Share

Jurus Pengikat

Penulis: Juniarth
last update Terakhir Diperbarui: 2023-12-12 11:51:49
Akhirnya aku memaksakan diri segera meraih ponsel yang masih berada di dalam tas kerja usai buru-buru mengusap air mata. Juga berdehem berulang kali agar suaraku tidak terdengar kacau di telinga Lois.

Malu jika ia mengerti aku sedang berurai air mata.

“Halo, Lois,” ucapku pelan dengan suara kubuat senormal mungkin.

“Kenapa baru angkat telfonku?”

Aku mengambil nafas banyak lalu menghembuskannya perlahan.

“Masih ke kamar mandi.”

“Oh …”

“Emangnya … ada apa kamu nelfon? Ada yang penting?”

Sejenak dia tidak langsung menjawab pertanyaanku lalu terdengar obrolan samar-samar. Mungkin Lois sedang bersama teman-teman bandnya.

“Kamu habis nangis?” Dia justru balik bertanya.

Aku mengerjap mata cepat karena akhirnya Lois menyadari ada yang berbeda dengan suaraku.

“Itu … aku flu. Kebanyakan minum es,” kilahku.

“Aku pikir kamu nangis,” ucapnya tanpa tedeng aling-aling.

“Enggak kok.”

“Baguslah kalau gitu. Oh ya, Ly, kayaknya … malam ini aku pulang telat.”

Kepalaku mengangguk meski dia t
Juniarth

enjoy reading ...

| 1
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (11)
goodnovel comment avatar
Reka Yana
semangat Thor, udah sesuai kok cerita,dan natural kok, tetap suka
goodnovel comment avatar
aku suka membaca
akan ada tambahan bab kah malam ini kak tor hehehhe ditunggu dobel up lagi biar semangat
goodnovel comment avatar
Juniarth
sabar ya kak. Cerita ini udah ada plotnya. Nanti kalau dilangkahin malah amburadul. Mohon maaf barangkali part ini menjengkelkan.
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Pinangan Jutawan Berkedok Seniman   Membuka Tali Bathrobe

    Biasanya aku akan tiba di rumah pukul lima sore. Tapi kali ini aku baru tiba pukul tujuh malam. Alasannya sudah pasti karena aku baru saja menemui Ishak lalu membeli sesuatu sesuai sarannya. Ini terdengar gila dan ... menggelikan namun aku percaya jika Ishak adalah lelaki yang tulus memberi saran. Meski kami tidak berjodoh tapi dia sudah mengikhlaskan hubungan kami harus berakhir karena Lois menunjukkan taringnya yang tidak main-main. Yaitu menghabisi karir Ishak bahkan sampai akarnya jika nekat menghubungiku lagi. Maklum Lois itu pewaris berharta ratusan milyaran, mudah kalau hanya untuk membabat habis lawannya.Masih memakai setelan kerja dengan membawa sebuah paper bag warna putih berisi sesuatu yang tadi kubeli, aku segera menekan bel pintu rumah. Dalam hitungan detik saja pintu sudah terbuka lebar. "Ya Tuhan, Mbak Lilyah. Kenapa baru pulang?" tanya Bu Sri cemas. Aku sedikit keheranan dengan ekspresi wajahnya yang terlihat berlebihan. Lalu tanganku mengangkat paper bag di had

    Terakhir Diperbarui : 2023-12-13
  • Pinangan Jutawan Berkedok Seniman   Surga Dunia

    Sambil menatap kedua mata Lois di tengah lampu kamar kami yang temaram, perlahan namun pasti, aku melepas tali bathrobe yang sejak tadi melapisi gaun tidurku. Yeah, Ishak memberi saran agar aku membeli sebuah pakaian tidur yang sangat seksi untuk memikat nafsu Lois. Aku menepikan rasa ragu dan takut akan masa depan yang masih menjadi misteri. Dan malam ini aku harus bisa memainkan peranku sebagai seorang istri dan menantu keluarga Hartadi meski masih dianggap 'rumput liar' bahkan 'parasit'! Usai melepas tali bathrobe, aku menanggalkan jubah mandi warna putih itu lalu teronggok di lantai begitu saja. Meski lampu kamar kami temaram, tapi aku yakin Lois masih bisa melihat dengan jelas gaun tidur berenda warna merah yang begitu tipis ini melekat di tubuhku untuk menyenangkannya. Matanya menatapku lekat bahkan seperti jarang berkedip. Inginkah Lois malam ini melewati malamnya bersamaku? Kemudian aku melangkah pelan mendekatinya tanpa memutus tatapan kami. Agar Lois tahu jika malam in

    Terakhir Diperbarui : 2023-12-14
  • Pinangan Jutawan Berkedok Seniman   Lingerie

    “Urusan cowok,” ucap Lois santai dengan mengusapkan gel di rambutnya. Kedua alisku masih berkerut bingung dengan jawabannya. Kemudian berspekulasi apakah dia akan … Dengan mengeratkan selimut yang menutupi tubuh polosku yang baru saja dinikmati Lois hingga sebatas dada, aku duduk di atas ranjang dengan menatapnya intens. “Maksudnya apa, Lois?” “Kepo.” Ingin sekali kutendang pantat Lois. Sudah diberi kepuasan dua kali sekarang justru membuatku penasaran. “Lois, Ishak nggak salah apapun. Sumpah demi Tuhan, kemarin kita nggak ngelakuin apa-apa. Kita cuma ngobrol singkat aja. Kamu jangan salah paham,” terangku dengan menatapnya lekat. Usai menyisir rambut dengan begitu rapi, Lois melatakkan sisir lalu tangannya bergerak di depan sensor lampu hingga kamar kami terlihat terang benderang. Sedang di luar masih gelap. Aduh … malu sekali rasanya aku hanya mengenakan selimut sebatas dada untuk menutupi tubuh polosku. Belum lagi rambutku yang acak-acakan karena percintaan semalam kami. “K

    Terakhir Diperbarui : 2023-12-15
  • Pinangan Jutawan Berkedok Seniman   I Want You in Me

    Jika sudah begini, aku bisa apa selain menghubungi Ishak balik. Masa bodoh dengan ancaman Lois yang akan menghukumku karena melanggar janji. Masalahnya ini berhubungan dengan nasib Ishak yang tidak bersalah apapun namun harus menanggung akibat yang kulakukan. Aku segera menekan tombol telfon pada kontak Ishak sambil berharap cemas bagaimana nasib sahabat baikku ini. Dengan langkah mondar mandir di dalam kamar dan tangan menempelkan telfon ke telinga, aku bingung setengah mati harus melakukan apa. "Angkat, Shak! Kamu dimana!" gumamku kesal. Lalu jemariku menekan ulang nomernya namun tetap saja tidak diangkat. Padahal aku membutuhkan penjelasannya tentang ajakan Lois untuk bertemu. Sebab tadi pagi suamiku itu tidak menjelaskan secara detail apa tujuannya mengajak Ishak bertemu. Lois begitu mudah mengalihkan perhatianku untuk tidak bertanya lagi tentang Ishak dengan membicarakan hal lain. "Bodohnya aku!" geramku sambil mencari cara karena Ishak tidak kunjung mengangkat panggilank

    Terakhir Diperbarui : 2023-12-16
  • Pinangan Jutawan Berkedok Seniman   Menggadaikan Hati Demi Janjinya

    Seperti pagi sebelumnya, sebelum berangkat ke Bandung, Lois meminta haknya dengan alasan ... "Aku butuh vitamin, Ly. Hari ini bakal berat kerjaku," ucapnya dengan senyum nakal yang membuatku malu. Usai menyentuhku dengan beringas disertai kecupan di leher dan pundak, Lois mendapatkan pelepasannya dengan nafas terengah-engah berada di atasku. Ekspresi wajahnya yang terlihat sangat puas, dengan rambut berantakan karena ulah tanganku yang meremasnya berulang kali, dan punggung dipenuhi keringat yang menjadi saksi betapa bersemangatnya Lois mencumbuku. "Makasih, swetheart," ucapnya kemudian mencium pipiku. Dipanggil 'sweatheart' saja aku sudah sangat bahagia. Bukankah ini sebuah kemajuan? Aku pun membalas memberinya ciuman di pipi lalu Lois beranjak ke kamar mandi untuk membersihkan diri. Sungguh bahagia aku mendapati Lois yang kini boleh dibilang mulai 'kecanduan' akan diriku. Meski belum ada kata 'cinta' yang terucap dari bibirnya, tapi perlakuannya sudah menunjukkan hal yang m

    Terakhir Diperbarui : 2023-12-17
  • Pinangan Jutawan Berkedok Seniman   Apa Saya Mengganggu?

    Usai membersihkan tubuh dan berganti pakaian, aku kembali menjamu Eyang di ruang tengah. "Eyang pulang dulu, Ly," pamit beliau.Kemudian beliau dibantu perawatnya berdiri. "Eyang tidak menginap di sini?" tanyaku yang juga ikut berdiri. "Nanti Romonya Lubis curiga kalau Eyang ada di belakangmu. Jadi sebisa mungkin Eyang bakal bantu kamu tapi sembunyi-sembunyi." Kepalaku mengangguk pelan, "Terima kasih banyak, Eyang."Baru dua langkah Eyang berjalan, aku membuka suara kembali. "Eyang, apa saya boleh tanya lagi?" "Apa?" tanya beliau dengan menoleh padaku. "Kira-kira ... kapan Lois akan dikenalkan dengan perempuan itu?" "Eyang nggak tahu kapan pastinya, Ly. Tapi kamu bisa meneliti dari sikap Lubis yang mungkin nanti banyak berubah dari biasanya. Karena Eyang berani jamin, Lubis nggak akan sampai hati bilang tentang perempuan ini ke kamu."Aku kembali menunduk dengan perasaan carut marut tak menentu. "Ingat pesan Eyang, Ly. Jangan larut dalam kesedihan. Kamu nggak sendiri. Ada Eyan

    Terakhir Diperbarui : 2023-12-19
  • Pinangan Jutawan Berkedok Seniman   Eliska - Lubis Hartadi

    "Siapa yang mengundangmu kemari?!" tanya Romonya Lois dengan suara begitu tegas meski tidak keras. Kemudian aku menghadap beliau dan memungkukkan badan sebagai bentuk penghormatan. Meski bukan menantu idaman, tapi aku tidak mau bersikap kurang ajar pada orang yang lebih tua. "Saya datang ... atas undangan panggilan hati, Pak Presdir." Aku masih memanggilnya Pak Presdir, bukan Romo. Ah ... apalah daya, beliau masih belum mengizinkan aku menganggapnya sebagai seorang ayahku jua. "Omong kosong apa lagi yang akan kamu mainkan, heh?!" Kemudian beliau menatap Pak Wahyu, asisten pribadinya, dan Pak Wawan, asisten pribadi Lois. "Bawa keluar perempuan rendahan ini!" titahnya. Kedua asisten itu saling pandang ketika mendapat perintah seperti itu. "Apa yang kalian tunggu?!" tegas Ibunya Lois yang melihat kedua asisten itu tidak bergerak. Mungkin karena mereka sudah mengenalku, dan merasa tidak enak serta bingung mendapat perintah tersebut dari Pak Presdir. "Cepat bawa dia keluar!" Ibuny

    Terakhir Diperbarui : 2023-12-20
  • Pinangan Jutawan Berkedok Seniman   Sebagian Diriku Di Dalam Dirimu

    Aku membelalakkan mata tidak percaya dengan ucapan Lois."Baik, Den Mas. Akan saya laksanakan perintah Den Mas," ucap Bu Sri patuh. Lalu Lois menatapku yang masih terpaku memandangnya. "Nggak ada alat komunikasi baru, nggak ada pergi kerja lagi, atau apapun itu. Kamu hanya boleh keluar kamar tapi tetap di dalam rumah ini, Lilyah. Ini udah keputusanku dan nggak bisa diganggu gugat!""Meski kamu menangis darah sekalipun, kalau kamu nggak bisa tepat janji sama kesepakatan kita jangan harap kamu bisa keluar dari sini!" Keputusan gila apa ini?! Aku menggeleng dengan emosi membuncah sambil menatap Lois."Kamu benar-benar mau nyiksa aku sampai mati, heh?!""Maaf, Ly. Aku nggak ada pilihan. Kamu juga udah keterlaluan berani nampar aku. Dimana etikamu sebagai seorang istri? Kesalahpahaman ini kamu telan mentah-mentah dan nggak mau ngertiin aku.""Itu karena kamu emang sialan, Lois!" bentakku dengan menunjuk wajahnya. Tidak lagi menyahuti caci makiku yang berapi-api, Lois kemudian merogoh p

    Terakhir Diperbarui : 2023-12-21

Bab terbaru

  • Pinangan Jutawan Berkedok Seniman   Bikin Anak Lagi Yuk?

    POV RADEN MAS / LOIS Luis dan Lewis sudah sering bertandang ke rumah Romo dan Ibu sejak aku dan Lilyah pindah ke Jakarta. Entah sudah berapa bulan kami di Jakarta. Bahkan Romo dan Ibu khusus membuat acara welcome party untuk keduanya dengan mengundang keluarga Hartadi saja. Acara itu lumayan meriah tapi tidak ada Lilyah. Dia tidak mau datang karena takut pada Romo dan Ibu, ditambah keduanya juga tidak mengundang Lilyah. Meski aku memaksanya untuk datang namun tetap saja Lilyah tidak mau. Saudara-saudara begitu gemas melihat Luis dan Lewis saat bermain dengan keponakan yang lain. Pasalnya kedua anak kembarku itu benar-benar menggemaskan dan rupawan. “Yang, ayo ke rumah Romo dan Ibu. Ini akhir pekan lho.” Ajakku. Lilyah baru saja memasukkan bekal Luis dan Lewis ke dalam tas. “Kapan-kapan aja, Mas. Kalau aku udah diundang Romo dan Ibumu. Untuk saat ini biar kayak gini dulu. Aku cuma nggak mau mereka ilfil sama aku.” “Lagian, aku sama si kembar udah biasa sembunyi dari media tenta

  • Pinangan Jutawan Berkedok Seniman   Senyum Bahagia Palsu Istriku

    POV RADEN MAS / LOIS "Den Mas, akta kelahiran Mas Luis dan Mas Lewis sudah jadi," ucap Pak Wawan, asisten pribadiku. Aku yang sedang duduk di kursi kebesaran CEO Hartadi Group lantas menerima map hijau berisi akta kelahiran baru kedua jagoanku. Gegas aku membuka map itu dan membaca kata demi kata yang tertulis di sana dengan seksama. Tidak ada yang berubah selain nama kedua putraku itu. Raden Mas Satria Luis Hartadi. Raden Mas Satria Lewis Hartadi. Dan nama Lilyah masih tertulis jelas sebagai ibu kandung keduanya. "Makasih, Pak Wawan. Nanti akan aku tunjukin ke Lilyah." Sudah satu minggu ini kami menempati rumah baru yang berada tidak jauh dari rumah Romo dan Ibu. Tentu saja Lilyah berusaha beradaptasi dengan lingkungan sekitar. Begitu juga dengan Luis dan Lewis. Biasanya kami tinggal di tempat yang minim polusi dan masih bisa menikmati pepohon tinggi di Bandung, kini justru disuguhi dengan pemandangan gedung bertingkat dan hawa yang panas. Sejak kami pindah ke Jakarta,

  • Pinangan Jutawan Berkedok Seniman   Raden Mas Satria Luis dan Lewis Hartadi

    POV RADEN MAS / LOIS "Kalau kamu nggak nyaman, kita bisa cari rumah yang sesuai seleramu aja, Yang. Nggak masalah kok meski nggak dekat sama rumah Romo dan Ibu."Aku tidak tega melihat Lilyah kembali hancur ketika terus-terusan ditolak keluarga Hartadi untuk sesuatu hal yang tidak ia lakukan. Ekspresinya kini terlihat meragu dan tidak nyaman sama sekali dengan tangan menepuk pantat Luis yang mulai terlelap. "Aku akan bilang Romo dan Ibu kalau kamu nggak suka tinggal di Jakarta. Alasannya logis kan?!"Lalu Lilyah melepas ASI dari mulut Luis perlahan sekali kemudian mengancingkan pengait baju di bagian dada sambil duduk. Aku pun sama, memberi guling kecil untuk dirangkul Lewis agar tidak merasa aku meninggalkannya lalu duduk menghadap Lilyah."Kita ngobrol di ruang tengah aja yuk, Mas?" Pintanya dan aku menuruti.Kututup pintu kamar perlahan sekali lalu menuju ruang tengah dengan merangkul pundak Lilyah. Rumah sudah sepi karena semua pelayan, bodyguard, dan asistenku sudah masuk ke da

  • Pinangan Jutawan Berkedok Seniman   CEO Baru

    POV RADEN MAS / LOIS Dengan jas hitam yang terasa pas melekat di tubuh, aku turun dari mobil MPV Premiun usai pintunya dibuka oleh asistenku, Pak Wawan. Di depan loby pabrik sigaret yang dulu kupimpin, pengawal yang biasa bersama Romo langsung mengamankan jalanku menuju aula. Tidak ada media satupun yang kuizinkan untuk meliput pengangkatanku sebagai CEO Hartadi Group yang baru. Aku tidak mau wajahku malang melintang di media manapun lalu dikaitkan dengan kerajaan bisnis keluarga Hartadi yang turun temurun ini. Nanti efeknya bisa ke keluarga kecilku. Begitu memasuki aula rapat pabrik yang sekarang berubah lebih modern, jajaran direksi sudah menungguku. Lalu seulas senyum kusuguhkan sambil menyalami tangan mereka satu demi satu. "Selamat Mas Lubis." "Semoga sukses." "Semoga Hartadi Group makin berjaya dengan anda sebagai pemimpinnya." Rasanya aku terlalu muda duduk di kursi ini mengingat kolega bisnis Romo sudah berumur semua. Romo saja yang terlalu cepat ingin mengundurkan d

  • Pinangan Jutawan Berkedok Seniman   Serah Terima Jabatan

    POV RADEN MAS / LOIS "Nggak bisa apa, Romo?" tanyaku dengan menatap beliau lekat. "Lubis, Romo dan Ibumu terlahir dari keluarga yang menjaga etika, harga diri, sopan santun, juga tata krama yang tinggi. Coba kamu lihat orang-orang yang bermartabat tinggi di luar sana, sudikah mengangkat menantu yang pernah digauli lelaki lain lalu sempat menjadi perbincangan orang lain meski videonya udah nggak ada di dunia maya?" Aku hanya menatap Romo tanpa mengangguk atau menggeleng. "Lebih baik mereka menikahkan putranya sama yatim piatu yang benar-benar terjaga kehormatannya, Lubis. Karena kehormatan itu ... adalah harga tertinggi seorang perempuan yang nggak bisa dibeli dengan apapun kalau udah terlanjur dihancurkan laki-laki lain." "Tapi aku mencintai Lilyah dan mau menerima kekurangannya di masa lalu, Romo. Dia itu dijebak. Bukan seenak hati nyodorin kehormatannya demi lelaki lain," ucapku pelan namun tegas. Kepala Romo menggeleng, "Maaf, Romo dan Ibumu nggak bisa, Lubis. Maaf." Lalu aku

  • Pinangan Jutawan Berkedok Seniman   Lewis Dan Luis Mulai Ada Di Hati

    POV RADEN MAS / LOIS "Selamanya! Katakan sama Romo dan Ibumu, orang tua mana yang bisa menerima perempuan bekas lelaki lain?! Hati orang tua mana yang bisa merelakan putra kesayangannya menikah sama perempuan yang pernah digilir sama bajingan-bajingan?!" "Nggak ada, Lubis! Nggak ada orang tua yang bisa terima itu!" Romo berucap tegas meski tidak keras karena ada Luis dan Lewis. Jangan sampai mereka mendengar perdebatan yang menyangkutpautkan tentang Ibu mereka. Walau mereka belum memahaminya. "Tapi aku udah bersihin semua video Lilyah yang udah diunggah di dunia maya, Romo." "Tetap aja, Lubis! Tetap aja jatuhnya dia itu perempuan yang pernah ditiduri lelaki lain! Asal kamu tahu, Romo nggak masalah kamu nikah sama dia asal nggak ada masa lalu kelamnya yang kayak gitu! Tapi, takdir berkata lain. Dia tetap perempuan kotor!" "Meski Lilyah dijebak saudaranya sendiri?" tanyaku dengan tatapan mengiba. *** Pukul delapan malam, aku baru tiba di Bandung. Helikopter perusahaan turun di

  • Pinangan Jutawan Berkedok Seniman   Tidak Akan Pernah Ada Restu

    POV RADEN MAS / LOIS "Kita harus bicara, Lubis!" Hanya itu yang Romo katakan lalu beliau berlalu bersama Ibu. Kemudian aku dan Mbak Syaila mengikuti keduanya dengan menggendong si kembar menuju ke dalam rumah megah kedua orang tuaku ini. Rumah yang bisa membuat siapapun tersesat jika tidak terbiasa berada di dalamnya. Lirikan sinis dari kakak pertamaku yang haus harta, Mbak Ayu, tidak kuhiraukan sama sekali ketika melihat kedatanganku. Dia pernah hampir mencelakai si kembar ketika masih berada di kandungan Lilyah. Dan tidak akan kubiarkan kedua kalinya dia menyentuh Luis dan Lewis walau hanya sekedar mengusap pipinya. Jujur, aku gugup dan merasa sangat bersalah pada Romo dan Ibu karena hubungan kami tidak kunjung membaik pasca aku lebih memilih Lilyah dan kehamilannya kala itu. "Mbak, kira-kira Romo sama Ibu mau ngomong apa?" Bisikku dengan menyamakan langkah dengannya. "Kalau aku tahu duluan itu namanya aku mau jadi dukun, Lubis." Sungguh candaan Mbak Syaila tidak membuat

  • Pinangan Jutawan Berkedok Seniman   Kedatanganku Dengan Si Kembar

    POV RADEN MAS / LOIS Hari ini akan menjadi pertama kalinya aku kembali ke pabrik sigaret di Bandung yang setahun lalu kutinggalkan demi melindungi Lilyah dan kedua putra kembarku dari intervensi keluarga besarku. Dulu aku membangun pabrik ini dengan susah payah bahkan jatuh bangun untuk menunjukkan pada Romo, Ibu, dan keluarga besar Hartadi jika aku bisa sehebat Romo membawahi bisnis sigaret turun temurun keluargaku. Namun, demi kebahagiaan Lilyah dan ketenangannya merawat si kembar, aku memutuskan untuk meninggalkan semua fasilitas eksklusif premium yang keluargaku berikan. Pikirku, harta bisa kucari dari bisnis pribadiku, tanpa harus mengorbankan perasaan istri dan kedua buah hatiku yang tidak berdosa. "Kamu yakin nggak mau ikut?" tanyaku sambil menatap Lilyah lekat-lekat. Dia tengah mencukur jambang di rahangku dengan begitu telaten. Kepalanya kemudian menggeleng pelan dengan tetap mencukur rambut halus itu agar penampilanku tetap menarik. "Masih ada waktu lima belas meni

  • Pinangan Jutawan Berkedok Seniman   Dihibur Harapan Yang Tak Pasti

    POV RADEN MAS / LOIS “Saya tinggal dulu, Pak Daniel.” Aku tidak menjawab pertanyaan Pak Daniel tentang si kembar dan memilih berlau dari taman bermain itu. Aku belum bisa mengakui si kembar dan Lilyah pada dunia secepat ini. Khawatir nanti akan menimbulkan perselisihan lagi antara aku dan keluarga Hartadi. Aku tidak tega melihat Lilyah dan kedua putra kembarku terluka karena penolakan dari keluarga besar Hartadi. Setelah berada di salah satu toilet khusus pria, aku mengirimkan sebuah pesan pada Lilyah. [Pesan dariku : Aku ke toilet dulu. Mendadak mulas banget, Yang.] Padahal pesan itu mengandung kebohongan seratus persen hanya untuk menghindari persepsi Daniel tentang keberadaan si kembar dan juga Lilyah. Biarlah seperti ini dulu entah sampai kapan. Yang penting kami bahagia dan tidak membuat hati siapapun terluka. *** “Mas, kamu kok belum balik dari toilet?” Itu suara Lilyah dari sambungan telfon. “Apa perutmu masih mulas?” Bukan mulas, juga bukan masih di toilet.

DMCA.com Protection Status