Beranda / Urban / Pinangan Jutawan Berkedok Seniman / Kedatangannya Diluar Dugaan

Share

Kedatangannya Diluar Dugaan

Penulis: Juniarth
last update Terakhir Diperbarui: 2023-10-27 17:32:36
“Ya Tuhan, lindungi aku,” gumamku dengan jantung berdegub kencang.

Berdiri di depan pintu warna coklat yang berada di lantai lima sambil menyentuh dada dengan tangan kanan dan mulut menghembuskan nafas besar perlahan. Di depan pintu tertulis nama siapa penghuninya.

Membaca nama lengkapnya saja membuat bulu kudukku berdiri dan saliva terasa susah ditelan. Aku seperti hendak bertemu dengan ratu kegelapan keluarga Hartadi.

“Semua akan baik-baik aja. Kamu pasti bisa, Ly.”

Usai menyemangati diri, jemari kananku mengetuk dulu pintu ruangan itu. Kemudian jemariku membuka handlenya perlahan.

“Masuk.”

Yeah, dari suaranya saja sudah membuat kepercayaan diri makin tergerus dan ketakutanku bertambah besar saja. Namun aku tetap memaksa kaki ini melangkah memasuki ruangan.

Interior didominasi warna coklat muda, ruangan sejuk ini dipenuhi aroma lavender, dan tertata rapi. Ada sofa hitam empuk di sebelah kanan dan minuman cepat saji terhidang di meja untuk menjamu para tamu.

Langkah kakiku ber
Juniarth

1491 kata enjoy reading ...

| Sukai
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (1)
goodnovel comment avatar
Daily Vlok
si lylah mah makin lama jd nyebelin bikin runyam aja
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Pinangan Jutawan Berkedok Seniman   Tapi Itulah Kenyataannya

    "S ... saya ... " Aku tergagap dan tidak bisa melanjutkan ucapan karena tertegun melihat kehadiran pria yang kini berdiri menjulang di hadapanku. Pak Presdir Danureja Hartadi. Ayah kandung Lois. Ya Tuhan, bagimana beliau bisa datang kemari? "Apa kamu ... maaf, perempuan sewaan putraku?" Kemudian matanya menelisik penampilanku dari ujung rambut hingga kaki. Sampai-sampai salivaku terasa susah ditelan. "Romo, kita bisa bicarakan hal ini di tempat lain," Lois menghampiri Pak Presdir yang menatapku detail. "Dia siapa, Lubis?! Romo nggak suka kamu main perempuan!" ucapnya pelan namun tajam. Mata tuanya menyiratkan ketidaksukaan saat memandang Lois. Lois menatapku lalu menatap Romonya kembali. "Iya itu makanya ayo kita ngobrol di luar, Romo. Nggak enak kalau di sini lalu kedengeran tetangga." Pak Presdir menghela nafas panjang dengan ekspresi menahan amarah. "Romo tunggu di mobil. Sekarang juga!" Kemudian matanya menatapku. "Kamu ikut sekalian." Apa? Aku ikut bersama me

    Terakhir Diperbarui : 2023-10-28
  • Pinangan Jutawan Berkedok Seniman   Apakah Ini Akhir Dari Pernikahan Kita?

    "Kamu benar-benar kelewat batas, Lubis!" Akhirnya kami sepakat saling menunduk dan tidak menjawab pertanyaan Pak Presdir tentang apakah kami pernah melakukan hubungan suami istri atau tidak. Sebenarnya, kami tidak pernah melakukan hubungan itu. Namun demi mempertahankan Lois, jika Pak Presdir bertanya sekali lagi, makan aku akan menjawab 'sudah'. Berbeda dengan Lois yang mempercayai kebohonganku kemarin jika kami pernah bercinta. Padahal kami tidak pernah bercinta. "Romo nggak nyangka kalau kebebasan yang kamu anut itu kebebasan yang nggak punya aturan dan batasan! Kamu berani menikahi perempuan tanpa meminta izin pada Romo dan keluarga besar lebih dulu!" Pak Presdir bersuara tinggi dengan nada emosi. Jari telunjukkanya terarah dan kedua matanya menatap kami tajam. "Karena pernikahan itu bukan mainan, Lubis! Sekalipun kamu patah hati atau ingin membantu Lilyah! Masih ada cara lain untuk mengobati patah hati! Ada cara lain untuk membantu Lilyah! Bukan asal menikah kayak gini! Pern

    Terakhir Diperbarui : 2023-10-29
  • Pinangan Jutawan Berkedok Seniman   Lois! Kembali! Aku mohon!

    Lois tetap diam sambil menurunkan tas besarku dari bagasi mobilnya."Lois? Tolong jawab."Usai kedua tas besarku diturunkan, Lois menatapku sekilas lalu menoleh ke sopir pribadinya yang berdiri di dekat kami."Tunggu aku di dalam mobil.""Baik, Den Mas."Dengan patuhnya, sopir pribadi Lois masuk ke dalam mobil. Lalu suamiku itu memandangku dengan beragam sorot. Ada tumpukan rasa penyesalan, kekecewaan, dan rasa bersalah."Aku pikir kamu lebih aman kalau tinggal di rumah orang tuamu. Autophobiamu itu, aku khawatir kamu nggak bisa ngatasinnya, Ly."Kepalaku mengangguk dengan sesak di dada. Di detik -detik terakhir pertemuan kami saja Lois masih begitu peduli. Bagaimana aku bisa merelakan kepergiannya?"Jangan sedih, Ly," ucapnya dengan menepuk pundakku."Gimana aku nggak sedih, Lois? Saat aku udah cinta kamu, malah ujian yang datang makin besar. Kejadian ini seakan-akan maksa aku untuk ngelepasin kamu. Mau nggak mau, aku harus kehilangan kamu."Lalu tanganku menyeka air mata yang kembali

    Terakhir Diperbarui : 2023-10-30
  • Pinangan Jutawan Berkedok Seniman   Menunggu Sampai Kapan?

    “Jangan seperti menanti kucing bertanduk, Ly. Karena hubunganmu sama Lois itu udah berakhir.” Aku hanya mengangguk lalu menyemprotkan parfum di baju kerja. “Aku berangkat kerja dulu, Ma.” Kemudian tanganku terulur untuk mengambil tangan Mama dan mencium punggung tangannya. Ketika akan kulepaskan, Mama menahan tanganku lalu pandangan kami bertemu. “Kamu hanya habis-habisin waktu kalau cuma nunggu Lois. Karena udah jelas dia nggak akan kembali. Tatap kehidupanmu dan buka lembaran baru.” “Aku nggak mau bahas masalah ini, Ma.” “Tapi kamu harus move on.” “Masalahnya, Lois nggak pernah benar-benar mengucapkan talaknya sejak dia mengantarku kembali ke rumah ini, Ma. Dia cuma bilang ‘nitipin’ aku ke Mama dan Papa ‘kan?! Bukankah itu artinya aku ini masih istrinya?” “Astaga, Lilyah. Hatimu udah buta akan cinta, Nak.” Kepalaku mengangguk tegas. “Wajar kalau hatiku buta akan cinta, Ma. Karena ini adalah hukuman yang Tuhan berikan. Aku nggak menghargai perjuangan Lois yang udah banyak ba

    Terakhir Diperbarui : 2023-10-31
  • Pinangan Jutawan Berkedok Seniman   Aku Menyerah, Shak!

    "Ishak?" Lelaki yang kini menjadi mantan tunangan itu tengah menatapku sambil duduk di sofa ruang tamu. Lengkap dengan pakaian kerja yang masih melekat di tubuhnya. Berarti usai dari kantor, dia langsung datang kemari. Ada keperluan apa dia kemari? "Ya udah, kalian ngobrol aja. Papa mau masuk ke dalam, Shak." Papa kemudian berlalu ke dalam sedang aku masih berdiri di depan pintu rumah. "Masuk, Ly. Jangan di luar." Kemudian aku melangkah ke dalam lalu mengabil duduk di single sofa yang berseberangan dengan Ishak. Saat mata kami bertemu, Ishak menunjukkan senyum terbaiknya namun aku segera menunduk dan memainkan tas kerja yang berada di pangkuan. "Gimana kabarnya?" Kepalaku mengangguk kemudian menatapnya, "Baik, Shak. Oh ya, ada keperluan apa kemari?" "Pengen mampir aja. Soalnya kamu nggak pernah balas pesanku sama sekali." "Aku hanya nggak mau melakukan kesalahan yang sama untuk kedua kalinya, Shak." "Apa aku ini kesalahan untukmu, Ly?" tanyanya dengan raut sendu. "Bukan git

    Terakhir Diperbarui : 2023-11-01
  • Pinangan Jutawan Berkedok Seniman   Kasihan, Beliau Sakit

    "Teguhkan pendirianmu, Lubis. Romo nggak mau kamu ingkar janji." Kepala Lois mengangguk pelan saat lift terus bergerak turun ke lantai satu. "Iya, Romo," ucapnya lirih. "Pabrik yang baru adalah tanggung jawabmu sepenuhnya. Kamu harus fokus. Singkirkan perempuan itu untuk sementara waktu." ********* "Kira-kira kapan saya bisa sembuh dari autophobia ini, Dokter?" "Sedikit lagi, Ly. Kamu cuma perlu mensugesti diri sendiri kalau kamu berani sendirian dan tidak akan terjadi apa-apa." Ucapan Dokter Albert persis dengan ucapan Lois kala itu. Saat dia meninggalkanku selama dua puluh menit di villa dengan alasan akan menelfon resepsionis untuk memesan makanan. Padahal dia pergi meninggalkanku sendirian di villa lalu menuju dapur utama. "Sebenarnya kuncinya cuma itu dan terus membiasakan diri berani menghadapi apa yang menjadi ketakutanmu, Ly." "Iya, Dokter. Aku akan terus mencobanya." "Dan satu lagi, ikhlaskan apa yang tidak mungkin bisa kamu gapai. Kamu berhak bahagia meski itu tanp

    Terakhir Diperbarui : 2023-11-02
  • Pinangan Jutawan Berkedok Seniman   Di Ujung Batas Kewarasan

    Ting! Pintu lift terbuka lalu aku menganggukkan kepala hormat pada Pak Wahyu sebelum melangkah keluar. “Mari, Pak Wahyu.” “Mari, Mbak Lilyah.” Dengan langkah pasti aku menapaki lantai lima menuju ruangan Pak Eko, meski sebenarnya di dalam dada terbesit satu tanya. Yang sengaja kutahan untuk tidak bertanya ... ‘Lois sakit apa?’ *** Usai mengantar dokumen ke ruangan Pak Eko, aku justru menuju lantai tiga. Tempat favoritku beberapa bulan lalu, terakhir kali aku melihat Lois setelah ia selesai rapat di ruang serbaguna. Sudah beberapa bulan, aku sengaja tidak mengunjungi tempat ini karena ingin melupakan segala hal tentang Lois. Namun, hari ini seperti ada yang membuatku harus datang ke tempat ini usai bertemu Pak Wahyu saat di lift tadi. Dari jendela kaca besar itu, aku bisa melihat baling-baling helikopter kantor mulai berputar cepat. Petugas rambu-rambu sudah bersiap di landasan dengan membawa atribut warna hijau di kedua tangan. Kemudian Pak Presdir dengan kemeja panjang war

    Terakhir Diperbarui : 2023-11-03
  • Pinangan Jutawan Berkedok Seniman   Kapan Perceraian Kalian Didaftarkan?

    "Cafe and restaurant kita udah hampir selesai, Ly! Aku barusan dapat kabar dari pengaturnya." Hampir saja ponselku terlepas dari pegangan. "Iya kah?!" tanyaku terkejut. "Iya, Ly. Lebih cepat dari ekspektasi. Aku kirim foto-fotonya, ya?" Setelah melihat foto-foto stand cafe and restaurant yang sudah selesai dikerjakan sekaligus dengan penataan propertinya, senyum bahagia tidak kupungkiri bisa seluas ini rasanya. Hingga aku tidak mempedulikan sisa makan siang yang masih termakan setengah olehku. Akhirnya, sebentar lagi bisa hidup tanpa bayang-bayang Papa yang tidak pernah berubah sejak kepergian Lois. Yang dipikirannya hanya masalah uang, uang, dan uang. "Lo seneng banget, Ly? Ada apaan?" tanya Nina. Aku, Nina, dan Gia sedang makan siang bersama di saat jam istirahat kantor. Kemudian aku memutar layar ponsel dan terpampang lah dengan jelas bagaimana penampakan interior cafe and restaurantku dan Ishak yang berubah cantik bergaya Paris. "Wow! Udah selesai!" "Targetnya seb

    Terakhir Diperbarui : 2023-11-04

Bab terbaru

  • Pinangan Jutawan Berkedok Seniman   Bikin Anak Lagi Yuk?

    POV RADEN MAS / LOIS Luis dan Lewis sudah sering bertandang ke rumah Romo dan Ibu sejak aku dan Lilyah pindah ke Jakarta. Entah sudah berapa bulan kami di Jakarta. Bahkan Romo dan Ibu khusus membuat acara welcome party untuk keduanya dengan mengundang keluarga Hartadi saja. Acara itu lumayan meriah tapi tidak ada Lilyah. Dia tidak mau datang karena takut pada Romo dan Ibu, ditambah keduanya juga tidak mengundang Lilyah. Meski aku memaksanya untuk datang namun tetap saja Lilyah tidak mau. Saudara-saudara begitu gemas melihat Luis dan Lewis saat bermain dengan keponakan yang lain. Pasalnya kedua anak kembarku itu benar-benar menggemaskan dan rupawan. “Yang, ayo ke rumah Romo dan Ibu. Ini akhir pekan lho.” Ajakku. Lilyah baru saja memasukkan bekal Luis dan Lewis ke dalam tas. “Kapan-kapan aja, Mas. Kalau aku udah diundang Romo dan Ibumu. Untuk saat ini biar kayak gini dulu. Aku cuma nggak mau mereka ilfil sama aku.” “Lagian, aku sama si kembar udah biasa sembunyi dari media tenta

  • Pinangan Jutawan Berkedok Seniman   Senyum Bahagia Palsu Istriku

    POV RADEN MAS / LOIS "Den Mas, akta kelahiran Mas Luis dan Mas Lewis sudah jadi," ucap Pak Wawan, asisten pribadiku. Aku yang sedang duduk di kursi kebesaran CEO Hartadi Group lantas menerima map hijau berisi akta kelahiran baru kedua jagoanku. Gegas aku membuka map itu dan membaca kata demi kata yang tertulis di sana dengan seksama. Tidak ada yang berubah selain nama kedua putraku itu. Raden Mas Satria Luis Hartadi. Raden Mas Satria Lewis Hartadi. Dan nama Lilyah masih tertulis jelas sebagai ibu kandung keduanya. "Makasih, Pak Wawan. Nanti akan aku tunjukin ke Lilyah." Sudah satu minggu ini kami menempati rumah baru yang berada tidak jauh dari rumah Romo dan Ibu. Tentu saja Lilyah berusaha beradaptasi dengan lingkungan sekitar. Begitu juga dengan Luis dan Lewis. Biasanya kami tinggal di tempat yang minim polusi dan masih bisa menikmati pepohon tinggi di Bandung, kini justru disuguhi dengan pemandangan gedung bertingkat dan hawa yang panas. Sejak kami pindah ke Jakarta,

  • Pinangan Jutawan Berkedok Seniman   Raden Mas Satria Luis dan Lewis Hartadi

    POV RADEN MAS / LOIS "Kalau kamu nggak nyaman, kita bisa cari rumah yang sesuai seleramu aja, Yang. Nggak masalah kok meski nggak dekat sama rumah Romo dan Ibu."Aku tidak tega melihat Lilyah kembali hancur ketika terus-terusan ditolak keluarga Hartadi untuk sesuatu hal yang tidak ia lakukan. Ekspresinya kini terlihat meragu dan tidak nyaman sama sekali dengan tangan menepuk pantat Luis yang mulai terlelap. "Aku akan bilang Romo dan Ibu kalau kamu nggak suka tinggal di Jakarta. Alasannya logis kan?!"Lalu Lilyah melepas ASI dari mulut Luis perlahan sekali kemudian mengancingkan pengait baju di bagian dada sambil duduk. Aku pun sama, memberi guling kecil untuk dirangkul Lewis agar tidak merasa aku meninggalkannya lalu duduk menghadap Lilyah."Kita ngobrol di ruang tengah aja yuk, Mas?" Pintanya dan aku menuruti.Kututup pintu kamar perlahan sekali lalu menuju ruang tengah dengan merangkul pundak Lilyah. Rumah sudah sepi karena semua pelayan, bodyguard, dan asistenku sudah masuk ke da

  • Pinangan Jutawan Berkedok Seniman   CEO Baru

    POV RADEN MAS / LOIS Dengan jas hitam yang terasa pas melekat di tubuh, aku turun dari mobil MPV Premiun usai pintunya dibuka oleh asistenku, Pak Wawan. Di depan loby pabrik sigaret yang dulu kupimpin, pengawal yang biasa bersama Romo langsung mengamankan jalanku menuju aula. Tidak ada media satupun yang kuizinkan untuk meliput pengangkatanku sebagai CEO Hartadi Group yang baru. Aku tidak mau wajahku malang melintang di media manapun lalu dikaitkan dengan kerajaan bisnis keluarga Hartadi yang turun temurun ini. Nanti efeknya bisa ke keluarga kecilku. Begitu memasuki aula rapat pabrik yang sekarang berubah lebih modern, jajaran direksi sudah menungguku. Lalu seulas senyum kusuguhkan sambil menyalami tangan mereka satu demi satu. "Selamat Mas Lubis." "Semoga sukses." "Semoga Hartadi Group makin berjaya dengan anda sebagai pemimpinnya." Rasanya aku terlalu muda duduk di kursi ini mengingat kolega bisnis Romo sudah berumur semua. Romo saja yang terlalu cepat ingin mengundurkan d

  • Pinangan Jutawan Berkedok Seniman   Serah Terima Jabatan

    POV RADEN MAS / LOIS "Nggak bisa apa, Romo?" tanyaku dengan menatap beliau lekat. "Lubis, Romo dan Ibumu terlahir dari keluarga yang menjaga etika, harga diri, sopan santun, juga tata krama yang tinggi. Coba kamu lihat orang-orang yang bermartabat tinggi di luar sana, sudikah mengangkat menantu yang pernah digauli lelaki lain lalu sempat menjadi perbincangan orang lain meski videonya udah nggak ada di dunia maya?" Aku hanya menatap Romo tanpa mengangguk atau menggeleng. "Lebih baik mereka menikahkan putranya sama yatim piatu yang benar-benar terjaga kehormatannya, Lubis. Karena kehormatan itu ... adalah harga tertinggi seorang perempuan yang nggak bisa dibeli dengan apapun kalau udah terlanjur dihancurkan laki-laki lain." "Tapi aku mencintai Lilyah dan mau menerima kekurangannya di masa lalu, Romo. Dia itu dijebak. Bukan seenak hati nyodorin kehormatannya demi lelaki lain," ucapku pelan namun tegas. Kepala Romo menggeleng, "Maaf, Romo dan Ibumu nggak bisa, Lubis. Maaf." Lalu aku

  • Pinangan Jutawan Berkedok Seniman   Lewis Dan Luis Mulai Ada Di Hati

    POV RADEN MAS / LOIS "Selamanya! Katakan sama Romo dan Ibumu, orang tua mana yang bisa menerima perempuan bekas lelaki lain?! Hati orang tua mana yang bisa merelakan putra kesayangannya menikah sama perempuan yang pernah digilir sama bajingan-bajingan?!" "Nggak ada, Lubis! Nggak ada orang tua yang bisa terima itu!" Romo berucap tegas meski tidak keras karena ada Luis dan Lewis. Jangan sampai mereka mendengar perdebatan yang menyangkutpautkan tentang Ibu mereka. Walau mereka belum memahaminya. "Tapi aku udah bersihin semua video Lilyah yang udah diunggah di dunia maya, Romo." "Tetap aja, Lubis! Tetap aja jatuhnya dia itu perempuan yang pernah ditiduri lelaki lain! Asal kamu tahu, Romo nggak masalah kamu nikah sama dia asal nggak ada masa lalu kelamnya yang kayak gitu! Tapi, takdir berkata lain. Dia tetap perempuan kotor!" "Meski Lilyah dijebak saudaranya sendiri?" tanyaku dengan tatapan mengiba. *** Pukul delapan malam, aku baru tiba di Bandung. Helikopter perusahaan turun di

  • Pinangan Jutawan Berkedok Seniman   Tidak Akan Pernah Ada Restu

    POV RADEN MAS / LOIS "Kita harus bicara, Lubis!" Hanya itu yang Romo katakan lalu beliau berlalu bersama Ibu. Kemudian aku dan Mbak Syaila mengikuti keduanya dengan menggendong si kembar menuju ke dalam rumah megah kedua orang tuaku ini. Rumah yang bisa membuat siapapun tersesat jika tidak terbiasa berada di dalamnya. Lirikan sinis dari kakak pertamaku yang haus harta, Mbak Ayu, tidak kuhiraukan sama sekali ketika melihat kedatanganku. Dia pernah hampir mencelakai si kembar ketika masih berada di kandungan Lilyah. Dan tidak akan kubiarkan kedua kalinya dia menyentuh Luis dan Lewis walau hanya sekedar mengusap pipinya. Jujur, aku gugup dan merasa sangat bersalah pada Romo dan Ibu karena hubungan kami tidak kunjung membaik pasca aku lebih memilih Lilyah dan kehamilannya kala itu. "Mbak, kira-kira Romo sama Ibu mau ngomong apa?" Bisikku dengan menyamakan langkah dengannya. "Kalau aku tahu duluan itu namanya aku mau jadi dukun, Lubis." Sungguh candaan Mbak Syaila tidak membuat

  • Pinangan Jutawan Berkedok Seniman   Kedatanganku Dengan Si Kembar

    POV RADEN MAS / LOIS Hari ini akan menjadi pertama kalinya aku kembali ke pabrik sigaret di Bandung yang setahun lalu kutinggalkan demi melindungi Lilyah dan kedua putra kembarku dari intervensi keluarga besarku. Dulu aku membangun pabrik ini dengan susah payah bahkan jatuh bangun untuk menunjukkan pada Romo, Ibu, dan keluarga besar Hartadi jika aku bisa sehebat Romo membawahi bisnis sigaret turun temurun keluargaku. Namun, demi kebahagiaan Lilyah dan ketenangannya merawat si kembar, aku memutuskan untuk meninggalkan semua fasilitas eksklusif premium yang keluargaku berikan. Pikirku, harta bisa kucari dari bisnis pribadiku, tanpa harus mengorbankan perasaan istri dan kedua buah hatiku yang tidak berdosa. "Kamu yakin nggak mau ikut?" tanyaku sambil menatap Lilyah lekat-lekat. Dia tengah mencukur jambang di rahangku dengan begitu telaten. Kepalanya kemudian menggeleng pelan dengan tetap mencukur rambut halus itu agar penampilanku tetap menarik. "Masih ada waktu lima belas meni

  • Pinangan Jutawan Berkedok Seniman   Dihibur Harapan Yang Tak Pasti

    POV RADEN MAS / LOIS “Saya tinggal dulu, Pak Daniel.” Aku tidak menjawab pertanyaan Pak Daniel tentang si kembar dan memilih berlau dari taman bermain itu. Aku belum bisa mengakui si kembar dan Lilyah pada dunia secepat ini. Khawatir nanti akan menimbulkan perselisihan lagi antara aku dan keluarga Hartadi. Aku tidak tega melihat Lilyah dan kedua putra kembarku terluka karena penolakan dari keluarga besar Hartadi. Setelah berada di salah satu toilet khusus pria, aku mengirimkan sebuah pesan pada Lilyah. [Pesan dariku : Aku ke toilet dulu. Mendadak mulas banget, Yang.] Padahal pesan itu mengandung kebohongan seratus persen hanya untuk menghindari persepsi Daniel tentang keberadaan si kembar dan juga Lilyah. Biarlah seperti ini dulu entah sampai kapan. Yang penting kami bahagia dan tidak membuat hati siapapun terluka. *** “Mas, kamu kok belum balik dari toilet?” Itu suara Lilyah dari sambungan telfon. “Apa perutmu masih mulas?” Bukan mulas, juga bukan masih di toilet.

DMCA.com Protection Status