BERSAMBUNG
Candaan Lula tak di tanggapi Brandi, hatinya belum terbuka untuk buka hati buat yang baru, dia beda dengan adiknya Aldot Hasim Zailani, yang cepat move on."Kalau putus, ya cari lagi yang baru Bang, buat apa pusing," itulah jawaban Aldot yang bikin Brandi hanya bisa hela nafas, walaupun dia memang nakal, tapi tak seperti adiknya ini.Brandi malah makin sayang dengan Lula, yang sudah dianggapnya adik sendiri, dia senyum saja dan membiarkan Lula makan sampai kenyang, hingga bersendewa saking kenyangnya.“Bang, kira-kira siapa mereka itu? Apakah ada kaitanya dengan pembunuh mendiang istri Abang?” tanya Lula, sambil ngelap mulutnya.“Ntahlah Lula, kita lihat saja nanti, adikku sedang menyelidikinya!” sahut Brandi sambil menatap gelas minumannya.“Yuks ku antar kamu pulang, ini sudah sore, mana macet lagi, besok saja kita cari rumah buat kamu!” ajak Brandi lagi, Lula mengangguk.Begitu sampai di kos milik Lula, Brandi kaget juga, kos milik Lula ‘sederhana’ saja. Sebagai serang super model
Brandi malah duduk termangu di sisi ranjang. “Benar kata Lula, aku tak boleh memanfaatkannya…!” batin Brandi sambil mengeluh, sulitnya lepaskan bayangan Fanny dari hati dan otaknya.Tapi sampai kapan dia dan Lula mampu bertahan, sedangkan Lula pernah berujar, hanya akan persembahkan tubuhnya pada suami, bukan pacar apalagi yang tak ada hati!Brandi hari ini berniat langsung ke Mabes Polri, dia ingin tahu bagaimana hasil penyelidikan pihak kepolisian terhadap dua orang yang tewas di mobil yang terbakar hebat tersebut di jalan tol.Tapi dia terpaksa menunda ke sana, saat ke Mabes lagi, banyak pekerjaan yang tak bisa di tunda. Di saat yang sama Lula menelpon ingin pulang kampung, karena ibunya sakit.Kali ini Lula tak perlu lagi memikirkan soal uang, Brandi secara royal langsung transfer hingga 30 miliaran buat Lula. Brandi juga berikan satu mobil mewah buat Lula pulkam ke Sukabumi.“Hmm…kalau gini caranya, aku pensiun dari model pun aman sampai ke anak cucu,” canda Lula sambil memeluk
“Abang Topan, kok diam sihh, eh Abang mau kemana, jangan tinggalin Greta Bang, papa dan mamii sudah mati, kenapa Abang malah ikutan pergiiiii, Greta takut Bangg, Greta kini sendiri, Abang Brandi juga tak peduli dengan Greta…Abangggg!”Tiba-tiba Greta menangis sesengukan, Brandi berbalik dan tak jadi pergi, dia lalu mendekat Greta lagi dan memeluknya erat.Matanya berkaca-kaca, Brandi sekaligus ingat ucapannya pada Greta dulu, saat masih di rumah sakit, setelah sakau di rumah orang tuanya.Dia kala itu janji akan menjaga Greta bak adik sendiri dan janji itu pun pernah dia ucapkan pada Mr M dahulu.Brandi lupa dengan janjinya ke gadis cantik yang malang dan salah didik sejaak kecil ini.Kini semuanya harus dia bayar mahal, Greta jadi gila begini dan istri tercintanya jadi korban, termasuk bayinya dengan Fanny."Ya Tuhann...ini semua salahku, andai dulu Greta ku jaga dengan baik, belum tentu Fanny dan bayi kami jadi korban, Greta hanya butuh perhatian," batin Brandi, sambil kejapkan mata
“Kenapa aku jadi cemen begini, selama janur kuning belum melengkung, artinya masih ada kesempatan,” gumam Brandi.Lalu dengan semangat yang tiba-tiba muncul, Brandi lanjutkan perjalanan menuju ke rumah Lula Safitri, hampir saja dia tadi akan balik lagi ke Jakarta.Baru saja sampai di sebuah tikungan yang menuju rumah Lula, pria muda yang bonceng Lula terlihat sudah pulang dan sempat berselisihan dengan mobil SUV mewah Brandi.Pria ini malah mengangguk hormat saat Brandi sengaja buka kaca mobilnya.“Pemuda yang baik dan sopan, juga lumayan ganteng!” batin Brandi memuji ‘cowok’ yang diyakininya sedang pedekati dengan Lula.Lula yang masih di halaman rumahnya tentu saja heran melihat mobil Brandi dan kini turun dari kendaraan ini.“Abang…tumben ke sini?” tanya Lula sambil sambut Abang angkatnya.“Aku hanya khawatir kalau-kalau kondisi ibu kamu makin memburuk, bagaimana sekarang kesehatannya?” Brandi sengaja berbasa-basi, sekaligus bikin alasan yang masuk akal.“Alhamdulillah makin baik Ba
“Aneh banget si Lula, masa uang pemberianku tak di pakai untuk membantu orang tuanya sendiri?” batin Brandi bingung sendiri dengan sikap Lula ini.Begitu ada kesempatan, Brandi yang penasaran pun ajak Lula bicara berduaan di teras depan. Bibi Mira dan dua adik kemenakannya masih di dalam rumah.“Lula….kenapa kamu tidak ambil uang pemberianku, malah…adikmu berhutang di sebuah warung, untuk beli lauk makan malam kita?” tanya Brandi penasaran.Lula terdiam sesaat, seakan mencari jawaban yang pas!“Bang…jangan marah yaa…jujur aku tak enak pakai uang pemberian Abang itu, terlalu besar dan…bikin aku seolah di beli saja!” sahut Lula.Brandi langsung kaget, tak menyangka Lula akan segitunya berpikir, lama-lama Brandi tersenyum dan tertawa kecil.“Kenapa sampai ada pikiran aku akan beli kamu?” tanya Brandi lagi.“Sekaya-kayanya seseorang, tak masuk akal Bang beri duit segitu besarnya, 30 miliar bukan angka main-main. Pasti ada ada udang di balik batu!” cetus Lula serius, hingga bikin Brandi mak
Lula kaget sekali, namun dia membiarkan saja ulah Brandi yang kini mendekati ke 7 orang ini, justru yang dia khawatirkan adalah ke 7 orang tersebut...!Setelah berjarak hanya 3 meteran, Brandi berhenti dan menatap mereka satu persatu, tentu saja dahinya langsung bergerenyit melihat pemuda yang ‘naksir’ Lula juga ikut dalam rombongan pemuda, jadi pemimpinya pula.Padahal kemarin dia sempat salut dengan pemuda ini, tapi kini langsung pupus, apalagi gaya si pemuda hari ini berubah jadi songong.“Hei kamu orang kota, berani sekali ke sini tanpa lapor dengan kami, penguasa kampung ini,” bentak pemuda ini, sekaligus mengeluarkan sifat aslinya.Lula yang ada di dalam mobil Brandi pun sampai heran, kenapa pria yang naksir dengannya jadi begini sok jagoan.Padahal saat pedekati dengannya, pemuda yang bernama Billy ini sopan sekali dengannya, ternyata Lula kecele.“Oh begitu ya, jadi harus lapor dulu? Nah, aku terlanjur masuk ke kampung di sini, artinya aku hari ini sekalian saja lapor!” sahut B
“Boleh Om lihat ibu kamu nggak di rumah sakit?” tanya Brandi sambil menatap wajah Radin, yang malah mengingatkannya dengan wajahnya saat kecil, agak mirip dirinya.“Tapi Om, jualan Radin belum habis, kan ini bikinan kak Sonya, dulu ibu yang ngajarin, modalnya banyak loh, hampir 100 ribuan!” sahut Radin polos.“Om yang borong semua jualan kamu, yuks kita ke rumah sakit, ikut mobil Om,” ajak Brandi lagi, kali ini Radin mengangguk, lucunya jaket denim Brandi masih tetap berada di bahunya.“Kamu suka jaket itu Radin?” tanya Brandi, sambi menatap ke bahu ke anak kecil ini.“Suka, eeeh maaf, ini Om jaketnya?” sahut Radin buru-buru kembalikan ke Radin yang sedang pegang setiran, kali ini dia duduk di depan dan Lula sengaja duduk di jok tengah, karena Radin jadi penunjuk jalan.“Nggak usah, simpan saja buat kamu, kan kamu bilang suka, Om masih punya banyak kok!” sahut Brandi lagi dan Radin langsung taruh lagi jaket besar ini di bahunya karena dia masih bocil.Sifat spontan dan polos Radin biki
Lula terdiam mendengar dalang pembunuh Fanny adalah Greta, sepulang dari rumah sakit, Brandi menceritakan hal ini, lebih kaget lagi saat tahu Greta kini di rawat di rumah sakit jiwa.“Tak disangka ya Bang, Greta sampai tega dan kejam menyuruh dua eksekutor bunuh ka Fanny yang sedang hamil tua dan hampir saja juga bunuh Abang juga!” kata Lula geleng-geleng kepala, ingat kejadian di jalan tol, ketika dia dan Brandi di kuntit kedua pembunuh itu.“Yahh…mau gimana lagi, sudah takdir Tuhan. Tak terasa juga, bulan depan sudah haul yang pertama bayi kami dan Fanny,” sahut Brandi lirih.“Bang…selesaikan dulu hati Abang dengan Fanny…baru Abang lanjutkan niat untuk…?” Lula sengaja tahan kalimatnya.“Setelah haul yang pertama Fanny dan bayi kami, Abang akan melamar kamu!” kata Brandi tak ada keraguan lagi sambil menatap Lula, sekaligus lanjutkan kalimat terpotong Lula tadi.Lula menatap wajah Brandi, melihat kesungguhan di mata itu, tanpa ragu Lula mengangguk.Karena Lula pun tak mau munafik, seja
“Anda siapa ini dan mau cari siapa?”Seorang sekuriti dengan kumis melintang bertanya sopan ke Hagu yang kini tentu saja karena berpenampilan perlente.Pakaian memang bikin siapapun bersikap baik kalau bagus dan terlihat mehong. Hukum alam yang tak bisa di bantah!Dan benar kata Prem, dengan penampilan higthclass, semua orang akan berlaku ‘sopan’ dan hormat!“Saya…Hagu emm…Hagu Reyhan, mau bertemu Madam Ameena atau Bibi Amira!” sahut Hagu kalem.Si sekuriti ini terlihat kaget dan dia lalu permisi sebentar untuk menelpon seseorang ke dalam, kurang dari 5 menit si sekuriti ini kembali lagi.Wajahnya terlihat sangat serius, seolah-olah Hagu ini buka pria sembarangan. “Tuan Hagu anda di persilahkan masuk, Madam Saleha akan menemui tuan!” si sekuriti ini lalu minta Hagu masuk saja ke mobilnya, karena lumayan jauh pintu gerbang pagar ini dengan lobby rumah mewah tersebut.Di lobby Hagu sudah seorang ART yang membawanya ke dalam rumah, kembali Hagu di buat takjub, rumah ini benar-benar bak
“Dulu bibi Isiah cerita, nama Madam dari bibi Alea yang bawa aku adalah Nyonyah Ameena, tapi kakek Datuk bilang Amira. Duehhh yang mana yang benar ini..?” batin Hagu selama dalam perjalanan menuju ke Dubai, bingung sendiri.Namun dia ingat ucapan Datuk dan Prem, ia harus mencari keturunan Emir Thamrin, yang dikatakan bukan orang sembarangan di negeri ini."Kalau sudah bertemu keluarga Emir Thamrin, kamu bakal bertemu si Amira itu," pesan roh Datuk.Inilah yang melegakan Hagu, setidaknya dia tak pusing-pusing amat lagi harus mencari kemana!Setelah menempuh perjalanan berjam-jam, Hagu akhirnya mendarat juga di Dubai.Kini Hagu dulu dan saat ini tentu saja beda 180 derajat, berkat Prem, penampilan dia berubah total.“Ingat, sesampainya di bandara di Dubai, kamu beli pakaian mahal dan berkelas di sana, yang kamu temui bukan keluarga sembarangan, agar urusanmu mudah. Jangan datang dengan penampilan acak-acakan, yang ada kamu malah kena usir!” saran Prem sebelum mereka berpisah.Ingat Prem
Hagu dan Prem kini hanya bisa menunduk sambil berdiri, roh Datuk Hasim Zailani kentara sekali marah dengan kelakuan bangor keduanya.Tinggi Datuk sama dengan kedua pemuda tampan yang nakalnya nggak nangungg-nanggung ini.“Prem, kamu itu bukannya ngajari adikmu ini jadi anak baik, malah jerumuskan dia. Kamu juga Hagu alias Reyhan ngapain ikut-ikutan kelakuan si Prem, paling lama besok kalian harus segera tinggalkan negara ini. Prem lanjutkan misi ke India, kamu Hagu, pergi kembali ke Timteng, selesaikan misi kamu cari orang tua kamu sendiri!”“T-tapi ke-kek….aku nggak tahu siapa yang aku cari di Timteng?” Hagu memberanikan diri bersuara. “Cari wanita yang bernama Amira, kamu cukup lacak keturunan Emir Thamrin, pasti bakalan ketemu!”Prem yang mendengar ini sampai melongo dan menoleh ke Datuk dan Hagu bergantian, tapi tak berani keluarkan suara.Datuk menatap wajah Hagu dan kontan pemuda ini menunduk, ia pun tak berani lagi bersuara.“Kamu juga Prem, kapan kamu mau berubah? Agaknya ha
Ciiittt…Hagu terpaksa rem mendadak mobil, di depan mereka dari jarak 150 meteran, terlihat puluhan aparat keamanan sedang razia semua mobil yang lewat.“Bang, apa langkah kita selanjutnya?” Hagu menatap Prem, yang di tatap terlihat tetap bersikap tenang.“Cudai, di mana hotel atau penginapan yang bisa jadi tempat kita sembunyi dulu,” dengan suara kalem Prem menoleh ke arah Cudai dan 4 gadis cantik asli Kamboja ini.Kedua bangor ini aslinya selalu nyalang menatap ke 5 nya, selain manis, tubuh mereka yang mungil di depan kedua orang tinggi besar ini juga bikin keduanya penasaran, terutama Prem, si bangor kakap.Cudai pun sebutkan tempatnya dan Hagu tanpa ragu membelokan mobil nya ke arah jalan yang di sebut Cudai banyak berjejer motel di daerah pantai di wilayah Sihanoukville ini.Setelah hampir 40 menitan muter-muter, Hagu pun hentikan kendaraannya di depan sebuah motel kelas bintang di tempat ini.Karena Hagu yang lebih paham bahasa Kamboja, dia pun turun dan menemui resepsionest mote
Kini sudah 5 orang penjaga yang pindah alam di buat kedua pemuda ini. Keduanya mulai mendekati vila ini, sisanya penjaga yang lain masih belum menyadari kehadiran keduanya.Hagu kini incar dua orang yang terlihat agak terpisah dengan penjaga lainnya, begitu keduanya lengah, dengan gerakan cepat Hagu menerjang dan memukulkan popor senapan rampasan tadi.Buukk…bukkkk…!Dua orang ini langsung tersungkur. Tapi kali ini perhitungan Hagu meleset, rekannya yang lain melihat aksi Hagu.“Heii ada penyusup,” teriaknya dan gegerlah tempat ini, puluhan orang langsung mendatangi tempat ini.Dorrr…dorrr..dorrr…!Prem beraksi, tembakan jitunya langsung lumpuhkan 3 orang sekaligus, yang lain terkejut tak kepalang, mereka langsung membalas tembakan Prem.Hagu yang melihat ini tak tinggal diam, dia juga memberondong dengan senapan rampasan ini.Hebohlah tempat ini, perang skala kecil pun tak terelakan, sudah 12 orang anak buah Joni White bergelimpangan di tanah.Aksi nekat kedua pemuda ini memang tak ke
Vila Kocon berada di agak jauh dari pusat kota Phnom Penh. Kesinilah Prem dan Hagu menuju.“Hagu, dari informasi yang aku dapat, anak buah Joni lumayan banyak di sini, hampir 50 an orang dan semuanya bersenjata, jadi hati-hatilah.”Prem langsung mengingatkan Hagu, walaupun punya pengalaman sebagai milisi, tapi jangan salah, mafia yang dihadapi lebih ganas dan menakutkan, Prem menambahkan peringatannya ke Hagu.“Iya Bang!”Hagu tentu saja tak membantah, dia sudah tahu pengalaman Prem sebagai seorang agen sangat tinggi jam terbangnya, sudah lintas negara dan tak sekali dua kali hampir tewas di tangan musuh!Prem memang apa adanya kisahkan pengalamannya, tanpa bermaksud menyombongkan diri dan Hagu pun percaya cerita ini.Dulu Balanara pernah cerita punya adik yang seorang agen asal Pakistan, tak Hagu sangka mereka malah dekat saat ini. Si adik itu inilah orangnya, Prem Khan atau Prem Hasim Zailani."Aku juga baru tahu, kami satu ayah beda ibu, ayahku memang flamboyan alias playboy, di man
Tentu saja Hagu hanya bercanda, sengaja untuk manasin Prem. Hagu sampai sakit perut menahan tawa melihat kelakuan Prem.Yoana sudah terbuka dia punya kekasih, namun bersama Hagu dia tak bisa menolak dan pastinya ngaku sangat menikmati bercinta dengan Hagu.Yoana bahkan dengan apa adanya bilang, kalaupun kelak hamildun dengan Hagu, dia tak masalah."Kan pemberian Abang Prem cukup bikin aku dan Lisa buat modal pensiun," ceplos Yoana enteng, hingga Hagu pun ikutan senyum melihat si cantik menggemaskan ini. “Whatsss…you dapat perawan, sialan kauuuu, kalau tahu Yoana masih bersegel, kita tukeran ajee tadi malam,” cetus Prem dan keduanya tertawa bersama, kini keduanya makin dekat saja dan serius bicarakan soal Joni White, juga siap hadapi segala kemungkinan di sini.Prem juga bilang, mafia-mafia di sini terkenal kejam dan tanpa ampun.“Intinya…Joni White ini sebenarnya salah satu target, walaupun tak begitu utama, sebab aku masih memburu salah satu mantan pejabat militer Pakistan yang masih
Hagu dan Yoana saling lempar senyum saat mendengar suara desahan lumayan heboh di kamar. Mereka tadi sempat ke klub dan kini balik ke kamar Prem.Prem dan Lisa sedang bercinta!Keduanya rupanya sudah spanning tinggi dan langsung ngamar, tak peduli dengan Hagu dan Yoana yang masih duduk di sofa kamar ini.Sebelum masuk kamar, Prem dengan cueknya bilang, nanti Lisa dan Yoana akan dapat bonus gede, termasuk Hagu hasil menang judi tersebut.Tentu saja Lisa dan Yoana semriwing tak terkira. Hagu beda, dia tetap cool dan senyum saja.“Lisa ribut juga ya suaranya,” cetus Hagu buka obrolan.“I-iya Bang…gitu deehh,” sahut Yoana tersenyum malu-malu.“Kita ke kamar ku saja yuks, kita jadi kambing cungik di sini, dengarin keduanya bercinta,” ajak Hagu dan Yoana langsung mengangguk.Kamar Hagu tak beda jauh dengan kamar Prem, sama-sama bertipe suite.“Kalau kamu ngantuk, silahkan tidur di kamar Yoana!”Hagu melihat jarum jam sudah menunjukan pukul 1.30 dinihari. Dia sebenarnya memikirkan…Joni White
Joni sesaat terdiam, dia membuka kartu bawahnya, yang ternyata King sekop. Artinya dia punya 2 king dan 2 kartu 9.“Ha-ha-ha…anda menggertak rupanya…hmm baiklah!” Tiba-tiba Joni membuka kartunya, dan langsung bilang ikut, sambil sodorkan koinnya ke tengah!Prem menoleh ke samping, dia lihat Hagu sangat tegang, juga Lisa dan Yoana. Joni terkekeh melihat Prem sepertinya kebingungan.Kalau kalah…maka selesailah permainan ini, karena modal Prem ludes!Prem lalu perlahan menarik kartunya, dan mata Joni terbelalak, kartu bawah Prem ternyata…As hati.Artinya kali ini Prem yang menang.“Sayang sekali kali ini aku yang menang tuan Joni,” ceplos Prem dan semua koin taruhan kini di tarik seorang petugas dan kini modal Prem naik jadi hampir 12 juta dolar.Gara-gara itulah, konsentrasi Joni terganggu dan dia mulai agak emosi. Permainan berikutnya terus berlanjut dan akhirnya modal keduanya mulai berimbang, yakni sama-sama 37,5 juta dolar.Permainan judi tingkat tinggi kini mulai panas dan mendebark