Beranda / Romansa / Pilihan York / Menit-Menit Terakhir

Share

Pilihan York
Pilihan York
Penulis: Calypso Kendra

Menit-Menit Terakhir

Penulis: Calypso Kendra
last update Terakhir Diperbarui: 2021-10-18 11:40:19

Hanya 45 menit lagi untuk menyelesaikan seluruh prosedur atau pesawat akan lepas landas meninggalkan Negara penuh kenangan ini. Akh, lebih tepatnya York dilanda dilema antara harus mengatakan yang sebenarnya pada wanita yang tampak antusias berbicara dengan seseorang di seberang sana melalui ponselnya.

Senyumnya yang mekar sempurna bak bunga sakura yang menjadi ciri khas penduduk jepang membuat York akhirnya membatalkan niatnya di detik-detik terakhir wanita itu mematikan ponselnya dan menoleh ke arahnya.

“Oh, York kurasa ibu akan merindukan sifat bodohmu itu.” Memeluk York Portland dengan erat dan penuh kasih sayang.

Hangat itu yang York rasakan. York ingin menjadi bayi kembali agar bisa bermanja ria pada ibunya setiap hari. Menjadi dewasa itu tidak menyenangkan, dulu saat kau kecil dan merasa kesulitan orangtuamu akan datang memeluk lalu menanggung kesulitan itu sendiri dan menyelesaikannya untukmu.

Kau hanya perlu menangis maka seluruh keinginanmu akan dikabulkan selama itu masuk akal tentunya. Dan saat kau dewasa, kau perlahan menyadari bahwa setiap orang memiliki beban masing-masing, kau hanya bisa menggertakkan gigi dan menanggung kesulitanmu sendiri. Setiap hari ada saja hal yang perlu dikerjakan, ada saja masalah yang perlu diselesaikan, ada begitu banyak hal yang diluar ekspektasi dan di luar kendali hingga rasanya ingin menyerah pada hidup.

Banyak malam yang di lewatkan tanpa tidur, tinggal memejamkan mata saja rasanya otak tidak bisa bersinkronisasi. Andai saja saat ini York masih bayi mungkin peristiwa itu… York menggelengkan kepalanya.

“Ayolah bu berhenti mengataiku bodoh. Apa kau menyogok atau menggunakan koneksi bibi Ellen untuk memasukkanku ke universitas ini?” York pura-pura memicingkan matanya ke arah ibunya. Tentu saja York sangat mempercayai kemampuannya sendiri bagaimanapun ia adalah pencetak nilai penuh dan peraih top scorer dalam ujian negara tahun ini.

“Bagaimana mungkin? awalnya ibu ingin menyogok dengan menyumbangkan labolatorium penelitian tapi di tolak pihak universitas. Katanya tanpa ibu menyumbangkan ruangan pun pihak universitas sudah menyediakan kursi di universitas ini untukmu.“Berly Madison tampak cemberut.

“See, berarti putrimu tidak bodoh kan bu?” York menyandarkan punggungnya ke sandaran kursi.

“Tapi tetap saja, ibu juga ingin seperti ibu-ibu kaya lainnya yang menyogok anaknya supaya di terima di sebuah sekolah, menyogok biar anaknya dapat nilai yang bagus. Tapi kau tidak pernah memberi ibu kesempatan, selalu saja kau mendapat nilai sempurna dan masuk sekolah top tanpa sepeser uang pun. Lalu untuk apa ibu bekerja keras kalau uang yang ibu hasilkan tidak pernah digunakan untuk membiayai pendidikanmu. Rasanya aku ingin membunuh seluruh donator beasiswamu.”

York tertawa mendengar jawaban konyol ibunya “Oke bu, kalau begitu bagaimana jika saat kuliah nanti aku berpura-pura bodoh saja, tidak mengerjakan tugas kuliah, bolos kelas, dan menjawab ujian dengan asal-asalan. Lalu kau bisa menyogok dosenku untuk memberikanku nilai bagus. Apakah itu cukup bagus bu?” York sendiri merasa IQ nya dipermalukan saat mengucapkan pernyataan ini.

“Sangat bagus, lalu kau harus melakukan apa yang kamu katakana nak. Lalu ibu akan datang ke kampus dan menyogok dosenmu untuk membuat nilaimu cemerlang. Akh ibu sungguh tidak sabar.” Berly menggosok-gosok kedua telapak tangannya dengan semangat.

York tidak tahu harus tertawa atau menangis mendengar jawaban ibunya “Lalu bu, mereka akan menuduhku curang selama ujian negara dan mengira aku telah mendapat bocoran soal makanya bisa mendapat nilai penuh. IQ dan moralku akan dipertanyakan, beasiswaku di cabut, aku diusir dari kampus jadi pengangguran jadi menjadi ekor setiap hari dan merecokimu setiap saat. Apakah itu baik-baik saja?” York memiringkan kepalanya.

“Akh kedengarannya sangat tragis, sebenarnya tanpa beasiswa ibu bisa menyekolahkanmu di universitas top manapun tapi kalau IQ dan moralmu dipertanyakan… sepertinya ibu harus menunda cita-cita ibu untuk melakukan aksi penyogokan sementara waktu.” Berly menghembuskan napasnya sesaat.

“Menunda? sementara? bu apa itu berarti kau masih berniat mewujudkan cita-citamu yang sangat mulia itu?” York menaikkan sebelah alisnya sembari memandang ibunya.

“Tentu saja, kau nanti akan menikah dan memiliki anak lalu aku akan membantumu untuk menyogok guru cucuku nantinya.”

“Bu, tolong hilangkan pemikiran konyol itu aku tidak akan menikah oke!”

“Tidak menikah? kenapa?” Berly mengernyitkan alisnya.

“Aku tidak membutuhkan siapapun selain kamu bu. Pernikahan hanya akan menambah masalah dan menambah beban pikiran. Aku tidak bisa membayangkan hidupku nantinya tinggal di rumah menggunakan daster lalu mengerjakan pekerjaan rumah dan melayani pria asing atas embel-embel cinta dan pernikahan. Pria itu bahkan tidak ada bersamaku sejak aku lahir ke dunia, ia hanya muncul di pertengahan kisah hidupku dan kalau sedang sial bisa saja pria tersebut akan melakukan perselingkuhan yang berujung cerai. Itu sungguh menguras mental dan membuang-buang waktu bu.” York memijit keningnya yang sebenarnya tidak sakit.

“Ibu sebenarnya tidak masalah kamu menikah atau tidak, selama kamu bahagia York ibu oke-oke saja. Karena tujuan ibu melahirkanmu adalah untuk membuatmu bahagia, ibu akan selalu mendukung keputusanmu nak selama itu tidak keluar dari jalur-jalur yang telah kita sepakati sebelumnya.” Berly mengusap punggung York dengan lembut seolah berusaha mengatakan pada York bahwa ibunya akan selalu ada bersamanya apapun yang terjadi.

Inilah yang York sukai dari ibunya. Meski terkadang ibunya suka merancang ide-ide konyol dan nyeleneh, tapi ibunya adalah wanita yang open minded, independen, dan penuh dengan kasih sayang. Menjadi single parent bukan alasan bagi ibunya untuk menjadi orang yang keras meski hidup menempanya sangat keras.

Ketika ayahnya meninggalkan ia dan ibunya tanpa alasan yang jelas ibunya tidak pernah menyalahkan ayahnya bahkan mengajarkannya untuk membenci ayahnya. Mungkin ibunya bukan wanita yang sempurna, tapi dari ibunya York belajar bahwa wanita harus independen dan memiliki skill bertahan hidup.

Jika tidak, ketika pohon dimana tempat ia bisa menggantung tumbang maka ia juga akan turut tumbang. Lebih baik menanam pohon sendiri daripada harus bergantung pada pohon orang lain.

“Aku tau bu, kau sangat mencintaiku. Aku juga sangat menyayangimu bu jika nanti aku mendapatkan kesempatan untuk terlahir kembali aku hanya ingin terlahir melalui rahimmu bu. Kurasa aku tidak akan terbiasa lahir dari perut orang lain.” York tersenyum jenaka.

“Anak konyol, sejak kapan kita bisa memilih terlahir dimana dan dilahirkan oleh siapa. Baiklah sepertinya ibu harus check ini sekarang atau pesawat akan meninggalkan ibu.”

“Baiklah bu, jangan lupa bawakan aku Leonardo Da Vinci jika bertemu nanti dengannya di jalan aku harus bertanya padanya kenapa lukisan monalisa tidak memiliki alis berapa perkiraan berat badan monalisa saat ia di lukis.” York berbicara ngawur.

“Baiklah nak, tolong berhenti mempermalukan IQ 190 mu dengan melontarkan gagasan-gagasan  konyolmu.”

“Aku menirumu bu.” York mengendikkan bahunya santai.

“Baiklah kau memang putriku, buah tidak jatuh jauh dari pohonnya. Ibu berangkat sayang, jaga dirimu, jangan lupa makan yang teratur, kemarin kau sudah makan junk food jadi 4 hari ke depan jangan makan junk food lagi, dan jangan lupa bersosialisasi dengan teman-teman kampusmu berhenti membenamkan diri dalam buku-buku dan perpustakaan kampusmu itu.” Begitulah seorang ibu, ketika akan bepergian bukannya mengkhawatirkan perjalanannya sendiri malah sibuk mengkhawatirkan anaknya sendiri.

“Aku tahu bu, percayalah bu aku bukan ansos. Cepatlah bu, lihat petugas disana sudah mempelototimu karena tidak kunjung bergegas ke sana.” York menunjuk petugas yang memasang raut datar tanpa ekspresi, York saja yang berlebihan mengatakan bahwa ia mempelototi ibunya biar drama ini selesai. Kalau tidak sampai besok sore pun ibunya tidak akan selesai menyampaikan wejangannya yang sialnya benar.

“Baiklah, ibu pergi dulu York sampai jumpa.” Berly mencium kedua pipi York begitu pun York lalu bergegas ke arah petugas pemeriksaan.

“Sampai jumpa bu.” York melambaikan tangannya sambil tersenyum hangat.

Perlahan senyuman York semakin menyusut yang menyisakan wajah datar, tak berekspresi yang penuh kehampaan. Tidak ada lagi York yang se-hangat musim panas Boston, ia memandangi pesawat yang membawa ibunya  lepas landas dan semakin jauh tak terlihat meninggalkan York dengan perasaan rumit dan kebenaran yang menggantung di depan matanya sejak sepekan yang lalu.

Ini baru permulaan tapi bongkahan kehampaan sudah menjalar ke nadinya, mengikatnya untuk menyadari kebohongan demi kebohongan. Ini adalah dunia yang sebenarnya bukan ilusi yang di mimpikannya ketika ia menunggu di bawah pohon natal ditemani salju yang menyelimuti malam natal di Jepang.

Three..two…one…

Duarrrrrrr…. Pesawat meledak!!!

York memejamkan matanya, lalu berbalik meninggalkan bandara tanpa berbalik tanpa menoleh ke belakang walau hanya sesaat.

Bab terkait

  • Pilihan York   Celeste Mafia?

    “Kekayaan bukanlah untuk memberi makan ego tetapi memberi makan orang yang lapar dan untuk membantu orang lain dalam membantu diri sendiri. Wow, Andrew Carnegie sungguh patut menjadi idola. Baik dari segi kekayaan, etos kerja, ke dermawanan, tidak seperti seseorang yang ku kenal oportunis dan sangat kapitalis.” Maxwell sengaja meninggikan suaranya sambil menutupi wajahnya dengan buku bersampulkan Andrew Carnegie.“Diam kau Maxwell, fokus saja untuk menyelesaikan hukumanmu atau aku akan menghancurkan kartu kreditmu dan menarik kembali mobil sport yang telah ku berikan padamu.” Celeste Winston menatap Maxwell dengan tajam.Suara dinginnya yang tajam dan menusuk membuat siapapun yang mendengarnya pasti bergidik ngeri dan ketakutan. Meski Celeste terlihat dingin dan mendapat julukan wanita besi dalam dunia bisnis tetap saja ia harus selalu berkompromi ketika berhadapan dengan adik kandungnya sendiri.“Baiklah kakak jangan terlalu galak,

    Terakhir Diperbarui : 2021-10-18
  • Pilihan York   Identitas York

    Bandara internasional Zurich tampak ramai ketika York keluar dari ruang pengambilan barang di. Rambut pirang York yang lembut dan halus terurai manja di antara jaket kulit hitamnya. York mengenakan kacamata hitam untuk menutupi mata bengkaknya sehabis mengamuk tadi malam saat kedatangan Celeste.Kaos putih yang membalut tubuh langsing tampak trendi dipadu padankan dengan legging hitam yang menonjolkan bentuk paha dan kakinya serta sneakers putih yang membuat penampilannya casual namun elegan dan modis di saat bersamaan.Tinggi badannya yang mencapai 178 cm membuatnya tampak menonjol di tengah kerumunan apalagi fitur wajahnya yang tampak lembut dan rahangnya yang tegas namun terlihat halus dan temperamennya yang dingin membuat siapapun yang melihatnya pasti akan menengok dua kali.York mengistirahatkan kaki jenjangnya di kursi sambil menunggu jemputannya datang.“York Portland?” York mengangkat kepalanya dari ponsel yang sedang di utak-atiknya

    Terakhir Diperbarui : 2021-10-18
  • Pilihan York   Jenius Muda

    “Kau sudah sampai?” tuan tua Portland mengangkat kepalanya dari tumpukan kertas sedangkan Chris keluar dari ruangan tersebut dan menyisakan York serta tuan tua Portland.“Hmm….” York menjawab singkat. York memang dingin dan acuh tak acuh, meskipun pria tua di hadapannya ini adalah kakeknya namun York tidak menemukan adanya bonding ataupun ikatan diantaran mereka. Bagi York tuan tua Portland adalah orang asing.“Aku senang karena akhirnya kau memutuskan untuk datang kesini.” Tuan tua Portland melihat York yang tampak tenang menyeruput secangkir teh di hadapannya. Meski tenang namun York seakan memberi tembok pemisah yang membuat orang segan untuk berbicara padanya. Tuan tua Portland tampak bangga, karena di usia yang masih muda cucu perempuannya ini tidak hanya berbakat dalam komputer tetapi juga memiliki aura alpha yang membuat orang lain merasa harus menghormatinya.York hanya diam saja tidak menyahuti perkataan Portla

    Terakhir Diperbarui : 2021-10-18
  • Pilihan York   Luxury Orchid

    Tuan tua Portland memasuki mansion bergaya eropa mewah, kebayang nggak sih seberapa mahal perabotan yang terpampang nyata di setiap sudut rumah si pemilik. York mengikuti dari belakang dengan elegan seolah tidak tertarik untuk mengamati sekeliling mansion klasik ini.Ketika kamu berkunjung ke rumah mewah, aturan yang pertama adalah usahakan agar mata tidak jelalatan dan bersikaplah tenang dan elegan dengan begitu kamu tidak akan terlihat norak dan di anggap remeh si tuan rumah. Mengagumi boleh tapi jangan sampai mempermalukan diri sendiri.Setidaknya itu yang York pelajari dari kelas tata krama semasa sekolahnya dulu, bukan York yang ingin masuk kelas tata krama tapi wanita itu yang memaksanya untuk mengikuti kelas tersebut dan setidaknya hal itu berguna sekarang.Terkadang hal yang kita anggap dulunya tidak berguna dan buang-buang waktu ternyata akan berguna di masa depan pada waktu yang tepat dan momen yang tepat, intinya tidak ada hal yang sia-sia.

    Terakhir Diperbarui : 2021-10-18
  • Pilihan York   Tidak Di Izinkan

    “Tidak bisa Olivie Golden Autumn itu sangat jauh dari Winter tech.”“Apa hubungannya dengan winter tech?”“York akan bekerja di winter tech team reseach dan development jadi York sangat butuh lokasi yang strategis dan tidak memakan waktu untuk bolak-balik apartemen perusahaan.” Tuan tua Portland menanggapi pertanyaan Olivie dengan sabar mengingat betapa enaknya masakan Olivie.“York kan tidak lulus kuliah, bagaimana mungkin dia bisa bekerja disana? Sedangkan kak Axel saja yang sudah double master dan memiliki gelar di bidang IT tetap saja tidak di izinkan bergabung dengan team R and D.”“Meski Axel punya gelar IT, tapi ia kurang passionate dan berbakat di bidang IT secara Axel kuliah jurusan IT juga karena desakan papahmu. Dan kakek amati Axel memang lebih berbakat di bidang manajemen keuangan lihat saja profif Rainy Bank meningkat 80% hanya dalam 9 bulan ia menjadi direktur disana.”

    Terakhir Diperbarui : 2021-10-18
  • Pilihan York   Berada di Kantor

    “Bagaimana York kau puas dengan apartemen ini?” tuan tua Portland membawa York berkeliling apartemen yang akan menjadi tempat tinggal York selama ia berada di Rusia.“Ya.” York menjawab singkat lalu mengikuti tuan tua Portland keluar dari apartemen menuju basement. Memang rencananya setelah mengantar York ke apartemen barunya, tuan tua Portland juga akan membawa York ke perusahaan untuk memperkenalkan kepada karyawan Winter Tech.“Selamat siang presdir.”“Siang Mr.Portland...”“Mr. Portland...”Inilah pemandangan yang York dapati saat memasuki gedung perusahaan bersama tuan tua Portland yang di balas tuan tua Portland dengan anggukan dan senyuman seolah menyapa balik karyawannya.“Siapa gadis yang bersama Presdir?”“Sangat jarang melihat presdir membawa seseorang ke perusahaan bersamanya.”“Mungkinkah itu nona Olivie?”“

    Terakhir Diperbarui : 2021-10-20
  • Pilihan York   Rekan Se-tim

    Bagaimana tidak terkejut? Kontes itu diadakan 5 tahun lalu, berapa usia York saat itu? Hmm 13 tahun, anak 13 tahun sudah update soal AI yang notabene rumit dan sulit untuk dipahami dan yang lebih mengejutkan lagi, ia mampu mengulik kisah dibaliknya. Tolong ini bukan hal yang bisa dikerjakan oleh remaja bisa berusia 13 tahun.“Itu adalah salah satu momen yang ingin aku delete dalam hidupku, aku menyesal karena terlalu naif di masa lalu. Aku terlalu mempercayai Ecollin dan menyerahkan AI yang telah ku kerjakan berbulan-bulan dan hanya tidur 1 jam setiap harinya. Dan alhasil Ecollin menikmati semuanya dan dieluk-elukkan dunia sedangkan aku tidak mendapatkan apa-apa bahkan harus berbaring di ranjang rumah sakit hampir mati karena kurang tidur berbulan-bulan. Kalau bukan karena tuan tua Portland mungkin seorang Avery akan lenyap dari bumi ini.” Avery terkekeh miris, sebenarnya Avery tidak ingin menceritakan ini karena sama saja ini membuka luka lama dan membuatny

    Terakhir Diperbarui : 2021-10-20
  • Pilihan York   Taruhan

    “Portland? apakah kau memiliki hubungan dengan Mr. Portland?” York belum sempat menjawab ketika ada suara lain yang menyahut.“Sepertinya ia memiliki hubungan dengan Mr. Portland, jika tidak bagaimana mungkin ia bisa masuk departemen R and D.”“Mungkin saja, apalagi dia baru saja menyelesaikan high school. Ini namanya nepotisme, banyak orang yang harus menangis darah agar bisa masuk departemen R and D sedangkan ia hanya mengandalkan hubungan orang dalam. Ini tidak adil.” Seorang Wanita berlipstik merah memeloti York dengan sorotan tak terima.“Akh, aku takut nantinya ia bisa menurunkan standar tim kita.”“Lagian di masih terlalu muda, dan biasanya manusia se-usianya cenderung labil dan tidak menganggap serius pekerjaannya. Nanti bukannya membantu yang ada malah jadi beban.”“Kau tidak boleh berbicara seperti itu, nanti dia menangis dan melapor pada kakeknya lalu kau di pecat apa kau

    Terakhir Diperbarui : 2021-10-20

Bab terbaru

  • Pilihan York   Andra

    Celeste memasuki bandara sambil memegang kertas bertuliskan "Reo". Inilah akibat kelakuan laknatnya York, saat Celeste meminta foto Reo agar ia tidak celingak-celinguk di bandara nanti York berkata bahwa ia tidak punya foto Reo dan Reo tidak menolak keras untuk berfoto maupun di foto. Oke untuk ini Celeste paham karena tidak semua orang nyaman berada dalam jepretan kamera. Lalu Celeste pun meminta nomor ponsel Reo dan nama lengkapnya tiba-tiba saja York offline dan tidak aktif lagi hingga sekarang. Ingin rasanya Celeste berkata kasar, andaikan saat ini York ada di depannya mungkin ia akan memutilasi York menjadi delapan bagian. Celeste keluar dari mobilnya dan bergegas ke pintu kedatangan. Sambil memegang kertas di kedua tangannya ia melihat ke pintu kedatangan sembari menebak-nebak yang mana kira-kira pria bernama Reo. Sudah 10 menit Celeste menunggu, namun pria yang bernama Reo tersebut tak kunjung menghampirinya."Apa tulisanku tidak terbaca? tapi kan aku

  • Pilihan York   Pria Licik

    York memejamkan matanya sembari sesekali menyesap teh susu yang dipesannya dari waiter yang sedari tadi berseliweran mengantarkan pesanan pengunjung. Sungguh ini adalah hal terandom dari sekian hal random yang York pernah lakukan yaitu mengunjungi cafe pukul 02 pagi. Di saat yang lain sibuk beradu dalam alam mimpi, York sibuk berada dengan pikirannya.Beruntung cafe ini buka 24 jam dan suasana tropical yang sudut diisi dengan deretan buku-buku yang tertata rapi pada rak-rak kayu yang semakin menambah kesan minimalis namun aesthetic cafe ini.York mengamati cafe yang hanya menyisikan beberapa orang saja. Termasuk seorang pria yang duduk dengan anggun sambil membolak-balikkan buku seolah ia adalah objek yang baru keluar dari lukisan. Jangankan pengunjung bahkan para waiters pun curi-curi pandang bahkan memandang dengan terang-terangan ke arah pria berkulit putih pucat tersebut seolah siap untuk memangsanya. Kaos hitam yang dikenakannya tampa

  • Pilihan York   Setuju

    Arthur terdiam tampak merenung dengan tatapan kosong. Tuan tua Portland mencicipi tehnya sembari menunggu Arthur angkat suara, ia tidak mendesak dan menunggu dengan sabar.Arthur menghembuskan nafasnya dengan kasar "Dia ingin membuat Chip yang di tanam ke otak manusia untuk mengendalikan aplikasi yang terdapat pada ponsel, laptop ataupun perangkat teknologi lainnya."Deg...Tuan tua Portland yang sedang menyesap tehnya hampir menyemburkan teh tersebut dari mulutnya. Beruntung sebagian teh sudah hampir mencapai lambungnya jika tidak ntah seperti apa nasib wajah tampan Arthur yang akan banjir semburan tuan tua Portland."Bukankah itu teknologi yang dulu Steve kerjakan ?" tuan tua Portland meletakkan cangkir tehnya sambil mengingat betapa bahagianya wajah putranya saat membicarakan ide itu padanya."Yah, teknologi yang gagal dan merupakan teknologi terakhir yang Steve kerjakan sebelum ia menghilang." Arthur berucap dengan lirih

  • Pilihan York   Sahabat Arthur

    "Jujur, saya sangat menyukai desainmu York tapi dari sudut pandang ekonomi saat ini perusahaan belum memiliki kapasitas untuk menciptakan teknologi se-inovatif ini. Karena kondisi finansial perusahaan saat ini tidak stabil. Durasi pengerjaan juga terlalu singkat, untuk teknologi se-inovatif ini butuh waktu untuk mendapatkan hasil yang akurat. Lebih baik di pending dulu dan tidak usah diikutkan dalam kompetisi.”"Selain itu, perusahaan juga sedang mengerjakan proyek besar yang tentunya membutuhkan atensi dan waktu lebih untuk menyelesaikannya." Arthur menjelaskan kepada York."Tapi bukankah jika teknologi ini berhasil akan menambah value perusahaan? dan investor bahkan tender akan berbondong-bondong ke winter tech pastinya profit perusahaan juga akan naik." York mencoba menjelaskan manfaat yang akan di dapatkan oleh perusahaan apabila mereka mendukungnya untuk menyelesaikan proyek ini."Aku tau, tapi sebagai direktur yang memahami kondisi perusa

  • Pilihan York   Terlalu Imajinatif

    Bagaimana dengan Liza? Liza hanya terpaku ketika mendengarkan penuturan dari mulut pria tersebut. Ini adalah pria yang dicintainya selama bertahun-tahun, ini adalah pria yang membuat hari-hari suramnya menjadi berwarna selama bertahun-tahun, namun ini adalah pria yang sekarang bersimbah air mata dan menuduhnya egois serta menginjak-nginjak harga dirinya sebagai pria.Liza tidak tau harus menangis atau tertawa, ia sedih karena pria yang diperlakukannya dengan tulus ternyata menganggap apa yang dia lakukan adalah bentuk simpati dan amal bukan cinta. Ia ingin menangis namun hatinya dingin dan amarahnya melonjak.“Aku tidak pernah menyangka bahwa kau ternyata memiliki perasaan rendah diri yang ekstrim, aku memperlakukanmu dengan tulus tapi kau menganggapnya sebagai bentuk simpati dan amal. Apa kau tau kenapa aku menolak barang-barang yang kau berikan hm? Itu karena kau membelikanku barang-barang mahal yang setara dengan 3 bulan gajimu. Lalu bagaimana kau akan h

  • Pilihan York   Maksud Kamu Apa?

    “Dia itu mantan pacar seharimu itu kan?”“Bukan sehari tapi 23 jam, sehari itu 24 jam jadi tolong jangan di lebih-lebih kan ya.”“Sama saja, 1 jam lagi genap sudah 1 hari. Sepertinya dia benar-benar buaya kelas kakap ya?”“Dia bukan buaya kelas kakap tapi dia presdir dari buaya internasional. Apakah aku pengkhianat bangsa di masa lalu sampai harus di pertemukan dengan manusia paling manipulatif seperti dia.” York tampak kesal saat mengingat dirinya yang dengan konyolnya menerima ajakan frederick untuk dating, dan beberapa jam kemudian ia baru tahu kalau ia juga baru saja menyatakan cinta pada wanita lain di sebuah kafe sehingga ia memutuskan hubungannya dengan Frederick lewat we chat. Beruntung saat itu ia belum memiliki perasaan apapun pada Frederick.Tidak memiliki perasaan apapun? Lalu kenapa York menerimanya? Itu karena Frederick menembaknya di depan umum dan rasanya sangat jahat kalau York menolaknya di

  • Pilihan York   Mantan Sehari

    Perlahan mobil tersebut semakin mengecil meninggalkan York yang sedang berusaha mencerna kejadian sejam yang lalu sambil berjalan pulang ke apartemennya. Ia membuka jaketnya yang berlumuran darah lalu membuangnya ke tong sampah terdekat. Karena kalau Reo melihat jaket berlumuran darah ini bisa makin panjang urusannya, Reo pasti akan menggali sampai ke akar-akarnya jadi lebih baik menghilangkan hal-hal yang memicu kecurigaan terlebih dahulu.Dan benar saja ketika York membuka apartemennya, Reo tampak sibuk di dapur sepertinya menyiapkan sarapan. Wangi masakan menguar di apartemen menggugah selera membuat siapapun lapar seketika. Masakan Reo memang tidak pernah gagal, jika suatu hari nanti Reo bosan dengan IT dan ingin berganti profesi mungkin York bisa menyarankan Reo untuk membuka restoran di jamin pasti akan menjadi restoran viral mengalahkan restoran Michelin. Oke, kalau yang terakhir York agak lebay sih tapi memang masakan Reo itu nggak tandingannya.“Pa

  • Pilihan York   Keringat Dingin

    York menyusuri kota dengan kaki jenjangnya yang berbalutkan celana training dan sepatu kets. Rambut ikalnya di kuncir kuda yang memamerkan leher jenjangnya. Hidungnya tampak rakus menghirup udara pagi yang membuatnya tak merasakan dinginnya pagi. Beberapa sudah tampak beraktivitas di pagi buta seperti paman pengangkut sampah, bibi penyapu jalanan, yang membuat pagi ini sedikit semarak meski dapat di hitung jari jumlah orang yang beraktivitas di luar.Ini adalah hari minggu, hari libur, hari bersantai, dan hari untuk bermalas-malasan namun sejak ia tiba di kota ini ia belum sempat mengunjungi tempat apapun selain kantor, rumah tuan tua Portland, dan supermarket sungguh kunjungan yang membosankan bukan? Dan jadilah pagi ini York memutuskan untuk berjalan-jalan alih-alih tidur dan menghabiskan satu hari penuh rebahan di kasur.York sengaja keluar dari komplek apartemennya dan menyusuri jalanan yang tampak lengang meski ada satu atau dua kendaraan yang melintas setia

  • Pilihan York   Rakus

    “Apa yang ingin kau capai dengan menantang Ecollin York?” Avery menatap lurus ke mata York.“Kebenaran dan keadilan. Aku mengajakmu bekerja sama bukan hanya untuk mencapai tujuanku saja tapi karena aku tahu bagaimana rasanya ketika orang lain menunggangi kepalamu, bagaimana rasanya ketika hasil kerja kerasmu siang dan malam dengan seenak udelnya di caplok orang lain, bagaimana rasanya ketika orang lain mendapat pujian atas sesuatu yang sebenarnya tidak mereka lakukan dan tidak ada hubungannya dengan mereka. Pasti kamu tidak bisa tidur nyenyak di malam hari kan? Jika kamu tidak memperjuangkan apa yang harusnya menjadi milikmu maka milikmu yang lainnya juga akan dicaplok orang lain suatu hari nanti. Belajar tegas dari hal-hal kecil Ve.”Avery menopang kepalanya dengan frustasi. “Bisa kah kita melupakan ini dan tidak membahasnya lagi York? aku bahkan sudah lupa tentang segalanya.”York mendesah pelan “Ve lihat aku, ka

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status