Share

Bab 2

Penulis: Black Roses
last update Terakhir Diperbarui: 2023-10-18 08:18:42

"Aku nggak mau nikah sama Rose, Mi."

Dafin Rafael Daman, pria bertubuh tinggi yang mencapai 172 cm itu dengan tegas mengungkapkan ketidaksetujuannya atas rencana pernikahan yang dirundingkan bersama seseorang yang dia yakini sebagai orang tua Rose. Bagi Davin, antara dirinya dan Rose tidak memiliki hubungan apapun selain teman kecil yang terpisah belasan tahun yang lalu. Bagaimana bisa dia mencintai seorang wanita yang tidak pernah dia lihat sebelumnya. TIDAK MUNGKIN.

Hal itulah yang sedang ia ributkan bersama Dina, ibunya, di pagi hari seperti ini.

"Jaga ucapanmu Dav! Tante Rika bisa denger omongan kamu," kata Dina setelah mematikan ponselnya. Bahkan, dia tidak berani mengangkat ponselnya yang terus berdering karena ulah putranya.

"Itu bagus, Mi. Mami yang maksa aku buat nikahi Rose, sementara aku nggak cinta sama dia," tekan Davin. "Pokoknya aku nggak bisa menikahi Rose, aku udah punya pacar Mi. Dan aku mau nikah sama pacarku, bukan Rose."

"DAVIN!" teriakan Bagas menggema mengisi ruangan yang besarnya seperti lapangan basket tersebut.

Mereka sedang berada di ruang keluarga. Tadi Dina sedang asyik mengobrol bersama Rika sebelum Davin datang dan mengacaukan segalanya.

"Jaga ucapanmu, Davin!," bentak Bagas begitu melihat putranya menentang ibunya sendiri.

Bagas memang curiga ketika Davin menolak ajakan berlibur yang selalu mereka lakukan di akhir tahun. Namun, bagas tidak menyangka bahwa Davin telah memiliki kekasih.

"Kamu pikir pacarmu itu tulus sama kamu?" tantang Bagas kepada putra pertamanya. Bagas heran, kenapa hanya Davin yang selalu membangkang. Sementara Alda, adik kandung Davin, justru selalu mengikuti kemauan mereka.

"Pi, aku nggak mau denger apapun mengenai wanita yang aku cintai." Davin tidak terima jika kekasihnya yang bahkan belum dia kenalkan pada keluarganya sudah dihina di depan matanya.

"Kalau gitu denger kata papi. Kamu hanya akan menikah dengan Rose. Setuju atau tidak setuju. Itu sudah menjadi takdirmu."

Davin yang tidak bisa berbuat apa-apa hanya diam dan meninggalkan kedua orang tuanya. Pria itu lebih baik menenangkan diri di apartemennya.

Kringgg kringgg

Akhirnya Dina mengangkat telepon Rika yang sudah berulang kali. Tadi dia sengaja tidak mengangkatnya supaya Rika tidak mengetahui keributan di rumahnya.

"Halo Ka, gimana - gimana?" tanya Dina berusaha tenang setelah emosinya memuncak karena ulah putranya sendiri.

"Halo Na, anakku terbang ke Indonesia sekarang. Tolong telpon dia dan jaga dia. Rose nggak mau ngangkat telponku," kata Rika sambil menangis.

"Rika, ada apa sebenarnya?" Dina turut khawatir.

"Ceritanya panjang, nanti aku ceritain. Tolong aku Na, aku percayakan Rose padamu."

"Kamu tenang aja, aku akan menjaga Rose seperti anakku sendiri."

"Makasih Na," putus Rika.

Bagas yang tidak tahu pembicaraan Dina hanya menatap wanita itu. Dia yakin, istrinya sedang berbicara dengan Rika mengenai Rose.

"Kenapa Mi?"

"Rose dalam perjalanan ke sini Pi, ke Indonesia. Sepertinya terjadi sesuatu sehingga dia tidak mau mengangkat telpon Rika."

"Kalau gitu cepat telpon Rose."

Dina mengangguk kemudian mengutak-atik ponselnya, berusaha menghubungi Rose. Namun tidak ada jawaban.

"Hp-nya dimatiin Pi."

Bagas menghembuskan napas, menenangkan diri dari kekacauan yang terjadi. Dia yakin semua ini ada hubungannya dengan Davin. Tidak mungkin Rose mendadak pulang setelah sekian lama tidak menginjakkan kaki di Indonesia. Wanita itu hanya akan pulang setelah pendidikannya selesai.

"Kalau gitu kita perkirakan aja kedatangan Rose, nanti biar aku stand by di bandara," putus Bagas. "Kira-kira berapa jam perjalanan Rose ke Indonesia?"

"Mungkin sekitar 16 - 17 jam Pi,” kata Dina yang sudah hapal karena seringnya pergi ke London.

Bagas langsung memutar arah kepalanya ke jam dinding di belakangnya. Menghitung perkiraan kedatangan Rose.

"Kemungkinan Rose akan tiba jam lima pagi. Coba terus hubungi Rose!"

"Iya Pi."

***

Rose tiba di bandara Soekarno-Hatta di pagi hari, ia langsung menghidupkan ponselnya karena sejak kemarin ponsel itu dalam keadaan mati. Rose akan berjalan keluar untuk mencari taksi ketika ponselnya berdering nyaring. Sebuah panggilan dari Dina.

"Iya Tante?"

"Akhirnya Ros, kamu angkat juga telepon Tante. Kamu dimana sekarang?" Dina menghembuskan napas lega begitu Rose mengangkat panggilannya.

"Di bandara Tan, aku mau nyari taksi."

"Nggak usah!" sela Dina. "Nggak usah nyari taksi, Om-mu sudah di sana sejak tadi. Coba langsung telpon Om Bagas ya, Sayang."

"Iya Tan." Dina sudah akan mematikan ponselnya sebelum Rose.. "Tante, makasih ya. Maaf udah ngerepotin."

"Sayang... Udahlah, nanti kita bicara lagi. Segera hubungi Om Bagas."

"Iya Tan." Rose mematikan panggilannya, kemudian mencari nomor Om Bagas di kontaknya.

***

Dalam perjalanan pulang Bagas tidak banyak tanya perihal kepulangan Rose yang tiba-tiba, dia tidak ingin membuat wanita itu merasa tidak nyaman. Akhirnya Bagas menyuruh Rose untuk istirahat karena jalanan kota Jakarta yang selalu macet di pagi dan sore hari. Rose mengikuti perintah Bagas, ia langsung tertidur karena kelelahan. Bukan hanya badan, tetapi juga pikiran. Selama di pesawat, Rose hanya memikirkan perkataan Rika. Rose ingin menelpon Davin, namun ia urungkan karena dia ingin bertanya secara langsung pada pria itu.

Disaat Rose sudah masuk ke alam mimpi, Bagas menghubungi Davin dan meminta pria itu untuk segera pulang. Namun, Bagas tidak memberi tahunya bahwa Rose sudah pulang ke Indonesia. Bagas yakin Davin tidak akan pulang jika ada Rose di rumah, mengingat bagaimana penolakan pria itu atas perjodohannya dengan Rose.

"Davin, pulang ke rumah sekarang. Ada yang mau papi omongin," perintah Bagas.

"Iya Pi."

Bersyukur Davin tidak banyak bertanya dan setuju untuk pulang meskipun mereka bertengkar kemarin.

Bagas tiba di pekarangan rumah bertepatan dengan Davin yang baru memarkirkan mobilnya. Bagas tidak langsung membangunkan Rose, ia keluar lebih dulu dan mengambil koper Rose di bagasi. Sementara Davin sedikit memicingkan mata melihat wanita yang duduk di sebelah kemudi ayahnya. Davin menghampiri Bagas untuk membantu pria itu. Meskipun Davin marah, tetapi ia tetap bersikap baik pada ayahnya.

"Biar aku bantu Pi," tawar Davin.

"Nggak usah, kamu gendong aja Rose yang masih tidur di dalam mobil."

"Rose?"

 "Iya, dia pulang."

"Pulang?"

Bagi Davin kata pulang sangat tidak cocok untuk di sematkan pada wanita itu. Pasalnya, Rose sudah pindah kewarganegaraan. Dan untuk apa wanita itu tiba-tiba pulang.

"Udah sana gendong Rose, tidurin di kamar kamu."

"Kamarku?"

"Davin, kamu itu banyak tanya kayak mamimu aja. Kamar tamu belum Dibersihin sama Bi Idha. Satu lagi, jangan sampai Rose kebangun, kasian dia kecapekan."

"Iya Pi."

Sementara Bagas masuk dengan meneteng koper Rose, Davin menuju depan mobil untuk menggendong wanita itu.

"Belum kenal aja udah ngrepotin," keluh Davin.

Davin terkejut begitu membuka pintu mobil.

"Wanita ini?"

Bab terkait

  • Planning Cinta   Bab 3

    FlashbackRose sedang berjalan bersama Siska, sahabat kuliahnya yang juga sama-sama dari Indonesia. Mereka bersahabat sejak masa orientasi mahasiswa hingga saat ini.Rose menemani Siska yang tiba-tiba ingin berlibur ke Belgia, mengusir penat katanya.Sementara disisi lain, ada juga Davin yang sedang menemani Alan, sahabat kuliahnya yang berlibur ke Belgia.Rose memeriksa ponselnya ketika mendengar benda pipih buatan oppa-oppa korea itu berdering. Sebuah panggilan dari Alex, salah satu sahabatnya yang sebenarnya sedang dia abaikan. Namun, Rose mengenal Alex, pria itu akan terus menerornya jika ia tidak mengangkat telepon itu."Sis, aku angkat telpon dulu," pamit Rose pada Siska."Okay, aku tunggu di toko ujung jalan ya.""Siap."Rose menjauh dari Siska. Bukan apa, sahabatnya itu sering menjodoh-jodohkan dirinya dengan Alex. Dan Rose tidak menyukainya. Ketika Rose menggeser tombol hijau di layarnya, menempelkannya di telinganya, tiba-tiba ponsel itu jatuh karena tabrakan yang terjadi.D

    Terakhir Diperbarui : 2023-10-18
  • Planning Cinta   Bab 4

    "Cari tahu informasi apapun mengenai Davin,” perintah Rose pada orang suruhannya.Rose yang sudah bangun sejak tadi tidak sengaja mendengar pembicaraan Bagas dan Davin di ruang keluarga. Rose terkejut dan juga marah disaat bersamaan. Terkejut karena ternyata dia sudah pernah bertemu Davin sebelumnya. Marah karena ternyata apa yang dikatakan ibunya mengenai Davin benar. Pria itu tidak ingin menikah dengannya karena telah memiliki kekasih. Tega sekali Davin melakukannya, sementara ia terus menunggu kedatangannya. Setidaknya, jika memang Davin tidak mau menikah dengannya. Dia bisa mendatangi Rose sejak dulu sehingga dia tidak berharap dan memupuk perasaannya sendiri. Rose tidak terima."Kayla?" bisik Rose. "Aku harus mencaritahu mengenai wanita itu."Rose menatap beberapa foto Davin di atas meja panjang. Foto ketika pria itu masih mengenakan seragam SMP hingga sekarang. Rose berjalan mendekat, ia sedikit tersenyum melihat perubahan Davin dari waktu ke waktu. Rose menyadari sesuatu ketika

    Terakhir Diperbarui : 2023-10-18
  • Planning Cinta   Bab 5

    "Ros, aku angkat telpon sebentar," kata Davin sebelum meninggalkannya. Rose mengangguk meskipun terlihat marah. Dia yakin itu adalah telpon dari Kayla. Ia semakin penasaran pada gadis itu. Rose menatap Davin yang menjauh darinya. Kesal diabaikan, Rose memutuskan untuk berjalan sendiri tanpa Davin. Ia menyusuri bangunan museum kemudian keluar. Sementara disisi lain, Davin yang baru selesai dengan obrolannya bersama Kayla kebingungan begitu melihat Rose yang tidak ada di tempat semula. Matanya menatap kesana-kemari, namun tidak juga menemukannya. "Ya ampun, pergi kemana tuh anak," bisik Davin. Davin yang tidak melihat batang hidung Rose langsung menghubungi wanita itu. Nahasnya, ponsel Rose ada padanya. Tadi Rose sempat menitipkan barangnya ketika pergi ke toilet. Davin memutuskan keluar gedung untuk mencari keberadaan Rose. Tidak sengaja matanya melihat sekelebat bayangan Rose berjalan menuju halte. Davin yang tidak sabaran langsung berlari untuk mengejarnya. "Ros?" Dengan sedik

    Terakhir Diperbarui : 2023-10-18
  • Planning Cinta   Bab 6

    Rose pulang bersama Davin yang langsung pergi setelah menurunkannya. "Aku ada urusan bentar," kata Davin setelah mengantarnya pulang. Rose hanya mengangguk kemudian masuk rumah, dia melihat Dina sedang duduk di sofa ruang tamu. "Udah pulang Ros?" tanya Dina begitu melihat calon menantunya memasuki rumah. "Loh, dimana Davin?" "Ada urusan bentar Tan," jawab Rose. Rose menghampiri Dina untuk menyalami wanita itu, tadi dia belum mengucapkan salam dengan benar. Bahkan Rose langsung pergi bersama Davin. Dia belum sempat berbincang dengan Dina. "Makasih ya Tan, udah bantu aku tadi pagi." "Loh, itu udah jadi tanggung jawab Tante. Kan yang tante bantu calon mantu sendiri bukan orang lain." Rose tersenyum mendengar ucapan Dina. Ia senang, setidaknya orang tua Davin mendukungnya. Meskipun tidak dengan pria itu. Rose tahu, Davin tidak mungkin meninggalkan Kayla. "Tan..." "Iya Ros, kenapa?" Rose yang duduk di sebelah Dina langsung menggeser posisi duduknya supaya bisa berhadapan dengan w

    Terakhir Diperbarui : 2023-11-24
  • Planning Cinta   Bab 7

    Davin yang baru pulang dari kos Kayla terkejut begitu melihat Rose keluar kamar mandi hanya menggunakan handuknya. Rambut wanita itu masih basah hingga menetes ke lantai. Davin tidak menampik bahwa saat itu ada bagian dirinya yang berdesir melihat tubuh indah Rose. Dia pria normal.Davin yang semula akan pergi ke apartemennya, mendapat perintah dari ibunya untuk menginap di rumah selama Rose di Indonesia. Dia tidak bisa membantah. Meskipun kesal, Davin tetap melakukan perintah orang tuanya.Dan di sinilah dia sekarang, berhadap-hadapan dengan Rose yang masih memegangi handuknya_ sama-sama terkejut.“Sorry.” Davin memalingkan pandangannya, malu jika sampai Rose melihatnya meneteskan air liur hanya karena menatapnya.“Harusnya aku yang minta maaf, aku belum mindahin barangku, jadi tadi sekalian pinjem kamar mandi.” Rose berusaha menahan senyum melihat ekspresi Davin.Sebenarnya tadi dia sudah membawa kimono. Hanya saja, kakiny

    Terakhir Diperbarui : 2023-11-24
  • Planning Cinta   Bab 8

    Davin sedang menelpon Alan, dia ingin mengajak pria itu nongkrong daripada di rumah yang akan membuat emosinya diaduk-aduk.“Okay Al, nanti malam aku tunggu di tempat biasa ya.”“Kenapa lagi sih bro, ada masalah lagi?” tanya Alan di seberang.“Ya, biasa lagi berantem sama mami,” jawab Davin.Davin yang sedang mengobrol bersama Alan hanya menoleh sekilas ketika mendengar suara pintu terbuka, dia melihat Rose yang memasuki kamarnya kemudian duduk di sisi ranjang. Davin tetap melanjutkan obrolannya."Ya udah Al gitu aja, jangan lupa nanti malam ya.” Davin mengakhiri obrolannya bersama Alan.Melihat Rose yang tetap diam di tempatnya, Davin berinisiatif menghampiri wanita itu. Dia duduk di sebelah Rose."Ada apa Ros?""Nelpon siapa?"Davin dan Rose bertanya pada satu sama lain dengan waktu yang bersamaan, kemudian tertawa garing."Alan.""Emmm, Alan… sahabat kamu

    Terakhir Diperbarui : 2023-11-24
  • Planning Cinta   Bab 9

    "Kamu bilang akan liburan selama satu bulan, kenapa berubah jadi satu minggu?" tanya Davin di ambang pintu.Davin mengikuti Rose menuju ruang tamu setelah membereskan hair dryer miliknya, dia mendengar sedikit percakapan antara Rose dan Rika.Penasaran dengan jawaban Rose, ia masuk lebih dalam ke ruang tamu dan berhadapan langsung dengan wanita itu.“Nggak pa-pa Dav, lagian aku juga nunggu wisudaku,” jawab Rose.Rose yang terkejut melihat kehadiran Davin di kamarnya langsung merubah mimik wajahnya, Davin tidak boleh tahu apalagi menaruh curiga padanya.“Lagian Dav, ngapain aku lama-lama di sini, kan kamu juga harus ngurus wisuda kamu kan. Tar aku sendiri lagi di sini,” tambah Rose.“Yakin karena itu?”“Ya.”Padahal Davin masih ingin menahan Rose lebih lama lagi, dia ingin mengenalkannya pada Alan. Ia memiliki rencana untuk menjodohkan mereka berdua. Menurutnya, Alan lah pria yang tepat untuk mendampingi Rose.Rose berjalan mengitari Davin menuju posisi kopernya yang sudah dipindahkan

    Terakhir Diperbarui : 2023-11-25
  • Planning Cinta   Bab 10

    Dalam perjalanan menuju club malam Rose sama sekali tidak mengatakan apa-apa, ia masih marah dan terkejut dengan sifat Davin. Tidak seharusnya mereka membohongi Dina yang begitu berharap pada mereka. Bukankah pernikahan mereka tidak mungkin terjadi, seharusnya Davin mempersiapkan semuanya dari sekarang bukan justru membuat harapan yang tinggi untuk mereka.“Ros, kenapa diem aja?” tanya Davin sambil sesekali menoleh pada Rose yang hanya diam memperhatikan jalanan.“Dav.” Rose memposisikan duduknya menyamping, sedikit menghadap Davin yang fokus menyetir.“Hemm.”“Kenapa kamu bohong sama tante Dina?”Davin menghentikan mobilnya karena bertepatan dengan lampu merah kemudian menatap mata Rose. Dia menangkap ketidak sukaan dari tatapan mata Rose.“Aku bingung aja mau izin gimana sama mami,” jawab Davin.“Kamu tinggal bilang yang sebenarnya.”“Itu nggak mung

    Terakhir Diperbarui : 2023-11-26

Bab terbaru

  • Planning Cinta   Bab 15

    Rose pulang dengan perasaan tenang, dia sama sekali tidak menyadari kelicikan Kayla. Agaknya, wanita itu juga mahir bersandiwara. Sebut saja licik. "Darimana Ros?" tanya Davin yang sudah lebih dulu tiba di rumah."Aku pingin jalan-jalan sebentar," jawab Rose dengan sumringah."Kamu nggak tahu kalau kakimu nggak boleh banyak gerak dulu.?""Cuma sebentar, lagian bentar lagi aku balik ke London," kata Rose."Tapi kamu bisa ngomong dulu sama aku, aku bakal nganterin kamu. Kemana aja kamu mau." Davin yang langsung pulang setelah meeting karena mengkhawatirkan Rose yang di rumah sendiri justru terkejut begitu melihat wanita itu tidak ada di kamarnya. Davin berusaha menghubungi ponselnya, namun tidak ada jawaban. Dan sekarang, Rose justru berdiri dengan perasaaan tidak bersalahnya."Iya udah, maaf ya. Lain kali aku ngomong sama kamu kalau aku mau pergi-pergi," sesal Rose."Sudahlah, sini biar aku kompres kakimu!" perintah DavinDavin menuntun Rose yang sedikit pincang menuju sofa tengah, me

  • Planning Cinta   Bab 14

    "Aaak." Rose menjatuhkan dirinya sendiri, mencari cara agar Kayla atau Alan melihat kehadirannya di tempat itu. Sepertinya mereka tidak menyadari jika di sana juga ada dia dan Davin."Ros, kamu kenapa?" Davin berjongkok untuk membantu Rose.Sambil memegangi kakinya yang benar-benar sakit, Rose menyempatkan diri melirik ke arah Kayla dan Alan di seberang jalan. Bersyukur mereka memutar arah hingga Davin tidak dapat melihat mereka.Sial, bagaimana bisa Rose menutupi perselingkuhan mereka. Jika bukan karena Davin Rose tidak akan mau melakukannya. Pasalnya dia benar-benar kesakitan sekarang, sepertinya kakinya terkilir."Kamu ngapain sih, bisa-bisanya," kata Davin."Aku tadi mau... ngambil... Hp-ku di mobil, kayaknya jatuh di sana." Rose membuat alasan."Hati-hati Ros, sekarang bisa bangun nggak?"Rose meringis dengan wajah tidak bersalahnya. "Kayaknya nggak bisa," jawabnya."Kamu ini, belum juga makan nasi goreng. Kita bungkus aja kalau gitu." Davin berbalik hanya untuk berteriak pada pe

  • Planning Cinta   Bab 13

    Davin mencari keberadaan Rose di kamar tamu, namun tidak dia temui batang hidung wanita itu. Tadi Davin langsung pergi tanpa berpamitan padanya bahkan ibunya."Darimana Dav?" tanya Dina dari arah dapur dengan membawa jus mangga di tangan kanannya."Mi, lihat Rose nggak?" tanya Davin tanpa menjawab pertanyaan ibunya."Ada tuh di kolam renang," jawab Dina kemudian duduk di sofa ruang tengah.Davin menuju kolam renang yang dimaksud ibunya dengan membawa paket milik Rose. Sebuah map coklat yang entah apa isinya.Tiba di kolam renang belakang rumah, Davin tidak langsung memanggil Rose yang masih asyik berenang dengan bikininya. Sudah dua kali Davin melihat keindahan tubuh Rose, wanita itu memang menawan."Hai Dav, udah pulang?" tanya Rose basa-basi."Iya, ini baru sampek.""Tolong ambilkan kimonoku!"Davin berjalan menuju kursi panjang yang memang dikhususkan untuk bersantai di area kolam renang, mengambil kimono yang dimaksu

  • Planning Cinta   Bab 12

    "Maaf untuk omongan Kayla tadi, dia nggak bermaksud ngomong kayak gitu," kata Davin begitu mereka tiba di rumah.Rose menoleh sekilas pada Davin, bagaimana bisa pria itu mengerti maksud kekasihnya tanpa bertanya. Jelas-jelas ucapan Kayla mengisyaratkan ketidak sukaan padanya. Dan wanita itu menyalahkannya atas peristiwa yang terjadi."Aku mau langsung tidur Dav, aku capek." Rose tidak memberi tanggapan atas ucapan Davin, ia pergi meninggalkan pria itu yang masih duduk di bangku kemudi.Rose mengunci kamar kemudian mencari ponselnya. Dia tidak tidur melainkan menghubungi orang suruhannya. Rose harus bertindak cepat, muak sekali jika harus terus berhubungan dengan Kayla atau Alan."Halo," ucap Rose begitu sambungan teleponnya terjawab."Ya.""Dengarkan aku baik-baik!" perintah Rose tanpa tedeng aling-aling."Ikuti orang dalam foto yang kamu kirimkan. Sepertinya dia dekat dengan pria bernama Alan. Aku butuh foto romantis tentang mereka b

  • Planning Cinta   Bab 11

    "Kok diem sendirian di sini? Gabung sama yang lain yuk!" ajak Davin. Melihat Rose sendirian di meja bartender membuat Davin merasa tidak enak. Pasalnya, dia yang mengajak wanita itu pergi. "Iya bentar lagi aku kesana," jawab Rose masih menikmati minumannya. "Kalau di London kamu ngapain jam segini?" "Di rumah, paling ngobrol sama mama kalau nggak gitu keluar sama Siska." "Siska itu..." "Sahabat baikku, orang Indonesia juga, anak Malang," jawab Rose. Rose melirik Kayla dan Alan yang duduk berdua di tempat yang sama saat mereka bertemu tadi. Dia merasa geram, mereka tidak bisa dibiarkan. "Dav, kenapa kamu nggak nemenin Kayla aja di sana?" "Udah ada Alan," jawab Davin sambil menerima minuman pesanannya. "Tapi kan kamu pacarnya Dav, jangan terlalu dibiarkan mereka dekat." "Alan itu sahabatku Ros, kita sering keluar bertiga. Jadi biasa aja," terang Davin. "Justru itu masalahnya Dav. Kamu sendiri yang membuka ruang untuk mereka mengkhianatimu," batin Rose. Baru sehari bersama D

  • Planning Cinta   Bab 10

    Dalam perjalanan menuju club malam Rose sama sekali tidak mengatakan apa-apa, ia masih marah dan terkejut dengan sifat Davin. Tidak seharusnya mereka membohongi Dina yang begitu berharap pada mereka. Bukankah pernikahan mereka tidak mungkin terjadi, seharusnya Davin mempersiapkan semuanya dari sekarang bukan justru membuat harapan yang tinggi untuk mereka.“Ros, kenapa diem aja?” tanya Davin sambil sesekali menoleh pada Rose yang hanya diam memperhatikan jalanan.“Dav.” Rose memposisikan duduknya menyamping, sedikit menghadap Davin yang fokus menyetir.“Hemm.”“Kenapa kamu bohong sama tante Dina?”Davin menghentikan mobilnya karena bertepatan dengan lampu merah kemudian menatap mata Rose. Dia menangkap ketidak sukaan dari tatapan mata Rose.“Aku bingung aja mau izin gimana sama mami,” jawab Davin.“Kamu tinggal bilang yang sebenarnya.”“Itu nggak mung

  • Planning Cinta   Bab 9

    "Kamu bilang akan liburan selama satu bulan, kenapa berubah jadi satu minggu?" tanya Davin di ambang pintu.Davin mengikuti Rose menuju ruang tamu setelah membereskan hair dryer miliknya, dia mendengar sedikit percakapan antara Rose dan Rika.Penasaran dengan jawaban Rose, ia masuk lebih dalam ke ruang tamu dan berhadapan langsung dengan wanita itu.“Nggak pa-pa Dav, lagian aku juga nunggu wisudaku,” jawab Rose.Rose yang terkejut melihat kehadiran Davin di kamarnya langsung merubah mimik wajahnya, Davin tidak boleh tahu apalagi menaruh curiga padanya.“Lagian Dav, ngapain aku lama-lama di sini, kan kamu juga harus ngurus wisuda kamu kan. Tar aku sendiri lagi di sini,” tambah Rose.“Yakin karena itu?”“Ya.”Padahal Davin masih ingin menahan Rose lebih lama lagi, dia ingin mengenalkannya pada Alan. Ia memiliki rencana untuk menjodohkan mereka berdua. Menurutnya, Alan lah pria yang tepat untuk mendampingi Rose.Rose berjalan mengitari Davin menuju posisi kopernya yang sudah dipindahkan

  • Planning Cinta   Bab 8

    Davin sedang menelpon Alan, dia ingin mengajak pria itu nongkrong daripada di rumah yang akan membuat emosinya diaduk-aduk.“Okay Al, nanti malam aku tunggu di tempat biasa ya.”“Kenapa lagi sih bro, ada masalah lagi?” tanya Alan di seberang.“Ya, biasa lagi berantem sama mami,” jawab Davin.Davin yang sedang mengobrol bersama Alan hanya menoleh sekilas ketika mendengar suara pintu terbuka, dia melihat Rose yang memasuki kamarnya kemudian duduk di sisi ranjang. Davin tetap melanjutkan obrolannya."Ya udah Al gitu aja, jangan lupa nanti malam ya.” Davin mengakhiri obrolannya bersama Alan.Melihat Rose yang tetap diam di tempatnya, Davin berinisiatif menghampiri wanita itu. Dia duduk di sebelah Rose."Ada apa Ros?""Nelpon siapa?"Davin dan Rose bertanya pada satu sama lain dengan waktu yang bersamaan, kemudian tertawa garing."Alan.""Emmm, Alan… sahabat kamu

  • Planning Cinta   Bab 7

    Davin yang baru pulang dari kos Kayla terkejut begitu melihat Rose keluar kamar mandi hanya menggunakan handuknya. Rambut wanita itu masih basah hingga menetes ke lantai. Davin tidak menampik bahwa saat itu ada bagian dirinya yang berdesir melihat tubuh indah Rose. Dia pria normal.Davin yang semula akan pergi ke apartemennya, mendapat perintah dari ibunya untuk menginap di rumah selama Rose di Indonesia. Dia tidak bisa membantah. Meskipun kesal, Davin tetap melakukan perintah orang tuanya.Dan di sinilah dia sekarang, berhadap-hadapan dengan Rose yang masih memegangi handuknya_ sama-sama terkejut.“Sorry.” Davin memalingkan pandangannya, malu jika sampai Rose melihatnya meneteskan air liur hanya karena menatapnya.“Harusnya aku yang minta maaf, aku belum mindahin barangku, jadi tadi sekalian pinjem kamar mandi.” Rose berusaha menahan senyum melihat ekspresi Davin.Sebenarnya tadi dia sudah membawa kimono. Hanya saja, kakiny

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status