Beranda / CEO / Pinangan Jutawan Berkedok Seniman / Bikin Kamu Lupain Masalah Utamamu

Share

Bikin Kamu Lupain Masalah Utamamu

Penulis: Juniarth
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56
“Kopi itu pahit. Tapi kalau minumnya sama kamu, rasanya jadi manis, Ly.”

Aku membelalakkan mata dengan gombalan Lois yang didengar banyak orang. Karena dia mengucapkannya dengan suara lantang seolah-olah tidak memiliki urat malu.

Beberapa pengunjung tersenyum tipis. Sedang wajahku seperti diusapi saos kentang goreng yang tersaji di hadapan mereka.

Akhirnya tanpa mempedulikan Lois, aku berjalan lebih dulu untuk mencari bangku kosong.

Lois justru tersenyum ke beberapa pengunjung yang menatapnya.

“Itu bini saya. Lagi ngambek karena belum saya belikan tas baru.”

Apa???

Lois sinting!

Ketika dia duduk dihadapanku dengan wajah slengekannya, aku justru menatap ke arah pemandangan malam hutan pinus di Kopi Daong ini.

“Mau pesan apa, Ly?” tanyanya sambil membuka buku menu yang baru dibawakan pramusaji.

“Pesan Lois bakar bisa nggak?!” tanyaku kesal.

“Oh … bisa itu. Nanti malam.”

“Maksudnya?”

Dia menatapku sambil tersenyum tipis. “Nanti malam aku pasti jadi Lois bakar karena terbakar
Juniarth

enjoy reading ...

| Sukai
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (2)
goodnovel comment avatar
Endang Nia
bagus ceritanya
goodnovel comment avatar
Rodah Yeni
keren ceritanya
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Pinangan Jutawan Berkedok Seniman   Kemana Dia?

    "Lois, kamu itu siapa sih sebenarnya?!" Tangan Lois yang sedang menyibak gorden kamar mewah resort yang ada di Ciawi ini akhirnya terhenti. Lalu kepalanya menoleh ke arahku."Aku ... ya Lois lah. Emang siapa lagi?""Kamu cuma seniman recehan, kenapa bisa nyewa kamar segini bagusnya? Maaf ya, emang berapa gajimu sebulan jadi seniman di bar and restaurant?!"Wajar jika aku sangsi dengan isi dompet lelaki ini jika dibandingkan dengan biaya sewa kamar ini."Jangan bilang karena menang lotre? Karena tampangmu itu nggak cocok ikut judi online."Lois terkekeh kemudian duduk di tepi ranjang king size ini sambil melihatku."Yang punya resort ini orang baik, Ly.""Orang baik apa orang bodoh yang bisa kamu kibulin?!"Kali ini Lois tertawa sejadi-jadinya bahkan kepalanya sambil geleng-geleng. "Kamu curigaan banget, ya?!""Wajarlah. Aku nggak mau nerima kebaikanmu tapi ujung-ujungnya itu uang nggak benar atau hasil kamu nipu orang."Dia memandangiku dengan seksama, "Wajar zaman sekarang kalau ora

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-29
  • Pinangan Jutawan Berkedok Seniman   Kamu Bukan Gigolo, Kan?!

    Aku bergegas membuka jendela kaca besar kamar mewah resort ini untuk memastikan jika itu Lois. Berniat menguping apa yang ia bicarakan dengan salah satu pegawai resort.Namun belum sempat mendekat, keduanya justru berpindah tempat.Lalu aku segera mencuci muka dan gosok gigi kemudian keluar kamar untuk mencari tahu apa yang Lois lakukan. Tapi, saat mataku menangkap sepasang resepsionis yang sedang bertugas, langkah kakiku terhenti."Mbak, permisi mau tanya, apa Lois itu emang punya hak khusus kalau mau nginap di resort ini?"Kedua resepsionis itu saling tatap."Lois siapa ya, Mbak?"Nah, mengapa mereka bertanya balik?"Lois yang menempati kamar super deluxe 5 itu lho, Mbak.""Maaf kami tidak mengenal satu demi satu nama pelanggan yang menginap, Mbak.""Lois yang semalam reservasi atas namanya sendiri ke kamar itu. Masak Mbak lupa?""Maaf, Mbak. Resepsionis yang berjaga semalam sudah pulang dan digantikan saya."Aku kembali memutar otak hingga muncul satu ide. "Boleh pinjam buku tamuny

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-29
  • Pinangan Jutawan Berkedok Seniman   Aku Bersamamu, Menemanimu

    Lois menyentil jidatku sedikit keras, "Kamu pikir aku ada tampang jadi gigolo, heh?!" Tanganku mengusap jidat yang terasa sedikit panas karena ulah Lois, "Kali aja iya. Karena kepepet mungkin." Lois bersedekap sambil menatapku dengan helm yang belum terpakai. "Aku masih bisa nyari nafkah yang halal, Ly. Ngapain nyari yang haram?!" Kemudian dia menyuruhku menaiki motornya dan ia melajukannya sedikit kencang agar kami tiba di kontrakan tepat waktu. Perjalanan selama dua jam dari Bogor menuju Jakarta itu ternyata cukup melelahkan, lalu Lois segera mandi. Dan atas inisiatif sendiri, aku membuatkannya segelas teh hangat. Berbarengan dengan itu dia keluar kamar mandi dengan tubuh yang segar dan aroma sabun yang tercium oleh indra penciumanku. "Buat aku nih?" tanyanya ketika aku menyodorkan teh hangat itu. "Iya lah. Emang buat siapa lagi?" Dia meraihnya dan meminumnya sedikit. "Tumben perhatian? Jangan-jangan kamu mulai cinta sama aku?" Aku memandangnya dengan ekspresi tidak ha

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-29
  • Pinangan Jutawan Berkedok Seniman   Harus Dijaga Sebaik Mungkin

    Aku berkali-kali menghela nafas panjang sambil mematut wajah di depan cermin rias kecil milikku. "Ya Tuhan, aku gugup banget." Make up minimalis sudah terias sempurna di wajahku dengan setelan kerja warna abu-abu dengan rok span selutut. Hari ini, aku memenuhi permintaan Lois untuk memenuhi undangan interview di sebuah perusahaan yang berada di depan kantor lamaku. Kantor perusahaan sigaret besar di negara ini. "Ly, udah belum?" itu suara Lois. "Iya, bentar." Atas desakannya, dua hari yang lalu aku mengirim surat lamaran ke kantor perusahaan sigaret tersebut. Dan hari ini aku mendapat undangan interview. Secepat ini, kah? "Buruan! Keburu jalannya macet!" teriaknya dari luar kamarku. Aku segera merapikan keperluan ke dalam tas kerja lalu memantapkan hati jika aku bisa menatap masa depan dan esok hari dengan hati yang lebih lapang. Termasuk bisa menghadapi masalah foto mesumku yang mungkin saja masih tersebar luas. "Ayo, Lois." Lois yang sedang memainkan ponsel sambil bers

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-29
  • Pinangan Jutawan Berkedok Seniman   Menjodohkan Suamiku Dengan Mantannya

    "Gimana hasil tes kerjanya, Ly?" tanya Lois sambil menyodorkan helmku. Aku baru keluar dari kantor perusahaan sigaret itu dan menunggu kedatangan Lois usai mengiriminya pesan jika aku sudah selesai interview. "Nanti aku ceritain. Sekarang, ayo ikut aku makan siang. Mau, kan?!" Kepalanya mengangguk lalu menyodorkan kembali kain oranye bermotif bunga tadi padaku. Dia menyuruhku memakainya agar kakiku yang menurutnya indah, tidak mengundang perhatian lelaki lain. Setelah duduk di jok motor maticnya, Lois membelah jalanan ramai ini dengan kecepatan sedang hingga kami tiba di tempat makan siang yang kutuju. Sebuah rumah makan prasmanan yang harganya tidak membuat dompetku terkikis terlalu drastis. "Jadi, kapan kerja?" tanya Lois sambil bersiap melahap menu makan siang pilihannya. "Besok." Kepalanya mengangguk dengan mulut mengunyah makan siang. "Great!" "Tapi aneh, Lois." "Aneh gimana?" "Masak iya cuma interview sekali doang lalu aku dikasih surat kontrak kerja? Langsung dua tahun

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-29
  • Pinangan Jutawan Berkedok Seniman   Mantan Tunanganku Bersama Adikku

    "Ngantuk, ya? Maaf, aku pulangnya agak malam." Lois baru menjemputku dari kos Nathasya setelah mengisi acara musik bersama grup bandnya di sebuah kafe. Jarum jam baru saja menunjukkan angka 12 tengah malam. "Aku ngantuk banget," gumamku sambil menahan panas di mata. Tangan Lois terulur membetulkan sedikit anak rambutku lalu aku reflek mengelak. Kemudian dia menyodorkan helmku. Apa maksudnya dengan mulai berani menyentuh-nyentuh bagian tubuhku tanpa izin? Meski dia suamiku tapi aku tidak menganggapnya lebih dari itu. Aku hanya menganggapnya sebagai seorang kakak yang baik. Itu saja. "Kalau ngantuk, pegangan pinggangku, Ly. Biar kamu nggak jatuh," ucapnya ketika aku sudah duduk di jok motornya. "Kamu cukup jalan pelan aja, Lois." "Kalau terlalu pelan kapan sampai kontrakannya?" "Pokoknya pelan-pelan aja!" Dan soal ajakan Nathasya yang tadi memintaku untuk menjodohkan Lois dengan mantan kekasihnya, haruskah aku mengiyakan atau tidak? *** Pagi ini, aku sudah siap dengan setel

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-29
  • Pinangan Jutawan Berkedok Seniman   Adikku Itu Ular Berbisa!

    "Boleh gabung?!"Vela dan Ishak yang sedang duduk berhadapan langsung mendongak. Lalu aku menunjukkan seulas senyum ramah yang amat terpaksa kepada keduanya.Mata Vela dan Ishak membola terkejut ketika melihat kedatanganku. Lalu dengan tidak tahu malu, aku segera menduduki kursi kosong di dekat Ishak. Sengaja aku mendekatkan dudukku di sebelah Ishak dengan emosi yang berusaha mati-matian kutahan."Kebetulan banget ya bisa ketemu kalian disini? Udah lama nggak jumpa."Vela menatapku dengan ekspresi terkejut. Sedang Ishak justru menunduk."Gimana kabarmu, Shak?""Baik.""Kamu lagi pacaran sama Vela?" tanyaku santai walau sebenarnya hatiku mulai disambangi petir menggelegar.Ishak tidak menjawab tapi Vela yang langsung bersuara."Iya. Kenapa emangnya?""Wow ... sejak kapan? Kok nggak bilang-bilang?" aku memasang ekspresi terkejut yang dibuat-buat dengan hati geram."Kita nggak ada kewajiban buat bilang ke Kak Lily kapan jadian.""Duh, sombongnya. Mentang-mentang aku batal nikah sama Ish

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-29
  • Pinangan Jutawan Berkedok Seniman   Mantan Di Hati, Suami Tak Ada Arti

    'Lois sedang memanggil ...' Sudah setengah jam lamanya aku duduk di lobby kantor sejak jam pulang kerja. Aku memiliki alasan mengapa tidak segera pulang. Padahal rekan-rekan kerja yang lain berbondong-bondong ingin segera merebahkan tubuhnya di kasur. 'Lois sedang memanggil ...' Lagi, aku mengabaikan panggilan Lois untuk kesekian kalinya. Aku tahu, dia pasti menghubungi mengapa aku belum keluar juga dari kantor. Hanya saja, saat ini aku sedang ingin sendiri. Tidak ingin bicara, bercerita, atau ditanyai apapun. Benar-benar hanya ingin diam sambil merasakan sakitnya hati karena kejadian siang tadi. Kejadian saat aku bertemu Vela dan Ishak saat makan siang lalu mereka mendeklarasikan rencana pertunangannya dengan pongah. Miris! Aku masih mencintai mantan tunanganku yang kini justru akan bertunangan dengan adikku sendiri. Padahal perpisahan kami karena foto mesumku masih belum terbukti kebenarannya. Tapi Ishak lebih memilih tutup mata dan telinga lalu menjalin hubungan dengan a

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-29

Bab terbaru

  • Pinangan Jutawan Berkedok Seniman   Bikin Anak Lagi Yuk?

    POV RADEN MAS / LOIS Luis dan Lewis sudah sering bertandang ke rumah Romo dan Ibu sejak aku dan Lilyah pindah ke Jakarta. Entah sudah berapa bulan kami di Jakarta. Bahkan Romo dan Ibu khusus membuat acara welcome party untuk keduanya dengan mengundang keluarga Hartadi saja. Acara itu lumayan meriah tapi tidak ada Lilyah. Dia tidak mau datang karena takut pada Romo dan Ibu, ditambah keduanya juga tidak mengundang Lilyah. Meski aku memaksanya untuk datang namun tetap saja Lilyah tidak mau. Saudara-saudara begitu gemas melihat Luis dan Lewis saat bermain dengan keponakan yang lain. Pasalnya kedua anak kembarku itu benar-benar menggemaskan dan rupawan. “Yang, ayo ke rumah Romo dan Ibu. Ini akhir pekan lho.” Ajakku. Lilyah baru saja memasukkan bekal Luis dan Lewis ke dalam tas. “Kapan-kapan aja, Mas. Kalau aku udah diundang Romo dan Ibumu. Untuk saat ini biar kayak gini dulu. Aku cuma nggak mau mereka ilfil sama aku.” “Lagian, aku sama si kembar udah biasa sembunyi dari media tenta

  • Pinangan Jutawan Berkedok Seniman   Senyum Bahagia Palsu Istriku

    POV RADEN MAS / LOIS "Den Mas, akta kelahiran Mas Luis dan Mas Lewis sudah jadi," ucap Pak Wawan, asisten pribadiku. Aku yang sedang duduk di kursi kebesaran CEO Hartadi Group lantas menerima map hijau berisi akta kelahiran baru kedua jagoanku. Gegas aku membuka map itu dan membaca kata demi kata yang tertulis di sana dengan seksama. Tidak ada yang berubah selain nama kedua putraku itu. Raden Mas Satria Luis Hartadi. Raden Mas Satria Lewis Hartadi. Dan nama Lilyah masih tertulis jelas sebagai ibu kandung keduanya. "Makasih, Pak Wawan. Nanti akan aku tunjukin ke Lilyah." Sudah satu minggu ini kami menempati rumah baru yang berada tidak jauh dari rumah Romo dan Ibu. Tentu saja Lilyah berusaha beradaptasi dengan lingkungan sekitar. Begitu juga dengan Luis dan Lewis. Biasanya kami tinggal di tempat yang minim polusi dan masih bisa menikmati pepohon tinggi di Bandung, kini justru disuguhi dengan pemandangan gedung bertingkat dan hawa yang panas. Sejak kami pindah ke Jakarta,

  • Pinangan Jutawan Berkedok Seniman   Raden Mas Satria Luis dan Lewis Hartadi

    POV RADEN MAS / LOIS "Kalau kamu nggak nyaman, kita bisa cari rumah yang sesuai seleramu aja, Yang. Nggak masalah kok meski nggak dekat sama rumah Romo dan Ibu."Aku tidak tega melihat Lilyah kembali hancur ketika terus-terusan ditolak keluarga Hartadi untuk sesuatu hal yang tidak ia lakukan. Ekspresinya kini terlihat meragu dan tidak nyaman sama sekali dengan tangan menepuk pantat Luis yang mulai terlelap. "Aku akan bilang Romo dan Ibu kalau kamu nggak suka tinggal di Jakarta. Alasannya logis kan?!"Lalu Lilyah melepas ASI dari mulut Luis perlahan sekali kemudian mengancingkan pengait baju di bagian dada sambil duduk. Aku pun sama, memberi guling kecil untuk dirangkul Lewis agar tidak merasa aku meninggalkannya lalu duduk menghadap Lilyah."Kita ngobrol di ruang tengah aja yuk, Mas?" Pintanya dan aku menuruti.Kututup pintu kamar perlahan sekali lalu menuju ruang tengah dengan merangkul pundak Lilyah. Rumah sudah sepi karena semua pelayan, bodyguard, dan asistenku sudah masuk ke da

  • Pinangan Jutawan Berkedok Seniman   CEO Baru

    POV RADEN MAS / LOIS Dengan jas hitam yang terasa pas melekat di tubuh, aku turun dari mobil MPV Premiun usai pintunya dibuka oleh asistenku, Pak Wawan. Di depan loby pabrik sigaret yang dulu kupimpin, pengawal yang biasa bersama Romo langsung mengamankan jalanku menuju aula. Tidak ada media satupun yang kuizinkan untuk meliput pengangkatanku sebagai CEO Hartadi Group yang baru. Aku tidak mau wajahku malang melintang di media manapun lalu dikaitkan dengan kerajaan bisnis keluarga Hartadi yang turun temurun ini. Nanti efeknya bisa ke keluarga kecilku. Begitu memasuki aula rapat pabrik yang sekarang berubah lebih modern, jajaran direksi sudah menungguku. Lalu seulas senyum kusuguhkan sambil menyalami tangan mereka satu demi satu. "Selamat Mas Lubis." "Semoga sukses." "Semoga Hartadi Group makin berjaya dengan anda sebagai pemimpinnya." Rasanya aku terlalu muda duduk di kursi ini mengingat kolega bisnis Romo sudah berumur semua. Romo saja yang terlalu cepat ingin mengundurkan d

  • Pinangan Jutawan Berkedok Seniman   Serah Terima Jabatan

    POV RADEN MAS / LOIS "Nggak bisa apa, Romo?" tanyaku dengan menatap beliau lekat. "Lubis, Romo dan Ibumu terlahir dari keluarga yang menjaga etika, harga diri, sopan santun, juga tata krama yang tinggi. Coba kamu lihat orang-orang yang bermartabat tinggi di luar sana, sudikah mengangkat menantu yang pernah digauli lelaki lain lalu sempat menjadi perbincangan orang lain meski videonya udah nggak ada di dunia maya?" Aku hanya menatap Romo tanpa mengangguk atau menggeleng. "Lebih baik mereka menikahkan putranya sama yatim piatu yang benar-benar terjaga kehormatannya, Lubis. Karena kehormatan itu ... adalah harga tertinggi seorang perempuan yang nggak bisa dibeli dengan apapun kalau udah terlanjur dihancurkan laki-laki lain." "Tapi aku mencintai Lilyah dan mau menerima kekurangannya di masa lalu, Romo. Dia itu dijebak. Bukan seenak hati nyodorin kehormatannya demi lelaki lain," ucapku pelan namun tegas. Kepala Romo menggeleng, "Maaf, Romo dan Ibumu nggak bisa, Lubis. Maaf." Lalu aku

  • Pinangan Jutawan Berkedok Seniman   Lewis Dan Luis Mulai Ada Di Hati

    POV RADEN MAS / LOIS "Selamanya! Katakan sama Romo dan Ibumu, orang tua mana yang bisa menerima perempuan bekas lelaki lain?! Hati orang tua mana yang bisa merelakan putra kesayangannya menikah sama perempuan yang pernah digilir sama bajingan-bajingan?!" "Nggak ada, Lubis! Nggak ada orang tua yang bisa terima itu!" Romo berucap tegas meski tidak keras karena ada Luis dan Lewis. Jangan sampai mereka mendengar perdebatan yang menyangkutpautkan tentang Ibu mereka. Walau mereka belum memahaminya. "Tapi aku udah bersihin semua video Lilyah yang udah diunggah di dunia maya, Romo." "Tetap aja, Lubis! Tetap aja jatuhnya dia itu perempuan yang pernah ditiduri lelaki lain! Asal kamu tahu, Romo nggak masalah kamu nikah sama dia asal nggak ada masa lalu kelamnya yang kayak gitu! Tapi, takdir berkata lain. Dia tetap perempuan kotor!" "Meski Lilyah dijebak saudaranya sendiri?" tanyaku dengan tatapan mengiba. *** Pukul delapan malam, aku baru tiba di Bandung. Helikopter perusahaan turun di

  • Pinangan Jutawan Berkedok Seniman   Tidak Akan Pernah Ada Restu

    POV RADEN MAS / LOIS "Kita harus bicara, Lubis!" Hanya itu yang Romo katakan lalu beliau berlalu bersama Ibu. Kemudian aku dan Mbak Syaila mengikuti keduanya dengan menggendong si kembar menuju ke dalam rumah megah kedua orang tuaku ini. Rumah yang bisa membuat siapapun tersesat jika tidak terbiasa berada di dalamnya. Lirikan sinis dari kakak pertamaku yang haus harta, Mbak Ayu, tidak kuhiraukan sama sekali ketika melihat kedatanganku. Dia pernah hampir mencelakai si kembar ketika masih berada di kandungan Lilyah. Dan tidak akan kubiarkan kedua kalinya dia menyentuh Luis dan Lewis walau hanya sekedar mengusap pipinya. Jujur, aku gugup dan merasa sangat bersalah pada Romo dan Ibu karena hubungan kami tidak kunjung membaik pasca aku lebih memilih Lilyah dan kehamilannya kala itu. "Mbak, kira-kira Romo sama Ibu mau ngomong apa?" Bisikku dengan menyamakan langkah dengannya. "Kalau aku tahu duluan itu namanya aku mau jadi dukun, Lubis." Sungguh candaan Mbak Syaila tidak membuat

  • Pinangan Jutawan Berkedok Seniman   Kedatanganku Dengan Si Kembar

    POV RADEN MAS / LOIS Hari ini akan menjadi pertama kalinya aku kembali ke pabrik sigaret di Bandung yang setahun lalu kutinggalkan demi melindungi Lilyah dan kedua putra kembarku dari intervensi keluarga besarku. Dulu aku membangun pabrik ini dengan susah payah bahkan jatuh bangun untuk menunjukkan pada Romo, Ibu, dan keluarga besar Hartadi jika aku bisa sehebat Romo membawahi bisnis sigaret turun temurun keluargaku. Namun, demi kebahagiaan Lilyah dan ketenangannya merawat si kembar, aku memutuskan untuk meninggalkan semua fasilitas eksklusif premium yang keluargaku berikan. Pikirku, harta bisa kucari dari bisnis pribadiku, tanpa harus mengorbankan perasaan istri dan kedua buah hatiku yang tidak berdosa. "Kamu yakin nggak mau ikut?" tanyaku sambil menatap Lilyah lekat-lekat. Dia tengah mencukur jambang di rahangku dengan begitu telaten. Kepalanya kemudian menggeleng pelan dengan tetap mencukur rambut halus itu agar penampilanku tetap menarik. "Masih ada waktu lima belas meni

  • Pinangan Jutawan Berkedok Seniman   Dihibur Harapan Yang Tak Pasti

    POV RADEN MAS / LOIS “Saya tinggal dulu, Pak Daniel.” Aku tidak menjawab pertanyaan Pak Daniel tentang si kembar dan memilih berlau dari taman bermain itu. Aku belum bisa mengakui si kembar dan Lilyah pada dunia secepat ini. Khawatir nanti akan menimbulkan perselisihan lagi antara aku dan keluarga Hartadi. Aku tidak tega melihat Lilyah dan kedua putra kembarku terluka karena penolakan dari keluarga besar Hartadi. Setelah berada di salah satu toilet khusus pria, aku mengirimkan sebuah pesan pada Lilyah. [Pesan dariku : Aku ke toilet dulu. Mendadak mulas banget, Yang.] Padahal pesan itu mengandung kebohongan seratus persen hanya untuk menghindari persepsi Daniel tentang keberadaan si kembar dan juga Lilyah. Biarlah seperti ini dulu entah sampai kapan. Yang penting kami bahagia dan tidak membuat hati siapapun terluka. *** “Mas, kamu kok belum balik dari toilet?” Itu suara Lilyah dari sambungan telfon. “Apa perutmu masih mulas?” Bukan mulas, juga bukan masih di toilet.

DMCA.com Protection Status