BERSAMBUNG
Brandi kini duduk dan melihat bagaimana pria yang dikabarkan miliki kekayaan di atas 350 Triliun ini terlihat beberapa kali menghela nafas, seakan sesali kejadian di masa lalu.“Kenapa…papa…tidak melacak siapa dalang pembunuh ibunda?” sela Brandi dengan suara tercekat, inilah yang dia ingin tanyakan sejak lama, kenapa ayah kandungnya 'sia-siakan' ibundanya, padahal sudah menikah siri.“Karena dalangnya sudah tewas Brandi, yakni Emir Thamrin sendiri, dia tewas di tembak mantan tangan kanan papa yang bernama Regina, mereka juga berhasil mencuri uang perusahaan…sampai 75 triliun dan gagal aku dapatkan, sampai kini!” ceplos Brandon, hingga Brandi melongo. Brandon juga katakan, hampir saja perusahaan mereka bangkrut, tapi perlahan bisa bangkit lagi, setelah Emir Thamrin tewas dan Regina di hukum pancung di Abudhabi.Tak pernah dia sangka, Emir Thamrin berhasil rampok uang perusahaan milik ayahnya dan hampir bikin perusahaan warisan kakeknya ini gulung tikar.“Jadi info yang aku dapat…?”
“Jadi…harta warisan itu…?” suara Brandi tertahan.“Jangankan kamu, papa pun bingung, kenapa Emir Thamrin justru wariskan harta itu buatmu Brandi!” sahut Brandon.“Harus di ambil ya pa?” sahut Brandi agak pilon, sekaligus bingung.Brandon pun mengangguk, lalu dia berdiri dan menarik bahu anaknya ini, yang kini lebih tinggi beberapa centi darinya.“Ini PR kamu, carilah apa sebabnya, hingga si Emir Thamrin hibahkan harta itu buat kamu. Satu hal lagi, nama Brandi itu pemberian papa, saat bersama ibumu dulu, papa pesan pada ibumu dulu, kalau kelak kami punya anak, kalau laki-laki akan di namakan Brandi, tapi kalau perempuan, sama dengan nama ibunda kamu!” ceplos Brandon tersenyum.Brandi pun ikut tersenyum. Pantas nama aku mirip-mirip nama papa, ternyata beliaulah yang kasih nama, pikir Brandi sambil memeluk erat tubuh papanya.“Udahlah, kamu lupa yaa, papa sudah tua, tak sekokoh dulu lagi tubuh, sakit badan papa kamu peluk erat,” seloroh Brandon, hingga Brandi buru-buru melepaskannya dan m
Brandi langsung menggelengkan kepala, Brandon hanya menghela nafas, agaknya anak sulungnya ini punya ‘masalah’ dengan asmara!Sebelum pamit, Brandi menceritakan juga soal teror yang menimpa ibu angkatnya. Kaget juga Brandon tahu ibu angkat anaknya ini sempat koma di rumah sakit.Brando lalu menggangguk dan bilang mulai hari ini ibu angkatnya akan di jaga polisi dan tentara juga kedua adik sepupunya, legalah Brandi.“Kamu fokus saja dengan tugas-tugas saat ini, saran papa, kalau sudah merasa cukup bertualang. Silahkan kalau mau resign dan jadi orang sipil biasa!” kata Brandon lagi, untuk menenangkan anak sulungnya.Paginya, setelah kembali di pesani ini dan itu, Brandi pun pamit dengan keluarga besarnya. Lega rasanya dada pemuda ini, tak pernah dia sangka, kehadirannya benar-benar sangat di harapkan.Bahkan yang bikin dia terkaget-kaget, papanya secara blak-blakan malam tadi bilang, warisan Emir Thamrin akan jadi miliknya seutuhnya, semuanya tanpa di potong sepeserpun.Tentu saja Brandi
“Agaknya itu Bang…sejak Loha mendadak OKB dan sering bolak-balik ke Australia untuk urus bisnisnya, Loha bilang sering merasa di ikuti orang, apalagi kalau berada di Australia,” cerita Fanny.Loha memang sudah ceritakan soal hartanya ini, saat Cicil tak sengaja keceplosan pada kakaknya ini, sehingga Loha pun buka-bukaan saja. Tuh Fanny satu-satunya saudaranya, mereka memang hanya berdua.Loha dan Fanny hanya beda 2 tahun usianya, dan dengan Brandi beda setahun, sehingga dia tak ragu bilang Abang ke Brandi.Kini keduanya sudah duduk di private jet tujuan Bandara Internasional Melbourne, yang juga dikenal sebagai Bandara Tullamarine.Perjalanan dari Soetta ke Melbourne tidaklah singkat, hampir 7 jam. Sepanjang jalan Fanny ceritakan soal dirinya juga Loha.Fanny saat ini sedang kuliah S-2 di sebuah kampus di Surabaya. “Loha berbisnis alat-alat berat Bang, usahanya cukup maju, makanya dia minta agar aku sekolah saja, nggak usah mikir biaya!” aku Fanny, dia bilang saat ini honor jadi dos
Brandi menatap bangunan tua ini, di sinilah polisi menemukan mobil yang di katakan sudah menabrak sahabatnya ini, seperti yang dikatakan Letnan Grey padanya.Brandi kini melihat sekitaran rumah ini dan perlahan masuk, untuk cek ke dalam, namun baru sampai teras, dia berhenti sejenak.Saat itu dia melihat seorang wanita muda yang sejak dia mampir di sini selalu memperhatikannya, sampai dia masuk ke halaman bangunan ini.Rumahnya berdampingan dengan banguan, jaraknya hanya sekitar 10 meteran. Brandi berbalik dan mendekati wanita ini.“Selamat sore nona, namaku Brandi…!” Brandi langsung kenalkan diri, ia sengaja panggi nona, karena tak tahu apakah wanita ini masih singel atau sudah ber RT.Apalagi setahunya di negara ini, kumpul kebo sudah jadi budaya, pernikahan bukanlah prioritas!“Sore juga, kalau anda ingin cari penghuni di sini, mereka sudah kabur lama, termasuk pimpinannya yang wajahnya mirip blasteran Asia,yang sering di panggil anak buahnya dengan sebutan Mr Hamuk…!” kata wanita m
Brandi pun lagi-lagi menahan langkahnya agar tak keluar dari tempat persembunyiannya, dia kini terus bersembunyi, sambil mengintai akan kemana Chino Hamuk Cs bersama Pat ini.Apalagi ada 5 orang anak buah Chino Hamuk, yang terlihat membawa senjata api, yang terselip di pinggang masing-masing.Ke 5 nya terlihat mengawal ketat Chino Hamuk, yang berjalan dengan rombongan tadi. Ternyata mereka bergeser ke sebuah ruangan lain dan lanjutkan mettingnya.Brandi cari akal bagaimana agar bisa dekat dan bisa menguping pembicaraan tersebut. Sebab dia masih penasaran, di mana Mr M musuh besarnya itu saat ini bersembunyi.Tapi Brandi fokus dulu dengan musuh besarnya, yang kini berada di depan hidungnya.Brandi lalu jalan memutar dan setelah berusaha ekstra, dia pun akhirnya bisa juga menguping dan mulai curi dengar pembicaraan Chino Hamuk dan anak buahnya ini, juga kenapa Patricia atau Pat ada di antara mereka.“Jadi target kita kini berubah, tidak lagi menyeludupkan barang dari Papua, karena marka
Bruukkk…!Tiba-tiba tubuh Chino Hamuk ambruk di depan ruangan ini dengan tangan…di borgol! Tubuhnya tertelungkup di lantai.Kagetlah Brandi, dia kini pelan-pelan keluar dari persembuyiannya. Apa yang terjadi, kenapa kini Chino Hamuk sudah terborgol tangannya?Lalu sayup-sayup terdengar suara sirine polisi yang makin lama makin nyaring menuju ke tempat ini.Tak lama di belakang Chino Hamuk keluar Pat sambil menentang pistolnya. Brandi sampai melongo melihat pemandangan ‘aneh’ ini.“Sudah cukup Mayor Brandi, Chino Hamuk dan sisa anak buahnya sudah aku lumpuhkan,” kata Pat, sambil sarungkn senjatanya.“Bangsaaat kamu Pat, tenyata kamu seorang agen yang sengaja menyusup,” bentak Chino Hamuk, yang kini masih tertelungkup dengan tangan di belakang.Sebagai jawabannya, sebuah tendanggan keras menghajar perut Chino Hamuk, hingga pria setengah ini sampai berkaing-kaing kesakitan.Dua kali tendangan keras Pat layangkan, nampak sekali si bule cantik ini lampiaskan kemarahannya.“Sudahlah Chino Ha
Brandi dan Peltu Majid bertahan, termasuk Fanny, mereka terus menunggui Loha yang kini mulai tunjukan perkembangan baik pasca lakukan operasi kecil di kepalanya dan membuang gumpalan darah.Hari ke 4 setelah di tunggui dua sahabat dan kakaknya ini, Loha akhirnya mulai membuka mata dan dia sesaat bingung ada di mana.“Aku di mana…?” kata Loha bingung sendiri, matanya melihat ke 3 orang ini.“Apa kabar jagoan, seorang jagoan akan terus tunjukan kekuatannya, tak boleh menyerah, ini mah kecil, ingat petualangan hebat kita di Papua?” sahut Brandi senyum senang, sambil memegang tangan Loha.Tujuannya untuk bangkitkn semangat Loha.“Brandi…?” sahut Loha dan saat melihat Peltu Majid dan adiknya, Loha terlihat menunjukan roman senang.Namun tiba-tiba dia ingat anak dan istrinya.“Alika anakku dan Cicil istriku, di mana mereka?” tanya Loha sambil menatap Brandi. “Loha…Cicil kini sudah bahagia di alam lain, Alika anak kalian sudah aman di rumah mertua kamu!” sahut Brandi pelan-pelan.“Ohh….Cici
Setelah menunjukan barang di maksud, puluhan orang mulai angkuti barang-barang yang jadi incaran mereka.Di peti-peti yang di angkut ini tertulis perangkat lunak Kanah Industries Ltd. Barang-barang bernilai jutaan dolar amerika ini sedianya akan di kirim ke penerimanya di Mesir dan Jordania.Mahyudin yang saat itu sedang cebok di toilet, sama sekali tak tahu telah terjadi perompakan di kapal mereka.“Duehh gara-gara banyak makan sambel jadi gini akibatnya, perutku jadi mules,” batin Mahyudin.Begitu dia keluar toilet, remaja tanggung ini kaget bukan main saat mendengar bentakan-bentakan dan sebagian barang-barang di kapal ini di angkuti puluhan pria bermasker bak ninja itu.“Waah gawat, ternyata benar kata ayah angkat, para bajak laut beraksi,” batinnya dan langsung bersembunyi.Di usia 15 tahunan, Mahyudin bukanlah remaja tanggung penakut, justru ia terkenal sangat pemberani.Dia lalu mendekati salah satu perompak yang terlihat sedang mengawasi para penumpang dengan senjata terkokang
Waktu melesat bak anak panah…Hari ini genap 8 tahun Mahyudin menjadi ABK kapal milik Kapten sekaligus Nakhoda Purnomo.Usianya pun ini sudah 15 tahun, andai dia sekolah umum, Mahyudin harusnya sudah lulus sekolah menengah pertama dan masuk sekolah menengah atas.Biarpun tak pernah injak bangku sekolah, tapi soal kemampuan otaknya, remaja tanggung ini miliki kepintaran di atas rata-rat. Tubuhnya makin tinggi saja, kalau tak berbincang dengan anak pendiam ini, semuanya pasti mengira anak ini seorang pemuda, minimal 20 tahunan, tubuhnya sudah hampir 178 centimeteran tingginya.Makan dan minum teratur, juga istirahat yang cukup saban hari, membuat tubuh Mahyudin berkembang dengan sangat baik.Satu hal yang membuat semua ABK dan juga pastinya Purnomo kagum, semakin remaja, wajah Mahyudin yang cool dan jarang banyak bicara ini semakin tampan.Wajahnya juga mulai keluar bulu-bulu halus…tanda brewokan, termasuk di lengan, dada dan kakinya. Sehingga dugaan Purnomo dan ABK lainnya kalau Mahyu
Kini Mahyudin sudah berusia 7 tahun, tapi perawakannya bak anak berusia 10-12 tahunan, karena tubuhnya agak tinggi. Kulitnya yang dulu terang kini sudah berubah agak sawo matang.Selama 1,5 bulanan ia ikut berlayar dengan kapal besar ini, makanan terjamin, sehingga tubuhnya juga mulai agak berisi.Pakaianya sudah di belikan Purnomo saat kapal ini bersandar di pelabuhan yang disinggahi.Bajunya kini pas di badannya, tak lagi kedodoran, juga sepatunya. Walaupun harganya murah, tapi Mahyudin sangat senang. Bahkan tak sungkan dia panggil Purnomo dengan sebutan ‘ayah angkat’."Gak kalah juga aku dengan om-om ABK lainnya," batin Mahyudin senyum-senyum sendiri di cermin.Purnomo sudah tahu riwayat Mahyudin, dengan jujur anak ini sebutkan semua, juga tujuannya kenapa mau ke Kecamatan Cicangi, lalu ke Kelurahan Cicangki di Sukabumi, yang uniknya malah tak tahu di mana itu Cicangki…!Melihat kerajinan dan juga semangat anak ini, Purnomo lama-lama menjadi suka dan walaupun selama ini tidak perna
Plakk…seorang ABK menepuk dahinya setelah kapal ini sudah berlayar selama 4 hari dan kapal ini justru sudah berlayar menuju ke Malaysia dan akan langsung ke China.Kapal ini memang 70 persen angkut barang dan 30 persen bawa penumpang, sehingga tak pernah lama bersandar di satu pelabuhan.Selalu berlayar hingga ke luar negeri dan baru beristiharat setelah muter dan balik lagi ke Pelabuhan Tanjung Priok, dengan jangka waktu hingga 1 atau 2 bulanan. “Kamu kenapa Suryo,” tegur si kapten kapal.“Maaf kapten, saya lupa ada seorang anak yang kita kurung di ruangan, gara-gara dulu ketahuan mau curi dompet penumpang lain,” sahut Suryo.“Astagaaaa…cepat keluarkan, kalau mati jadi masalah kita semua, bisa masuk penjara kita,” tegur si kapten kapal, Suryo pun langsung buru-buru ke ruangan di mana Mahyudin di sekap.Suryo lega, anak yang di kurung ini tidak apa-apa, malah Mahyudin nyengir saja sambil asek makan makanan kaleng yang terdapat di ruangan ini.Suryo makin geleng-geleng kepala, Mahyu
Mahyudin benar-benar kalut, dia pun terus berjalan semakin jauh di dek kapal untuk mencari orang yang mau berbaik hati menolongnya.Tak pernah dia sadari, kakaknya pingsan dan ada penumpang lain yang lalu melaporkan hal ini ke awak kapal.Dua orang ABK kapal datang dan membawa tubuh kurus Risna ke ruang perawatan, nyawa Risa tertolong dan setelah di obati dan di beri makan, Risna pun ketiduran, tanpa tahu apa yang terjadi dengan adiknya.Saat itulah Mahyudin yang sudah habis akal, karena semua orang tak mau menolongnya, ia pun mulai nekat.Ketika itu dia melihat seorang penumpang sedang enak-enakan ketiduran, dompetnya terlihat tersembul keluar separu dari kantong belakang celananya.Mahyudin melihat kiri dan kanan, lalu perlahan-lahan dia mendekat dan…tangan kecilnya pelan-pelan menarik dompet itu.“Heii kamu maling ya, plakkk!”Tubuh kurus dan kecil Mahyudin terjengkang, sakitnya bukan main, matanya langsung melihat banyak kunang-kunang, pukulan berikutnya menghantam dirinya.Selain
Risna akhirnya ajak Mahyudin untuk tetap berangkat ke Pelabuhan Triksakti, seminggu setelah Bibi Bainah di makamkan di TPU desa itu.Kedua anak kecil yang baru kali ini jalan tanpa di dampingi Bibi Bainah nekat saja pergi. Risna mengaku selalu teringat Bibi Bainah kalau mereka terus berada di sini. Keduanya sudah sepakat akan kembali ke kampung halaman ibu mereka.“Kita akan tanya-tanya nanti sesampainya di Jawa Barat, di mana Cicangi itu berada” kata Risna besarkan hati adiknya, Mahyudin mengangguk.Dengan bekal uang 2,5 juta hasil tabungan mereka selama ini yang dikumpulkan Bibi Bainah, kedua anak kecil ini saling berpelukan sambil ketiduran dalam sebuah travel yang membawa mereka ke Pelabuhan Triksakti.“Heiiii kalian bangun ini sudah sampai, tuh loket nya di sana kalau kalian ingin beli tiket pulang ke Jawa,” kata si sopir travel ini.Risna bangun dan memanggul tasnya, Mahyudin juga panggul tas lusuhnya, dia hanya kenakan sepatu butut, juga kakaknya. Mereka hanya bawa bekal beru
Seorang anak lelaki kecil kurus hanya bisa memunguti jualannya yang berhamburan di tanah, jualan gorengannya baru saja di hamburkan anak-anak nakal yang suka membully-nya.Anehnya, tidak ada tangisan ataupun keluhan dari bibirnya yang merah bak perempuan ini. Hanya matanya tajam menatap anak-anak nakal yang menjauh sambil terus olok-olok dirinya.“Dasar anak yatim piatu, nggak sekolah lagi, dekill pulaaaa…!” olok anak-anak nakal yang usianya di atas dirinya, sambil joget-joget.Semua jualannya yang baru laku beberapa potong terpaksa dia masukan ke kantong kresek. Dia pun berlalu dan tak menggubris olok-olokan itu, jalannya tetap ditegap-tegapkan.Makin di tertawakan saja kelakuannya.Namun anak kecil berusia 6 tahun ini tak peduli, dia tetap jalan menyusuri jalan kampung dan akhirnya tiba di rumah gubuk reot-nya.“Di bully lagi ya Din? Makanya bibi bilang jangan lewat sana, cari jalan lain yang aman, kan sayang jadinya jualan rugi,” tegur bibi-nya sambil menatap wajah anaknya ini.“Bi…
“J-jadi…sebenarnya…papaku dan paman Park Hyung?”“Iya Widya…kalian ini keturunan aku di masa lalu dengan Park Hymin, nenek buyutmu!” sahut Hagu sambil menahan senyum, geli sendiri…kini sang cucut justru jadi istrinya di dunia masa depan.“Ihh…artinya aku ini cucut buyut nenek Park Hymin dan Abang donk?” ceplos Widya menahan tawa, lucu sekali baginya.Aneh bagi-nya, masa Abang angkat sekaligus suaminya saat ini adalah kakek buyutnya sendiri, tapi di masa lalu...? Sulit dipercaya, batin Widya. “Jangan tertawa sayang, asal kamu tahu, wajahmu itu 100 persen pek keteplek wajah nenek buyutmu, Park Hymin!”Widya Min Hoo atau kini Widya Hasim Zailani kontan berhenti tertawa.“Hadeuhh sayang, coba cerita yang jelas, biar aku nggak makin puyeng!” ceplos Widy, kini wajahnya berubah serius.Akhirnya Hagu pun ceritakan semua pengalamannya, yang di awali dengan kedatangan roh Datuk Hasm Zailani yang mengajaknya ke alam masalalu, untuk menolong anaknya, Dean Hasim Zailani.Kemudian terjadilah skanda
“Iya sayang, inilah papa kamu itu, ayoo beri salam buat papa!” sahut Widya kalem. Melihat sikap Widya ini, Hagu makin terkejut dua kali.Terkejut pertama, Winnie si bocil cantik ini adalah anaknya, terkejut kedua, sikap Widya pek keteplek Park Hymin di masalalu, yang memang kalem dan selalu senyum!Padahal Widya yang dia kenal selama ini adalah gadis lincah dan bersemangat, tapi kini Widya berubah 180 derajat!Tanpa sadar Hagu berjongkok dan menatap lekat-lekat wajah Winnie, yang di tatap bukannya takut malah mendekati dirinya.“Papa…kenapa sih baru sekarang muncul, huhh seballll!” cetus Winnie, sikapnya yang marah dan merajuk membuat Hagu menahan tawa, lucu dan kelakuannya persis sama seperti Widya dahulu.Sifat manja dan suak merajuk yang bikin Hagu selalu kangen dan kini menurun ke Winnie.Hagu langsung mendekap erat anaknya ini dan si anak pun sama, pelukan ini luluhkan kemarahannya.“Mulai saat ini kita tak akan berpisah lagi sayang,” Hagu lalu gendong dan menciumi pipi montok Win