap kaca transparan yang kini tertutup oleh korden tebal berwarna putih agar mereka tak melihat apa yang telah terjadi di dalam ruangan tersebut. Marren menguatkan hatinya seraya meletakkan tangan bersandarkan kaca itu. Sementara Masya t

  • Posesif My Husband    chapter 156

    Arland meninggalkan ruangan itu dan menutup pintunya rapat rapat tanpa tahu jari-jemari Arsan mulai bergerak walau hanya sesaat. Hingga rombongan Arland dan Marren meninggalkan rumah sakit itu demi membawa Marren pulang setelah ia berbicara dengan Dokter pengawas Arsan dan menyerahkan nomor ponsel Arland jika ada perkembangan kondisi Arsan. Sesampainya di rumah, Marren menangis tersedu dalam pelukan Ibunya dan Arland menegaskan Marren harus makan dan beristirahat. Mengabaikan semua itu Marren menatap kedua bayinya yang terlelap dalam keranjang bayi. Marren meneteskan air mata menatap si kembar dengan lemah terkulai di ranjang. Madya menahan isaknya saat melihat Marren yang begitu pucat dan seolah kehilangan semangat dalam hidupnya. "Sayang, makanlah dan beristirahatlah barang sejenak. Kamu harus sehat demi anak-anak. Mommy akan siapkan makanan untukmu dan kamu harus makan," bujuk Madya seraya membelai rambut Marren yang tergerai berantakan di pundak. "Kamu juga harus makan, Arl

  • Posesif My Husband    Chapter 155

    Marren menatap sosok Arsan yang berbaring lemah tak berdaya di hadapannya. Kini ia harus kuat menghadapi kenyataan yang ada.Wanita cantik itu hanya terdiam membeku dan menatap satu persatu alat yang terpasang di sekitar tubuh Arsan dengan selang atau pun kabel yang berakhir di badan Arsan. Sebuah selang pun melekat di dalam mulut Arsan yang sedikit terbuka. Dengan tangan gemetar hebat, Marren memegang punggung tangan awan yang diam tak bergerak. Tangan yang dulu selalu kokoh menggenggamnya itu, kini terkulai lemah dengan selang infus tertancap di sana Marren menggenggam ringan tangan dan jari-jemari Arsan.Marren menciumnya tanpa mengatakan apa pun. Seraya memandang wajah Arsan yang terlelap, Marren memeluk tangan itu meletakkannya pada pipinya. "Syukurlah, Nyonya terlihat tenang dan baik-baik saja sejak siuman tadi. Nyonya, sepertinya sudah menerima keadaan Tuan Muda," ujar Naura memecah kesunyian. la menatap Marren melalui kaca transparan di balik ruangan itu bersama Arland.

  • Posesif My Husband    Chapter 154

    "Arsan!" pekik Marren dengan bangun tersentak kaget. Hal itu membuat Naura segera menghambur ke hadapan Marren. "Nyonya? Anda sudah siuman? Syukurlah," sahut Naura dengan wajah senang namun tak bisa menutupi wajah sedihnya Wajahnya terlihat sangat sembab karena terlalu banyak menangis. "Nau, apa yang terjadi? Ini di mana?" tanya Marren kebingungan seraya melihat ke sekelilingnya, la terbangun di sebuah kamar serba putih dan di kelilingi oleh kelambu dengan warna yang sama. "Anda pingsan. Nyonya. Sekarang sedang di UGD. Tadi Tuan Arland yang membawa Anda kemari," papar Naura dengan tatapan berkaca-kaca.Mendengar penjelasan Naura, Marren melompat dari ranjang dengan tergesa gesa."Di mana Arsan? Di mana, suami saya?" pekik marry kebingungan dan panik. Naura memeluk Marren dengan cepat dan menangis tersedu-sedu."Nyonya, harus tenang. Anda baru sadar. Sebaiknya pelan-pelan dulu," cegah Naura dengan bingung dan penuh kekhawatiran."Saya ingin melihat kondisi Arsan. Apa ada perkembang

  • Posesif My Husband    Chapter 153

    Marren diam termangu di depan ruang tunggu kamar operasi. Saat ini la hanya bisa diam tanpa bisa menangis karena sudah terlalu lelah menangis.la merasakan kedua matanya yang terasa bengkak dan perih akibat terlalu banyak menangis. "Ya, Tuhan, Arsan... Kita baru saja bertemu kembali setelah berbulan-bulan lamanya terpisah karena kesalahan Saya. Tetapi, sekarang kamu malah seperti ini. Kita baru saja bertemu dan bahagia, Arsan. Saya mohon, bertahanlah dan jangan tinggalkan Saya dan anak anak kita," gumam Marren berdoa di dalam hatinya. Sebulir air mata bening meluncur begitu saja membasahi kedua pipinya, la tak bisa menahan buliran demi buliran air mata yang terus menerus turun membasahi pipinya. Saat itu ia hanya di temani oleh Naura, karena Madya harus menenangkan kedua cucunya dengan asi Marren dan susu formula yang telah disiapkan khusus untuk keduanya. Apalagi kini Marren sedang menghadapi sebuah musibah dengan tertembaknya Arsan oleh sang kakek demi melindungi dirinya. Nau

DMCA.com Protection Status