BERSAMBUNG
Melihat Brandi tancap gas, mobil penguntit ini pun tak mau kalah, mereka juga tancap gas dan tak mau kehilangan buruannya.Brandi sengaja terus tancap gas dan menuju jauh dari pusat kota, mobil sewaannya yang berharga mahal ini sudah menunjukan RPM 150 kilometer per jam, sehingga mobil penguntitnya agak tertinggal di belakang.Begitu masuk daerah padang pasir, aksi kejar-kejaran pun makin tak terelakan, apalagi saat melalui jalan gurun pasir, justru mobil MPV penguntit ini lebih perkasa, sehingga jaraknya makin terpangkas dengan mobil Brandi.Bahkan dua orang yang berada di mobil penguntit mulai lepaskan tembakan ke arah mobil Brandi yang melaju kencang ini.Mau tak mau Brandi terpaksa aga zig zag, ini justru makin memudahkan penguntitnya dekati mobil miliknya.Brandi kini sengaja arahkan ke daerah pegunungan di gurun ini, panas sangat menyengat, Brandi sempat melihat di dasboard, angka panas sudah menunjukan 40 derajat celcius.Setelah sampai di sebuah bukit kecil, Brandi rem mendadak
“Mr M, kamu mau sembunyi di mana sekarang!” cetus Brandi.“Bangsat! Siapa kamu!” bentak Mr M, tak menyangka bukan Gordan yang kini sudah pindah alam yang mengangkatnya, tapi oran lain yang sama sekali tidak di sangka-sangkanya siapa orang tersebut.“Kamu lihatkan di depan tempat persembunyianmu ini, aku ada di bawah sekarang,” sahut Brandi santai, lalu klik, telpon Brandi matikan.Mr M yang tentu saja sangat kaget tanpa pikir panjang langsung melongok ke jendela. Dorrrr…dorrrr…!Dua kali tembakan menyalak dari pistol yang Brandi pegang, Mr M menyumpah-nyumpah saat melihat musuh besarnya di bawah dan tanpa basa-basi menembaknya.Untung saja dia refleks bergerak, andai tidak, kepalanya yang berlubang dan dia bakalan langsung pindah alam.Mr M bergulingan di lanatai dengan bahu berlumuran darah.“Bunuh manusia laknat itu, jangan sampai lolos,” bentaknya, sambil menahan sakit di bahunya, dua tembakan Brandi tepat hajar bahunya di bagian kanan, sampai-sampai tangannya mati rasa.5 orang an
Namun niat untuk selidiki itu tertunda, Brandi tiba-tiba dapat telpon dari Notaris Umar, seorang notaris terkenal yang ditunjuk mendiang Emir Thamrin kelola harta warisan miliknya, agar Brandi segera ke kantornya, secepat-cepatnya.Mendengar harus cepat, Brandi bingung sendiri. “Ada apa lagi ini,” batinnya penuh pertanyaan, sekaligus penasaran.Akhirnya Brandi pun memutuskan ke kantor sang notaris keesokan harinya. Ia datang memenuhi undangan tersebut dan menunda urusan lain.“Ya salaammmm…tuan Brandi Hasim Zailani, akhirnya sang calon crazy rich muncul juga, sangat lama aku nanti-nantikan momen ini,” Notaris Umar langsung peluk erat tubuh kokoh Brandi dan gandeng tangan Brandi masuk ke ruang kerjanya. Tubuh tambun Notaris Umar terlihat kontras dengan tubuh berotot Brandi.“Maaf…saya baru bisa ke sini,” kata Brandi basa-basi, matanya sempat melirik Sekretaris Umar yang cakepnya mirip Nancy Ajram, penyanyi pop terkenal Lebanon saat muda pastinya.“He-he-he tak apa, untung kamu muncul,
“Semoga dengan ini, dosa-dosa tuan Emir Thamrin di ampuni, beliau secara langsung sudah mengembalikan harta yang ia curi dahulu ke aku, yang merupakan anak Brandon Hasim Zailani, nilanya naik 2X lipat lagi,” batin Brandi sambil mengelap wajahnya, usai menyelesaikan tanda tangan semua berkas.Walaupun ruangan ini ber AC dan sangat dingin, keringatan juga pemuda beruntung ini.Tuan Syarif Tamliha jelaskan, kenaikan harta warisan ini, karena saham-saham yang di tanam di puluhan perusahaan besar, melonjak naik selama lebih 25 tahunan terakhir ini.“Selamat tuan ‘Sultan’ Brandi Hasim Zailani, kini harta 10 miliar dolar amerika sah jadi milik tuan,” kata Tuan Syarif Tamliha, sambil salami dan genggam erat tangan Brandi.“Jangan dulu buru-buru pulang ke Indonesia…sekretarisku siap menemanimu selama di Dubai,” bisik Notaris Umar sambil kedipkan mata.Brandi sampai melihat sang sekretaris ini, tapi dia hanya senyum saja, tidak menanggapi candaan si Notaris tambun ini.Sesaat akan pamit, Brandon
Keluarga besar Loha dan Fanny hari ini di Bima, Nusa Tenggara Timur kedatangan tamu istimewa. Saking istimewanya rumah keluarga Loha yang tergolong paling mewah di kompleks ini di rias sedemikian rupa.Siapa lagi kalau bukan Brandon Hasim Zailani dan kedua istrinya, Mami Sandrina dan Mami Tiara, juga bersama Brandi tentunya.Aldot dan adik-adiknya tak datang, karena kesibukan masing-masing. Tapi Peltu Majid dan Sandra, istri bulenya dengan dua anaknya yang cakep-cakep hadir menemani Brandi dan keluarga besarnya. Sesuai janjinya, Brandi hari ini akan melamar Fanny sebagai istrinya. Tentu aja Loha yang kini sudah sehat wal afiat dan bertindak selaku wali bagi Fanny, menerima dengan bahagia lamaran keluarga taipan ini.Bahkan di depan keluarga besar Brandon Hasim Zailani, Loha dengan apa adanya bilang, seminggu sebelum keluarga ini datang, Fanny sudah mualaf dan menambah namanya jadi Fanny Fatimah.Brandon sampai berdiri dan memeluk calon mantunya dan ucapkan selamat!“Kamu kok pintar s
Fanny menikmati tubuhnya mulai di jelajahi suaminya, bahkan dia sampai merinding, saat bibir Brandi mulai membelah hutan rimbun perawannya dengan bibirnya.Sebagai flamboyan berpengalaman, Brandi paham, dia tak boleh seperti menggasak Beyonce ataupun kekasih-kekasih lainnya, ini istri sahnya, masih bersegel dan pastinya wajib diperlakukan sangat lembut.Fanny sampai terbelalak menatap tongkat Brandi sudah berdiri kokoh dan siap memboldoser hutan rimbunnya.“Pelan-pelan ya, gile banget bisa segini besarnya ni ular kobra!” olok Fanny terkekeh, yang aslinya sudah mulai tak sabaran di obok-obok si ular kobra milik suaminya ini.Akhirnya, pelan tapi pasti benda keras ini mulai masuk dan akhirnya tenggelam dalam pelepasan Fanny.Foreplay Brandi yang sangat pengalaman, membuat Fanny tak merasakan sakit berlebihan, yang ada malah kenikmatan di malam pertama mereka sebagai suami istri.Ibarat kendaraan, karena baru buka segel, maka jalannya pun harus pelan-pelan saja.Tapi selanjutnya gasnya mu
Tengg…gelas di tangan Brandi terlepas dan pecah berhamburan di lantai, dia bak kesetanan membawa mobil nya menuju ke rumah sakit.Tak terhitung berapa buah mobil lain hampir keserempet, sumpah serapah para sopir tak dia hiraukan, Brandi terus melaju injak pedal gas mobil mewahnya.Telpon dari sopirnya sambil menangis sesengukan membuatnya bak kena petir di siang bolong. Si sopir ini mengabarkan tragedi memilukan yang menimpa istri Brandi di depan sebuah supermarket.Begitu sampai di rumah sakit dan melihat Fanny kini dalam kondisi kritis, Brandi bak tak ada tulang lagi, dia terduduk di depan kaca ruang ICU melihat keadaan istrinya yang kini dalam kondisi koma.Tak sampai satu jam, Brandon dan kedua istrinya juga tiba, semuanya kaget bukan kepalang dengan musibah yang menimpa Fanny. Sehingga buru-buru berdatangan ke rumah sakit menjenguk Fanny. Brandon sampai menelpon Kapolri dan minta penembak mantunya segera di cari dan di usut hingga tuntas."Musuh-musuh keluargaku ternyata tak pern
Setiap hari Brandi selalu kunjungi kuburan Fanny dan bayinya. Airmatanya selalu menetes ingat saat-saat manis mereka selama ini.Brandi harus sekuat tenaga menguatkan batinnya yang terluka parah ini.Kemanjaan Fanny dan kedewasaannya, membuat Fanny di mata Brandi adalah sosok wanita yang selama ini ia cari-cari.Brandi juga kadang menyesali diri, karena musuh-musuhnya bukannya incar dia, tapi justru istrinya, rasa bersalah inilah yang membuatnya makin merana.Sebulan kemudian, Brandi mulai bisa menerima kenyataan, Fanny dan bayi mereka kini sudah nyaman dan tenang di alam sana.Dia harus belajar menerima kenyataan dan tidak larut dalam kesedihan setiap hari.Nasehat dari ayah dan kedua mami-nya serta Ela, ibu angkatnya, juga saudara-saudaranya membuat jiwa Brandi mulai tegar menerima kenyataan pahit ini.“Sayang berdua, papa pulang, orang-orang yang telah membuat kalian berdua menderita akan papa cari kemanapun bersembunyi,” kata Brandi.Tangannya membelai nisan yang bertuliskan nama F
Beberapa tahun kemudian…!Kita tinggalkan dulu kebahagian Brandi yang kini bina keluarga baru dengan Lula Safitri, istri keduanya dan pasangan ini makin bahagia setelah 3 bulanan kemudian Lula hamil anak pertama mereka, hanya setahun setengah kosong hamil lagi anak kedua.Kita kembali ke Kabupaten Batupecah, di sebuah SMP negeri. Ada satu orang yang punya hubungan istimewa dengan Brandi dan pastinya klan Hasim Zailani.Penampilan remaja tanggung kurus ini biasa saja, bajunya pun kadang lusuh jarang di gosok. Dia bahkan salah satu siswa ‘miskin’ di sekolah ini.Kelebihannya hanya dua, wajah ganteng dan tinggi badan menjulang, hampir 175 cm, di usianya yang baru jalan 15 tahunan. Serta kulitnya yang agak putih kekuningan.Baru juga akan menuju kelas, dia sudah dipanggil 3 orang, yang terkenal sebagai premannya di SMP ini.“Hei Chulbuy, ke sini kau!” bentak salah satu siswa itu. Dengan langkah takut-takut Chulbuy mendekat.“Mana uang saku kamu, kemarin kamu nggak nyetor, apa mau ku hajar
Lula terdiam mendengar dalang pembunuh Fanny adalah Greta, sepulang dari rumah sakit, Brandi menceritakan hal ini, lebih kaget lagi saat tahu Greta kini di rawat di rumah sakit jiwa.“Tak disangka ya Bang, Greta sampai tega dan kejam menyuruh dua eksekutor bunuh ka Fanny yang sedang hamil tua dan hampir saja juga bunuh Abang juga!” kata Lula geleng-geleng kepala, ingat kejadian di jalan tol, ketika dia dan Brandi di kuntit kedua pembunuh itu.“Yahh…mau gimana lagi, sudah takdir Tuhan. Tak terasa juga, bulan depan sudah haul yang pertama bayi kami dan Fanny,” sahut Brandi lirih.“Bang…selesaikan dulu hati Abang dengan Fanny…baru Abang lanjutkan niat untuk…?” Lula sengaja tahan kalimatnya.“Setelah haul yang pertama Fanny dan bayi kami, Abang akan melamar kamu!” kata Brandi tak ada keraguan lagi sambil menatap Lula, sekaligus lanjutkan kalimat terpotong Lula tadi.Lula menatap wajah Brandi, melihat kesungguhan di mata itu, tanpa ragu Lula mengangguk.Karena Lula pun tak mau munafik, seja
“Boleh Om lihat ibu kamu nggak di rumah sakit?” tanya Brandi sambil menatap wajah Radin, yang malah mengingatkannya dengan wajahnya saat kecil, agak mirip dirinya.“Tapi Om, jualan Radin belum habis, kan ini bikinan kak Sonya, dulu ibu yang ngajarin, modalnya banyak loh, hampir 100 ribuan!” sahut Radin polos.“Om yang borong semua jualan kamu, yuks kita ke rumah sakit, ikut mobil Om,” ajak Brandi lagi, kali ini Radin mengangguk, lucunya jaket denim Brandi masih tetap berada di bahunya.“Kamu suka jaket itu Radin?” tanya Brandi, sambi menatap ke bahu ke anak kecil ini.“Suka, eeeh maaf, ini Om jaketnya?” sahut Radin buru-buru kembalikan ke Radin yang sedang pegang setiran, kali ini dia duduk di depan dan Lula sengaja duduk di jok tengah, karena Radin jadi penunjuk jalan.“Nggak usah, simpan saja buat kamu, kan kamu bilang suka, Om masih punya banyak kok!” sahut Brandi lagi dan Radin langsung taruh lagi jaket besar ini di bahunya karena dia masih bocil.Sifat spontan dan polos Radin biki
Lula kaget sekali, namun dia membiarkan saja ulah Brandi yang kini mendekati ke 7 orang ini, justru yang dia khawatirkan adalah ke 7 orang tersebut...!Setelah berjarak hanya 3 meteran, Brandi berhenti dan menatap mereka satu persatu, tentu saja dahinya langsung bergerenyit melihat pemuda yang ‘naksir’ Lula juga ikut dalam rombongan pemuda, jadi pemimpinya pula.Padahal kemarin dia sempat salut dengan pemuda ini, tapi kini langsung pupus, apalagi gaya si pemuda hari ini berubah jadi songong.“Hei kamu orang kota, berani sekali ke sini tanpa lapor dengan kami, penguasa kampung ini,” bentak pemuda ini, sekaligus mengeluarkan sifat aslinya.Lula yang ada di dalam mobil Brandi pun sampai heran, kenapa pria yang naksir dengannya jadi begini sok jagoan.Padahal saat pedekati dengannya, pemuda yang bernama Billy ini sopan sekali dengannya, ternyata Lula kecele.“Oh begitu ya, jadi harus lapor dulu? Nah, aku terlanjur masuk ke kampung di sini, artinya aku hari ini sekalian saja lapor!” sahut B
“Aneh banget si Lula, masa uang pemberianku tak di pakai untuk membantu orang tuanya sendiri?” batin Brandi bingung sendiri dengan sikap Lula ini.Begitu ada kesempatan, Brandi yang penasaran pun ajak Lula bicara berduaan di teras depan. Bibi Mira dan dua adik kemenakannya masih di dalam rumah.“Lula….kenapa kamu tidak ambil uang pemberianku, malah…adikmu berhutang di sebuah warung, untuk beli lauk makan malam kita?” tanya Brandi penasaran.Lula terdiam sesaat, seakan mencari jawaban yang pas!“Bang…jangan marah yaa…jujur aku tak enak pakai uang pemberian Abang itu, terlalu besar dan…bikin aku seolah di beli saja!” sahut Lula.Brandi langsung kaget, tak menyangka Lula akan segitunya berpikir, lama-lama Brandi tersenyum dan tertawa kecil.“Kenapa sampai ada pikiran aku akan beli kamu?” tanya Brandi lagi.“Sekaya-kayanya seseorang, tak masuk akal Bang beri duit segitu besarnya, 30 miliar bukan angka main-main. Pasti ada ada udang di balik batu!” cetus Lula serius, hingga bikin Brandi mak
“Kenapa aku jadi cemen begini, selama janur kuning belum melengkung, artinya masih ada kesempatan,” gumam Brandi.Lalu dengan semangat yang tiba-tiba muncul, Brandi lanjutkan perjalanan menuju ke rumah Lula Safitri, hampir saja dia tadi akan balik lagi ke Jakarta.Baru saja sampai di sebuah tikungan yang menuju rumah Lula, pria muda yang bonceng Lula terlihat sudah pulang dan sempat berselisihan dengan mobil SUV mewah Brandi.Pria ini malah mengangguk hormat saat Brandi sengaja buka kaca mobilnya.“Pemuda yang baik dan sopan, juga lumayan ganteng!” batin Brandi memuji ‘cowok’ yang diyakininya sedang pedekati dengan Lula.Lula yang masih di halaman rumahnya tentu saja heran melihat mobil Brandi dan kini turun dari kendaraan ini.“Abang…tumben ke sini?” tanya Lula sambil sambut Abang angkatnya.“Aku hanya khawatir kalau-kalau kondisi ibu kamu makin memburuk, bagaimana sekarang kesehatannya?” Brandi sengaja berbasa-basi, sekaligus bikin alasan yang masuk akal.“Alhamdulillah makin baik Ba
“Abang Topan, kok diam sihh, eh Abang mau kemana, jangan tinggalin Greta Bang, papa dan mamii sudah mati, kenapa Abang malah ikutan pergiiiii, Greta takut Bangg, Greta kini sendiri, Abang Brandi juga tak peduli dengan Greta…Abangggg!”Tiba-tiba Greta menangis sesengukan, Brandi berbalik dan tak jadi pergi, dia lalu mendekat Greta lagi dan memeluknya erat.Matanya berkaca-kaca, Brandi sekaligus ingat ucapannya pada Greta dulu, saat masih di rumah sakit, setelah sakau di rumah orang tuanya.Dia kala itu janji akan menjaga Greta bak adik sendiri dan janji itu pun pernah dia ucapkan pada Mr M dahulu.Brandi lupa dengan janjinya ke gadis cantik yang malang dan salah didik sejaak kecil ini.Kini semuanya harus dia bayar mahal, Greta jadi gila begini dan istri tercintanya jadi korban, termasuk bayinya dengan Fanny."Ya Tuhann...ini semua salahku, andai dulu Greta ku jaga dengan baik, belum tentu Fanny dan bayi kami jadi korban, Greta hanya butuh perhatian," batin Brandi, sambil kejapkan mata
Brandi malah duduk termangu di sisi ranjang. “Benar kata Lula, aku tak boleh memanfaatkannya…!” batin Brandi sambil mengeluh, sulitnya lepaskan bayangan Fanny dari hati dan otaknya.Tapi sampai kapan dia dan Lula mampu bertahan, sedangkan Lula pernah berujar, hanya akan persembahkan tubuhnya pada suami, bukan pacar apalagi yang tak ada hati!Brandi hari ini berniat langsung ke Mabes Polri, dia ingin tahu bagaimana hasil penyelidikan pihak kepolisian terhadap dua orang yang tewas di mobil yang terbakar hebat tersebut di jalan tol.Tapi dia terpaksa menunda ke sana, saat ke Mabes lagi, banyak pekerjaan yang tak bisa di tunda. Di saat yang sama Lula menelpon ingin pulang kampung, karena ibunya sakit.Kali ini Lula tak perlu lagi memikirkan soal uang, Brandi secara royal langsung transfer hingga 30 miliaran buat Lula. Brandi juga berikan satu mobil mewah buat Lula pulkam ke Sukabumi.“Hmm…kalau gini caranya, aku pensiun dari model pun aman sampai ke anak cucu,” canda Lula sambil memeluk
Candaan Lula tak di tanggapi Brandi, hatinya belum terbuka untuk buka hati buat yang baru, dia beda dengan adiknya Aldot Hasim Zailani, yang cepat move on."Kalau putus, ya cari lagi yang baru Bang, buat apa pusing," itulah jawaban Aldot yang bikin Brandi hanya bisa hela nafas, walaupun dia memang nakal, tapi tak seperti adiknya ini.Brandi malah makin sayang dengan Lula, yang sudah dianggapnya adik sendiri, dia senyum saja dan membiarkan Lula makan sampai kenyang, hingga bersendewa saking kenyangnya.“Bang, kira-kira siapa mereka itu? Apakah ada kaitanya dengan pembunuh mendiang istri Abang?” tanya Lula, sambil ngelap mulutnya.“Ntahlah Lula, kita lihat saja nanti, adikku sedang menyelidikinya!” sahut Brandi sambil menatap gelas minumannya.“Yuks ku antar kamu pulang, ini sudah sore, mana macet lagi, besok saja kita cari rumah buat kamu!” ajak Brandi lagi, Lula mengangguk.Begitu sampai di kos milik Lula, Brandi kaget juga, kos milik Lula ‘sederhana’ saja. Sebagai serang super model