BERSAMBUNG
Fanny menikmati tubuhnya mulai di jelajahi suaminya, bahkan dia sampai merinding, saat bibir Brandi mulai membelah hutan rimbun perawannya dengan bibirnya.Sebagai flamboyan berpengalaman, Brandi paham, dia tak boleh seperti menggasak Beyonce ataupun kekasih-kekasih lainnya, ini istri sahnya, masih bersegel dan pastinya wajib diperlakukan sangat lembut.Fanny sampai terbelalak menatap tongkat Brandi sudah berdiri kokoh dan siap memboldoser hutan rimbunnya.“Pelan-pelan ya, gile banget bisa segini besarnya ni ular kobra!” olok Fanny terkekeh, yang aslinya sudah mulai tak sabaran di obok-obok si ular kobra milik suaminya ini.Akhirnya, pelan tapi pasti benda keras ini mulai masuk dan akhirnya tenggelam dalam pelepasan Fanny.Foreplay Brandi yang sangat pengalaman, membuat Fanny tak merasakan sakit berlebihan, yang ada malah kenikmatan di malam pertama mereka sebagai suami istri.Ibarat kendaraan, karena baru buka segel, maka jalannya pun harus pelan-pelan saja.Tapi selanjutnya gasnya mu
Tengg…gelas di tangan Brandi terlepas dan pecah berhamburan di lantai, dia bak kesetanan membawa mobil nya menuju ke rumah sakit.Tak terhitung berapa buah mobil lain hampir keserempet, sumpah serapah para sopir tak dia hiraukan, Brandi terus melaju injak pedal gas mobil mewahnya.Telpon dari sopirnya sambil menangis sesengukan membuatnya bak kena petir di siang bolong. Si sopir ini mengabarkan tragedi memilukan yang menimpa istri Brandi di depan sebuah supermarket.Begitu sampai di rumah sakit dan melihat Fanny kini dalam kondisi kritis, Brandi bak tak ada tulang lagi, dia terduduk di depan kaca ruang ICU melihat keadaan istrinya yang kini dalam kondisi koma.Tak sampai satu jam, Brandon dan kedua istrinya juga tiba, semuanya kaget bukan kepalang dengan musibah yang menimpa Fanny. Sehingga buru-buru berdatangan ke rumah sakit menjenguk Fanny. Brandon sampai menelpon Kapolri dan minta penembak mantunya segera di cari dan di usut hingga tuntas."Musuh-musuh keluargaku ternyata tak pern
Setiap hari Brandi selalu kunjungi kuburan Fanny dan bayinya. Airmatanya selalu menetes ingat saat-saat manis mereka selama ini.Brandi harus sekuat tenaga menguatkan batinnya yang terluka parah ini.Kemanjaan Fanny dan kedewasaannya, membuat Fanny di mata Brandi adalah sosok wanita yang selama ini ia cari-cari.Brandi juga kadang menyesali diri, karena musuh-musuhnya bukannya incar dia, tapi justru istrinya, rasa bersalah inilah yang membuatnya makin merana.Sebulan kemudian, Brandi mulai bisa menerima kenyataan, Fanny dan bayi mereka kini sudah nyaman dan tenang di alam sana.Dia harus belajar menerima kenyataan dan tidak larut dalam kesedihan setiap hari.Nasehat dari ayah dan kedua mami-nya serta Ela, ibu angkatnya, juga saudara-saudaranya membuat jiwa Brandi mulai tegar menerima kenyataan pahit ini.“Sayang berdua, papa pulang, orang-orang yang telah membuat kalian berdua menderita akan papa cari kemanapun bersembunyi,” kata Brandi.Tangannya membelai nisan yang bertuliskan nama F
Sampai di rumah yang 6 bulanan lebih ia tinggalkan, Brandi lagi-lagi sempat termenung menatap foto pernikahanya dengan Fanny masih tergantung di ruang tengah rumah mewah ini.Juga foto berdua saat Fanny sedang hamil 4 bulanan, tapi perutnya terlihat sudah besar dan Brandi memeluknya dari belakang.Tak sanggup ia lama-lama menatap foto tersebut, ia-pun bergegas naik ke kamar dan lagi-lagi di sini hatinya bak teriris sembilu.Kamar yang selalu di bersihkan dan dirapikan ART nya, terasa masih ada ‘bau-bau’ harum tubuh istrinya. Tiba-tiba wajahnya mengeras, ingat pembunuh istrinya masih berkeliaran di luar, ia pun bergegas lagi pakai baju seragamnya dan juga pasang tanda pangkatnya yang sudah Letnan Kolonel Penerbang, Brandi pun berangkat ke kantornya untuk lapor ke atasan di Mabes.“Mami yakin, papa pasti akan sampai berpangkat marsekal, jangan sampai resign yaah, biarpun papa kini sudah crazy rich,” kata Fanny saat memakaikan baju seragamnya, setiap kali ia berangkat ke kantor.Fanny me
Lula juga cerita, kini dia tinggal di kos, bukan lagi apartemen. Dulu Brandi memang pernah bantu dia untuk sewa apartemen.“Nggak sanggup bayar sewanya lagi, lagian aku juga males jadi ani-ani, walaupun godaan gile dan ngeri bingiit Bang, setiap fashion show atau acara, pasti ada yang coba-coba ngerayu dengan godan uang tak sedikit hingga yang tak berseri..!” aku Lula apa adanya.Mendengar ucapan dan sifat asli Lula yang suka ceplas-ceplos ini keluar alami, Brandi jadinya tersenyum, inilah senyum pertama sejak kematian tragis Fanny.Lula sejak dulu selalu apa adanya dan dia juga anggap Brandi bukan orang lain.Sifat Lula mirip sekali dengan adiknya, Sarah, apa adanya dan suka ceplas-ceplos. Bahkan andai disandingkan, sulit menentukan yang mana paling cantik.Bedanya, badan Sarah agak berisi, Lula sebaliknya, sesuai profesinya sebagai model papan atas, tubuhnya kutilang (kurus tinggi langsing).Brandi pun ingat, Lula sampai kini masih ongkosi ibunya di kampung dan ada dua adik-adiknya y
Tanpa ragu Brandi mengangguk dan di saat mobil melaju, Brandi dan Lula bertukar posisi, Lula bahkan sempat di pangku Brandi.“Sorry…!” ceplos Lula tanpa ada terlihat gugup, buru-buru pindah ke setiran dan mulai jalankan mobil mewah ini.Lula ternyata paham apa yang diinginkan Brandi, sehingga dia sengaja tancap gas, ikuti mobil penguntit tadi.Sehingga kini terbalik, kalau tadi mobil Brandi di iikuti, kini gantian mereka yang ikuti mobil si penguntit yang malah tancap gas. Kemudian dengan cepat Brandi berdiri, lalu dengan cepat pula dia membuka sunroof mobil tersebut dan berdiri…!Kemudian…dorrr…dorrrr…dorrr!Tiga kali tembakan Brandi lepaskan, sasaannya adalah kedua ban belakang mobil penguntitnya yang kini makin tancap gas dan berada tak jauh dari depan mobil mereka.Mobil penguntit yang tengah melaju kencang mulai oleng, karena kedua ban belakang-nya pecah.“Bagusss Bang, tembak terus!” ceplos Lula tanpa ada takut-takutnya.Lula bahkan dengan lihai melajukan mobil bongsor ini, samp
Candaan Lula tak di tanggapi Brandi, hatinya belum terbuka untuk buka hati buat yang baru, dia beda dengan adiknya Aldot Hasim Zailani, yang cepat move on."Kalau putus, ya cari lagi yang baru Bang, buat apa pusing," itulah jawaban Aldot yang bikin Brandi hanya bisa hela nafas, walaupun dia memang nakal, tapi tak seperti adiknya ini.Brandi malah makin sayang dengan Lula, yang sudah dianggapnya adik sendiri, dia senyum saja dan membiarkan Lula makan sampai kenyang, hingga bersendewa saking kenyangnya.“Bang, kira-kira siapa mereka itu? Apakah ada kaitanya dengan pembunuh mendiang istri Abang?” tanya Lula, sambil ngelap mulutnya.“Ntahlah Lula, kita lihat saja nanti, adikku sedang menyelidikinya!” sahut Brandi sambil menatap gelas minumannya.“Yuks ku antar kamu pulang, ini sudah sore, mana macet lagi, besok saja kita cari rumah buat kamu!” ajak Brandi lagi, Lula mengangguk.Begitu sampai di kos milik Lula, Brandi kaget juga, kos milik Lula ‘sederhana’ saja. Sebagai serang super model
Brandi malah duduk termangu di sisi ranjang. “Benar kata Lula, aku tak boleh memanfaatkannya…!” batin Brandi sambil mengeluh, sulitnya lepaskan bayangan Fanny dari hati dan otaknya.Tapi sampai kapan dia dan Lula mampu bertahan, sedangkan Lula pernah berujar, hanya akan persembahkan tubuhnya pada suami, bukan pacar apalagi yang tak ada hati!Brandi hari ini berniat langsung ke Mabes Polri, dia ingin tahu bagaimana hasil penyelidikan pihak kepolisian terhadap dua orang yang tewas di mobil yang terbakar hebat tersebut di jalan tol.Tapi dia terpaksa menunda ke sana, saat ke Mabes lagi, banyak pekerjaan yang tak bisa di tunda. Di saat yang sama Lula menelpon ingin pulang kampung, karena ibunya sakit.Kali ini Lula tak perlu lagi memikirkan soal uang, Brandi secara royal langsung transfer hingga 30 miliaran buat Lula. Brandi juga berikan satu mobil mewah buat Lula pulkam ke Sukabumi.“Hmm…kalau gini caranya, aku pensiun dari model pun aman sampai ke anak cucu,” canda Lula sambil memeluk
Beberapa tahun kemudian…!Kita tinggalkan dulu kebahagian Brandi yang kini bina keluarga baru dengan Lula Safitri, istri keduanya dan pasangan ini makin bahagia setelah 3 bulanan kemudian Lula hamil anak pertama mereka, hanya setahun setengah kosong hamil lagi anak kedua.Kita kembali ke Kabupaten Batupecah, di sebuah SMP negeri. Ada satu orang yang punya hubungan istimewa dengan Brandi dan pastinya klan Hasim Zailani.Penampilan remaja tanggung kurus ini biasa saja, bajunya pun kadang lusuh jarang di gosok. Dia bahkan salah satu siswa ‘miskin’ di sekolah ini.Kelebihannya hanya dua, wajah ganteng dan tinggi badan menjulang, hampir 175 cm, di usianya yang baru jalan 15 tahunan. Serta kulitnya yang agak putih kekuningan.Baru juga akan menuju kelas, dia sudah dipanggil 3 orang, yang terkenal sebagai premannya di SMP ini.“Hei Chulbuy, ke sini kau!” bentak salah satu siswa itu. Dengan langkah takut-takut Chulbuy mendekat.“Mana uang saku kamu, kemarin kamu nggak nyetor, apa mau ku hajar
Lula terdiam mendengar dalang pembunuh Fanny adalah Greta, sepulang dari rumah sakit, Brandi menceritakan hal ini, lebih kaget lagi saat tahu Greta kini di rawat di rumah sakit jiwa.“Tak disangka ya Bang, Greta sampai tega dan kejam menyuruh dua eksekutor bunuh ka Fanny yang sedang hamil tua dan hampir saja juga bunuh Abang juga!” kata Lula geleng-geleng kepala, ingat kejadian di jalan tol, ketika dia dan Brandi di kuntit kedua pembunuh itu.“Yahh…mau gimana lagi, sudah takdir Tuhan. Tak terasa juga, bulan depan sudah haul yang pertama bayi kami dan Fanny,” sahut Brandi lirih.“Bang…selesaikan dulu hati Abang dengan Fanny…baru Abang lanjutkan niat untuk…?” Lula sengaja tahan kalimatnya.“Setelah haul yang pertama Fanny dan bayi kami, Abang akan melamar kamu!” kata Brandi tak ada keraguan lagi sambil menatap Lula, sekaligus lanjutkan kalimat terpotong Lula tadi.Lula menatap wajah Brandi, melihat kesungguhan di mata itu, tanpa ragu Lula mengangguk.Karena Lula pun tak mau munafik, seja
“Boleh Om lihat ibu kamu nggak di rumah sakit?” tanya Brandi sambil menatap wajah Radin, yang malah mengingatkannya dengan wajahnya saat kecil, agak mirip dirinya.“Tapi Om, jualan Radin belum habis, kan ini bikinan kak Sonya, dulu ibu yang ngajarin, modalnya banyak loh, hampir 100 ribuan!” sahut Radin polos.“Om yang borong semua jualan kamu, yuks kita ke rumah sakit, ikut mobil Om,” ajak Brandi lagi, kali ini Radin mengangguk, lucunya jaket denim Brandi masih tetap berada di bahunya.“Kamu suka jaket itu Radin?” tanya Brandi, sambi menatap ke bahu ke anak kecil ini.“Suka, eeeh maaf, ini Om jaketnya?” sahut Radin buru-buru kembalikan ke Radin yang sedang pegang setiran, kali ini dia duduk di depan dan Lula sengaja duduk di jok tengah, karena Radin jadi penunjuk jalan.“Nggak usah, simpan saja buat kamu, kan kamu bilang suka, Om masih punya banyak kok!” sahut Brandi lagi dan Radin langsung taruh lagi jaket besar ini di bahunya karena dia masih bocil.Sifat spontan dan polos Radin biki
Lula kaget sekali, namun dia membiarkan saja ulah Brandi yang kini mendekati ke 7 orang ini, justru yang dia khawatirkan adalah ke 7 orang tersebut...!Setelah berjarak hanya 3 meteran, Brandi berhenti dan menatap mereka satu persatu, tentu saja dahinya langsung bergerenyit melihat pemuda yang ‘naksir’ Lula juga ikut dalam rombongan pemuda, jadi pemimpinya pula.Padahal kemarin dia sempat salut dengan pemuda ini, tapi kini langsung pupus, apalagi gaya si pemuda hari ini berubah jadi songong.“Hei kamu orang kota, berani sekali ke sini tanpa lapor dengan kami, penguasa kampung ini,” bentak pemuda ini, sekaligus mengeluarkan sifat aslinya.Lula yang ada di dalam mobil Brandi pun sampai heran, kenapa pria yang naksir dengannya jadi begini sok jagoan.Padahal saat pedekati dengannya, pemuda yang bernama Billy ini sopan sekali dengannya, ternyata Lula kecele.“Oh begitu ya, jadi harus lapor dulu? Nah, aku terlanjur masuk ke kampung di sini, artinya aku hari ini sekalian saja lapor!” sahut B
“Aneh banget si Lula, masa uang pemberianku tak di pakai untuk membantu orang tuanya sendiri?” batin Brandi bingung sendiri dengan sikap Lula ini.Begitu ada kesempatan, Brandi yang penasaran pun ajak Lula bicara berduaan di teras depan. Bibi Mira dan dua adik kemenakannya masih di dalam rumah.“Lula….kenapa kamu tidak ambil uang pemberianku, malah…adikmu berhutang di sebuah warung, untuk beli lauk makan malam kita?” tanya Brandi penasaran.Lula terdiam sesaat, seakan mencari jawaban yang pas!“Bang…jangan marah yaa…jujur aku tak enak pakai uang pemberian Abang itu, terlalu besar dan…bikin aku seolah di beli saja!” sahut Lula.Brandi langsung kaget, tak menyangka Lula akan segitunya berpikir, lama-lama Brandi tersenyum dan tertawa kecil.“Kenapa sampai ada pikiran aku akan beli kamu?” tanya Brandi lagi.“Sekaya-kayanya seseorang, tak masuk akal Bang beri duit segitu besarnya, 30 miliar bukan angka main-main. Pasti ada ada udang di balik batu!” cetus Lula serius, hingga bikin Brandi mak
“Kenapa aku jadi cemen begini, selama janur kuning belum melengkung, artinya masih ada kesempatan,” gumam Brandi.Lalu dengan semangat yang tiba-tiba muncul, Brandi lanjutkan perjalanan menuju ke rumah Lula Safitri, hampir saja dia tadi akan balik lagi ke Jakarta.Baru saja sampai di sebuah tikungan yang menuju rumah Lula, pria muda yang bonceng Lula terlihat sudah pulang dan sempat berselisihan dengan mobil SUV mewah Brandi.Pria ini malah mengangguk hormat saat Brandi sengaja buka kaca mobilnya.“Pemuda yang baik dan sopan, juga lumayan ganteng!” batin Brandi memuji ‘cowok’ yang diyakininya sedang pedekati dengan Lula.Lula yang masih di halaman rumahnya tentu saja heran melihat mobil Brandi dan kini turun dari kendaraan ini.“Abang…tumben ke sini?” tanya Lula sambil sambut Abang angkatnya.“Aku hanya khawatir kalau-kalau kondisi ibu kamu makin memburuk, bagaimana sekarang kesehatannya?” Brandi sengaja berbasa-basi, sekaligus bikin alasan yang masuk akal.“Alhamdulillah makin baik Ba
“Abang Topan, kok diam sihh, eh Abang mau kemana, jangan tinggalin Greta Bang, papa dan mamii sudah mati, kenapa Abang malah ikutan pergiiiii, Greta takut Bangg, Greta kini sendiri, Abang Brandi juga tak peduli dengan Greta…Abangggg!”Tiba-tiba Greta menangis sesengukan, Brandi berbalik dan tak jadi pergi, dia lalu mendekat Greta lagi dan memeluknya erat.Matanya berkaca-kaca, Brandi sekaligus ingat ucapannya pada Greta dulu, saat masih di rumah sakit, setelah sakau di rumah orang tuanya.Dia kala itu janji akan menjaga Greta bak adik sendiri dan janji itu pun pernah dia ucapkan pada Mr M dahulu.Brandi lupa dengan janjinya ke gadis cantik yang malang dan salah didik sejaak kecil ini.Kini semuanya harus dia bayar mahal, Greta jadi gila begini dan istri tercintanya jadi korban, termasuk bayinya dengan Fanny."Ya Tuhann...ini semua salahku, andai dulu Greta ku jaga dengan baik, belum tentu Fanny dan bayi kami jadi korban, Greta hanya butuh perhatian," batin Brandi, sambil kejapkan mata
Brandi malah duduk termangu di sisi ranjang. “Benar kata Lula, aku tak boleh memanfaatkannya…!” batin Brandi sambil mengeluh, sulitnya lepaskan bayangan Fanny dari hati dan otaknya.Tapi sampai kapan dia dan Lula mampu bertahan, sedangkan Lula pernah berujar, hanya akan persembahkan tubuhnya pada suami, bukan pacar apalagi yang tak ada hati!Brandi hari ini berniat langsung ke Mabes Polri, dia ingin tahu bagaimana hasil penyelidikan pihak kepolisian terhadap dua orang yang tewas di mobil yang terbakar hebat tersebut di jalan tol.Tapi dia terpaksa menunda ke sana, saat ke Mabes lagi, banyak pekerjaan yang tak bisa di tunda. Di saat yang sama Lula menelpon ingin pulang kampung, karena ibunya sakit.Kali ini Lula tak perlu lagi memikirkan soal uang, Brandi secara royal langsung transfer hingga 30 miliaran buat Lula. Brandi juga berikan satu mobil mewah buat Lula pulkam ke Sukabumi.“Hmm…kalau gini caranya, aku pensiun dari model pun aman sampai ke anak cucu,” canda Lula sambil memeluk
Candaan Lula tak di tanggapi Brandi, hatinya belum terbuka untuk buka hati buat yang baru, dia beda dengan adiknya Aldot Hasim Zailani, yang cepat move on."Kalau putus, ya cari lagi yang baru Bang, buat apa pusing," itulah jawaban Aldot yang bikin Brandi hanya bisa hela nafas, walaupun dia memang nakal, tapi tak seperti adiknya ini.Brandi malah makin sayang dengan Lula, yang sudah dianggapnya adik sendiri, dia senyum saja dan membiarkan Lula makan sampai kenyang, hingga bersendewa saking kenyangnya.“Bang, kira-kira siapa mereka itu? Apakah ada kaitanya dengan pembunuh mendiang istri Abang?” tanya Lula, sambil ngelap mulutnya.“Ntahlah Lula, kita lihat saja nanti, adikku sedang menyelidikinya!” sahut Brandi sambil menatap gelas minumannya.“Yuks ku antar kamu pulang, ini sudah sore, mana macet lagi, besok saja kita cari rumah buat kamu!” ajak Brandi lagi, Lula mengangguk.Begitu sampai di kos milik Lula, Brandi kaget juga, kos milik Lula ‘sederhana’ saja. Sebagai serang super model