Share

Tolong Jangan Pergi

Author: Juniarth
last update Last Updated: 2023-12-09 14:50:11
Sebenarnya di rumah Romonya Lois masih ada acara berkumpul bersama untuk membicarakan banyak hal. Tapi, aku merasa sangat tertekan berada di antara mereka usai makan malam.

Akhirnya aku pura-pura ke kamar mandi untuk menunaikan hajat kecil. Padahal aku tengah memberanikan diri untuk menghubungi Lois.

"Apa, Ly?" tanyanya dengan suara tenang.

"Bisakah kita pulang sekarang, Lois?" tanyaku berbisik di dalam kamar mandi.

Terdengar suara bincang-bincang antar keluarga besar Lois melalui sambungan telfon.

"Setengah jam lagi, gimana?"

"Aku nggak kuat, Lois."

"Kenapa?"

"Aku ... nggak nyaman sama anggota keluarga besarmu. Tolong, Lois, jangan tekan aku lebih dari ini. Aku nggak sanggup."

Lois menghela nafas lalu kembali bersuara.

"Yang namanya menghadapi tantangan tuh ya kayak gini, Ly."

"Aku nggak kuat, Lois. Please!"

Akhirnya kalimat terakhir penuh penekanan itu menjadi senjata terakhirku memohon pada Lois untuk memulangkanku.

"Oke," ucapnya dengan berat hati.

Hatiku melega
Juniarth

double up sesuai permintaan kakak readers. Semoga mengena di hati. Jangan lupa klik gem, like, dan tulis komentarnya. Thank you...

| 4
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP
Comments (18)
goodnovel comment avatar
THIKA Sary
seneng bgett baca bab ini, ada adegan yg bikin hti deg2an ,saat Lois meng kiss lilyah , mksih kak Thor dah doble up semangat ya kak tuk episode selanjut'y
goodnovel comment avatar
Rahma Wati
kk otor...thanks a lot ya double up nya.. yok li...lois cinta kok sama kamu li...buat si romo dan kel lubis yg sombong itu bakal berhutang nyawa sama kamu. .
goodnovel comment avatar
Reka Yana
semoga selalu d beri kn semangat dan ide yg cemerlang dan tak putus2
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Pinangan Jutawan Berkedok Seniman   Menyembuhkan Diri Sendiri Tanpa Sepengetahuanku

    Baru kali itu Lois menciumku selembut dan selama itu. Serasa aku benar-benar diinginkan olehnya dan ... apakah Lois sudah mencintaiku? Ah ... aku malu sekali dan bukankah kalau terlalu besar rasa nanti justru bisa merubah keadaan yang sudah tertata rapi menjadi berantakan. Seakan mendahului takdir. Namun, ada yang berbeda dengan hari ini karena sudah pukul lima pagi tapi Lois masih bergelung nyaman di dalam selimut dengan posisi membelakangiku. Lampu kamar pun masih redup. "Lois, kamu nggak kerja?" tanyaku sambil menggoyang lengannya. "Hem? Apa, Ly?" tanyanya dengan suara serak. "Kamu nggak kerja?" "Izin sehari." Lalu Lois kembali bergelung di bawah selimut, melanjutkan tidurnya yang terputus karena pertanyaanku. Ingin bertanya apa alasannya, aku tidak tega membangunkan dia yang nampaknya sangat menikmati lelapnya. Akhirnya aku memutuskan pergi ke kamar mandi lalu membantu pelayan di dapur menyiapkan sarapan. Bertepatan dengan itu, Pak Wawan, asistennya Lois, juga berada d

    Last Updated : 2023-12-10
  • Pinangan Jutawan Berkedok Seniman   Aku Benar-Benar Keterlaluan

    "Lois ke China? Menyembuhkan diri? Apa maksudnya, Pak Wawan?" tanyaku dengan menatap Pak Wawan serius. Sepertinya aku melewatkan banyak hal yang tak pernah kuketahui tentang kabar Lois selama kami tidak berkomunikasi tiga tahun. Pak Wawan seperti menimbang-nimbang apa yang akan diucapkan. Apa dia tidak berniat mengatakan segalanya padaku? Masih ingin menyembunyikan fakta besar dariku tentang Lois? "Pak Wawan, aku mohon jangan sembunyiin apapun dariku. Cukup tiga tahun aku nggak tahu sama sekali kabar Lois. Dan sekarang, tolong jangan biarin aku terus nggak tahu apapun tentang kehidupannya kala itu," mohonku dengan mengatupkan kedua tangan. Keraguan dan ketidakyakinan untuk mengatakan segalanya padaku tergambar jelas di wajah Pak Wawan. "Kalau Pak Wawan takut dimarahi Lois, aku janji bakal simpan rahasia ini baik-baik. Kalau sampai Lois macam-macam biar aku yang maju di depan Pak Wawan." Sepertinya dengan menawarkan diriku sebagai benteng pertahanan agar Pak Wawan mau mengatakan

    Last Updated : 2023-12-11
  • Pinangan Jutawan Berkedok Seniman   Jurus Pengikat

    Akhirnya aku memaksakan diri segera meraih ponsel yang masih berada di dalam tas kerja usai buru-buru mengusap air mata. Juga berdehem berulang kali agar suaraku tidak terdengar kacau di telinga Lois. Malu jika ia mengerti aku sedang berurai air mata. “Halo, Lois,” ucapku pelan dengan suara kubuat senormal mungkin. “Kenapa baru angkat telfonku?” Aku mengambil nafas banyak lalu menghembuskannya perlahan. “Masih ke kamar mandi.” “Oh …” “Emangnya … ada apa kamu nelfon? Ada yang penting?” Sejenak dia tidak langsung menjawab pertanyaanku lalu terdengar obrolan samar-samar. Mungkin Lois sedang bersama teman-teman bandnya. “Kamu habis nangis?” Dia justru balik bertanya. Aku mengerjap mata cepat karena akhirnya Lois menyadari ada yang berbeda dengan suaraku. “Itu … aku flu. Kebanyakan minum es,” kilahku. “Aku pikir kamu nangis,” ucapnya tanpa tedeng aling-aling. “Enggak kok.” “Baguslah kalau gitu. Oh ya, Ly, kayaknya … malam ini aku pulang telat.” Kepalaku mengangguk meski dia t

    Last Updated : 2023-12-12
  • Pinangan Jutawan Berkedok Seniman   Membuka Tali Bathrobe

    Biasanya aku akan tiba di rumah pukul lima sore. Tapi kali ini aku baru tiba pukul tujuh malam. Alasannya sudah pasti karena aku baru saja menemui Ishak lalu membeli sesuatu sesuai sarannya. Ini terdengar gila dan ... menggelikan namun aku percaya jika Ishak adalah lelaki yang tulus memberi saran. Meski kami tidak berjodoh tapi dia sudah mengikhlaskan hubungan kami harus berakhir karena Lois menunjukkan taringnya yang tidak main-main. Yaitu menghabisi karir Ishak bahkan sampai akarnya jika nekat menghubungiku lagi. Maklum Lois itu pewaris berharta ratusan milyaran, mudah kalau hanya untuk membabat habis lawannya.Masih memakai setelan kerja dengan membawa sebuah paper bag warna putih berisi sesuatu yang tadi kubeli, aku segera menekan bel pintu rumah. Dalam hitungan detik saja pintu sudah terbuka lebar. "Ya Tuhan, Mbak Lilyah. Kenapa baru pulang?" tanya Bu Sri cemas. Aku sedikit keheranan dengan ekspresi wajahnya yang terlihat berlebihan. Lalu tanganku mengangkat paper bag di had

    Last Updated : 2023-12-13
  • Pinangan Jutawan Berkedok Seniman   Surga Dunia

    Sambil menatap kedua mata Lois di tengah lampu kamar kami yang temaram, perlahan namun pasti, aku melepas tali bathrobe yang sejak tadi melapisi gaun tidurku. Yeah, Ishak memberi saran agar aku membeli sebuah pakaian tidur yang sangat seksi untuk memikat nafsu Lois. Aku menepikan rasa ragu dan takut akan masa depan yang masih menjadi misteri. Dan malam ini aku harus bisa memainkan peranku sebagai seorang istri dan menantu keluarga Hartadi meski masih dianggap 'rumput liar' bahkan 'parasit'! Usai melepas tali bathrobe, aku menanggalkan jubah mandi warna putih itu lalu teronggok di lantai begitu saja. Meski lampu kamar kami temaram, tapi aku yakin Lois masih bisa melihat dengan jelas gaun tidur berenda warna merah yang begitu tipis ini melekat di tubuhku untuk menyenangkannya. Matanya menatapku lekat bahkan seperti jarang berkedip. Inginkah Lois malam ini melewati malamnya bersamaku? Kemudian aku melangkah pelan mendekatinya tanpa memutus tatapan kami. Agar Lois tahu jika malam in

    Last Updated : 2023-12-14
  • Pinangan Jutawan Berkedok Seniman   Lingerie

    “Urusan cowok,” ucap Lois santai dengan mengusapkan gel di rambutnya. Kedua alisku masih berkerut bingung dengan jawabannya. Kemudian berspekulasi apakah dia akan … Dengan mengeratkan selimut yang menutupi tubuh polosku yang baru saja dinikmati Lois hingga sebatas dada, aku duduk di atas ranjang dengan menatapnya intens. “Maksudnya apa, Lois?” “Kepo.” Ingin sekali kutendang pantat Lois. Sudah diberi kepuasan dua kali sekarang justru membuatku penasaran. “Lois, Ishak nggak salah apapun. Sumpah demi Tuhan, kemarin kita nggak ngelakuin apa-apa. Kita cuma ngobrol singkat aja. Kamu jangan salah paham,” terangku dengan menatapnya lekat. Usai menyisir rambut dengan begitu rapi, Lois melatakkan sisir lalu tangannya bergerak di depan sensor lampu hingga kamar kami terlihat terang benderang. Sedang di luar masih gelap. Aduh … malu sekali rasanya aku hanya mengenakan selimut sebatas dada untuk menutupi tubuh polosku. Belum lagi rambutku yang acak-acakan karena percintaan semalam kami. “K

    Last Updated : 2023-12-15
  • Pinangan Jutawan Berkedok Seniman   I Want You in Me

    Jika sudah begini, aku bisa apa selain menghubungi Ishak balik. Masa bodoh dengan ancaman Lois yang akan menghukumku karena melanggar janji. Masalahnya ini berhubungan dengan nasib Ishak yang tidak bersalah apapun namun harus menanggung akibat yang kulakukan. Aku segera menekan tombol telfon pada kontak Ishak sambil berharap cemas bagaimana nasib sahabat baikku ini. Dengan langkah mondar mandir di dalam kamar dan tangan menempelkan telfon ke telinga, aku bingung setengah mati harus melakukan apa. "Angkat, Shak! Kamu dimana!" gumamku kesal. Lalu jemariku menekan ulang nomernya namun tetap saja tidak diangkat. Padahal aku membutuhkan penjelasannya tentang ajakan Lois untuk bertemu. Sebab tadi pagi suamiku itu tidak menjelaskan secara detail apa tujuannya mengajak Ishak bertemu. Lois begitu mudah mengalihkan perhatianku untuk tidak bertanya lagi tentang Ishak dengan membicarakan hal lain. "Bodohnya aku!" geramku sambil mencari cara karena Ishak tidak kunjung mengangkat panggilank

    Last Updated : 2023-12-16
  • Pinangan Jutawan Berkedok Seniman   Menggadaikan Hati Demi Janjinya

    Seperti pagi sebelumnya, sebelum berangkat ke Bandung, Lois meminta haknya dengan alasan ... "Aku butuh vitamin, Ly. Hari ini bakal berat kerjaku," ucapnya dengan senyum nakal yang membuatku malu. Usai menyentuhku dengan beringas disertai kecupan di leher dan pundak, Lois mendapatkan pelepasannya dengan nafas terengah-engah berada di atasku. Ekspresi wajahnya yang terlihat sangat puas, dengan rambut berantakan karena ulah tanganku yang meremasnya berulang kali, dan punggung dipenuhi keringat yang menjadi saksi betapa bersemangatnya Lois mencumbuku. "Makasih, swetheart," ucapnya kemudian mencium pipiku. Dipanggil 'sweatheart' saja aku sudah sangat bahagia. Bukankah ini sebuah kemajuan? Aku pun membalas memberinya ciuman di pipi lalu Lois beranjak ke kamar mandi untuk membersihkan diri. Sungguh bahagia aku mendapati Lois yang kini boleh dibilang mulai 'kecanduan' akan diriku. Meski belum ada kata 'cinta' yang terucap dari bibirnya, tapi perlakuannya sudah menunjukkan hal yang m

    Last Updated : 2023-12-17

Latest chapter

  • Pinangan Jutawan Berkedok Seniman   Bikin Anak Lagi Yuk?

    POV RADEN MAS / LOIS Luis dan Lewis sudah sering bertandang ke rumah Romo dan Ibu sejak aku dan Lilyah pindah ke Jakarta. Entah sudah berapa bulan kami di Jakarta. Bahkan Romo dan Ibu khusus membuat acara welcome party untuk keduanya dengan mengundang keluarga Hartadi saja. Acara itu lumayan meriah tapi tidak ada Lilyah. Dia tidak mau datang karena takut pada Romo dan Ibu, ditambah keduanya juga tidak mengundang Lilyah. Meski aku memaksanya untuk datang namun tetap saja Lilyah tidak mau. Saudara-saudara begitu gemas melihat Luis dan Lewis saat bermain dengan keponakan yang lain. Pasalnya kedua anak kembarku itu benar-benar menggemaskan dan rupawan. “Yang, ayo ke rumah Romo dan Ibu. Ini akhir pekan lho.” Ajakku. Lilyah baru saja memasukkan bekal Luis dan Lewis ke dalam tas. “Kapan-kapan aja, Mas. Kalau aku udah diundang Romo dan Ibumu. Untuk saat ini biar kayak gini dulu. Aku cuma nggak mau mereka ilfil sama aku.” “Lagian, aku sama si kembar udah biasa sembunyi dari media tenta

  • Pinangan Jutawan Berkedok Seniman   Senyum Bahagia Palsu Istriku

    POV RADEN MAS / LOIS "Den Mas, akta kelahiran Mas Luis dan Mas Lewis sudah jadi," ucap Pak Wawan, asisten pribadiku. Aku yang sedang duduk di kursi kebesaran CEO Hartadi Group lantas menerima map hijau berisi akta kelahiran baru kedua jagoanku. Gegas aku membuka map itu dan membaca kata demi kata yang tertulis di sana dengan seksama. Tidak ada yang berubah selain nama kedua putraku itu. Raden Mas Satria Luis Hartadi. Raden Mas Satria Lewis Hartadi. Dan nama Lilyah masih tertulis jelas sebagai ibu kandung keduanya. "Makasih, Pak Wawan. Nanti akan aku tunjukin ke Lilyah." Sudah satu minggu ini kami menempati rumah baru yang berada tidak jauh dari rumah Romo dan Ibu. Tentu saja Lilyah berusaha beradaptasi dengan lingkungan sekitar. Begitu juga dengan Luis dan Lewis. Biasanya kami tinggal di tempat yang minim polusi dan masih bisa menikmati pepohon tinggi di Bandung, kini justru disuguhi dengan pemandangan gedung bertingkat dan hawa yang panas. Sejak kami pindah ke Jakarta,

  • Pinangan Jutawan Berkedok Seniman   Raden Mas Satria Luis dan Lewis Hartadi

    POV RADEN MAS / LOIS "Kalau kamu nggak nyaman, kita bisa cari rumah yang sesuai seleramu aja, Yang. Nggak masalah kok meski nggak dekat sama rumah Romo dan Ibu."Aku tidak tega melihat Lilyah kembali hancur ketika terus-terusan ditolak keluarga Hartadi untuk sesuatu hal yang tidak ia lakukan. Ekspresinya kini terlihat meragu dan tidak nyaman sama sekali dengan tangan menepuk pantat Luis yang mulai terlelap. "Aku akan bilang Romo dan Ibu kalau kamu nggak suka tinggal di Jakarta. Alasannya logis kan?!"Lalu Lilyah melepas ASI dari mulut Luis perlahan sekali kemudian mengancingkan pengait baju di bagian dada sambil duduk. Aku pun sama, memberi guling kecil untuk dirangkul Lewis agar tidak merasa aku meninggalkannya lalu duduk menghadap Lilyah."Kita ngobrol di ruang tengah aja yuk, Mas?" Pintanya dan aku menuruti.Kututup pintu kamar perlahan sekali lalu menuju ruang tengah dengan merangkul pundak Lilyah. Rumah sudah sepi karena semua pelayan, bodyguard, dan asistenku sudah masuk ke da

  • Pinangan Jutawan Berkedok Seniman   CEO Baru

    POV RADEN MAS / LOIS Dengan jas hitam yang terasa pas melekat di tubuh, aku turun dari mobil MPV Premiun usai pintunya dibuka oleh asistenku, Pak Wawan. Di depan loby pabrik sigaret yang dulu kupimpin, pengawal yang biasa bersama Romo langsung mengamankan jalanku menuju aula. Tidak ada media satupun yang kuizinkan untuk meliput pengangkatanku sebagai CEO Hartadi Group yang baru. Aku tidak mau wajahku malang melintang di media manapun lalu dikaitkan dengan kerajaan bisnis keluarga Hartadi yang turun temurun ini. Nanti efeknya bisa ke keluarga kecilku. Begitu memasuki aula rapat pabrik yang sekarang berubah lebih modern, jajaran direksi sudah menungguku. Lalu seulas senyum kusuguhkan sambil menyalami tangan mereka satu demi satu. "Selamat Mas Lubis." "Semoga sukses." "Semoga Hartadi Group makin berjaya dengan anda sebagai pemimpinnya." Rasanya aku terlalu muda duduk di kursi ini mengingat kolega bisnis Romo sudah berumur semua. Romo saja yang terlalu cepat ingin mengundurkan d

  • Pinangan Jutawan Berkedok Seniman   Serah Terima Jabatan

    POV RADEN MAS / LOIS "Nggak bisa apa, Romo?" tanyaku dengan menatap beliau lekat. "Lubis, Romo dan Ibumu terlahir dari keluarga yang menjaga etika, harga diri, sopan santun, juga tata krama yang tinggi. Coba kamu lihat orang-orang yang bermartabat tinggi di luar sana, sudikah mengangkat menantu yang pernah digauli lelaki lain lalu sempat menjadi perbincangan orang lain meski videonya udah nggak ada di dunia maya?" Aku hanya menatap Romo tanpa mengangguk atau menggeleng. "Lebih baik mereka menikahkan putranya sama yatim piatu yang benar-benar terjaga kehormatannya, Lubis. Karena kehormatan itu ... adalah harga tertinggi seorang perempuan yang nggak bisa dibeli dengan apapun kalau udah terlanjur dihancurkan laki-laki lain." "Tapi aku mencintai Lilyah dan mau menerima kekurangannya di masa lalu, Romo. Dia itu dijebak. Bukan seenak hati nyodorin kehormatannya demi lelaki lain," ucapku pelan namun tegas. Kepala Romo menggeleng, "Maaf, Romo dan Ibumu nggak bisa, Lubis. Maaf." Lalu aku

  • Pinangan Jutawan Berkedok Seniman   Lewis Dan Luis Mulai Ada Di Hati

    POV RADEN MAS / LOIS "Selamanya! Katakan sama Romo dan Ibumu, orang tua mana yang bisa menerima perempuan bekas lelaki lain?! Hati orang tua mana yang bisa merelakan putra kesayangannya menikah sama perempuan yang pernah digilir sama bajingan-bajingan?!" "Nggak ada, Lubis! Nggak ada orang tua yang bisa terima itu!" Romo berucap tegas meski tidak keras karena ada Luis dan Lewis. Jangan sampai mereka mendengar perdebatan yang menyangkutpautkan tentang Ibu mereka. Walau mereka belum memahaminya. "Tapi aku udah bersihin semua video Lilyah yang udah diunggah di dunia maya, Romo." "Tetap aja, Lubis! Tetap aja jatuhnya dia itu perempuan yang pernah ditiduri lelaki lain! Asal kamu tahu, Romo nggak masalah kamu nikah sama dia asal nggak ada masa lalu kelamnya yang kayak gitu! Tapi, takdir berkata lain. Dia tetap perempuan kotor!" "Meski Lilyah dijebak saudaranya sendiri?" tanyaku dengan tatapan mengiba. *** Pukul delapan malam, aku baru tiba di Bandung. Helikopter perusahaan turun di

  • Pinangan Jutawan Berkedok Seniman   Tidak Akan Pernah Ada Restu

    POV RADEN MAS / LOIS "Kita harus bicara, Lubis!" Hanya itu yang Romo katakan lalu beliau berlalu bersama Ibu. Kemudian aku dan Mbak Syaila mengikuti keduanya dengan menggendong si kembar menuju ke dalam rumah megah kedua orang tuaku ini. Rumah yang bisa membuat siapapun tersesat jika tidak terbiasa berada di dalamnya. Lirikan sinis dari kakak pertamaku yang haus harta, Mbak Ayu, tidak kuhiraukan sama sekali ketika melihat kedatanganku. Dia pernah hampir mencelakai si kembar ketika masih berada di kandungan Lilyah. Dan tidak akan kubiarkan kedua kalinya dia menyentuh Luis dan Lewis walau hanya sekedar mengusap pipinya. Jujur, aku gugup dan merasa sangat bersalah pada Romo dan Ibu karena hubungan kami tidak kunjung membaik pasca aku lebih memilih Lilyah dan kehamilannya kala itu. "Mbak, kira-kira Romo sama Ibu mau ngomong apa?" Bisikku dengan menyamakan langkah dengannya. "Kalau aku tahu duluan itu namanya aku mau jadi dukun, Lubis." Sungguh candaan Mbak Syaila tidak membuat

  • Pinangan Jutawan Berkedok Seniman   Kedatanganku Dengan Si Kembar

    POV RADEN MAS / LOIS Hari ini akan menjadi pertama kalinya aku kembali ke pabrik sigaret di Bandung yang setahun lalu kutinggalkan demi melindungi Lilyah dan kedua putra kembarku dari intervensi keluarga besarku. Dulu aku membangun pabrik ini dengan susah payah bahkan jatuh bangun untuk menunjukkan pada Romo, Ibu, dan keluarga besar Hartadi jika aku bisa sehebat Romo membawahi bisnis sigaret turun temurun keluargaku. Namun, demi kebahagiaan Lilyah dan ketenangannya merawat si kembar, aku memutuskan untuk meninggalkan semua fasilitas eksklusif premium yang keluargaku berikan. Pikirku, harta bisa kucari dari bisnis pribadiku, tanpa harus mengorbankan perasaan istri dan kedua buah hatiku yang tidak berdosa. "Kamu yakin nggak mau ikut?" tanyaku sambil menatap Lilyah lekat-lekat. Dia tengah mencukur jambang di rahangku dengan begitu telaten. Kepalanya kemudian menggeleng pelan dengan tetap mencukur rambut halus itu agar penampilanku tetap menarik. "Masih ada waktu lima belas meni

  • Pinangan Jutawan Berkedok Seniman   Dihibur Harapan Yang Tak Pasti

    POV RADEN MAS / LOIS “Saya tinggal dulu, Pak Daniel.” Aku tidak menjawab pertanyaan Pak Daniel tentang si kembar dan memilih berlau dari taman bermain itu. Aku belum bisa mengakui si kembar dan Lilyah pada dunia secepat ini. Khawatir nanti akan menimbulkan perselisihan lagi antara aku dan keluarga Hartadi. Aku tidak tega melihat Lilyah dan kedua putra kembarku terluka karena penolakan dari keluarga besar Hartadi. Setelah berada di salah satu toilet khusus pria, aku mengirimkan sebuah pesan pada Lilyah. [Pesan dariku : Aku ke toilet dulu. Mendadak mulas banget, Yang.] Padahal pesan itu mengandung kebohongan seratus persen hanya untuk menghindari persepsi Daniel tentang keberadaan si kembar dan juga Lilyah. Biarlah seperti ini dulu entah sampai kapan. Yang penting kami bahagia dan tidak membuat hati siapapun terluka. *** “Mas, kamu kok belum balik dari toilet?” Itu suara Lilyah dari sambungan telfon. “Apa perutmu masih mulas?” Bukan mulas, juga bukan masih di toilet.

DMCA.com Protection Status