Beranda / Romansa / Pijatan Nikmat Sang CEO / Bab 21 : Menyimpan Perasaan

Share

Bab 21 : Menyimpan Perasaan

Penulis: perdy
last update Terakhir Diperbarui: 2025-02-03 23:31:14

Vanessa melangkah masuk ke ruang kerja Nathaniel dengan membawa setumpuk dokumen yang perlu ditandatangani. Sepatu hak tingginya berderap pelan di lantai marmer, seolah mencerminkan irama hatinya yang sedang tidak menentu. Ia telah bekerja sebagai asisten pribadi Nathaniel selama tiga tahun, memahami setiap kebiasaannya, bahkan sering kali mengantisipasi kebutuhannya sebelum ia mengungkapkannya. Namun, akhir-akhir ini, ada sesuatu yang berbeda. Nathaniel tampak lebih sering tersenyum, lebih ringan dalam berbicara—dan itu semua terjadi saat Arissa ada di dekatnya.

Saat Vanessa tiba di depan meja Nathaniel, ia melirik ke samping, di mana Arissa tengah berdiri, menunjukkan beberapa dokumen di layar tablet miliknya. Mereka berdua tampak begitu nyaman dalam diskusi mereka, dan sesekali Nathaniel mengangguk dengan senyum yang nyaris lembut. Perasaan panas menjalar dalam dada Vanessa, meskipun wajahnya tetap terjaga dengan ekspresi profesional.

"Ini dokumen yang perlu Anda tanda tangani, Pak
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terkait

  • Pijatan Nikmat Sang CEO   Bab 22: Ketegangan yang Tak Terucapkan

    Suasana di ruang pijat kantor terasa berbeda hari itu. Biasanya, Nathaniel datang dengan ekspresi tenang dan sikap profesional yang tak tergoyahkan. Namun kali ini, bahunya kaku, napasnya berat, dan tatapannya kosong menatap lantai. Arissa, yang sudah terbiasa dengan rutinitasnya sebagai terapis pribadi sang CEO, langsung merasakan ada sesuatu yang tidak beres.“Silakan berbaring, Pak,” ucap Arissa lembut, mencoba menjaga suasana tetap tenang. Nathaniel hanya mengangguk tanpa sepatah kata pun, lalu berbaring di meja pijat.Saat Arissa mulai memijat bahunya, ia merasakan otot-otot yang biasanya lentur kini menegang luar biasa. Setiap sentuhan terasa seperti menyentuh batu yang keras dan dingin. Arissa tahu, ini bukan sekadar ketegangan fisik. Ada sesuatu yang membebani pikirannya.Beberapa menit berlalu dalam keheningan. Biasanya, Nathaniel akan berbicara santai atau sekadar membahas pekerjaan ringan. Tapi kali ini, keheningan itu semakin terasa menekan.“Pak, maaf kalau saya lancang,”

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-03
  • Pijatan Nikmat Sang CEO   Bab 23: Bisikan yang Menggores Hati

    Suasana kantor yang biasanya terasa sibuk namun profesional, kini berubah menjadi penuh bisikan dan tatapan aneh yang mengarah pada satu orang—Arissa. Setiap kali ia melangkah di lorong, ia bisa merasakan mata-mata mengikutinya, senyuman yang biasanya ramah kini terasa seperti ejekan tersembunyi. Awalnya, Arissa mencoba mengabaikannya, menganggap itu hanya perasaannya saja. Namun, semakin hari, bisikan-bisikan itu semakin jelas terdengar.“Katanya sih, dia deket sama Pak Nathaniel karena ada maunya,” bisik seorang rekan kerja saat Arissa melewati ruang istirahat.“Iya, pantes aja dia jadi favorit. Siapa yang nggak luluh kalau dipijat sama dia?” sahut yang lain, diikuti tawa kecil yang menyakitkan.Arissa menegakkan bahunya, berusaha tetap berjalan dengan kepala tegak. Tapi hatinya bergetar, dadanya sesak menahan emosi. Ia tahu siapa yang memulai semua ini. Vanessa, dengan senyum manis beracun dan kata-kata halusnya, telah menyebarkan rumor ke seluruh kantor. Kecemburuannya terhadap ke

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-04
  • Pijatan Nikmat Sang CEO   Bab 24: Konfrontasi di Balik Pintu Tertutup

    Suasana kantor pagi itu terasa lebih dingin dari biasanya. Meskipun matahari bersinar cerah di luar jendela, ada ketegangan yang menggantung di udara, terutama di antara dinding-dinding ruang rapat yang kini menjadi saksi bisu dari drama yang sedang berlangsung. Nathaniel duduk di balik meja kayu mahoni besar di ruangannya, wajahnya tanpa ekspresi, namun matanya memancarkan ketegasan yang jarang terlihat. Ia menatap layar komputernya, namun pikirannya terfokus pada satu hal—rumor yang terus menyebar dan mengganggu ketenangan kantor.Tanpa membuang waktu, Nathaniel menekan tombol interkom. “Vanessa, tolong masuk ke ruangan saya sekarang.”Di luar, Vanessa yang sedang berbincang dengan beberapa rekan kerja langsung kaku mendengar panggilan itu. Ia mencoba tetap tenang, menyembunyikan kegelisahan yang mulai merayap di hatinya. Dengan langkah mantap, ia menuju ruang Nathaniel, mengetuk pintu sebelum masuk.“Silakan duduk,” kata Nathaniel tanpa basa-basi, suaranya dingin dan tajam.Vanessa

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-04
  • Pijatan Nikmat Sang CEO   Bab 25: Membuka Diri

    Nathaniel duduk di balkon kamar hotelnya yang mewah, memandangi cahaya kota yang berpendar di kejauhan. Malam yang tenang seharusnya menjadi momen untuk beristirahat, tetapi pikirannya terus dibebani oleh tekanan pekerjaan. Dewan direksi menuntut hasil sempurna, angka yang selalu naik, dan keputusan yang tak boleh keliru. Beban itu semakin berat dari hari ke hari, membuatnya sulit untuk bernapas lega.Arissa berjalan keluar dari dalam kamar, membawa dua cangkir teh hangat. Dia mendekati Nathaniel dengan langkah ringan, mengenakan gaun tidur berwarna lembut yang mengalir anggun di tubuhnya. Dia menyodorkan secangkir teh kepada Nathaniel, yang menerimanya dengan anggukan kecil."Terima kasih," ucap Nathaniel dengan suara rendah.Arissa duduk di kursi di sebelahnya, menyandarkan punggungnya dengan santai. Mereka terdiam untuk beberapa saat, menikmati hembusan angin malam yang sejuk."Kau terlihat sangat lelah," komentar Arissa akhirnya. "Apa yang ada di pikiranmu?"Nathaniel menghela nap

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-05
  • Pijatan Nikmat Sang CEO   Bab 26: Sabotase yang Nyaris Berhasil

    Nathaniel bangun dengan semangat baru setelah percakapannya dengan Arissa malam sebelumnya. Untuk pertama kalinya dalam waktu yang lama, dia merasa lebih ringan dan siap menghadapi tantangan baru dalam bisnisnya. Namun, dia tidak tahu bahwa hari ini akan menjadi salah satu hari paling sulit dalam kariernya.Pagi itu, ia bersiap menghadiri pertemuan dengan salah satu klien terbesar perusahaannya. Kesepakatan ini sangat penting—jika berhasil, itu akan menjadi pencapaian besar yang semakin memperkokoh posisinya. Namun, saat ia tiba di lokasi pertemuan, Nathaniel terkejut ketika diberitahu bahwa klien telah menunggu selama lebih dari satu jam dan kini memilih untuk membatalkan negosiasi."Apa maksudnya? Jadwal pertemuan sudah dikonfirmasi kemarin!" Nathaniel bertanya dengan nada tajam kepada asistennya.Asisten itu tampak bingung. "Kami menerima pembaruan jadwal pagi ini, Pak. Seseorang mengonfirmasi bahwa pertemuan ditunda dua jam. Saya pikir itu instruksi dari Anda."Nathaniel merasakan

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-05
  • Pijatan Nikmat Sang CEO   Bab 27: Hadiah yang Tak Terduga

    Nathaniel duduk di kantornya, menatap layar komputer dengan pikiran yang melayang. Insiden dengan Vanessa masih berputar dalam benaknya, tetapi satu hal yang paling membekas bukanlah pengkhianatan itu—melainkan bagaimana Arissa berhasil menghadapinya dengan kepala tegak. Wanita itu, yang selama ini ia anggap lembut dan penuh perhatian, ternyata memiliki keberanian dan keteguhan hati yang luar biasa.Dalam beberapa hari terakhir, Nathaniel melihat bagaimana Arissa tetap bekerja dengan profesional, tanpa terpengaruh oleh tuduhan yang sempat diarahkan kepadanya. Dia tidak mengeluh, tidak merasa perlu membela diri berlebihan, tetapi membiarkan kebenaran berbicara. Sifat itu, menurut Nathaniel, jauh lebih berharga daripada sekadar keahlian bisnis.Merasa perlu menunjukkan rasa terima kasihnya, Nathaniel mengambil keputusan untuk memberikan sesuatu yang istimewa kepada Arissa. Namun, bukan hadiah mewah seperti perhiasan atau mobil yang sering diberikan orang-orang kaya kepada bawahannya—ia

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-05
  • Pijatan Nikmat Sang CEO   Bab 28: Bayang-Bayang Masa Lalu

    Sore itu, matahari yang meredup memberikan nuansa hangat pada taman yang sepi. Nathaniel duduk di bangku kayu dekat kolam, matanya tertuju pada riak-riak kecil yang bergulung di permukaan air. Arissa, yang duduk di sampingnya, diam-diam mengamati ekspresi wajahnya yang tak biasa—terlihat jauh lebih lembut, meskipun masih dipenuhi misteri yang dalam.Awalnya, mereka hanya duduk dalam keheningan. Hanya suara burung yang sesekali terdengar di kejauhan, bersama dengan angin lembut yang menyapu dedaunan. Namun, entah mengapa, suasana yang tenang itu membuat Nathaniel merasa seolah-olah waktunya bisa dihentikan—sebuah momen langka di antara kehidupannya yang penuh tekanan."Saya...," Nathaniel memulai kalimatnya dengan suara yang hampir terdengar ragu. "Dulu, ayah saya selalu menuntut kesempurnaan. Tidak ada yang bisa cukup baik. Tidak ada yang cukup sempurna."Arissa menoleh, sedikit terkejut dengan pembicaraan yang tiba-tiba mengarah ke keluarga Nathaniel. Biasanya, pria ini sangat tertut

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-06
  • Pijatan Nikmat Sang CEO   Bab 29: Batas yang Tak Terlihat

    Hari itu terasa seperti hari yang berbeda, penuh ketegangan yang menggantung di udara. Vanessa, yang selama ini menjaga jarak namun tak pernah bisa mengabaikan perasaan yang tumbuh dalam hatinya, memutuskan untuk menghadapi Nathaniel. Keputusan itu datang setelah berhari-hari bergulat dengan dirinya sendiri, berusaha meyakinkan dirinya bahwa inilah waktu yang tepat untuk menyampaikan apa yang selama ini terpendam.Di ruang kantor yang terang, Vanessa menghampiri Nathaniel yang sedang sibuk memeriksa laporan, matanya terfokus pada dokumen yang ada di meja. Suasana di sekitar mereka terasa tenang, namun bagi Vanessa, detak jantungnya begitu keras, seolah seluruh dunia hanya berputar di antara langkah kakinya menuju Nathaniel."Ada yang bisa saya bantu, Vanessa?" Nathaniel bertanya tanpa mengalihkan pandangannya dari dokumen di tangannya, suara datar yang biasa ia gunakan saat bekerja. Meskipun tampaknya ia tidak menyadari ketegangan yang muncul di antara mereka, Vanessa bisa merasakan j

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-06

Bab terbaru

  • Pijatan Nikmat Sang CEO   Bab 143 – Cinta di Tengah Krisis

    Malam di kota masih terang dengan lampu-lampu gedung yang berpendar, menciptakan pemandangan yang tenang namun penuh makna bagi Nathaniel. Ia berdiri di depan jendela ruang kantornya, menatap hiruk-pikuk kota yang tetap hidup meskipun hari sudah larut. Namun, pikirannya tidak tertuju pada bisnis, bukan pada perusahaan yang masih dalam tahap pemulihan, melainkan pada seseorang—Arissa.Nathaniel telah menghadapi banyak hal dalam beberapa bulan terakhir—pengkhianatan Damien, pertempuran bisnis melawan Markus, dan perjuangan keras untuk mempertahankan perusahaan yang diwariskan kepadanya. Namun, di antara semua itu, ada satu hal yang tetap menjadi titik terang dalam hidupnya: Arissa.Wanita itu bukan hanya sekadar mitra dalam bisnis, tetapi juga sumber kekuatan terbesar yang membuatnya tetap berdiri tegak. Di saat semua orang meragukan dirinya, Arissa tetap ada. Di saat ia merasa hampir menyerah, Arissa memberikan keyakinan bahwa ia masih bisa ber

  • Pijatan Nikmat Sang CEO   Bab 142 – Mengakui Perasaan

    Malam itu, suasana terasa lebih tenang dari sebelumnya. Setelah bertahun-tahun menghadapi ancaman, pengkhianatan, dan konflik, akhirnya Nathaniel bisa duduk dengan lebih rileks. Namun, pikirannya masih dipenuhi banyak hal, terutama tentang seseorang yang selalu ada di sisinya—Arissa.Ia berdiri di balkon apartemennya, menatap lampu-lampu kota yang berpendar di kejauhan. Udara malam yang sejuk berhembus lembut, membawa ketenangan yang sudah lama tidak ia rasakan. Namun, ketenangan itu tidak cukup untuk menghilangkan gelisah yang bersarang di hatinya.Beberapa bulan terakhir telah mengubah segalanya. Sebelum ini, hubungan mereka hanya sebatas mitra bisnis dan sekutu yang berjuang bersama. Namun, setelah menghadapi Markus, pengkhianatan Damien, dan segala rintangan lainnya, Nathaniel menyadari bahwa perasaan yang ia miliki terhadap Arissa lebih dari sekadar rasa terima kasih atau rasa hormat.Arissa adalah orang yang selalu berada di sisinya, orang ya

  • Pijatan Nikmat Sang CEO   Bab 141 – Kemenangan di Depan Mata

    Ruang pertemuan besar itu dipenuhi keheningan tegang. Wartawan, investor, dan pemegang saham menunggu dengan napas tertahan, sementara Markus berdiri di tengah ruangan, matanya berkilat penuh kemarahan dan keputusasaan. Di seberangnya, Nathaniel berdiri tegak dengan ekspresi dingin dan penuh kemenangan.Nathaniel mengambil langkah maju, tatapannya tajam menembus Markus yang kini tampak lebih lemah dari sebelumnya. "Ini adalah akhir dari permainanmu, Markus," katanya dengan suara datar, namun mengandung kekuatan luar biasa.Markus mencemooh, meskipun senyumnya tidak lagi sekuat dulu. "Jangan terlalu percaya diri, Nathaniel. Aku masih punya sekutu yang bisa membantuku keluar dari ini."Nathaniel tersenyum miring. "Sekutu? Maksudmu mereka yang mulai meninggalkanmu setelah semua bukti yang telah kami ungkap?"Markus mengepalkan tinjunya. Ia menoleh ke sekeliling ruangan, mencari dukungan, tetapi yang ia lihat hanyalah wajah-wajah yang dipenuhi kebimbangan dan

  • Pijatan Nikmat Sang CEO   Bab 140 – Ancaman Terakhir dari Markus

    Malam yang sunyi terasa begitu menegangkan bagi Nathaniel dan Arissa. Mereka sudah melewati berbagai cobaan, dari pengkhianatan Damien hingga perjuangan melawan pengaruh Markus dalam bisnis mereka. Namun, semua itu belum berakhir. Markus, seperti ular berbisa yang terluka, tidak akan mundur begitu saja tanpa perlawanan terakhir.Berita tentang kebangkitan kembali perusahaan Nathaniel menyebar dengan cepat. Setelah pertemuan dengan para investor, kepercayaan terhadap kepemimpinan Nathaniel mulai pulih. Klien yang sempat ragu kini kembali menjalin kerja sama, dan perlahan tapi pasti, perusahaan yang hampir runtuh itu kembali berdiri kokoh.Namun, di sisi lain, Markus semakin terpojok. Semua rencananya untuk menjatuhkan Nathaniel berantakan. Sekutunya satu per satu meninggalkannya, dan kini ia hanya memiliki segelintir orang yang masih setia padanya.“Aku tidak akan membiarkan Nathaniel menang begitu saja,” gumam Markus dengan penuh kebencian saat ia duduk di ruang kantornya yang semakin

  • Pijatan Nikmat Sang CEO   Bab 139 – Dukungan Tanpa Ragu

    Hari-hari berlalu dengan cepat sejak skandal yang mengguncang perusahaan Nathaniel. Banyak hal telah berubah, tetapi satu yang tetap konstan adalah keberadaan Arissa di sisinya.Nathaniel bukanlah pria yang mudah menunjukkan kelemahannya, tetapi setelah semua yang terjadi, ia belajar bahwa tidak semua beban harus ia pikul sendiri. Dan Arissa? Ia bukan hanya sekadar seseorang yang mengisi keheningan di saat Nathaniel termenung—ia adalah cahaya yang membimbingnya keluar dari kegelapan.Arissa menatap Nathaniel dari seberang meja kerja mereka. Selama beberapa minggu terakhir, ia semakin menyadari satu hal: hubungannya dengan Nathaniel bukan sekadar hubungan profesional atau bahkan sekadar perasaan suka yang samar. Ia benar-benar peduli pada pria itu, lebih dari yang pernah ia bayangkan.Ia melihat Nathaniel berusaha keras, bekerja siang dan malam, memperbaiki apa yang sempat hancur akibat pengkhianatan Damien. Tapi di balik sikapnya yang tegar, Arissa tahu bahwa Nathaniel masih menyimpan

  • Pijatan Nikmat Sang CEO   Bab 138 – Bangkit dari Luka

    Langit pagi terlihat kelabu ketika Nathaniel berdiri di depan jendela kantornya, menatap kosong ke arah kota yang mulai sibuk dengan aktivitasnya. Sudah beberapa hari sejak Damien disingkirkan dari perusahaan, tetapi luka yang ditinggalkan masih menganga di hatinya.Tidak peduli seberapa besar ia mencoba menepis rasa sakit itu, kehilangan tetaplah kehilangan.Nathaniel selalu berpikir bahwa ia telah melalui banyak hal dalam hidupnya—tantangan bisnis, persaingan, bahkan pengkhianatan dari orang luar. Namun, tidak ada yang bisa mempersiapkannya untuk menghadapi pengkhianatan dari saudara kandungnya sendiri.Damien bukan hanya saudaranya. Ia adalah seseorang yang telah ia besarkan, seseorang yang ia lindungi dengan segenap hatinya. Tapi nyatanya, kepercayaan itu tidak cukup.Nathaniel mengepalkan tangannya. Ia bukan orang yang suka berlarut dalam kesedihan, tetapi kali ini berbeda. Ada bagian dari dirinya yang merasa hancur, seolah sesuatu yang penting telah diambil darinya.Pintu kantor

  • Pijatan Nikmat Sang CEO   Bab 137 – Luka di Hati Nathaniel

    Ruangan itu terasa sunyi setelah kepergian Damien. Semua orang di dalamnya perlahan mulai kembali ke aktivitas masing-masing, tetapi bagi Nathaniel, dunia seakan berhenti.Ia berdiri di tengah ruangan, matanya menatap kosong ke arah pintu yang baru saja dilalui Damien. Ada sesuatu yang begitu pahit dalam keheningan ini—sebuah perasaan yang tidak bisa ia gambarkan dengan kata-kata.Arissa memperhatikan Nathaniel dengan penuh kekhawatiran. Pria itu tampak begitu tenang di permukaan, tetapi ia tahu bahwa di dalam hatinya, Nathaniel sedang berjuang dengan emosi yang begitu rumit.Nathaniel telah memenangkan pertempuran ini. Ia telah berhasil melindungi perusahaan, mengungkap pengkhianatan, dan menyingkirkan ancaman dari dalam. Namun, mengapa ia tidak merasakan kelegaan?Seharusnya ia merasa puas. Seharusnya ia bisa merayakan keberhasilannya. Namun, yang ia rasakan hanyalah kehampaan.Nathaniel menarik napas dalam dan menghembuskannya perlahan, mencoba meredakan ketegangan di dadanya. “Seh

  • Pijatan Nikmat Sang CEO   Bab 136 – Kejatuhan Damien

    Langit di luar terlihat mendung, seolah mencerminkan ketegangan yang memenuhi ruang rapat utama perusahaan. Semua pemegang saham, dewan direksi, dan eksekutif utama sudah berkumpul, menanti pertemuan yang telah diumumkan secara mendadak oleh Nathaniel.Damien duduk di salah satu kursi panjang di dekat ujung meja. Raut wajahnya tetap tenang, meskipun ada ketegangan yang jelas terlihat di matanya. Ia tahu bahwa sesuatu yang besar akan terjadi, tapi ia masih berusaha menyembunyikan kegelisahannya di balik sikap percaya diri yang dibuat-buat.Di sisi lain ruangan, Nathaniel berdiri tegap di depan layar presentasi, ekspresinya penuh ketegasan. Di sampingnya, Arissa duduk dengan berkas-berkas yang telah ia kumpulkan selama beberapa hari terakhir. Inilah saatnya untuk mengungkap segalanya.Nathaniel menarik napas dalam sebelum akhirnya berbicara dengan suara lantang.“Hari ini, kita berkumpul bukan hanya untuk membahas masa depan perusahaan, tetapi juga untuk mengungkap sesuatu yang selama in

  • Pijatan Nikmat Sang CEO   Bab 135 – Keberanian Arissa

    Ketegangan di ruangan itu begitu pekat hingga terasa menyesakkan. Arissa bisa merasakan detak jantungnya berpacu lebih cepat dari biasanya, tetapi ia menolak untuk mundur. Saat ini, Nathaniel membutuhkan keberaniannya lebih dari sebelumnya.Nathaniel berdiri tegap, tetapi Arissa tahu hatinya pasti berantakan. Menghadapi pengkhianatan dari saudaranya sendiri adalah luka yang jauh lebih dalam daripada sekadar pertempuran bisnis. Dan kini, ia harus menjadi orang yang mengungkap semuanya, meskipun itu berarti memperburuk hubungan Nathaniel dengan keluarganya sendiri.Arissa menarik napas dalam, menatap Damien yang masih berusaha menyembunyikan kegelisahannya. "Aku tidak ingin berada dalam situasi ini, Damien," katanya dengan suara tenang, tetapi tegas. "Aku lebih suka melihat kalian tetap menjadi saudara yang saling mendukung. Tapi setelah semua yang kau lakukan, aku tidak bisa diam saja."Damien mendengus. "Kau pikir kau siapa, Arissa? Ini bukan urusanmu.""Aku adalah seseorang yang pedul

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status