Para karyawan departemen keuangan langsung kembali ke kursinya masing-masing, kecuali Estelle dan Suzy. Mereka merasa takut akan kehadiran seorang pria yang memiliki pengaruh penting di perusahaan tempat mereka bekerja. Ini adalah kali pertama mereka melihat pria itu berbicara dengan nada serius seperti itu.
“Gawat. Kenapa dia harus ke sini?” batin Suzy.Suzy membalikkan tubuhnya. Seorang pria tegap berambut cokelat menatapnya dengan sedang bersedekap dada. Tatapan pria itu sungguh galak sehingga Suzy membisu.“Berani-beraninya kamu ganggu pacarku,” ucap Lucas sambil menyeringai.“Apa? Pa-pacar?” tanya Suzy tak percaya. Lucas melangkah mendekat ke arah Estelle yang mematung. Dengan sigap, ia mengalungkan sebelah tangannya ke pundak Estelle. Tak lupa dengan senyum manis yang ditampilkannya.Pria yang merupakan calon penerus perusahaan Red Group memang sudah terbiasa memperlakukan Estelle dengan manis. Namun, entah mengapa Estelle merasakan hal yang berbeda di dalam dirinya. Ia yang biasanya tak acuh dengan perlakuan manis Lucas, kini justru berdebar.“Mereka beneran pacaran?” bisik salah satu karyawan.“Kayaknya sih, iya. Lucas, kan, sudah lama ngejar-ngejar si Estelle,” balas karyawan yang lain.“Bukannya Estelle selalu nolak dia?”“Entahlah. Isi hati orang, kan, berubah-ubah.”Suzy mengamati apa yang dilakukan Lucas terhadap Estelle. Pria itu membenarkan penampilan rambut Estelle yang acak-acakan karena Suzy. Selain itu, Lucas juga menanyakan apakah Estelle merasa kesakitan atau tidak. Perlakuan yang wajar dilakukan oleh sang kekasih.Namun, Suzy masih belum percaya jika Lucas dan Estelle benar-benar menjalin hubungan. Lantas, ia menggeleng pelan. “Nggak mungkin. Tipemu bukan orang kayak dia!” ucapnya keras.“Memangnya kamu tahu tipeku orang yang kayak apa, hah? Enggak, kan?” balas Lucas.Suzy membisu. Ia memang tak pernah tahu tipe gadis seperti apa yang disukai Lucas. Bahkan, banyak gadis cantik yang menawan dan bertubuh seksi tak berhasil menarik perhatian pria berambut cokelat itu. Apakah mungkin Lucas menyukai gadis sederhana seperti Estelle?“Jelas-jelas kamu nggak tahu tipe gadis yang kusukai itu kayak gimana,” sambung Lucas. “Kalau kamu berani nyakitin Estelle lagi, jangan harap kamu bisa kerja lagi di sini!” Glup!Suzy menelan saliva kasar. Ia sudah mengenal Lucas sejak SMA. Namun, baru pertama kali ia melihat Lucas berbicara selantang itu. Lucas mengedarkan pandangannya. “Kalau salah satu dari kalian berani bikin pacarku kesakitan, itu artinya kalian siap buat say good bye for Red Group,” ucapnya.“Lucas ka—”“Ssst!” Lucas menempelkan jari telunjuknya di bibir Estelle hingga gadis itu terdiam. “Sekarang sudah waktunya kerja.”Estelle mengangguk. Tanpa berkomentar, ia melangkah menuju meja kerjanya. “Suzy, aku minta data keuangan dua bulan yang lalu. Datanya sudah dicetak, kan?”“Su-sudah.”***Mentari sudah digantikan oleh bulan. Namun, bulan tak terlihat karena polusi cahaya di kota. Akhirnya, saat yang dinantikan Estelle sudah tiba. Ya, gadis itu menantikan jam pulangnya.Setelah selesai membereskan meja tempatnya bekerja, Estelle segera keluar dari gedung kantor. Seperti biasa, Lucas sudah memangkal di depan kantor. Pria itu menyenderkan tubuh di mobil dengan tangan bersedekap, menunggu gadis yang dicintainya keluar gedung.“Estelle!” seru Lucas.Estelle mengembuskan napas kasar. Biasanya, Estelle mempercepat langkah untuk segera menghindari Lucas. Namun, kali ini ia justru melangkah mendekat ke arah pria yang berperan sebagai kekasih kontraknya itu.“Waah, akhirnya kamu jalan ke sini tanpa paksaan dariku,” ucap Lucas, tak lupa dengan senyum yang mengembang di wajah.“Banyak karyawan yang baru pulang dari departemenku. Gara-gara kamu, aku harus bersikap seolah-olah aku benar-benar pacaran sama kamu,” balas Estelle setengah berbisik.“Benar-benar pacaran sama aku juga nggak apa-apa kali. Yuk, aku antar kamu pulang!”Dalam perjalanan pulang, Estelle tak sengaja melihat seorang pria yang dikenalinya sedang berjalan bergandengan dengan seorang wanita. Senyum yang dipancarkan wanita itu begitu memancarkan kebahagiaan. Sementara, pria yang di sampingnya terlihat tak acuh meski tangannya digandeng si wanita.“Cih!” “Ada apa?” tanya Lucas.“Nggak.”“Karena Eric jalan bareng tunangannya, ya?”Seketika Estelle menoleh ke arah Lucas dengan kedua mata yang membulat. “Kamu juga lihat mereka?”Lucas mengangguk. Tentu saja ia melihat Eric dan tunangannya berjalan bersama. Penerangan di depan toko roti begitu baik. Sebenarnya Lucas berniat membawa Estelle ke toko roti. Namun, karena melihat Eric, ia pun mengurungkan niatnya.Suasana menjadi hening seketika. Estelle tak berbicara sejak retinanya menangkap sosok Eric dengan sang tunangan. Tiba-tiba Lucas teringat satu hal yang perlu ia lakukan dengan Estelle. Ia teringat ajakan Diana agar mereka datang ke acara ulang tahun Eric.“Kamu sudah punya gaun buat datang ke acara ulang tahun Eric?” tanya Lucas memecah keheningan.“Buat apa pakai gaun bagus ke acara ulang tahun dia? Nggak guna,” balas Estelle dingin. Lucas tersenyum tipis. “Ya ampun, Estelle ... kamu ini, kan, lagi berperan jadi pacarku. Ya kali kamu mau pakai kaos ke acara ulang tahun dia.”“So?”“Kita mampir ke butik dulu buat beli gaun,” balas Lucas.Lucas menambah kecepatan berkendaranya. Tanpa menunggu waktu yang lama, akhirnya ia sampai di tempat tujuan. Ketika keluar dari mobil Lucas, retina Estelle menangkap sebuah mobil yang terparkir tepat di samping mobil Lucas. Ia terdiam mengamati mobil tersebut selama beberapa detik karena merasa tak asing. “Estelle, ngapain?”“Maaf.”Estelle kembali berjalan, mengekori Lucas. “Kayaknya cuma perasaanku saja. Nggak mungkin kalau itu mobilnya dia,” batinnya.Berbagai model dan ukuran gaun terpajang indah di dalam butik. Karena gaun yang akan Estelle kenakan adalah gaun untuk menghadiri pesta ulang tahun, Lucas mengajaknya ke tempat gaun berukuran medium atau yang biasa disebut dengan midi dress.“Pilih mana yang kamu suka!” suruh Lucas.Estelle terdiam. Ia merasa tidak enak jika Lucas memperlakukannya seperti seorang kekasih sungguhan. Lucas terlalu baik dan perhatian padanya, sedangkan ia justru merasa seperti seorang penjahat licik.“Lucas, kayaknya aku masih punya gaun di rumah, deh. Aku nggak perlu beli lagi,” ucap Estelle.Lucas mengembuskan napas pelan. Lantas, ia menjawab, “Estelle, hubungan kita sudah dipublikasikan. Jadi, kamu harus pakai gaun yang cocok dengan kemeja yang bakal aku pakai nanti.”“Tapi—”“Estelle, Lucas?” panggil seorang wanita sehingga Estelle tak melanjutkan ucapannya.Estelle dan Lucas menoleh. Mereka mendapati seorang wanita paruh baya yang mereka temui di tempat makan tadi siang. Ya, wanita itu adalah Diana—ibu Eric.“Eh, Tante. Tante sendiri?”Diana mengangguk. “Eric sama Sheryl masih dalam perjalanan ke sini. Kalian juga lagi pilih baju buat acara ulang tahun Eric nanti? Waah, kebetulan sekali.”“Berarti benar. Mobil di depan mobilnya Eric. Tante Diana pakai mobilnya Eric ke sini,” batin Estelle.Lucas memandang Estelle yang menekuk wajahnya. Gadis itu pasti merasa cemburu mendengar penuturan Diana. Melihat ekspresi Diana berbicara dengan sang mantan kekasih putranya, Lucas merasa ada yang mengganjal.“Tante Diana adalah orang yang baik. Dia nggak suka nyakitin perasaan orang lain. Tapi, kenapa dia bisa ngomong kayak gitu ke Estelle seolah-olah Estelle bukan mantannya Eric?” tanya Lucas dalam hati.Lucas melirik ke arah Diana yang sedang mengamati midi dress di depannya. “Aneh. Nggak mungkin, kan, kalau Tante Diana nggak tahu kalau Estelle itu mantannya Eric?”Setiap melihat Eric, Estelle merasa ada silet yang menggores hatinya. Pedih. Memori masa lalu muncul tiba-tiba dan ia sangat membenci hal itu. Ia merasa bahwa mengingat masa lalu bersama Eric merupakan kutukan buruk yang sulit dihilangkan. Ketika Estelle sedang memilih gaun, secara tak sadar matanya melirik ke arah Sheryl yang sedang memilih gaun dengan Diana. Mereka terlihat begitu dekat. Melihat kedekatan mereka, Estelle berpikir dalam hitungan minggu, pesta pernikahan Eric dan Sheryl akan digelar. “Kamu cemburu?” bisik Lucas tepat di samping telinga Estelle. Estelle begitu terkejut. Siapa yang tidak akan terkejut jika sedang melamun dan tiba-tiba ada orang yang berbisik padanya? Dengan mata menatap tajam ke arah Lucas, Estelle menjawab, “Tentu saja nggak. Buat apa aku cemburu? Nggak guna!” Gadis itu berpindah posisi ke tempat kumpulan midi dress berwarna soft. Ia mengambil sebuah midi dress lengan pendek berwarna lilac polos. Lantas
Debaran benda berukuran sekepal tangan di dalam dada Estelle makin tak karuan. Ia tak ingat mengapa bisa sampai di kamarnya dan apa yang telah dilakukannya dengan Lucas tadi malam. Estelle hanya mengingat waktu ia pulang dari butik. Setelah itu, ia tak mengingat apa pun. “Morning, Estelle,” sapa Lucas lembut. Estelle membulatkan kedua matanya. Bagaimana bisa Lucas setenang itu setelah melakukan hal di luar keinginan Estelle? Apa Lucas tidak merasa bersalah sama sekali? Tidak! Lucas pasti justru merasa senang telah melakukan hal itu pada Estelle. “Gila,” lirih Estelle. Kedua mata Estelle memanas seketika. Peluhnya juga tak lupa mengalir sampai membasahi bantal yang ditidurinya. Ia tak bisa menahan peluhnya untuk tidak mengalir. “Estelle, kamu kenapa?” Lucas bertanya pelan. “Kamu gila, Lucas! Aku minta kamu buat pacaran kontrak sama aku. Tapi, bukan berarti kamu bebas ngelakuin hal ini sama aku,” balas Estelle den
Meskipun Estelle menganggap Lucas layaknya seorang remaja yang menyebalkan, sesekali ia merasa bahwa Lucas merupakan seorang pria dewasa yang begitu tangguh. Ketangguhan Lucas dibuktikan dengan dirinya yang tak pernah goyah untuk mengejar cinta Estelle, meski gadis itu selalu menolaknya terang-terangan. Estelle sering mendengar bahwa seseorang akan berubah seiring berjalannya waktu. Bukan hanya fisik seseorang yang berubah, tetapi juga perasaan orang tersebut kepada yang lainnya. Namun menurut Estelle, perasaannya sangat sulit untuk diubah. Atau, ia tak sadar bahwa perasaannya telah berubah? Estelle biasanya tak menceritakan masa lalu kepada orang lain. Ia sangat membenci masa lalu indah yang justru menoreh luka di hati. Ia sangat benci membahas seorang pria yang berhasil membuatnya terpikat. Namun, sekarang Estelle justru menceritakan masa lalu itu kepada Lucas. “Eric adalah cinta sekaligus pacar pertamaku,” ucap Estelle setelah bebe
Midi dress lengan pendek berwarna lilac polos sudah melekat di tubuh Estelle. Ia terlihat begitu elegan dengan rambut yang digelung dan membiarkan beberapa helai menggantung di depan kedua telinga. Tak lupa ia merias wajah dengan riasan tipis agar tidak terlihat pucat akibat kegiatan begadangnya. Sungguh, Estelle tak tenang harus menghadiri acara ulang tahun ketiga puluh sang mantan. Entah mengapa ia merasa tak tenang sehingga sulit untuk tidur. Untung saja mata pandanya bisa disamarkan dengan foundation. Jika tidak, penampilannya akan terlihat mengenaskan. Seperti rencana, Estelle pergi bersama Lucas. Setelah mengenakan sepatu berhak tinggi warna senada dengan gaun yang dikenakannya, Estelle langsung keluar dari apartemen. “Estelle!” seru Lucas tanpa memperhatikan keadaan sekitar yang cukup ramai. Pipi Estelle bersemu merah. Ia merasa malu karena penghuni apartemen menatapnya dengan tersenyum. Karena tidak ingin berlama-lama men
Kedua tangan Lucas mengepal kuat. Jika ia tidak sedang berada di depan banyak orang, sepertinya kepalan tangan itu akan mendarat sempurna di wajah Eric. Untung saja Lucas sadar akan posisinya kali ini. Jadi, ia harus menahan gejolak emosi yang membuat darahnya mendidih. Dengan napas yang memburu, Lucas merangkul tubuh Estelle dengan sebelah tangan. “Eric, kamu lupa kalau kamu sudah punya tunangan dan Estelle itu pacarku, hm?” tanyanya pelan. Gelengan pelan Eric tampilkan di depan semua orang yang menghadiri pesta ulang tahunnya. “Aku tahu. Tapi, orang yang aku cintai itu Estelle, bukan Sheryl,” balasnya. Estelle mengerjap. Ini adalah kali pertama Eric menyatakan perasaan cintanya pada Estelle di depan banyak orang. Namun, pernyataan cinta Eric kali ini terasa begitu menyakitkan baginya. “Eric!” seru Diana yang kini sudah berdiri di samping putranya. “Apa-apaan ini, hah?” Bukannya menjawab pertanyaan sang ibu, Eric justru me
Lucas merasakan tangannya digenggam oleh seseorang. Ia cukup terkejut karena Estelle justru mengajaknya pergi begitu saja meninggalkan pesta. Lucas pikir, Estelle akan menunggu jawaban Eric.“Aku mau pulang,” ucap Estelle dengan suara yang cukup terdengar serak, menahan sesak di dalam batinnya.Lucas mengangguk. Lantas, ia menoleh ke arah Diana. “Tante, maaf ... kami pulang dulu. Maaf karena kedatangan kami justru merusak acara besarnya,” ucapnya dengan tatapan sinis ke arah Eric.“Nggak boleh!” sahut Eric. “Aku belum nentuin pilihanku.”Sebelah bibir Lucas terangkat. Sungguh, ia sangat ingin mendaratkan kepalan tangannya ke wajah pria berengsek yang sedang berulang tahun hari ini. Tindakan pria yang baru saja menginjak usia tiga puluh tahun itu begitu keterlaluan sehingga membuat Lucas naik darah.Lucas tahu posisinya hanyalah sebagai kekasih kontrak Estelle. Namun, ia tak ingin Estelle makin goyah karena tindakan Eric yang berbeda dari biasanya. Apalagi, Lucas juga
Bagi sebagian orang, menggunakan kaki untuk melangkah jauh adalah hal yang biasa. Mereka terbiasa tidak menggunakan kendaraan karena keterbatasan ekonomi. Jadi, satu-satunya alat berharga untuk pergi ke suatu tempat adalah kaki.Namun, bagi orang yang terbiasa menggunakan kendaraan, melangkah jauh membuatnya merasa cepat lelah. Itulah yang harus dialami Eric kali ini. Karena ia lebih memilih Estelle, segala fasilitas pemberian orang tuanya telah dicabut, termasuk mobil dan ATM miliknya.Perputaran roda kehidupan Eric terlalu drastis. Sebagai orang yang terbiasa hidup enak, kini ia harus kesulitan mencari tempat untuk berteduh. Uang yang diberikan orang tua untuknya juga tak banyak, hanya lima juta.“It’s okay. Aku bisa hidup mandiri. Ini juga demi membuktikan cintaku ke Estelle,” ucap Eric tersenyum sambil menatap langit.“Estelle, aku tahu kamu sangat terkejut. Nggak apa-apa kalau hari ini kamu nggak mau bicara sama aku. Aku nggak bakal nyerah buat ngejar kamu lag
Cengkeraman Eric makin kuat sehingga membuat Lucas harus memajukan posisinya. Karena tinggi badan mereka sepadan, jadi mereka bisa melihat wajah masing-masing tanpa harus mendongak atau menunduk. Tatapan mata yang sengit mereka tunjukan begitu jelas.“Cih!” cibir Lucas sambil menyeringai. “Kayaknya ulang tahun kali ini bakal jadi ulang tahun paling buruk buatmu, deh.”Eric melepas cengkeramannya. Lantas, tangan kanannya bersiap untuk meninju wajah Lucas. Namun, belum sampai kepalan tangannya mengenai wajah Lucas, Lucas sudah lebih dulu meraih tangan Eric agar tak memberikan bekas lebam di wajahnya.“Manusia akan berubah seiring berjalannya waktu. Ada yang berubah jadi lebih baik, ada juga yang sebaliknya. Menurutku, perubahanmu adalah poin yang kedua. Berubah menjadi lebih buruk,” ucap Lucas penuh penekanan.“Berengsek!” umpat Eric.Sebelah bibir Lucas terangkat. Baru kali ini ia melihat Eric begitu lemah
Tampak indah sebuah gelang manik buatan tangan. Perpaduan warna pastel yang indah membuat gelang tersebut cukup unik. Ditambah ada inisial huruf E di gelang itu. Sepertinya, si pembuat memang secara sengaja membuat gelang yang hanya ada satu untuk perempuan berinisial E itu. Estelle terkejut. Di dalam batinnya bertanya-tanya, siapa si pengirim gelang itu. Gelang sederhana, tetapi begitu indah. Warnanya ia suka, bentuk payung yang bersanding dengan inisial huruf E pun disukainya. "Wah, gelangnya lucu. Sepertinya orangnya sengaja bikin just for you deh, Es," celetuk salah satu rekan kerja Estelle. "Dari siapa tuh? Sepertinya bukan dari Lucas.""Entahlah," balas perempuan berambut gelung yang menerima paket gelang unik itu.Gelang unik dimasukkan kembali ke wadahnya. Tidak ingin ambil pusing, Estelle hanya meletakkan kotak berisi gelang itu di meja dan ia pun mulai kembali melakukan pekerjaannya. Namun, kehadiran gelang itu cukup mengganggu. Estelle penasaran dengan pengirim hadiah it
Tok-tok-tok!"Masuk!"Suara khas high heels terdengar dengan langkah yang anggun. Perempuan yang rambutnya digelung rapi mulai mendekat ke arah meja milik pria berjas warna navy. Terlihat pria itu sedang memainkan bolpoin di tangan dengan tatapan yang tak fokus."Anak perusahaan Red Group sedang mengelola hotel. Dan, ini proposal pembangunan hotel. Silakan dipelajari dulu isi proposalnya," ucap perempuan molek itu sambil meletakkan proposal ke meja.Perempuan dengan rambut digelung itu mengerutkan dahi karena si pria tak meresponsnya. Lantas, ia pun memanggil nama pria itu sampai tiga kali. Akhirnya, di kali ketiga ia memanggil, pria bernama Lucas itu pun menoleh. "Eh, iya, gimana?"Perempuan itu mengulang kembali kalimat yang disampaikannya baru saja. "Oke. Aku akan coba mempelajarinya," balas Lucas pelan. "Kalau begitu, permisi."Perempuan yang memakai rok span selutut itu mulai berbalik, hendak meninggalkan kantor anak direktur perusahaan Red Group. Baru beberapa langkah, namany
Sinar mentari tampak cukup terik hari ini. Setelah selesai bekerja di sebuah kafe, Eric pergi ke toko bunga. Dulu, sewaktu belum memutuskan hal bodoh pergi dari rumah, Eric bisa membeli buket bunga mawar merah yang besar. Namun, sekarang ia harus berhemat. Jadi, ia hanya bisa membeli buket kecil.Hidup mandiri tanpa fasilitas apa pun dari orang tua rupanya melelahkan. Perbedaannya begitu kentara. Eric merasakannya. Ia cukup menderita. Akan tetapi, ia harus bertahan demi memperjuangkan sebuah hal yang konyol. Ya, memperjuangkan cintanya yang pernah sirna.Kedua ujung bibir pria berkemeja kotak-kotak itu tertarik. Ia mencium mawar merah yang sudah ada di genggaman. Aroma bunga tersebut begitu menenangkan jiwa. Setelah melakukan transaksi pembayaran, ia pun pergi meninggalkan toko bunga tersebut.“Dia pasti suka.”Dengan kaki jenjangnya, Eric mulai melangkah. Dulu, ia bisa mudah bepergian dengan mobil mewah warna silver miliknya. Namun, sekarang ia hanya bisa mengandalkan kakinya. Sebuah
Lampu kamar masih menyala terang. Seorang pria sedang menatap layar laptop dengan tatapan kosong. Di layar tersebut, tampak judul laporan hasil penjualan bulan ini. Ia perlu mengeceknya kembali. Namun, sepertinya pikiran pria itu sedang cukup kacau. Sudah lebih dari lima menit ia hanya menatap layar tanpa menggeser kursor ke bawah untuk melihat isi laporan dengan rinci.Ucapan seorang mahasiswa di rumah sakit membuat pria itu teringat akan masa lalunya. Masa lalu berupa kesalahpahaman yang berujung membuat retak hubungan. Mengingat masa itu, rasanya cukup kekanakan. Namun, ia sendiri juga masih belum mendapatkan cara untuk mengembalikan hubungan baik yang sudah retak ini.“Hhh ...” Ia mengembuskan napas berat.***Sembilan Tahun yang LaluDua lelaki tampan dan satu perempuan cantik sedang menikmati es krim bersama. Senyum mereka tampak begitu cerah, secerah mentari siang ini. Dilihat dari kejauhan pun, hubungan mereka tampak begitu dekat. Sepertinya, mereka sudah menjalin hubungan pe
Di bawah langit senja yang begitu menawan, kedua sejoli yang terikat hubungan palsu itu masih mempertahankan posisi. Ya, wajah mereka masih saling bertatapan. Akan tetapi, mereka tidak langsung memuaskan nafsu yang sedang bergejolak di dalam hati.Bohong jika gadis yang mengenakan gaun motif bunga itu ingin menolak. Jauh di dalam lubuk hatinya, ia sangat menginginkan kejadian itu akan terjadi. Ini adalah kali pertama untuknya benar-benar menginginkan bibir Lucas mendarat lembut membasahi bibirnya.Secara pelan, kedua kelopak mata Estelle tertutup. Melihat hal itu, tentu Lucas yang sudah tidak kuat untuk segera memuaskan nafsunya langsung tersenyum. Dengan pelan, wajahnya makin didekatkannya menuju wajah Estelle. Ia akan melakukan hal yang romantis kali ini.Akhirnya aku bisa dapetin kamu, batin Lucas.Tring! Tring! Tring!Sial! Suara nada dering di ponsel Estelle langsung membuat gadis itu membuka mata. Ia juga langsung melepaskan tubuhnya dari tubuh Lucas. “Aku angkat telepon dulu,”
Embusan angin di sore hari begitu lembut. Dengan pelan, angin berembus menyapu helai rambut Estelle yang berkilau. Sayang sekali, di tempat yang seindah ini digunakan gadis itu untuk melamun.Bakso iga yang melimpah ruang di mangkuk dengan kuah hangat, kini telah mendingin. Bukan, bukan karena si pembeli telah menyantapnya. Namun, justru semangkuk bakso iga yang menggiurkan itu hanya ditatap dengan sendok yang berputar tak jelas. Melihat Estelle terus melamun, Lucas merasa bersalah. Gadis yang dicintainya itu ternyata benar-benar bersedih atas kejadian tadi. Sudah jelas jika Estelle masih menyimpan nama lelaki sialan itu di hatinya, pikir Lucas.Estelle terperanjat ketika ada tangan yang hangat menggenggam tangannya. Lamunannya pun seketika buyar. Kini, kedua manik indah itu menatap manis Lucas dengan penuh tanda tanya.“Estelle ...,” panggil Lucas lembut.“Hm?” balas Estelle singkat.“Berapa peluangku buat gantiin lelaki sialan itu di hatimu?”Mendengar pertanyaan itu, Estelle refle
Tubuh Eric membatu ketika kedua bola matanya menangkap sepasang raga yang pergi dari hadapannya. Rasa sesak begitu membuatnya sulit bernapas. Sungguh, ia begitu menyesali masa lalu yang telah menghancurkan kepercayaan Estelle padanya.Estelle memang bukanlah cinta pertama Eric. Namun, rasa cinta Eric kepada Estelle tidak pernah berubah sejak mereka mengenal, berpisah, dan bertemu kembali seperti sekarang. Hanya nama Estelle yang terukir di dalam hati Eric.Eric pikir, banyaknya waktu yang ia habiskan bersama Estelle di masa lalu akan menjadi pondasi hubungan mereka di masa selanjutnya. Namun, tak disangka jika Estelle sering memendam kesedihannya di masa lalu. Dan, itu membuat Eric merasa begitu menyesal—ingin memutar waktu dan mengubahnya.“Estelle, aku benar-benar menyesal,” lirih Eric setelah bayangan raga Estelle dan Lucas telah lenyap dari pandangan.Di sisi lain, Estelle dan Lucas sudah berada di dalam mobil. “Kita mau pergi kencan ke mana?” tanya Lucas cengingisan, seperti bia
“Aku mau ambil kue di sana, ya,” ucap Estelle.Angela mengangguk. “Tolong ambilkan aku satu potong brownies, ya.”“Aku juga,” sahut teman Estelle yang lain.Estelle mengangguk. Lantas, kaki yang beralaskan sepatu hak tinggi itu mulai melangkah. Sesekali mata Estelle menangkap pasangan yang sedang bermesraan, saling menyuapi.“Sungguh manis,” lirih Estelle.Kue brownies merupakan salah satu kue kesukaan Estelle. Maka dari itu, setiap mengikuti acara, jika ada kue brownies Estelle pasti akan mencicipinya. Sekarang, kue itu sudah diletakannya di piring dan siap untuk disantap bersama teman-teman.Ketika Estelle berbalik badan, ia begitu terkejut. Bola mata membulat seketika dan napasnya menjadi pendek. Kenapa ada orang itu? batin Estelle.Seorang pria berkemeja kotak-kotak berdiri tepat di hadapan Estelle. Berbeda dari yang lain, jadi pria itu begitu menonjol karena sama sekali tidak mengenakan jas. Pria itu berpakaian begitu santai layaknya sedang berada di taman bermain.“Akhirnya aku
Gaun selutut tanpa lengan melekat indah di tubuh Estelle. Corak bunga berwarna pastel menambah kesan manis gadis itu. Ditambah dengan rambut tergerai yang dipasang jepit rambut berwarna perak, Estelle makin tampak memesona.Setelah melihat keelokan diri dari pantulan cermin, kini Estelle siap untuk pergi menghadiri acara reuni SMA. Karena acara reuni ini dikhususkan hanya untuk alumni jurusan IPA, Estelle pun mengikutinya. Ia yakin tidak akan bertemu dengan Eric karena Eric dulu mengambil jurusan IPS.“Kak Estelle mau reunian apa mau kencan, sih?” tanya Isac yang menyusun makalah di ruang tamu. “Tumben, kelihatan cantik banget.”Estelle hanya menoleh sesaat ke arah sang adik. Lantas, ia memakai high heels yang berada di rak sepatu. Setelah sepatu berhak tinggi itu sudah terpasang indah di kakinya, ia pun melangkah keluar rumah.“Jangan lupa belikan aku bakso iga sapi sesuai perjanjian kemarin!” teriak Isac. “Iya,” balas Estelle sambil menutup pintu apartemen.Tepat waktu. Taksi onlin