Share

Bab 5

Penulis: Black Roses
last update Terakhir Diperbarui: 2023-10-18 08:22:06

"Ros, aku angkat telpon sebentar," kata Davin sebelum meninggalkannya.

Rose mengangguk meskipun terlihat marah. Dia yakin itu adalah telpon dari Kayla. Ia semakin penasaran pada gadis itu.

Rose menatap Davin yang menjauh darinya. Kesal diabaikan, Rose memutuskan untuk berjalan sendiri tanpa Davin. Ia menyusuri bangunan museum kemudian keluar.

Sementara disisi lain, Davin yang baru selesai dengan obrolannya bersama Kayla kebingungan begitu melihat Rose yang tidak ada di tempat semula. Matanya menatap kesana-kemari, namun tidak juga menemukannya.

"Ya ampun, pergi kemana tuh anak," bisik Davin.

Davin yang tidak melihat batang hidung Rose langsung menghubungi wanita itu. Nahasnya, ponsel Rose ada padanya. Tadi Rose sempat menitipkan barangnya ketika pergi ke toilet.

Davin memutuskan keluar gedung untuk mencari keberadaan Rose. Tidak sengaja matanya melihat sekelebat bayangan Rose berjalan menuju halte. Davin yang tidak sabaran langsung berlari untuk mengejarnya.

"Ros?" Dengan sedikit terburu Davin menarik tangan wanita itu yang ternyata bukan Rose. "Oh, sorry Mbak, salah orang."

"…" Wanita yang disangka Davin sebagai Rose melanjutkan langkahnya.

Davin terus mencari dan kali ini dia benar-benar menemukan Rose. Wanita itu sedang mengobrol dengan seorang pria. Entah kenapa Davin mulai kesal. Dia kesulitan mencarinya, tapi Rose justru santai mengobrol di depan sana.

"Ros." Davin menghampiri Rose kemudian menggenggam tangannya.

"Iya jadi..." Rose memutus obrolannya karena terkejut dengan sentuhan Davin, bahkan ia langsung melihat tangannya sendiri.

"Aku nyari kamu dari tadi. Lain kali jangan ngilang gitu aja," kata Davin. "Dan siapa..."

"Hai Dav."

"Alan?" Davin terkejut kemudian melepas tangan Rose. "Kamu ngapain di sini?"

Rose mengerutkan kening melihat tingkah Davin. Siapa pria ini hingga membuat Davin salah tingkah.

"Aku... Lagi jalan sama... Saudara."

"Oh, saudara darimana?"

"Dari kampung, dia lagi liburan, pingin lihat Jakarta katanya."

Davin mengangguk-angguk kemudian menyadari satu hal. Dia belum mengenalkan Rose pada sahabatnya.

"Ros, kenalkan, ini sahabat baikku, namanya Alan."

Rose tersenyum kemudian mengulurkan tangannya pada Alan. "Rose."

"Ah, jadi nama kamu Rose. Aku penasaran dari tadi. Udah ngobrol panjang lebar, tapi belum tahu namanya." Alan menerima uluran tangan Rose. "Alan."

Rose tertawa mendengar ucapan Alan. "Kenapa nggak tanya dari tadi?"

"Lupa karena asik ngobrol. Ya udah aku harus nyusul saudaraku dulu." Alan tersenyum pada Rose.

"Nikmati moment kalian," kata Alan sambil menepuk pundak Davin.

Davin yang mendapat perlakuan seperti itu dari sahabatnya justru merasa khawatir. Dan semua itu tampak jelas di wajahnya. Davin khawatir Alan akan mengatakannya pada Kayla. Hanya Alan yang mengetahui hubungannya dengan Kayla.

"Ada apa Dav?" tanya Rose meskipun dia sudah menebak kekhawatiran Davin.

“Nggak pa-pa.”

"Emmm. Oh ya, aku tadi sempet lihat kereta gantung, aku mau naik itu. Kamu mau nemenin aku kan?" pinta Rose

"Ros, sebaiknya kita pulang."

"Kalau gitu aku naik sendiri. Mana HP-ku?" Rose tidak menerima penolakan, dia bisa melakukannya sendiri jika memang Davin tidak bisa. "Kamu bisa pulang dulu, aku bisa nyari taksi nanti."

Rose mengambil tasnya sendiri karena Davin tidak juga memberikan tas itu. Rose meninggalkan Davin kembali. Jujur saja, ada sifat Davin yang tidak dia sukai. Pria itu tidak bisa tegas dan selalu bimbang.

Bukan tanpa sebab Davin mengajak Rose pulang, tadi saat Kayla menelponnya wanita itu mengatakan bahwa dia sedang demam. Kayla meminta Davin untuk membelikannya obat dan mengantarnya ke kos. Namun, dia juga tidak mungkin meninggalkan Rose sendirian apalagi wanita itu belum tahu arah jalan. Bisa-bisa Davin akan mendapat amukan dari kedua orang tuanya.

"Ros tunggu!" panggil Davin yang membuat Rose menoleh. "Biar aku temani, setelah itu kita bisa pulang kan?"

"Tentu," senyum Rose mengembang. Dia senang karena Davin mau menemaninya.

***

Di dalam kereta gantung yang hanya mereka tempati berdua, Rose memberanikan diri untuk bertanya.

"Dav, kenapa kamu nggak pernah ke London?"

Davin yang tidak tahu harus menjawab apa atas pertanyaan Rose hanya diam.

"Andai kamu datang lebih awal," sesal Rose.

Ya, andai Davin datang lebih awal dan menentukan sikap, semua tidak akan terasa rumit bagi Rose, pun bagi Davin. Sayangnya, Davin begitu pengecut untuk melakukannya.

"Maksudmu?"

Rose tersenyum, senyum yang ia paksakan hadir di antara pedihnya luka batinnya.

"Ya, andai kamu datang lebih awal kita bisa saling mengenal kan."

"Ros..."

"Kamu tahu kan perihal perjodohan kita?"

"Sebenarnya... Aku..."

"Kita harus mengenal satu sama lain dulu. Bukankah begitu Dav?"

 Lagi, Rose tidak membiarkan Davin mengutarakan pendapatnya atau mungkin penolakannya atas perjodohan mereka. Jika Rose menderita selama ini atas penantiannya pada Davin, maka pria itu pun harus merasakan apa yang Rose rasakan.

Rose sudah memikirkannya sejak tadi. Ia senang ketika Davin berada di sampingnya, namun saat pria itu meninggalkannya demi wanita lain, ada diri Rose yang tidak terima. Rose tahu bahwa butuh waktu lama untuk mengenal Davin karena pria itu benar-benar telah berubah, tetapi lebih baik berada di sampingnya daripada harus meninggalkannya.

Rose akan berusaha mendapatkan hati Davin, bagaimanapun caranya. Dia sudah memantapkan niat, apapun yang akan dia terima ke depannya. Menurutnya, bersama Davin akan lebih baik.

Rose tidak ingin menderita sendiri, sementara Davin berbahagia dengan kekasihnya. Semua ini juga salah Davin, maka biarkan pria itu ikut menanggung penderitaan bersamanya.

Rose berhenti bicara ketika melihat Davin yang tetap diam. Dia pikir Davin setuju dengan pendapatnya bahwa mereka memang harus mengenal satu sama lain. Namun..

"Aku udah punya pacar Ros, namanya Kayla, dia teman kuliahku, satu jurusan," tutur Davin.

Rose menatap mata Davin, datar, berusaha menarik bibirnya, namun gagal. Rose tidak percaya Davin akan mengatakan padanya mengenai dirinya dan Kayla.

Rose yang ingin mengatakan sesuatu pada Davin terpaksa harus menunggu karena kereta gantung mereka telah berhenti. Davin keluar lebih dulu, meskipun dia penasaran dengan tanggapan wanita di depannya.

"Kita tetap harus mengenal satu sama lain," kata Rose begitu keluar dari kereta gantung tersebut.

"Aku udah bilang, aku punya pacar."

"Ya aku tahu, aku nggak nyuruh kamu ninggalin pacar kamu Dav. Tapi kurasa kamu juga harus adil sama aku," sela Rose. "Aku udah bilang tadi, andai kamu datang lebih awal dan mengambil sikap. Bukan malah membuatku menunggumu seperti ini. Mungkin aku akan jauh lebih mengerti."

"Ros, aku minta maaf."

"Maaf kamu nggak bisa mengembalikan penantianku Dav."

"Jadi, apa yang harus aku lakukan?" tanya Davin dengan penyesalan. Ya, seharusnya ia tidak lari dan mendatangi Rose.

"Belajarlah untuk mengenalku lebih dulu. Aku akan menetap di Jakarta selama satu bulan ke depan. Dan aku minta waktumu selama itu."

"Tapi..."

"Bukankah kamu ingin memperbaiki kesalahanmu? Aku nggak minta kamu ninggalin... Siapa tadi namanya? Oh, Kayla. Aku cuma minta waktumu satu bulan ke depan."

Tidak ada nada memohon dalam ucapan Rose, ia hanya menawarkan kesepakatan pada Davin.

Dan Davin mengangguk tanpa mengetahui motif terselubung dari kesepakatan yang dia buat dengan Rose.

Bab terkait

  • Planning Cinta   Bab 6

    Rose pulang bersama Davin yang langsung pergi setelah menurunkannya. "Aku ada urusan bentar," kata Davin setelah mengantarnya pulang. Rose hanya mengangguk kemudian masuk rumah, dia melihat Dina sedang duduk di sofa ruang tamu. "Udah pulang Ros?" tanya Dina begitu melihat calon menantunya memasuki rumah. "Loh, dimana Davin?" "Ada urusan bentar Tan," jawab Rose. Rose menghampiri Dina untuk menyalami wanita itu, tadi dia belum mengucapkan salam dengan benar. Bahkan Rose langsung pergi bersama Davin. Dia belum sempat berbincang dengan Dina. "Makasih ya Tan, udah bantu aku tadi pagi." "Loh, itu udah jadi tanggung jawab Tante. Kan yang tante bantu calon mantu sendiri bukan orang lain." Rose tersenyum mendengar ucapan Dina. Ia senang, setidaknya orang tua Davin mendukungnya. Meskipun tidak dengan pria itu. Rose tahu, Davin tidak mungkin meninggalkan Kayla. "Tan..." "Iya Ros, kenapa?" Rose yang duduk di sebelah Dina langsung menggeser posisi duduknya supaya bisa berhadapan dengan w

    Terakhir Diperbarui : 2023-11-24
  • Planning Cinta   Bab 7

    Davin yang baru pulang dari kos Kayla terkejut begitu melihat Rose keluar kamar mandi hanya menggunakan handuknya. Rambut wanita itu masih basah hingga menetes ke lantai. Davin tidak menampik bahwa saat itu ada bagian dirinya yang berdesir melihat tubuh indah Rose. Dia pria normal.Davin yang semula akan pergi ke apartemennya, mendapat perintah dari ibunya untuk menginap di rumah selama Rose di Indonesia. Dia tidak bisa membantah. Meskipun kesal, Davin tetap melakukan perintah orang tuanya.Dan di sinilah dia sekarang, berhadap-hadapan dengan Rose yang masih memegangi handuknya_ sama-sama terkejut.“Sorry.” Davin memalingkan pandangannya, malu jika sampai Rose melihatnya meneteskan air liur hanya karena menatapnya.“Harusnya aku yang minta maaf, aku belum mindahin barangku, jadi tadi sekalian pinjem kamar mandi.” Rose berusaha menahan senyum melihat ekspresi Davin.Sebenarnya tadi dia sudah membawa kimono. Hanya saja, kakiny

    Terakhir Diperbarui : 2023-11-24
  • Planning Cinta   Bab 8

    Davin sedang menelpon Alan, dia ingin mengajak pria itu nongkrong daripada di rumah yang akan membuat emosinya diaduk-aduk.“Okay Al, nanti malam aku tunggu di tempat biasa ya.”“Kenapa lagi sih bro, ada masalah lagi?” tanya Alan di seberang.“Ya, biasa lagi berantem sama mami,” jawab Davin.Davin yang sedang mengobrol bersama Alan hanya menoleh sekilas ketika mendengar suara pintu terbuka, dia melihat Rose yang memasuki kamarnya kemudian duduk di sisi ranjang. Davin tetap melanjutkan obrolannya."Ya udah Al gitu aja, jangan lupa nanti malam ya.” Davin mengakhiri obrolannya bersama Alan.Melihat Rose yang tetap diam di tempatnya, Davin berinisiatif menghampiri wanita itu. Dia duduk di sebelah Rose."Ada apa Ros?""Nelpon siapa?"Davin dan Rose bertanya pada satu sama lain dengan waktu yang bersamaan, kemudian tertawa garing."Alan.""Emmm, Alan… sahabat kamu

    Terakhir Diperbarui : 2023-11-24
  • Planning Cinta   Bab 9

    "Kamu bilang akan liburan selama satu bulan, kenapa berubah jadi satu minggu?" tanya Davin di ambang pintu.Davin mengikuti Rose menuju ruang tamu setelah membereskan hair dryer miliknya, dia mendengar sedikit percakapan antara Rose dan Rika.Penasaran dengan jawaban Rose, ia masuk lebih dalam ke ruang tamu dan berhadapan langsung dengan wanita itu.“Nggak pa-pa Dav, lagian aku juga nunggu wisudaku,” jawab Rose.Rose yang terkejut melihat kehadiran Davin di kamarnya langsung merubah mimik wajahnya, Davin tidak boleh tahu apalagi menaruh curiga padanya.“Lagian Dav, ngapain aku lama-lama di sini, kan kamu juga harus ngurus wisuda kamu kan. Tar aku sendiri lagi di sini,” tambah Rose.“Yakin karena itu?”“Ya.”Padahal Davin masih ingin menahan Rose lebih lama lagi, dia ingin mengenalkannya pada Alan. Ia memiliki rencana untuk menjodohkan mereka berdua. Menurutnya, Alan lah pria yang tepat untuk mendampingi Rose.Rose berjalan mengitari Davin menuju posisi kopernya yang sudah dipindahkan

    Terakhir Diperbarui : 2023-11-25
  • Planning Cinta   Bab 10

    Dalam perjalanan menuju club malam Rose sama sekali tidak mengatakan apa-apa, ia masih marah dan terkejut dengan sifat Davin. Tidak seharusnya mereka membohongi Dina yang begitu berharap pada mereka. Bukankah pernikahan mereka tidak mungkin terjadi, seharusnya Davin mempersiapkan semuanya dari sekarang bukan justru membuat harapan yang tinggi untuk mereka.“Ros, kenapa diem aja?” tanya Davin sambil sesekali menoleh pada Rose yang hanya diam memperhatikan jalanan.“Dav.” Rose memposisikan duduknya menyamping, sedikit menghadap Davin yang fokus menyetir.“Hemm.”“Kenapa kamu bohong sama tante Dina?”Davin menghentikan mobilnya karena bertepatan dengan lampu merah kemudian menatap mata Rose. Dia menangkap ketidak sukaan dari tatapan mata Rose.“Aku bingung aja mau izin gimana sama mami,” jawab Davin.“Kamu tinggal bilang yang sebenarnya.”“Itu nggak mung

    Terakhir Diperbarui : 2023-11-26
  • Planning Cinta   Bab 11

    "Kok diem sendirian di sini? Gabung sama yang lain yuk!" ajak Davin. Melihat Rose sendirian di meja bartender membuat Davin merasa tidak enak. Pasalnya, dia yang mengajak wanita itu pergi. "Iya bentar lagi aku kesana," jawab Rose masih menikmati minumannya. "Kalau di London kamu ngapain jam segini?" "Di rumah, paling ngobrol sama mama kalau nggak gitu keluar sama Siska." "Siska itu..." "Sahabat baikku, orang Indonesia juga, anak Malang," jawab Rose. Rose melirik Kayla dan Alan yang duduk berdua di tempat yang sama saat mereka bertemu tadi. Dia merasa geram, mereka tidak bisa dibiarkan. "Dav, kenapa kamu nggak nemenin Kayla aja di sana?" "Udah ada Alan," jawab Davin sambil menerima minuman pesanannya. "Tapi kan kamu pacarnya Dav, jangan terlalu dibiarkan mereka dekat." "Alan itu sahabatku Ros, kita sering keluar bertiga. Jadi biasa aja," terang Davin. "Justru itu masalahnya Dav. Kamu sendiri yang membuka ruang untuk mereka mengkhianatimu," batin Rose. Baru sehari bersama D

    Terakhir Diperbarui : 2023-11-26
  • Planning Cinta   Bab 12

    "Maaf untuk omongan Kayla tadi, dia nggak bermaksud ngomong kayak gitu," kata Davin begitu mereka tiba di rumah.Rose menoleh sekilas pada Davin, bagaimana bisa pria itu mengerti maksud kekasihnya tanpa bertanya. Jelas-jelas ucapan Kayla mengisyaratkan ketidak sukaan padanya. Dan wanita itu menyalahkannya atas peristiwa yang terjadi."Aku mau langsung tidur Dav, aku capek." Rose tidak memberi tanggapan atas ucapan Davin, ia pergi meninggalkan pria itu yang masih duduk di bangku kemudi.Rose mengunci kamar kemudian mencari ponselnya. Dia tidak tidur melainkan menghubungi orang suruhannya. Rose harus bertindak cepat, muak sekali jika harus terus berhubungan dengan Kayla atau Alan."Halo," ucap Rose begitu sambungan teleponnya terjawab."Ya.""Dengarkan aku baik-baik!" perintah Rose tanpa tedeng aling-aling."Ikuti orang dalam foto yang kamu kirimkan. Sepertinya dia dekat dengan pria bernama Alan. Aku butuh foto romantis tentang mereka b

    Terakhir Diperbarui : 2023-11-27
  • Planning Cinta   Bab 13

    Davin mencari keberadaan Rose di kamar tamu, namun tidak dia temui batang hidung wanita itu. Tadi Davin langsung pergi tanpa berpamitan padanya bahkan ibunya."Darimana Dav?" tanya Dina dari arah dapur dengan membawa jus mangga di tangan kanannya."Mi, lihat Rose nggak?" tanya Davin tanpa menjawab pertanyaan ibunya."Ada tuh di kolam renang," jawab Dina kemudian duduk di sofa ruang tengah.Davin menuju kolam renang yang dimaksud ibunya dengan membawa paket milik Rose. Sebuah map coklat yang entah apa isinya.Tiba di kolam renang belakang rumah, Davin tidak langsung memanggil Rose yang masih asyik berenang dengan bikininya. Sudah dua kali Davin melihat keindahan tubuh Rose, wanita itu memang menawan."Hai Dav, udah pulang?" tanya Rose basa-basi."Iya, ini baru sampek.""Tolong ambilkan kimonoku!"Davin berjalan menuju kursi panjang yang memang dikhususkan untuk bersantai di area kolam renang, mengambil kimono yang dimaksu

    Terakhir Diperbarui : 2023-11-27

Bab terbaru

  • Planning Cinta   Bab 15

    Rose pulang dengan perasaan tenang, dia sama sekali tidak menyadari kelicikan Kayla. Agaknya, wanita itu juga mahir bersandiwara. Sebut saja licik. "Darimana Ros?" tanya Davin yang sudah lebih dulu tiba di rumah."Aku pingin jalan-jalan sebentar," jawab Rose dengan sumringah."Kamu nggak tahu kalau kakimu nggak boleh banyak gerak dulu.?""Cuma sebentar, lagian bentar lagi aku balik ke London," kata Rose."Tapi kamu bisa ngomong dulu sama aku, aku bakal nganterin kamu. Kemana aja kamu mau." Davin yang langsung pulang setelah meeting karena mengkhawatirkan Rose yang di rumah sendiri justru terkejut begitu melihat wanita itu tidak ada di kamarnya. Davin berusaha menghubungi ponselnya, namun tidak ada jawaban. Dan sekarang, Rose justru berdiri dengan perasaaan tidak bersalahnya."Iya udah, maaf ya. Lain kali aku ngomong sama kamu kalau aku mau pergi-pergi," sesal Rose."Sudahlah, sini biar aku kompres kakimu!" perintah DavinDavin menuntun Rose yang sedikit pincang menuju sofa tengah, me

  • Planning Cinta   Bab 14

    "Aaak." Rose menjatuhkan dirinya sendiri, mencari cara agar Kayla atau Alan melihat kehadirannya di tempat itu. Sepertinya mereka tidak menyadari jika di sana juga ada dia dan Davin."Ros, kamu kenapa?" Davin berjongkok untuk membantu Rose.Sambil memegangi kakinya yang benar-benar sakit, Rose menyempatkan diri melirik ke arah Kayla dan Alan di seberang jalan. Bersyukur mereka memutar arah hingga Davin tidak dapat melihat mereka.Sial, bagaimana bisa Rose menutupi perselingkuhan mereka. Jika bukan karena Davin Rose tidak akan mau melakukannya. Pasalnya dia benar-benar kesakitan sekarang, sepertinya kakinya terkilir."Kamu ngapain sih, bisa-bisanya," kata Davin."Aku tadi mau... ngambil... Hp-ku di mobil, kayaknya jatuh di sana." Rose membuat alasan."Hati-hati Ros, sekarang bisa bangun nggak?"Rose meringis dengan wajah tidak bersalahnya. "Kayaknya nggak bisa," jawabnya."Kamu ini, belum juga makan nasi goreng. Kita bungkus aja kalau gitu." Davin berbalik hanya untuk berteriak pada pe

  • Planning Cinta   Bab 13

    Davin mencari keberadaan Rose di kamar tamu, namun tidak dia temui batang hidung wanita itu. Tadi Davin langsung pergi tanpa berpamitan padanya bahkan ibunya."Darimana Dav?" tanya Dina dari arah dapur dengan membawa jus mangga di tangan kanannya."Mi, lihat Rose nggak?" tanya Davin tanpa menjawab pertanyaan ibunya."Ada tuh di kolam renang," jawab Dina kemudian duduk di sofa ruang tengah.Davin menuju kolam renang yang dimaksud ibunya dengan membawa paket milik Rose. Sebuah map coklat yang entah apa isinya.Tiba di kolam renang belakang rumah, Davin tidak langsung memanggil Rose yang masih asyik berenang dengan bikininya. Sudah dua kali Davin melihat keindahan tubuh Rose, wanita itu memang menawan."Hai Dav, udah pulang?" tanya Rose basa-basi."Iya, ini baru sampek.""Tolong ambilkan kimonoku!"Davin berjalan menuju kursi panjang yang memang dikhususkan untuk bersantai di area kolam renang, mengambil kimono yang dimaksu

  • Planning Cinta   Bab 12

    "Maaf untuk omongan Kayla tadi, dia nggak bermaksud ngomong kayak gitu," kata Davin begitu mereka tiba di rumah.Rose menoleh sekilas pada Davin, bagaimana bisa pria itu mengerti maksud kekasihnya tanpa bertanya. Jelas-jelas ucapan Kayla mengisyaratkan ketidak sukaan padanya. Dan wanita itu menyalahkannya atas peristiwa yang terjadi."Aku mau langsung tidur Dav, aku capek." Rose tidak memberi tanggapan atas ucapan Davin, ia pergi meninggalkan pria itu yang masih duduk di bangku kemudi.Rose mengunci kamar kemudian mencari ponselnya. Dia tidak tidur melainkan menghubungi orang suruhannya. Rose harus bertindak cepat, muak sekali jika harus terus berhubungan dengan Kayla atau Alan."Halo," ucap Rose begitu sambungan teleponnya terjawab."Ya.""Dengarkan aku baik-baik!" perintah Rose tanpa tedeng aling-aling."Ikuti orang dalam foto yang kamu kirimkan. Sepertinya dia dekat dengan pria bernama Alan. Aku butuh foto romantis tentang mereka b

  • Planning Cinta   Bab 11

    "Kok diem sendirian di sini? Gabung sama yang lain yuk!" ajak Davin. Melihat Rose sendirian di meja bartender membuat Davin merasa tidak enak. Pasalnya, dia yang mengajak wanita itu pergi. "Iya bentar lagi aku kesana," jawab Rose masih menikmati minumannya. "Kalau di London kamu ngapain jam segini?" "Di rumah, paling ngobrol sama mama kalau nggak gitu keluar sama Siska." "Siska itu..." "Sahabat baikku, orang Indonesia juga, anak Malang," jawab Rose. Rose melirik Kayla dan Alan yang duduk berdua di tempat yang sama saat mereka bertemu tadi. Dia merasa geram, mereka tidak bisa dibiarkan. "Dav, kenapa kamu nggak nemenin Kayla aja di sana?" "Udah ada Alan," jawab Davin sambil menerima minuman pesanannya. "Tapi kan kamu pacarnya Dav, jangan terlalu dibiarkan mereka dekat." "Alan itu sahabatku Ros, kita sering keluar bertiga. Jadi biasa aja," terang Davin. "Justru itu masalahnya Dav. Kamu sendiri yang membuka ruang untuk mereka mengkhianatimu," batin Rose. Baru sehari bersama D

  • Planning Cinta   Bab 10

    Dalam perjalanan menuju club malam Rose sama sekali tidak mengatakan apa-apa, ia masih marah dan terkejut dengan sifat Davin. Tidak seharusnya mereka membohongi Dina yang begitu berharap pada mereka. Bukankah pernikahan mereka tidak mungkin terjadi, seharusnya Davin mempersiapkan semuanya dari sekarang bukan justru membuat harapan yang tinggi untuk mereka.“Ros, kenapa diem aja?” tanya Davin sambil sesekali menoleh pada Rose yang hanya diam memperhatikan jalanan.“Dav.” Rose memposisikan duduknya menyamping, sedikit menghadap Davin yang fokus menyetir.“Hemm.”“Kenapa kamu bohong sama tante Dina?”Davin menghentikan mobilnya karena bertepatan dengan lampu merah kemudian menatap mata Rose. Dia menangkap ketidak sukaan dari tatapan mata Rose.“Aku bingung aja mau izin gimana sama mami,” jawab Davin.“Kamu tinggal bilang yang sebenarnya.”“Itu nggak mung

  • Planning Cinta   Bab 9

    "Kamu bilang akan liburan selama satu bulan, kenapa berubah jadi satu minggu?" tanya Davin di ambang pintu.Davin mengikuti Rose menuju ruang tamu setelah membereskan hair dryer miliknya, dia mendengar sedikit percakapan antara Rose dan Rika.Penasaran dengan jawaban Rose, ia masuk lebih dalam ke ruang tamu dan berhadapan langsung dengan wanita itu.“Nggak pa-pa Dav, lagian aku juga nunggu wisudaku,” jawab Rose.Rose yang terkejut melihat kehadiran Davin di kamarnya langsung merubah mimik wajahnya, Davin tidak boleh tahu apalagi menaruh curiga padanya.“Lagian Dav, ngapain aku lama-lama di sini, kan kamu juga harus ngurus wisuda kamu kan. Tar aku sendiri lagi di sini,” tambah Rose.“Yakin karena itu?”“Ya.”Padahal Davin masih ingin menahan Rose lebih lama lagi, dia ingin mengenalkannya pada Alan. Ia memiliki rencana untuk menjodohkan mereka berdua. Menurutnya, Alan lah pria yang tepat untuk mendampingi Rose.Rose berjalan mengitari Davin menuju posisi kopernya yang sudah dipindahkan

  • Planning Cinta   Bab 8

    Davin sedang menelpon Alan, dia ingin mengajak pria itu nongkrong daripada di rumah yang akan membuat emosinya diaduk-aduk.“Okay Al, nanti malam aku tunggu di tempat biasa ya.”“Kenapa lagi sih bro, ada masalah lagi?” tanya Alan di seberang.“Ya, biasa lagi berantem sama mami,” jawab Davin.Davin yang sedang mengobrol bersama Alan hanya menoleh sekilas ketika mendengar suara pintu terbuka, dia melihat Rose yang memasuki kamarnya kemudian duduk di sisi ranjang. Davin tetap melanjutkan obrolannya."Ya udah Al gitu aja, jangan lupa nanti malam ya.” Davin mengakhiri obrolannya bersama Alan.Melihat Rose yang tetap diam di tempatnya, Davin berinisiatif menghampiri wanita itu. Dia duduk di sebelah Rose."Ada apa Ros?""Nelpon siapa?"Davin dan Rose bertanya pada satu sama lain dengan waktu yang bersamaan, kemudian tertawa garing."Alan.""Emmm, Alan… sahabat kamu

  • Planning Cinta   Bab 7

    Davin yang baru pulang dari kos Kayla terkejut begitu melihat Rose keluar kamar mandi hanya menggunakan handuknya. Rambut wanita itu masih basah hingga menetes ke lantai. Davin tidak menampik bahwa saat itu ada bagian dirinya yang berdesir melihat tubuh indah Rose. Dia pria normal.Davin yang semula akan pergi ke apartemennya, mendapat perintah dari ibunya untuk menginap di rumah selama Rose di Indonesia. Dia tidak bisa membantah. Meskipun kesal, Davin tetap melakukan perintah orang tuanya.Dan di sinilah dia sekarang, berhadap-hadapan dengan Rose yang masih memegangi handuknya_ sama-sama terkejut.“Sorry.” Davin memalingkan pandangannya, malu jika sampai Rose melihatnya meneteskan air liur hanya karena menatapnya.“Harusnya aku yang minta maaf, aku belum mindahin barangku, jadi tadi sekalian pinjem kamar mandi.” Rose berusaha menahan senyum melihat ekspresi Davin.Sebenarnya tadi dia sudah membawa kimono. Hanya saja, kakiny

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status