“Yumiee....”
Mendengar namanya dipanggil Ayumie pun berbalik badan, wajahnya yang kusut setelah keluar dari ruangan Batara pun kini kembali ceria, seseorang yang memanggilnya itu seolah magnet yang membuat Ayumie kembali menarik kedua sudut bibirnya membentuk senyuman lebar.
“Astaga, Yumie,” seseorang itu kaget dan senang bersamaan saat Ayumie berlarian kecil menujunya dan menerjang tubuhnya. “Gimana kalau tadi kita jatuh, hm?” tanyanya.
Hatinya berdebar kencang seiring rasa bahagia mencuat begitu saja, dikecupnya puncak kepalanya.
“Bodo. Aku kangen sama kamu, Cumi,” ucap Ayumie memeluk pria itu dengan erat begitu juga pria itu mengeratkan pelukannya setelah beberapa kali mendaratkan kecupan di keningnya.
‘Apa aku harus bertanya tentang Batara sama si Cumie?’ batin Ayumie seiring menatap pria di depannya yang mendadak diam.Sepertinya waktunya tidak pas untuk membicarakan tentang Batara meski hatinya sangat menggebu-gebu dan tidak sabaran ingin segera tahu. Tapi lihatlah bagaimana wajah Gumilar saat ini yang tidak ceria seperti sejam lalu ketika mereka makan siang berdua.“Kamu abis di omelin sama komandanmu ya, Cum?” Ayumie mencoba menebak membuka obrolan.“Nggak,” Gumilar melirik ke samping, hatinya mengumpat seseorang yang berdiri di seberang sana yang terlihat menertawakannya.Sesorang itulah yang membuat moodnya semakin buruk. “Beliau tidak semengerikan itu kok, tenang saja. Dia hanya memberikan nasehat padaku. Oh iy
“Apa keluargamu belum datang?”“Masih dijalan.”Batara ikut duduk disamping anak laki-laki ber hoodie putih dengan masker hitam yang menutupi wajah tampannya. Meski anak laki-laki itu tak menoleh apalagi menatapnya saat bicara tapi bagi Batara itu sudah cukup.Ini hari yang sudah cukup lama dinantinya, sepanjang usianya baru kali ini Batara dibuat gelisah sampai tidak bisa tidur saking tak sabar menunggu genap 40 hari dia akan kembali ke pondok untuk menemui anak ini.Duduk berdekatan seperti ini sungguh tidak ada dalam bayangan Batara, bahkan tadinya Batara pikir dia akan kesulitan mencari anak ini, ternyata Tuhan mempermudahkannya.“Kamu mau snack?”
“Haish, apalagi ya maunya itu orang,” Ayumie bergerutu kesal, getaran notifikasi ponselnya kembali bergetar saat Ayumie baru saja membaca doa tidur. “Lama-lama gue oseng itu cumi,” omel Ayumie, siapa lagi yang sedang kesal padanya karena tidak diajak ke pondok menemui putranya kalau pria itu bukan Gumilar.Apa pria itu tidak akan pergi tidur —istirahat karena besok pastinya harus kerja– beraktifitas lagi, pikir Ayumie. ‘Hai salam kenal, Ra. Udah tidur, ya?’Mata Ayumie sontak terbuka lebar-lebar dengan mulut yang menganga. Itu bukan pesan dari Gumilar melainkan... Harry. Ya, si penipu itu membalas pesannya di aplikasi jodoh. Ayumie bangun serentak lalu duduk untuk membalas pesan dari pria itu. Obrolan dimulai dari pria itu mengenalkan diri, dari tempat tinggal, status yang telah menikah dan memiliki satu orang anak begitu juga dengan pekerjaanya yang memiliki laundry kecil di kota Bandung.Pria itu pun sedikit menceritakan jika aplikasi ini hanya dia ingin menambah teman bukan istr
“Ibu belum pindah ke Bali?” Azka pandangi ibunya yang menarik nafas panjang di panggilan video call. “Jangan bilang kalau Ibu nggak jadi pindah karena aku?”Sekalipun keinginannya menetap di Bali sudah di restui oleh putranya, tapi Ayumie belum siap pergi setelah kekacauan ini. Kasus penipuannya yang sudah sedikit ada perkembangan setelah beberapa hari lalu Ayumie memutuskan untuk tidak melibatkan Batara lagi.Ayumie bertekad akan menangkap pria itu sendiri dan membawanya ke hadapan Batara setelah kata-kata kasar itu membuat Ayumie sadar tak harus mengganggu pria itu. Dan satu hal yang membuat Ayumie berat, ia belum berhasil membawa bukti jika pria itu adalah ayah kandung putranya.“Ibu berat buat stay disana sekalipun untuk beberapa bulan saja.”“Apa itu karena alergi ku?”Ayumie manggut-manggut sementara putranya yang sudah siap memakai seragam sekolah mendekatkan ponselnya. Azka menatap wajah cantik Ayumie dari layar kecilnya itu.“Dengarkan aku, Bu. Tolong jangan khawatirkan aku d
Mainan dewasa.“Lo nggak akan pindahin kakak ke sekolah khusus?”“Anaknya ngotot nggak mu pindah,” kata Ayumie, seandainya Azka mau sudah dari kemarin-kemarin Ayumie menjemput putranya dan pindah sekolah.Akira pandangi sahabatnya yang duduk di tepi kolam menatap ikan kesayangannya yang kini hanya satu ekor lagi yang tersisa berukuran besar.“Tadi subuh kakak menghubungi gue. Ya, seperti biasa dia bilang nggak usah khawatir alerginya udah mendingan.”Satu alis Akira terangkat ke atas seiring menatap Ayumie yang bicara tanpa menatapnya entahlah sekarang apalagi yang janda satu itu pikirkan, tidak mungkin wajah Ayumie yang sedih itu karena
“Kenapa bisa lo yang jadi suami gue, hah?”“Boleh nggak aku istirahat dulu, Yum?” pinta Galang diiringi menarik nafas sedalam-dalamnya. Galang melangkah masuk lebih dalam lagi ke dalam kamar Ayumie. “Dari pagi sampai malam aku berdiri di pelaminan tanpa kamu,” ungkapnya dengan ekspresi sedih dan juga kecewa.Hanya dia sendiri yang berdiri di pelaminan tanpa adanya pengantin wanita, tidak ada kedua orang tuanya disana begitu juga mertuanya menyambut para tamu. Bisa dibayangkan bukan bagaimana malunya dan bingungnya Galang menjawab pertanyaan para tamu undangan?Wajah Ayumie semakin memerah marah. Demi Tuhan, Ayumie sama sekali tidak peduli dengan semua itu. Jika Galang kecewa dengan semuanya, lalu bagaimana dengannya saat ini?Dimana hari ini harusnya hari bahagianya menikah dengan pria dicintainya namun, semuanya menjadi hari berduka terdalam untuknya. Dengan tega calon suaminya menukarkan pengantin pria dengan pria di depannya itu sampai Ayumie kini resmi sah menjadi istri dari musuh
“Sumpah gue nggak nyangka lo bakal merusak pesta pernikahan si berengsek itu.”Anton tidak berpikir Ayumie akan senekat itu menghajar Jo di depan tamu undangan sampai berdarah-darah sampai aksi Ayumie membuat heboh para tamu undangan. Jelas perbuatan Ayumie itu mereka digiring keluar oleh pihak security hotel.“Kalau membunuh tidak lah berdosa, mungkin tersisa hanya nama saja!”Anton dibuat merinding dengan jawaban Ayumie, dia menatap Ayumie dengan seksama. Tidak ada gurat ketakutan apa lagi kesedihan di wajah cantiknya seolah aksinya tadi melupakan luka dihatinya atas perbuatan Jo.“Serem banget anaknya pak Suga kalo lagi ngamuk,” kata Anton dengan tawa. Sedikit candaan agar mereka tidak setegang ini. Dia pikir setelah Ayumie membuat pria itu babak belur dia akan lega tapi kenyataanya tidak, dari tatapan Ayumie yang kosong seolah masih ada yang mengganjal yang entah apa.“Sepertinya lo belum puas?”“Belum,” jawab Ayumie pendek dan hal itu membuat Anton salah menilai Ayumie. “Si bereng
“Astagfirullahaladzim.” Anton kaget, dia buru-buru mendorong tubuh kekasihnya untuk tidak ikut masuk ke dalam kamar mandi.“What wrong, Babe?”“Tunggu di luar saja dan tolong buatkan aku sarapan dulu,” pinta Anton seraya menarik pintu dan menyisakan setengah tubuhnya untuk berbicara pada kekasihnya.“I'm going to shower.”Anton mendengus, matanya melotot tajam tanda sepagi ini dia tidak ingin bertengkar karena satu manusia menyebalkan yang mengejutkan paginya. Pria bule itu menggeleng kepalanya, lalu pergi dari hadapan Anton sementara Anton buru-buru menutup pintu kamar mandinya dan menatap kesal pada si pelaku yang semalam sudah membuatnya khawatir.Orang yang dikhawatirkan semalam kini sudah berada di dalam kamar mandinya, berendam dengan mata terpejam seiring menikmati aroma terapi miliknya. Wajah Ayumie bukannya segar akan uap yang keluar dari aroma terapi itu, tapi kusut dan mata yang sembab.“Kemana aja lo semalam, hah? Gue sampai telephone daddy buat bantu cariin lo.”Anton tak
Mainan dewasa.“Lo nggak akan pindahin kakak ke sekolah khusus?”“Anaknya ngotot nggak mu pindah,” kata Ayumie, seandainya Azka mau sudah dari kemarin-kemarin Ayumie menjemput putranya dan pindah sekolah.Akira pandangi sahabatnya yang duduk di tepi kolam menatap ikan kesayangannya yang kini hanya satu ekor lagi yang tersisa berukuran besar.“Tadi subuh kakak menghubungi gue. Ya, seperti biasa dia bilang nggak usah khawatir alerginya udah mendingan.”Satu alis Akira terangkat ke atas seiring menatap Ayumie yang bicara tanpa menatapnya entahlah sekarang apalagi yang janda satu itu pikirkan, tidak mungkin wajah Ayumie yang sedih itu karena
“Ibu belum pindah ke Bali?” Azka pandangi ibunya yang menarik nafas panjang di panggilan video call. “Jangan bilang kalau Ibu nggak jadi pindah karena aku?”Sekalipun keinginannya menetap di Bali sudah di restui oleh putranya, tapi Ayumie belum siap pergi setelah kekacauan ini. Kasus penipuannya yang sudah sedikit ada perkembangan setelah beberapa hari lalu Ayumie memutuskan untuk tidak melibatkan Batara lagi.Ayumie bertekad akan menangkap pria itu sendiri dan membawanya ke hadapan Batara setelah kata-kata kasar itu membuat Ayumie sadar tak harus mengganggu pria itu. Dan satu hal yang membuat Ayumie berat, ia belum berhasil membawa bukti jika pria itu adalah ayah kandung putranya.“Ibu berat buat stay disana sekalipun untuk beberapa bulan saja.”“Apa itu karena alergi ku?”Ayumie manggut-manggut sementara putranya yang sudah siap memakai seragam sekolah mendekatkan ponselnya. Azka menatap wajah cantik Ayumie dari layar kecilnya itu.“Dengarkan aku, Bu. Tolong jangan khawatirkan aku d
“Haish, apalagi ya maunya itu orang,” Ayumie bergerutu kesal, getaran notifikasi ponselnya kembali bergetar saat Ayumie baru saja membaca doa tidur. “Lama-lama gue oseng itu cumi,” omel Ayumie, siapa lagi yang sedang kesal padanya karena tidak diajak ke pondok menemui putranya kalau pria itu bukan Gumilar.Apa pria itu tidak akan pergi tidur —istirahat karena besok pastinya harus kerja– beraktifitas lagi, pikir Ayumie. ‘Hai salam kenal, Ra. Udah tidur, ya?’Mata Ayumie sontak terbuka lebar-lebar dengan mulut yang menganga. Itu bukan pesan dari Gumilar melainkan... Harry. Ya, si penipu itu membalas pesannya di aplikasi jodoh. Ayumie bangun serentak lalu duduk untuk membalas pesan dari pria itu. Obrolan dimulai dari pria itu mengenalkan diri, dari tempat tinggal, status yang telah menikah dan memiliki satu orang anak begitu juga dengan pekerjaanya yang memiliki laundry kecil di kota Bandung.Pria itu pun sedikit menceritakan jika aplikasi ini hanya dia ingin menambah teman bukan istr
“Apa keluargamu belum datang?”“Masih dijalan.”Batara ikut duduk disamping anak laki-laki ber hoodie putih dengan masker hitam yang menutupi wajah tampannya. Meski anak laki-laki itu tak menoleh apalagi menatapnya saat bicara tapi bagi Batara itu sudah cukup.Ini hari yang sudah cukup lama dinantinya, sepanjang usianya baru kali ini Batara dibuat gelisah sampai tidak bisa tidur saking tak sabar menunggu genap 40 hari dia akan kembali ke pondok untuk menemui anak ini.Duduk berdekatan seperti ini sungguh tidak ada dalam bayangan Batara, bahkan tadinya Batara pikir dia akan kesulitan mencari anak ini, ternyata Tuhan mempermudahkannya.“Kamu mau snack?”
‘Apa aku harus bertanya tentang Batara sama si Cumie?’ batin Ayumie seiring menatap pria di depannya yang mendadak diam.Sepertinya waktunya tidak pas untuk membicarakan tentang Batara meski hatinya sangat menggebu-gebu dan tidak sabaran ingin segera tahu. Tapi lihatlah bagaimana wajah Gumilar saat ini yang tidak ceria seperti sejam lalu ketika mereka makan siang berdua.“Kamu abis di omelin sama komandanmu ya, Cum?” Ayumie mencoba menebak membuka obrolan.“Nggak,” Gumilar melirik ke samping, hatinya mengumpat seseorang yang berdiri di seberang sana yang terlihat menertawakannya.Sesorang itulah yang membuat moodnya semakin buruk. “Beliau tidak semengerikan itu kok, tenang saja. Dia hanya memberikan nasehat padaku. Oh iy
“Yumiee....”Mendengar namanya dipanggil Ayumie pun berbalik badan, wajahnya yang kusut setelah keluar dari ruangan Batara pun kini kembali ceria, seseorang yang memanggilnya itu seolah magnet yang membuat Ayumie kembali menarik kedua sudut bibirnya membentuk senyuman lebar.“Astaga, Yumie,” seseorang itu kaget dan senang bersamaan saat Ayumie berlarian kecil menujunya dan menerjang tubuhnya. “Gimana kalau tadi kita jatuh, hm?” tanyanya.Hatinya berdebar kencang seiring rasa bahagia mencuat begitu saja, dikecupnya puncak kepalanya.“Bodo. Aku kangen sama kamu, Cumi,” ucap Ayumie memeluk pria itu dengan erat begitu juga pria itu mengeratkan pelukannya setelah beberapa kali mendaratkan kecupan di keningnya.
“Saya kan cuman kasih saran sama anda kenapa anda marah-marah terus?”Ayumie meruncingkan bibirnya, kata siapa ia kuat menghadapi mulut Batara yang kasar yang selalu menghinanya? Tidak. Ayumie tidak sekuat itu menghadapi Batara, tampilannya memang terlihat kuat, tapi hati Ayumie sudah lebih dulu menangis ketika dibentak, dimaki dan di usir karena masih bersikeras tidak pergi.“Kalau kebanyakan pakai koyo lama-lama akan seperti ini. Pinggang anda bisa kebakar. Lihatlah kulit pinggang anda yang menghitam, mengelupas dan merah-merah?” Ayumie tunjukan bekas tempelan koyo yang jatuhnya membuat kulit Batara jadi iritasi.Batara ikut melirik sekilas meski kesulitan tapi dia bisa melihat bekas koyo yang sering ditempelnya dan kulitnya yang mengelupas.&ld
“Sebenarnya ada hubungan apa mereka?”Entahlah, pekerjaan yang menumpuk di depannya mendadak diabaikan begitu saja, otaknya tak bisa diajak bekerjasama untuk berpikir, pembicaraan bersama Gumilar menyita pikirannya.Kesalnya, Gumilar tak memberitahukan semua tentang Josh dan si janda itu sampai memicu rasa penasaran. Tak ingin terus terpangkap dengan bayangan si janda, Batara pun memutuskan untuk mendatangi Josh di ruangan nya untuk menanyakan kegusarannya.Cemburu pada Josh karena ternyata sahabatnya itu ada sesuatu dengan si janda itu? Jawabannya tidak sama sekali. Pertama Batara tidak ada perasaan apapun pada Ayumie. Kedua Ayumie bukan kriteria wanita yang pantas untuknya. Sekali lagi Batara hanya ingin menanyakan perihal nomor ponselnya bukan masalah hubungan Josh dan Ayumie, baginya itu tidak penting.“Jadi lo nggak akan jujur sama gue, Josh?”Sudah lima menit berlalu, Batara belum mendapatkan jawaban dari rasa penasarannya dan juga tidak percaya dengan alibi sahabatnya itu yang
“Neng Ayumie,” si pemilik nama yang berada diatas motor pun menengok ke samping, Ayumie turun dari atas motor dan menundah sejenak kepergiannya.“Kebetulan sekali Neng ada di rumah. Saya sudah beberapa kali kesini Nengnya nggak pernah ada.”“Oh ya, maaf,” Ayumie mempersilahkan mang Ujang untuk duduk di kursi yang terdapat di depan teras rumahnya. “Beberapa hari ini saya lagi sibuk dan belum sempat nengok ke atas,” kata Ayumie pada pria senja itu.Dulu saat ada Azka, Ayumie setiap hari atau dua hari sekali mendatangi lokasi pembangunan vila kecilnya, tapi setelah Azka di pesantren Ayumie sudah jarang apalagi setelah kasus penipuan itu Ayumie semakin malas hanya untuk melihat perkembangan villa kecil impiannya.“Sudah s