BERSAMBUNG
“Jadi…harta warisan itu…?” suara Brandi tertahan.“Jangankan kamu, papa pun bingung, kenapa Emir Thamrin justru wariskan harta itu buatmu Brandi!” sahut Brandon.“Harus di ambil ya pa?” sahut Brandi agak pilon, sekaligus bingung.Brandon pun mengangguk, lalu dia berdiri dan menarik bahu anaknya ini, yang kini lebih tinggi beberapa centi darinya.“Ini PR kamu, carilah apa sebabnya, hingga si Emir Thamrin hibahkan harta itu buat kamu. Satu hal lagi, nama Brandi itu pemberian papa, saat bersama ibumu dulu, papa pesan pada ibumu dulu, kalau kelak kami punya anak, kalau laki-laki akan di namakan Brandi, tapi kalau perempuan, sama dengan nama ibunda kamu!” ceplos Brandon tersenyum.Brandi pun ikut tersenyum. Pantas nama aku mirip-mirip nama papa, ternyata beliaulah yang kasih nama, pikir Brandi sambil memeluk erat tubuh papanya.“Udahlah, kamu lupa yaa, papa sudah tua, tak sekokoh dulu lagi tubuh, sakit badan papa kamu peluk erat,” seloroh Brandon, hingga Brandi buru-buru melepaskannya dan m
Brandi langsung menggelengkan kepala, Brandon hanya menghela nafas, agaknya anak sulungnya ini punya ‘masalah’ dengan asmara!Sebelum pamit, Brandi menceritakan juga soal teror yang menimpa ibu angkatnya. Kaget juga Brandon tahu ibu angkat anaknya ini sempat koma di rumah sakit.Brando lalu menggangguk dan bilang mulai hari ini ibu angkatnya akan di jaga polisi dan tentara juga kedua adik sepupunya, legalah Brandi.“Kamu fokus saja dengan tugas-tugas saat ini, saran papa, kalau sudah merasa cukup bertualang. Silahkan kalau mau resign dan jadi orang sipil biasa!” kata Brandon lagi, untuk menenangkan anak sulungnya.Paginya, setelah kembali di pesani ini dan itu, Brandi pun pamit dengan keluarga besarnya. Lega rasanya dada pemuda ini, tak pernah dia sangka, kehadirannya benar-benar sangat di harapkan.Bahkan yang bikin dia terkaget-kaget, papanya secara blak-blakan malam tadi bilang, warisan Emir Thamrin akan jadi miliknya seutuhnya, semuanya tanpa di potong sepeserpun.Tentu saja Brandi
“Agaknya itu Bang…sejak Loha mendadak OKB dan sering bolak-balik ke Australia untuk urus bisnisnya, Loha bilang sering merasa di ikuti orang, apalagi kalau berada di Australia,” cerita Fanny.Loha memang sudah ceritakan soal hartanya ini, saat Cicil tak sengaja keceplosan pada kakaknya ini, sehingga Loha pun buka-bukaan saja. Tuh Fanny satu-satunya saudaranya, mereka memang hanya berdua.Loha dan Fanny hanya beda 2 tahun usianya, dan dengan Brandi beda setahun, sehingga dia tak ragu bilang Abang ke Brandi.Kini keduanya sudah duduk di private jet tujuan Bandara Internasional Melbourne, yang juga dikenal sebagai Bandara Tullamarine.Perjalanan dari Soetta ke Melbourne tidaklah singkat, hampir 7 jam. Sepanjang jalan Fanny ceritakan soal dirinya juga Loha.Fanny saat ini sedang kuliah S-2 di sebuah kampus di Surabaya. “Loha berbisnis alat-alat berat Bang, usahanya cukup maju, makanya dia minta agar aku sekolah saja, nggak usah mikir biaya!” aku Fanny, dia bilang saat ini honor jadi dos
Brandi menatap bangunan tua ini, di sinilah polisi menemukan mobil yang di katakan sudah menabrak sahabatnya ini, seperti yang dikatakan Letnan Grey padanya.Brandi kini melihat sekitaran rumah ini dan perlahan masuk, untuk cek ke dalam, namun baru sampai teras, dia berhenti sejenak.Saat itu dia melihat seorang wanita muda yang sejak dia mampir di sini selalu memperhatikannya, sampai dia masuk ke halaman bangunan ini.Rumahnya berdampingan dengan banguan, jaraknya hanya sekitar 10 meteran. Brandi berbalik dan mendekati wanita ini.“Selamat sore nona, namaku Brandi…!” Brandi langsung kenalkan diri, ia sengaja panggi nona, karena tak tahu apakah wanita ini masih singel atau sudah ber RT.Apalagi setahunya di negara ini, kumpul kebo sudah jadi budaya, pernikahan bukanlah prioritas!“Sore juga, kalau anda ingin cari penghuni di sini, mereka sudah kabur lama, termasuk pimpinannya yang wajahnya mirip blasteran Asia,yang sering di panggil anak buahnya dengan sebutan Mr Hamuk…!” kata wanita m
Brandi pun lagi-lagi menahan langkahnya agar tak keluar dari tempat persembunyiannya, dia kini terus bersembunyi, sambil mengintai akan kemana Chino Hamuk Cs bersama Pat ini.Apalagi ada 5 orang anak buah Chino Hamuk, yang terlihat membawa senjata api, yang terselip di pinggang masing-masing.Ke 5 nya terlihat mengawal ketat Chino Hamuk, yang berjalan dengan rombongan tadi. Ternyata mereka bergeser ke sebuah ruangan lain dan lanjutkan mettingnya.Brandi cari akal bagaimana agar bisa dekat dan bisa menguping pembicaraan tersebut. Sebab dia masih penasaran, di mana Mr M musuh besarnya itu saat ini bersembunyi.Tapi Brandi fokus dulu dengan musuh besarnya, yang kini berada di depan hidungnya.Brandi lalu jalan memutar dan setelah berusaha ekstra, dia pun akhirnya bisa juga menguping dan mulai curi dengar pembicaraan Chino Hamuk dan anak buahnya ini, juga kenapa Patricia atau Pat ada di antara mereka.“Jadi target kita kini berubah, tidak lagi menyeludupkan barang dari Papua, karena marka
Bruukkk…!Tiba-tiba tubuh Chino Hamuk ambruk di depan ruangan ini dengan tangan…di borgol! Tubuhnya tertelungkup di lantai.Kagetlah Brandi, dia kini pelan-pelan keluar dari persembuyiannya. Apa yang terjadi, kenapa kini Chino Hamuk sudah terborgol tangannya?Lalu sayup-sayup terdengar suara sirine polisi yang makin lama makin nyaring menuju ke tempat ini.Tak lama di belakang Chino Hamuk keluar Pat sambil menentang pistolnya. Brandi sampai melongo melihat pemandangan ‘aneh’ ini.“Sudah cukup Mayor Brandi, Chino Hamuk dan sisa anak buahnya sudah aku lumpuhkan,” kata Pat, sambil sarungkn senjatanya.“Bangsaaat kamu Pat, tenyata kamu seorang agen yang sengaja menyusup,” bentak Chino Hamuk, yang kini masih tertelungkup dengan tangan di belakang.Sebagai jawabannya, sebuah tendanggan keras menghajar perut Chino Hamuk, hingga pria setengah ini sampai berkaing-kaing kesakitan.Dua kali tendangan keras Pat layangkan, nampak sekali si bule cantik ini lampiaskan kemarahannya.“Sudahlah Chino Ha
Brandi dan Peltu Majid bertahan, termasuk Fanny, mereka terus menunggui Loha yang kini mulai tunjukan perkembangan baik pasca lakukan operasi kecil di kepalanya dan membuang gumpalan darah.Hari ke 4 setelah di tunggui dua sahabat dan kakaknya ini, Loha akhirnya mulai membuka mata dan dia sesaat bingung ada di mana.“Aku di mana…?” kata Loha bingung sendiri, matanya melihat ke 3 orang ini.“Apa kabar jagoan, seorang jagoan akan terus tunjukan kekuatannya, tak boleh menyerah, ini mah kecil, ingat petualangan hebat kita di Papua?” sahut Brandi senyum senang, sambil memegang tangan Loha.Tujuannya untuk bangkitkn semangat Loha.“Brandi…?” sahut Loha dan saat melihat Peltu Majid dan adiknya, Loha terlihat menunjukan roman senang.Namun tiba-tiba dia ingat anak dan istrinya.“Alika anakku dan Cicil istriku, di mana mereka?” tanya Loha sambil menatap Brandi. “Loha…Cicil kini sudah bahagia di alam lain, Alika anak kalian sudah aman di rumah mertua kamu!” sahut Brandi pelan-pelan.“Ohh….Cici
Satu minggu kemudian…Brandi kini bersiap terbang ke Dubai langsung dari Melbourne, kali ini dia naik pesawat komersil saja, perjalanan panjang akan di tempuh lebih dari 14 jam.Peltu Majid, Loha dan Fanny sebaliknya, akan terbang ke Surabaya, setelah Loha keluar dari rumah sakit satu hari yang lalu.“Kalau keadaan genting, jangan lupa kabari aku dan Bang Majid,” kata Loha, yang kini masih duduk di kursi roda, ternyata semangat ‘petualangnya’ masih kuat.Brandi senyum saja dan bilang lebih baik Loha tetap fokus untuk kesembuhan dan juga benahi usahanya, tapi mata Brandi justru melirik Fanny yang terlihat tenang saja."Tapi kalau keadaan genting, jangan khawatir, pasti kalian berdua yang pertama aku kontak," janji Brandi, agar semangat Loha dan Majid tetap kuat.Seakan paham, Majid dorong kursi roda Loha dan mereka malah asyik merokok di salah satu ruangan lain. Beri kesempatan Fanny dan Brandi ngobrol berdua.“Jadi setelah selesai urusan di Dubai, Abang akan ajukan resign dari militer?
“Namaku Hagu, Tante Weni!” Hagu pun buru-buru kenalkan namanya.Tante Weni malah menatap wajah Hagu dengan seksama, dia seolah kaget.“Wajah kamu…mengingatkan aku pada seseorang di masa lalu? Dari mana kamu berasal Hagu?” Tante Weni kini bertanya lagi.“Aku…sebenarnya bukan asli Indonesia tante, tapi hanya seorang turis, aku berasal dari Suriah,” aku Hagu apa adanya, sambil menatap wajah wanita setengah tua ini.Nampak sekali wanita ini cantik saat muda, tapi kini terlihat menua dan tubuhnya juga agak kurus!Kaki Tante Weni terlihat mengecil dua-duanya, tanda sudah lama tak bisa berjalan lagi. Ini bikin Hagu jadi iba dan tak jadi langsung meninggalkan wanita ini.“Masa sihh…wajah kamu nggak terlihat terlalu ke Arab-araban, malah lebih banyak wajah Indonesia-nya,” cetus Tante Weni, yang kini malah minta Hagu dorong kursi rodanya ke sebuah kafe yang tak jauh tempat mereka ini.“Iya tante, justru ke datangan saya ke Indonesia, salah satuya mau cari orang tua saya itu, moga saja kelak kete
Hagu langsung minta nomor rekening Ayu dan dalam hitungan menit, Ayu sumringah bukan main, ada laporan bangking di ponselnya, uang 400 juta sudah di rekeningnya.Ayu tak ragu lagi langsung memeluk tubuh kokoh Hagu, dia sudah tak sabaran ingin tuntaskan horny-nya yang naik ke ubun-ubun sejak beberapa hari lalu.Hagu menutup hatinya, agar tidak merasa bersalah dengan Sofia, karena hari ini dia ingin tuntaskan keinginan Ayu, bercinta dengannya.Ayu bak berada di padang pasir yang tandus, dia butuh di beri air agar rasa hausnya hilang.Sudah lama dia tidak bercinta, semenjak Aguan di hajar Hagu dan malah nambah gundik lagi. Ayu saat ini sudah bukan lagi prioritas si rentiner, dia lebih suka menggeluti gundik-gundiknya yang baru dan masih muda-muda.Bertemu Hagu yang dia kagumi dan royal, serta kini sudah memberinya uang tak sedikit, agar dirinya bebas dari kukungan Aguan, membuat Ayu pun lepas kendali.Kalau beberapa hari lalu di kamar wanita ini Hagu tak begitu perhatikan body Ayu, kini d
Tok…tok…!Pintu kamar hotel Hagu ada yang mengetuk. Hagu senyum di kulum.“Hmm…umpan makin jinak, Ayu benar-benar datang,” batin Hagu dan langsung ke menuju pintu kamar hotelnya. Ini adalah hari ke tiga setelah dia menyelinap ke kamar Ayu di rumah Aguan.Seraut wajah cantik yang di poles make up cetar langsung terpampang di depan pintu, walaupun masih berpakaian sopan, tapi baju ketat yang di pakai Ayu tetap tampilkan lekuk tubuh aduhainya.Tanpa ragu si cantik ini memeluk Hagu dan memberikan ciuman panasnya, sampai berbunyi kericupan.Hagu santai saja meladeni, dia memang punya misi besar dan tak mau terbawa suasana.“Kangen banget aku sayang, udah nggak sabaran pingin kamu keloni dengan ular gede kamu itu,” desah Ayu.“Sabar sayang, bagaimana soal informasi yang kamu janjikan?” Hagu merenggangkan pelukan Ayu, karena info soal Aguan yang paling utama ada di otaknya saat ini, bukan lampiaskan nafsu.“Hmm…itu, oke deh, tapi janji yaa, setelah ini kita nggak boleh kemana-mana, pokoknya a
“Iya udah gapapa…eh boleh nggak aku sementara sembunyi di sini?”“Bo-boleh kok tuan…tapi aku nggak di perkaosss ehh…tidak di apa-apain kan?”Hagu kembali tersenyum lebih lebar, lalu bak gaya seorang Cassanova, dia bangkit dan menowel pelan dagu Ayu.“Bodoh banget ganggu wanita se cantik Ayu,” bisik Hagu, sampai dengus nafasnya menerpa wajah Ayu, si gundik cantik ini kontan lagi-lagi malu-malu meong.Tak bisa di pungkiri, pesona Hagu di mataya jauh di atas Aguan yang berperut aga gendut itu.Mana tubuh Hagu wangi pula, belum lagi bentuk bodynya yang kokoh dan tinggi besar, Ayu pun sudah membayangkan bagaimana bentuk isi di dalam celana d pria tampan ini.“Ihh tuan bisa ajahhh…jadi deg-degaan atuhhh!” bisik Ayu lagi, mulai termakan kegenitan Hagu.“Kalau Ayu mau tidur silahkan, aku bentar lagi keluar kok, nunggu hujan reda!” kata Hagu lagi bikin alasan.“Aihh kenapa buru-buru, ngadem ajah di sini, ntar pas keluar, ketahuan sama penjaga si Aguan, bahaya! Mending tengah malam atau pagi-pa
Sampai 4 malam Hagu memantau rumah Aguan yang terlihat di jaga ketat 5 centengnya yang beda dengan centeng terdahulu di rumah mewahnya tersebut.Tak terlihat lagi 3 centengnya yang lama, inilah yang membuat Hagu tak mau buru-buru menyatroni rumah si rentiner ini.Malam ke 5, Hagu berencana akan masuk secara diam-diam ke rumah Aguan. Sore sebelumnya dia sudah melihat ada mobil Aguan yang datang. Artinya orang yang dia pantau saat ini ada di rumah.Sofia juga sudah cerita, Aguan punya beberapa rumah, bukan hanya di Pelabuhan Ratu, di Bandung dan Jakarta juga punya.Hujan turun sejak sore dan makin lebat setelah malam, namun tidak surutkan langkah Hagu malam ini bergerak.Nasib baik berpihak ke Hagu, para penjaga Aguan terlihat asyik bersantai ria sambil minum miras.Hagu kini sudah melompati pagar samping di bagian kiri dari depan, kini dia berindap-indap sambil memperbaiki topinya, agar wajahnya tak kena air, jaket kulitnya juga anti air, sehingga Hagu tak khawatir basah.Tanpa kesulita
Hagu makin lupa diri saja, apalagi kini Sofia makin rajin rawat perabotannya. Sofia ternyata pernah kerja di salon kecantikan khusus wanita, sehingga tahu cara merawat perabotannya tetap menggigit dan wangi, walaupun ular Hagu siang malam mengaduk-ngaduk pelepasannya.Tak terasa…mereka 1 bulan berada di hotel ini. Hagu pun cuek saja, saat tagihan kamarnya sudah lebih 100 jutaan, karena tarif kamarnya 3 jutaan perhari.Belum lagi makanan yang mereka pesan, keduanya ogah keluar kamar, maunya bersama terus.Namun, indahnya bulan madu ini terhenti, saat Mang Kulik menelpon ke Sofia dan bilang rumah dan tokonya sudah beres semua, tinggal taman belakang yang masih dikerjakan.“Kita lanjut di rumah saja, sayang duit di buang-buang kalau kelamaan di hotel, cari uang itu susah loh, aku sejak lahir, baru kali ini menikmati jadi orang kaya…!” bisik Sofia, Hagu pun mengangguk.Mudah di duga, di rumah ini pun mereka makin liar saja bercinta di manapun mau, Sofia yang makin bahagia dari hari ke hari
“Sementara biarlah kita di sini dulu, di samping untuk keamanan, juga biar rumah kamu cepat kelarnya. Aku juga akan selidiki si Aguan, aku yakin penembak diriku ada hubungannya dengan si rentiner itu,” sela Hagu lagi dan Sofia yang khawatir pun mengangguk.Saat bicara begitu Hagu baru nyadar, wajah Sofia yang kini di make up tipis makin jelita saja, telinganya juga sudah ada anting-anting, juga leher dan lengannya ada emas.Apalagi saat ini Sofia kenakan jeans dipadu dengan blouse, kecantikannya makin terpancar saja, dengan rambut panjangnya yang melewati bahu dibiarkan tergerai.“Kamu…cantik sekali Sofia?” ceplos Hagu spontan, hingga wajah khawatir Sofia langsung merah dadu.“Ehemm…udah kepingin lagi yaa…tapi…lengan dan bahu kamu gimana?” bisik Sofia sambil mendekati Hagu dan Sofia tak ragu memeluk tubuh kokoh pemuda ini.Setelah saling melumat, aktivitas asyik ini terpaksa di hentikan, Hagu merasa tak leluasa, apalagi lengan dan bahunya masih terasa nyiut-nyiut.“Sabar yahh…tunggu be
Ketika sadar 1 jam kemudian usai operasi singkat, dua wajah inilah yang terlihat Hagu di sisi ranjangnya. Sehingga pemuda ini makin kagum saja sekaligus tak menyangka Brandi dan Lydia masih menemaninya di rumah sakit ini.“Kalian…kenapa belum pulang, nanti ortu kalian nyari?” kata Hagu sambil menatap kedua kakak adik yang memang terlihat orkay ini, namun tidak sombong, pemberani dan tak kenal takut.“Sengaja Bang, kami kasian sama Abang, kan nggak ada yang menemani, namaku Lydia Bang…wajah Abang kok mirip wajah kakek buyut saat muda sihh?” ceplos Lydia spontan hingga bikin Hagu terkejut.“Kakek buyut? Siapa kakek buyut kalian Lydia?” tanya Hagu bengong sendiri.“Kakek buyut kami namanya Brandi Hasim Zailani Bang, sama dengan namaku, nama aku ini di kasih beliau ketika lahir,” sela Brandi tertawa kecil.“Astagaa…jadi kalian ini anaknya Om Ryan, sepupunya Abang Balanara?” tanpa sengaja Hagu sebutkan nama ortu dan sepupu keduanya.“Lohh…Abang kenal dengan papa kami, juga si bulay Bang
Cittt…!Baru juga 10 menitan keluar dari showroom, hampir saja Hagu menabrak sebuah mobil yang nyelonong tiba-tiba.Hagu sampai mengelus dada, andai tak spontan injak rem, bisa jadi moncong mobilnya akan menabrak sebuah mobil sport yang identik dengan kemewahan.Hagu keluar dari mobilnya dan mendekati mobil sport mewah ini, dia bermaksud akan menegur sopir mobil ini, yang nyelonong begitu saja.Namun Hagu tertegun, saat melihat dua orang sedang asyik berdebat, itu terlihat sebab mobil sport mewah ini gunakan atap terbuka.Sesaat Hagu terdiam dan menonton saja ulah dua orang di dalam mobil mewah iniDi belakang setiran seorang remaja yang usianya paling banter 13 tahunan di sampingnya seorang gadis yang cantik jelita yang usianya juga masih muda antara 14-15 tahunan“Tu kan apa kaka bilang, kamu sih bandel banget, kedua mami kan sudah ngelarang kamu bawa mobil ke jalan raya, hampir saja nabrak si Abang itu!” sungut si cantik ini.“Kaka Lydia sih ngagetin,” si adiknya tak mau kalah.Tokk