Beranda / Urban / Pinangan Jutawan Berkedok Seniman / Akan Kuperjuangkan Karena Dia Masih 'Suamiku'

Share

Akan Kuperjuangkan Karena Dia Masih 'Suamiku'

Penulis: Juniarth
last update Terakhir Diperbarui: 2023-09-12 21:14:52
Merebut hati Lois kembali itu tidak mudah. Apalagi sudah ada mantan kekasihnya yang selama ini cukup akrab dengannya, Rily.

Selain mantan, ia juga berperan sebagai vokalis di grup band yang beranggotakan Lois. Itu membuat intensitas pertemuan keduanya terjalin lebih mudah. Lengkap sekali, seperti wadah bertemu tutupnya.

Rily, gadis itu sering memamerkan kedekatannya dengan Lois melalui status whasap yang pernah kulihat dari ponsel Nathasya. Meski Lois kala itu berkata jika dia berhubungan dengan Rily tidak lebih dari partner kerja karena menghargai status pernikahan kami, tetap saja kini aku merasakan kecemburuan.

Ya, Lois menghargai status pernikahan kami meski tidak ada cinta di dalamnya. Dia tidak mau dicap sebagai suami tidak tahu diri karena menjalin hubungan dengan mantan kekasih padahal sudah beristri. Namun, aku yang tidak peka karena belum menyadari pentingnya Lois dalam hidup, justru bersikap acuh kala itu.

Dan sekarang, aku menarik kembali sikap dan segala ucapanku di ma
Juniarth

enjoy reading ...

| 1
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (1)
goodnovel comment avatar
Elxa Bray
lanjut thor plis
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Pinangan Jutawan Berkedok Seniman   Meraih Hatinya Kembali

    "Bukan siapa-siapa, Ril!" Tut ... tut ... tut ... Sambungan telfon kami diputus oleh Lois. Mungkin mantan kekasihnya hendak meraih ponsel Lois lalu ia memilih mematikan sambungan. Mataku menatap nanar ponsel Nathasya yang berada dalam genggaman. Lalu segera menegakkan kepala agar air mata ini tidak luruh. Sumpah! Sakit sekali rasanya ketika mengetahui Lois sedang bersama Rily, mantan kekasihnya. Walau itu tidak salah, namun aku merasa sangat terbuang. Mungkin seperti inilah rasa sakit yang Lois terima ketika aku meninggalkannya kemarin. "Ly?" Kemudian aku mengusap air mata yang belum luruh lalu berbalik badan. "Thanks, Nath, buat ponselnya. Gue cabut," ucapku lalu mengangsurkan ponsel Nathasya. "Ly, lo kenapa --- " Tanpa mendengar kelanjutan ucapan Nathasya, aku segera pergi dari kosnya dengan hati bergemuruh sedih. Aku telah kehilangan Lois. Suami terbaik yang selama ini tidak pernah meminta imbalan kala menjaga atau membantu menguak rahasia dibalik fitnah video syurku.

    Terakhir Diperbarui : 2023-09-13
  • Pinangan Jutawan Berkedok Seniman   Aku Mencintaimu, Lois

    “Lois?” sapaku sekali lagi dengan membalas tatapan matanya intens. Dia hampir tidak berkedip kala menatapku. Lalu tangannya mendorong tubuhku masuk ke kamar kemudian menutup pintunya dengan cepat. “Lois, kenapa?” tanyaku keheranan. Tangannya mencengkeram kasar lalu memojokkan tubuhku ke dinding. Tatapannya mulai berubah tajam kala kami sedekat ini. “Apa tujuanmu tiba-tiba tidur di kamarku tanpa izin, Lilyah?!” tanyanya dengan suara pelan namun tegas. Sebenarnya aku mulai ketakutan ketika Lois berubah seperti ini. Lebih tepatnya takut jika ia menambah sakit hatiku yang sudah ada. “A … aku … pengen bicara sama kamu, Lois. Hubungan kita … masih belum selesai.” “Belum selesai? Tapi siapa kemarin yang bilang kalau masih ada rasa sama Ishak, heh?! Siapa yang bilang kalau Ishak sungguh-sungguh kali ini, heh?! Siapa?!!” bentak Lois. Aku terperanjat dan mata mulai berkaca-kaca. Wanita mana yang tidak ingin menangis kala dibentak oleh lelaki yang dicintai? Sekalipun si lelaki itu membent

    Terakhir Diperbarui : 2023-09-14
  • Pinangan Jutawan Berkedok Seniman   Cara Mendapatkan Hatimu Kembali

    “Aku bukan anak durhaka atau tidak tahu terima kasih, Pa. Tapi perlu Papa tahu, kalau seorang anak perempuan harus mendahulukan suaminya di atas perintah orang lain. Sekalipun itu orang tua yang telah merawat dan membesarkannya.” “Aku nggak punya niatan durhaka atau melawan Papa dan Mama. Bagiku, kalian adalah segalanya. Tapi, apa aku harus menuruti perintah Papa kalau itu salah? Yang benar adalah aku akan membuat Papa mengetahui kebenarannya. Termasuk arti seorang Lois dalam kehidupanku.” Papa beranjak dari duduknya dengan memandangku sengit. “Keluar kamu dari rumah ini, Lilyah!” tangan kirinya menunjuk ke arah pintu ruang tamu. Ya Tuhan, aku kembali diusir oleh ayah kandungku karena melawan titahnya. “Papa tega ngusir aku lagi?” “Buat apa tinggal sama anak yang durhaka kayak kamu, heh?! Lihat mukamu aja, Papa merasa jijik!” ucapnya kasar dengan tangan berkacak pinggang. Kepalaku mengangguk dengan memasang wajah setenang mungkin, meski hati bergejolak. “Baiklah kalau itu mau P

    Terakhir Diperbarui : 2023-09-15
  • Pinangan Jutawan Berkedok Seniman   Mengemis Cinta Suami

    "Selesai!" Berbekal nekat, akhirnya aku mengikuti saran Gia untuk mengejar Lois dengan sepenuh hati. Mengapa sepenuh hati? Jika aku melakukannya dengan hati bimbang karena masih memikirkan kenginan Papa, Mama, dan Ishak, maka hasilnya tidak akan maksimal. Sedangkan Rily, mantan kekasih Lois, saat ini juga memiliki kedekatan dengannya. Artinya, peluangku mendapatkan hati Lois terhalang oleh lawan yang kuat. Meski dulu Lois berkata jika hubungannya dengan Rily sebatas teman semata, namun jika hubungan pernikahan kami sedang dalam masa kritis seperti ini, bukan tidak mungkin hatinya bisa berpaling bukan? Jika sudah begitu, aku yang akan sengsara karena kehilangan Lois. Semua pakaianku telah masuk ke dalam koper besar. Beberapa minggu yang lalu aku baru kembali ke rumah masa kecil ini. Tapi sekarang, aku harus kembali meninggalkannya. Bedanya, jika dulu aku diusir dengan hati carut marut karena dipaksa berpisah dari Ishak, maka kali ini aku pergi tanpa kesedihan untuk menggapai kemba

    Terakhir Diperbarui : 2023-09-16
  • Pinangan Jutawan Berkedok Seniman   Jati Diri Suamiku Penuh Misteri

    "Oh, ya ampun ... maaf, Pak," ucap Lois sambil menepuk keningnya. "Malah saya tinggal ngobrol sama Mbak ini. Saya yang harusnya terima kasih karena udah dikasih buah tangan yang banyak. Padahal saya niatnya tulus ingin bantuin. Nggak mengharap imbalan," imbuhnya. Lois tiba-tiba bersikap sangat ramah pada asisten Bu Dirut yang berdiri bersama kami. Lalu menjabat tangan pria yang berusia hampir berkepala lima itu dengan kedua tangan dengan tubuh sedikit membungkuk. Asisten Bu Dirut juga ikut menunduk hingga kepala mereka berdua saling beradu. Hingga Lois mengaduh sedikit kesakitan lalu mengusap pucuk kepalanya sambil meringis. "Ya ampun, Den Mas. Maaf. Maafkan saya. Apa sangat sakit? Apa kita perlu ke rumah sakit?" tanya asisten itu dengan suara dan sikap cemas. "Nggak apa-apa kok, Pak. Kalau sudah selesai, Bapak boleh pulang." Lois segera memutar tubuh asisten itu meski wajahnya menampakkan kebingungan yang jelas. Lalu ia mendorong tubuh pria itu sedikit tergesa-gesa menuju sebu

    Terakhir Diperbarui : 2023-09-19
  • Pinangan Jutawan Berkedok Seniman   Jangan Pindah Ke Lain Hati Karena Harta

    Jika dulu setiap pagi Lois akan menyiapkan sarapan untuk kami lalu mengantarku berangkat bekerja, maka tidak dengan pagi ini.Begitu terdengar suara pintu diketuk, aku segera mengembalikan ponsel Lois ke tempat semula dan membuka pintu. Terlihat Lois berdiri menjulang tanpa membawa apapun padahal aku mengharapkan ia membawa sarapan.Dia berlalu begitu saja ke kamar lalu mengambil kunci motor dan ponselnya. "Aku pergi duluan," ucapnya acuh.Astaga, aku besar rasa dengan menganggapnya akan mengantarku berangkat bekerja."Jangan lupa kuncinya kamu taruh di angin-angin kayak biasanya," ucapnya tanpa menatap mataku.Ya Tuhan, ternyata Lois masih sangat marah namun masih berbaik hati memberi tumpangan tidur untukku.Mataku menatap punggungnya yang berjalan menuju tangga lalu menuruninya. Hati ini mencelos dan terasa sesak akibat sikap acuhnya, namun aku tetap berusaha tegar dan kuat. "Aku nggak boleh cengeng!" ucapku menyemangati diri sendiri. Usai meletakkan kunci di angin-angin kamar,

    Terakhir Diperbarui : 2023-09-20
  • Pinangan Jutawan Berkedok Seniman   Den Mas Lubis Itu Adalah ...

    Raden Mas Renjana L. Hartadi. Atau biasa dipanggil Den Mas Lubis. Itu adalah nama putra Pak Presdir yang konon kata rekan-rekan kerja suka ke kantor dengan pakaian santai. Datang menggunakan motor dan tiba ketika para rekan kerja sudah masuk agar wajahnya tidak terlalu dikenali. Jika aku tidak mengenal siapa putra Pak Presdir, itu hal yang wajar karena baru beberapa bulan bekerja di sini. Dari pada penasaran dengan tampang putra Pak Presdir yang sudah berangkat dengan Pak Presdir menggunakan helikopter menuju Bandung, lebih baik aku fokus bekerja. Namun di tengah-tengah bekerja, aku teringat akan percakapan Lois dan asisten Bu Dirut semalam dan ucapan Pak Rudy tadi pagi. “Den Mas Lubis?” Ingatanku juga kembali ke pesan dari kontak ‘Widianto Kantor’ yang dikirim ke nomer Lois. Dia menyebut nama ‘Den Mas’, ‘Romo’, dan ‘Kantor’. Jujur, itu sangat mengganggu pikiran. Mengapa ada kebetulan yang sama? Tapi apakah benar ada kebetulan yang sama? “Gi, boleh tanya nggak?” Saat ini, bert

    Terakhir Diperbarui : 2023-09-21
  • Pinangan Jutawan Berkedok Seniman   Prasangka Buruk Yang Berlebihan

    "Mending kamu buruan mandi. Bau!"Lois kembali menatap buku berbahasa Inggris itu usai berucap sedikit kasar dan mengacuhkanku. Sadar jika bauku kurang sedap usai seharian bekerja. Lalu aku menuruti ucapannya untuk segera mandi.Sambil membawa baju ganti, aku kembali menatap Lois."Aku nggak ngira. Selain pandai main gitar dan biola, ternyata kamu jago Bahasa Inggris juga, Lois."Bukannya senang mendengar sanjungan dariku, dia justru menutup buku itu dan meraih gitarnya. Lalu pikiranku berkelana ke kejadian hari ini saat di kantor. "Oh ya, Lois. Apa kamu percaya kalau ada kebetulan yang sempurna?" Tanpa menatapku dan sambil memetik senar gitar, dia membuka suara dengan ekspresi acuh."Kebetulan apa?" "Kamu mirip seseorang."Jemari kanannya yang memetik gitar terhenti seketika lalu kedua matanya menatapku dengan sorot tajam. Masih dengan posisi duduk bersila dan memangku gitar."Siapa?" Tanpa pikir panjang, aku mengutarakan penilaian. "Putra Pak Presdir. Namanya Den Mas Lubis."Lo

    Terakhir Diperbarui : 2023-09-22

Bab terbaru

  • Pinangan Jutawan Berkedok Seniman   Bikin Anak Lagi Yuk?

    POV RADEN MAS / LOIS Luis dan Lewis sudah sering bertandang ke rumah Romo dan Ibu sejak aku dan Lilyah pindah ke Jakarta. Entah sudah berapa bulan kami di Jakarta. Bahkan Romo dan Ibu khusus membuat acara welcome party untuk keduanya dengan mengundang keluarga Hartadi saja. Acara itu lumayan meriah tapi tidak ada Lilyah. Dia tidak mau datang karena takut pada Romo dan Ibu, ditambah keduanya juga tidak mengundang Lilyah. Meski aku memaksanya untuk datang namun tetap saja Lilyah tidak mau. Saudara-saudara begitu gemas melihat Luis dan Lewis saat bermain dengan keponakan yang lain. Pasalnya kedua anak kembarku itu benar-benar menggemaskan dan rupawan. “Yang, ayo ke rumah Romo dan Ibu. Ini akhir pekan lho.” Ajakku. Lilyah baru saja memasukkan bekal Luis dan Lewis ke dalam tas. “Kapan-kapan aja, Mas. Kalau aku udah diundang Romo dan Ibumu. Untuk saat ini biar kayak gini dulu. Aku cuma nggak mau mereka ilfil sama aku.” “Lagian, aku sama si kembar udah biasa sembunyi dari media tenta

  • Pinangan Jutawan Berkedok Seniman   Senyum Bahagia Palsu Istriku

    POV RADEN MAS / LOIS "Den Mas, akta kelahiran Mas Luis dan Mas Lewis sudah jadi," ucap Pak Wawan, asisten pribadiku. Aku yang sedang duduk di kursi kebesaran CEO Hartadi Group lantas menerima map hijau berisi akta kelahiran baru kedua jagoanku. Gegas aku membuka map itu dan membaca kata demi kata yang tertulis di sana dengan seksama. Tidak ada yang berubah selain nama kedua putraku itu. Raden Mas Satria Luis Hartadi. Raden Mas Satria Lewis Hartadi. Dan nama Lilyah masih tertulis jelas sebagai ibu kandung keduanya. "Makasih, Pak Wawan. Nanti akan aku tunjukin ke Lilyah." Sudah satu minggu ini kami menempati rumah baru yang berada tidak jauh dari rumah Romo dan Ibu. Tentu saja Lilyah berusaha beradaptasi dengan lingkungan sekitar. Begitu juga dengan Luis dan Lewis. Biasanya kami tinggal di tempat yang minim polusi dan masih bisa menikmati pepohon tinggi di Bandung, kini justru disuguhi dengan pemandangan gedung bertingkat dan hawa yang panas. Sejak kami pindah ke Jakarta,

  • Pinangan Jutawan Berkedok Seniman   Raden Mas Satria Luis dan Lewis Hartadi

    POV RADEN MAS / LOIS "Kalau kamu nggak nyaman, kita bisa cari rumah yang sesuai seleramu aja, Yang. Nggak masalah kok meski nggak dekat sama rumah Romo dan Ibu."Aku tidak tega melihat Lilyah kembali hancur ketika terus-terusan ditolak keluarga Hartadi untuk sesuatu hal yang tidak ia lakukan. Ekspresinya kini terlihat meragu dan tidak nyaman sama sekali dengan tangan menepuk pantat Luis yang mulai terlelap. "Aku akan bilang Romo dan Ibu kalau kamu nggak suka tinggal di Jakarta. Alasannya logis kan?!"Lalu Lilyah melepas ASI dari mulut Luis perlahan sekali kemudian mengancingkan pengait baju di bagian dada sambil duduk. Aku pun sama, memberi guling kecil untuk dirangkul Lewis agar tidak merasa aku meninggalkannya lalu duduk menghadap Lilyah."Kita ngobrol di ruang tengah aja yuk, Mas?" Pintanya dan aku menuruti.Kututup pintu kamar perlahan sekali lalu menuju ruang tengah dengan merangkul pundak Lilyah. Rumah sudah sepi karena semua pelayan, bodyguard, dan asistenku sudah masuk ke da

  • Pinangan Jutawan Berkedok Seniman   CEO Baru

    POV RADEN MAS / LOIS Dengan jas hitam yang terasa pas melekat di tubuh, aku turun dari mobil MPV Premiun usai pintunya dibuka oleh asistenku, Pak Wawan. Di depan loby pabrik sigaret yang dulu kupimpin, pengawal yang biasa bersama Romo langsung mengamankan jalanku menuju aula. Tidak ada media satupun yang kuizinkan untuk meliput pengangkatanku sebagai CEO Hartadi Group yang baru. Aku tidak mau wajahku malang melintang di media manapun lalu dikaitkan dengan kerajaan bisnis keluarga Hartadi yang turun temurun ini. Nanti efeknya bisa ke keluarga kecilku. Begitu memasuki aula rapat pabrik yang sekarang berubah lebih modern, jajaran direksi sudah menungguku. Lalu seulas senyum kusuguhkan sambil menyalami tangan mereka satu demi satu. "Selamat Mas Lubis." "Semoga sukses." "Semoga Hartadi Group makin berjaya dengan anda sebagai pemimpinnya." Rasanya aku terlalu muda duduk di kursi ini mengingat kolega bisnis Romo sudah berumur semua. Romo saja yang terlalu cepat ingin mengundurkan d

  • Pinangan Jutawan Berkedok Seniman   Serah Terima Jabatan

    POV RADEN MAS / LOIS "Nggak bisa apa, Romo?" tanyaku dengan menatap beliau lekat. "Lubis, Romo dan Ibumu terlahir dari keluarga yang menjaga etika, harga diri, sopan santun, juga tata krama yang tinggi. Coba kamu lihat orang-orang yang bermartabat tinggi di luar sana, sudikah mengangkat menantu yang pernah digauli lelaki lain lalu sempat menjadi perbincangan orang lain meski videonya udah nggak ada di dunia maya?" Aku hanya menatap Romo tanpa mengangguk atau menggeleng. "Lebih baik mereka menikahkan putranya sama yatim piatu yang benar-benar terjaga kehormatannya, Lubis. Karena kehormatan itu ... adalah harga tertinggi seorang perempuan yang nggak bisa dibeli dengan apapun kalau udah terlanjur dihancurkan laki-laki lain." "Tapi aku mencintai Lilyah dan mau menerima kekurangannya di masa lalu, Romo. Dia itu dijebak. Bukan seenak hati nyodorin kehormatannya demi lelaki lain," ucapku pelan namun tegas. Kepala Romo menggeleng, "Maaf, Romo dan Ibumu nggak bisa, Lubis. Maaf." Lalu aku

  • Pinangan Jutawan Berkedok Seniman   Lewis Dan Luis Mulai Ada Di Hati

    POV RADEN MAS / LOIS "Selamanya! Katakan sama Romo dan Ibumu, orang tua mana yang bisa menerima perempuan bekas lelaki lain?! Hati orang tua mana yang bisa merelakan putra kesayangannya menikah sama perempuan yang pernah digilir sama bajingan-bajingan?!" "Nggak ada, Lubis! Nggak ada orang tua yang bisa terima itu!" Romo berucap tegas meski tidak keras karena ada Luis dan Lewis. Jangan sampai mereka mendengar perdebatan yang menyangkutpautkan tentang Ibu mereka. Walau mereka belum memahaminya. "Tapi aku udah bersihin semua video Lilyah yang udah diunggah di dunia maya, Romo." "Tetap aja, Lubis! Tetap aja jatuhnya dia itu perempuan yang pernah ditiduri lelaki lain! Asal kamu tahu, Romo nggak masalah kamu nikah sama dia asal nggak ada masa lalu kelamnya yang kayak gitu! Tapi, takdir berkata lain. Dia tetap perempuan kotor!" "Meski Lilyah dijebak saudaranya sendiri?" tanyaku dengan tatapan mengiba. *** Pukul delapan malam, aku baru tiba di Bandung. Helikopter perusahaan turun di

  • Pinangan Jutawan Berkedok Seniman   Tidak Akan Pernah Ada Restu

    POV RADEN MAS / LOIS "Kita harus bicara, Lubis!" Hanya itu yang Romo katakan lalu beliau berlalu bersama Ibu. Kemudian aku dan Mbak Syaila mengikuti keduanya dengan menggendong si kembar menuju ke dalam rumah megah kedua orang tuaku ini. Rumah yang bisa membuat siapapun tersesat jika tidak terbiasa berada di dalamnya. Lirikan sinis dari kakak pertamaku yang haus harta, Mbak Ayu, tidak kuhiraukan sama sekali ketika melihat kedatanganku. Dia pernah hampir mencelakai si kembar ketika masih berada di kandungan Lilyah. Dan tidak akan kubiarkan kedua kalinya dia menyentuh Luis dan Lewis walau hanya sekedar mengusap pipinya. Jujur, aku gugup dan merasa sangat bersalah pada Romo dan Ibu karena hubungan kami tidak kunjung membaik pasca aku lebih memilih Lilyah dan kehamilannya kala itu. "Mbak, kira-kira Romo sama Ibu mau ngomong apa?" Bisikku dengan menyamakan langkah dengannya. "Kalau aku tahu duluan itu namanya aku mau jadi dukun, Lubis." Sungguh candaan Mbak Syaila tidak membuat

  • Pinangan Jutawan Berkedok Seniman   Kedatanganku Dengan Si Kembar

    POV RADEN MAS / LOIS Hari ini akan menjadi pertama kalinya aku kembali ke pabrik sigaret di Bandung yang setahun lalu kutinggalkan demi melindungi Lilyah dan kedua putra kembarku dari intervensi keluarga besarku. Dulu aku membangun pabrik ini dengan susah payah bahkan jatuh bangun untuk menunjukkan pada Romo, Ibu, dan keluarga besar Hartadi jika aku bisa sehebat Romo membawahi bisnis sigaret turun temurun keluargaku. Namun, demi kebahagiaan Lilyah dan ketenangannya merawat si kembar, aku memutuskan untuk meninggalkan semua fasilitas eksklusif premium yang keluargaku berikan. Pikirku, harta bisa kucari dari bisnis pribadiku, tanpa harus mengorbankan perasaan istri dan kedua buah hatiku yang tidak berdosa. "Kamu yakin nggak mau ikut?" tanyaku sambil menatap Lilyah lekat-lekat. Dia tengah mencukur jambang di rahangku dengan begitu telaten. Kepalanya kemudian menggeleng pelan dengan tetap mencukur rambut halus itu agar penampilanku tetap menarik. "Masih ada waktu lima belas meni

  • Pinangan Jutawan Berkedok Seniman   Dihibur Harapan Yang Tak Pasti

    POV RADEN MAS / LOIS “Saya tinggal dulu, Pak Daniel.” Aku tidak menjawab pertanyaan Pak Daniel tentang si kembar dan memilih berlau dari taman bermain itu. Aku belum bisa mengakui si kembar dan Lilyah pada dunia secepat ini. Khawatir nanti akan menimbulkan perselisihan lagi antara aku dan keluarga Hartadi. Aku tidak tega melihat Lilyah dan kedua putra kembarku terluka karena penolakan dari keluarga besar Hartadi. Setelah berada di salah satu toilet khusus pria, aku mengirimkan sebuah pesan pada Lilyah. [Pesan dariku : Aku ke toilet dulu. Mendadak mulas banget, Yang.] Padahal pesan itu mengandung kebohongan seratus persen hanya untuk menghindari persepsi Daniel tentang keberadaan si kembar dan juga Lilyah. Biarlah seperti ini dulu entah sampai kapan. Yang penting kami bahagia dan tidak membuat hati siapapun terluka. *** “Mas, kamu kok belum balik dari toilet?” Itu suara Lilyah dari sambungan telfon. “Apa perutmu masih mulas?” Bukan mulas, juga bukan masih di toilet.

DMCA.com Protection Status