BERSAMBUNG
Brandi langsung menggelengkan kepala, Brandon hanya menghela nafas, agaknya anak sulungnya ini punya ‘masalah’ dengan asmara!Sebelum pamit, Brandi menceritakan juga soal teror yang menimpa ibu angkatnya. Kaget juga Brandon tahu ibu angkat anaknya ini sempat koma di rumah sakit.Brando lalu menggangguk dan bilang mulai hari ini ibu angkatnya akan di jaga polisi dan tentara juga kedua adik sepupunya, legalah Brandi.“Kamu fokus saja dengan tugas-tugas saat ini, saran papa, kalau sudah merasa cukup bertualang. Silahkan kalau mau resign dan jadi orang sipil biasa!” kata Brandon lagi, untuk menenangkan anak sulungnya.Paginya, setelah kembali di pesani ini dan itu, Brandi pun pamit dengan keluarga besarnya. Lega rasanya dada pemuda ini, tak pernah dia sangka, kehadirannya benar-benar sangat di harapkan.Bahkan yang bikin dia terkaget-kaget, papanya secara blak-blakan malam tadi bilang, warisan Emir Thamrin akan jadi miliknya seutuhnya, semuanya tanpa di potong sepeserpun.Tentu saja Brandi
“Agaknya itu Bang…sejak Loha mendadak OKB dan sering bolak-balik ke Australia untuk urus bisnisnya, Loha bilang sering merasa di ikuti orang, apalagi kalau berada di Australia,” cerita Fanny.Loha memang sudah ceritakan soal hartanya ini, saat Cicil tak sengaja keceplosan pada kakaknya ini, sehingga Loha pun buka-bukaan saja. Tuh Fanny satu-satunya saudaranya, mereka memang hanya berdua.Loha dan Fanny hanya beda 2 tahun usianya, dan dengan Brandi beda setahun, sehingga dia tak ragu bilang Abang ke Brandi.Kini keduanya sudah duduk di private jet tujuan Bandara Internasional Melbourne, yang juga dikenal sebagai Bandara Tullamarine.Perjalanan dari Soetta ke Melbourne tidaklah singkat, hampir 7 jam. Sepanjang jalan Fanny ceritakan soal dirinya juga Loha.Fanny saat ini sedang kuliah S-2 di sebuah kampus di Surabaya. “Loha berbisnis alat-alat berat Bang, usahanya cukup maju, makanya dia minta agar aku sekolah saja, nggak usah mikir biaya!” aku Fanny, dia bilang saat ini honor jadi dos
Brandi menatap bangunan tua ini, di sinilah polisi menemukan mobil yang di katakan sudah menabrak sahabatnya ini, seperti yang dikatakan Letnan Grey padanya.Brandi kini melihat sekitaran rumah ini dan perlahan masuk, untuk cek ke dalam, namun baru sampai teras, dia berhenti sejenak.Saat itu dia melihat seorang wanita muda yang sejak dia mampir di sini selalu memperhatikannya, sampai dia masuk ke halaman bangunan ini.Rumahnya berdampingan dengan banguan, jaraknya hanya sekitar 10 meteran. Brandi berbalik dan mendekati wanita ini.“Selamat sore nona, namaku Brandi…!” Brandi langsung kenalkan diri, ia sengaja panggi nona, karena tak tahu apakah wanita ini masih singel atau sudah ber RT.Apalagi setahunya di negara ini, kumpul kebo sudah jadi budaya, pernikahan bukanlah prioritas!“Sore juga, kalau anda ingin cari penghuni di sini, mereka sudah kabur lama, termasuk pimpinannya yang wajahnya mirip blasteran Asia,yang sering di panggil anak buahnya dengan sebutan Mr Hamuk…!” kata wanita m
Brandi pun lagi-lagi menahan langkahnya agar tak keluar dari tempat persembunyiannya, dia kini terus bersembunyi, sambil mengintai akan kemana Chino Hamuk Cs bersama Pat ini.Apalagi ada 5 orang anak buah Chino Hamuk, yang terlihat membawa senjata api, yang terselip di pinggang masing-masing.Ke 5 nya terlihat mengawal ketat Chino Hamuk, yang berjalan dengan rombongan tadi. Ternyata mereka bergeser ke sebuah ruangan lain dan lanjutkan mettingnya.Brandi cari akal bagaimana agar bisa dekat dan bisa menguping pembicaraan tersebut. Sebab dia masih penasaran, di mana Mr M musuh besarnya itu saat ini bersembunyi.Tapi Brandi fokus dulu dengan musuh besarnya, yang kini berada di depan hidungnya.Brandi lalu jalan memutar dan setelah berusaha ekstra, dia pun akhirnya bisa juga menguping dan mulai curi dengar pembicaraan Chino Hamuk dan anak buahnya ini, juga kenapa Patricia atau Pat ada di antara mereka.“Jadi target kita kini berubah, tidak lagi menyeludupkan barang dari Papua, karena marka
Bruukkk…!Tiba-tiba tubuh Chino Hamuk ambruk di depan ruangan ini dengan tangan…di borgol! Tubuhnya tertelungkup di lantai.Kagetlah Brandi, dia kini pelan-pelan keluar dari persembuyiannya. Apa yang terjadi, kenapa kini Chino Hamuk sudah terborgol tangannya?Lalu sayup-sayup terdengar suara sirine polisi yang makin lama makin nyaring menuju ke tempat ini.Tak lama di belakang Chino Hamuk keluar Pat sambil menentang pistolnya. Brandi sampai melongo melihat pemandangan ‘aneh’ ini.“Sudah cukup Mayor Brandi, Chino Hamuk dan sisa anak buahnya sudah aku lumpuhkan,” kata Pat, sambil sarungkn senjatanya.“Bangsaaat kamu Pat, tenyata kamu seorang agen yang sengaja menyusup,” bentak Chino Hamuk, yang kini masih tertelungkup dengan tangan di belakang.Sebagai jawabannya, sebuah tendanggan keras menghajar perut Chino Hamuk, hingga pria setengah ini sampai berkaing-kaing kesakitan.Dua kali tendangan keras Pat layangkan, nampak sekali si bule cantik ini lampiaskan kemarahannya.“Sudahlah Chino Ha
Brandi dan Peltu Majid bertahan, termasuk Fanny, mereka terus menunggui Loha yang kini mulai tunjukan perkembangan baik pasca lakukan operasi kecil di kepalanya dan membuang gumpalan darah.Hari ke 4 setelah di tunggui dua sahabat dan kakaknya ini, Loha akhirnya mulai membuka mata dan dia sesaat bingung ada di mana.“Aku di mana…?” kata Loha bingung sendiri, matanya melihat ke 3 orang ini.“Apa kabar jagoan, seorang jagoan akan terus tunjukan kekuatannya, tak boleh menyerah, ini mah kecil, ingat petualangan hebat kita di Papua?” sahut Brandi senyum senang, sambil memegang tangan Loha.Tujuannya untuk bangkitkn semangat Loha.“Brandi…?” sahut Loha dan saat melihat Peltu Majid dan adiknya, Loha terlihat menunjukan roman senang.Namun tiba-tiba dia ingat anak dan istrinya.“Alika anakku dan Cicil istriku, di mana mereka?” tanya Loha sambil menatap Brandi. “Loha…Cicil kini sudah bahagia di alam lain, Alika anak kalian sudah aman di rumah mertua kamu!” sahut Brandi pelan-pelan.“Ohh….Cici
Satu minggu kemudian…Brandi kini bersiap terbang ke Dubai langsung dari Melbourne, kali ini dia naik pesawat komersil saja, perjalanan panjang akan di tempuh lebih dari 14 jam.Peltu Majid, Loha dan Fanny sebaliknya, akan terbang ke Surabaya, setelah Loha keluar dari rumah sakit satu hari yang lalu.“Kalau keadaan genting, jangan lupa kabari aku dan Bang Majid,” kata Loha, yang kini masih duduk di kursi roda, ternyata semangat ‘petualangnya’ masih kuat.Brandi senyum saja dan bilang lebih baik Loha tetap fokus untuk kesembuhan dan juga benahi usahanya, tapi mata Brandi justru melirik Fanny yang terlihat tenang saja."Tapi kalau keadaan genting, jangan khawatir, pasti kalian berdua yang pertama aku kontak," janji Brandi, agar semangat Loha dan Majid tetap kuat.Seakan paham, Majid dorong kursi roda Loha dan mereka malah asyik merokok di salah satu ruangan lain. Beri kesempatan Fanny dan Brandi ngobrol berdua.“Jadi setelah selesai urusan di Dubai, Abang akan ajukan resign dari militer?
Melihat Brandi tancap gas, mobil penguntit ini pun tak mau kalah, mereka juga tancap gas dan tak mau kehilangan buruannya.Brandi sengaja terus tancap gas dan menuju jauh dari pusat kota, mobil sewaannya yang berharga mahal ini sudah menunjukan RPM 150 kilometer per jam, sehingga mobil penguntitnya agak tertinggal di belakang.Begitu masuk daerah padang pasir, aksi kejar-kejaran pun makin tak terelakan, apalagi saat melalui jalan gurun pasir, justru mobil MPV penguntit ini lebih perkasa, sehingga jaraknya makin terpangkas dengan mobil Brandi.Bahkan dua orang yang berada di mobil penguntit mulai lepaskan tembakan ke arah mobil Brandi yang melaju kencang ini.Mau tak mau Brandi terpaksa aga zig zag, ini justru makin memudahkan penguntitnya dekati mobil miliknya.Brandi kini sengaja arahkan ke daerah pegunungan di gurun ini, panas sangat menyengat, Brandi sempat melihat di dasboard, angka panas sudah menunjukan 40 derajat celcius.Setelah sampai di sebuah bukit kecil, Brandi rem mendadak
Joni sesaat terdiam, dia membuka kartu bawahnya, yang ternyata King sekop. Artinya dia punya 2 king dan 2 kartu 9.“Ha-ha-ha…anda menggertak rupanya…hmm baiklah!” Tiba-tiba Joni membuka kartunya, dan langsung bilang ikut, sambil sodorkan koinnya ke tengah!Prem menoleh ke samping, dia lihat Hagu sangat tegang, juga Lisa dan Yoana. Joni terkekeh melihat Prem sepertinya kebingungan.Kalau kalah…maka selesailah permainan ini, karena modal Prem ludes!Prem lalu perlahan menarik kartunya, dan mata Joni terbelalak, kartu bawah Prem ternyata…As hati.Artinya kali ini Prem yang menang.“Sayang sekali kali ini aku yang menang tuan Joni,” ceplos Prem dan semua koin taruhan kini di tarik seorang petugas dan kini modal Prem naik jadi hampir 12 juta dolar.Gara-gara itulah, konsentrasi Joni terganggu dan dia mulai agak emosi. Permainan berikutnya terus berlanjut dan akhirnya modal keduanya mulai berimbang, yakni sama-sama 37,5 juta dolar.Permainan judi tingkat tinggi kini mulai panas dan mendebark
Hagu sampai tak habis pikir, betapa hebatnya Prem berubah total menjadi seorang yang sangat berwibawa dan tenang di meja judi ini.Permainan pun di mulai, dan tepat seperti yang di duga, Joni White sangat hebat menggertak musuh-musuhnya, rata-rata di kartu 4 dan 5 musuh-musuhnya keder dengan keberanian Joni White menggertak.Apalagi sebelum kartu di bagi, semua pemain judi wajib setor 100 ribu dolar, atau koin warna hijau, sebagai tanda ikut.Prem pun terlihat geleng-geleng kepala, modalnya sudah susut hingga 4 juta dolar amerika, tapi gaya Prem tetap mengagumkan, dia tenang dan tak terlihat panik seperti 5 penjudi lainnya.Permainan judi poker lanjut dan kini kartu mulai di bagi, ternyata yang memanggil kini Prem, kartunya yang datang pertama adalah As hati, Prem cek kartu bawahnya, senyum mengembang di bibirnya.Tanpa ragu dia melempar koin yang bernilai 10 ribu dolar, semuanya langsung ikut karena kartu-kartu mereka bagus.Kartu ke 3 nya yang datang ternyata 2 wajik, sehingga Joni t
Gappp…!Hagu kaget, bahunya di tepuk Prem. “Sabar…si kumis itu kan yang jadi incaran kamu?” bisik Prem, Hagu pun kaget dan tak sadar mengangguk.Hatinya yang tadi mendidih kontan luluh dan kini dia seolah jadi anak yang baru belajar menahan sabar.Prem lalu berbisik dan Hagu mengangguk paham. “Ingat jangan bertindak kekanakan, santai saja,” cetus Prem lagi lalu menjauh, karena Yoana sudah kelar dari toilet.Saat akan kembali ke meja mereka, Hagu terdiam, juga Yoana, saat Prem yang asyik bersama Lisa sedang di dekati Joni White dan mereka terlibat obrolan.Dengan perlahan, keduanya mendekat dan mendengarkan apa yang sedang Prem dan Joni White omongkan tersebut.“Jadi anda mau menantang saya main judi Tuan Joni White?” Prem terlihat bersikap tenang dan tidak menunjukan ekspresi berlebihan.“Ha-ha-ha, ya, kalau Tuan Prem Khan berani kita akan main poker, bagaimana?” cetus Joni White sambil melirik ke Hagu dan Yoana yang kini berada di dekat Prem.“Oke…pantang bagi saya menolak main judi,
Ting tong...!Hagu bergegas buka pintu kamar hotelnya dan dia kagum sekaligu geleng-geleng kepala, di depannya sudah berdiri Prem dengan stelan jas tanpa dasi.Bahkan di bagian dadanya sengaja sedikit terbuka, sehingga dada bidangnya yang lumayan lebat bulunya terlhat jelas. Ganteng maksimal sekali pemuda ini dan Hagu tak ragu memujinya.“Lohh kamu belum siap brother, ini sudah jam 19.15 loh,” tegur Prem, karena Hagu masih berbaju kimono, setelah mandi.“Iya deh tunggu sebentar, aku berpakaian dulu,” Hagu pun cepat ke kamarnya dan membiarkan Prem santai sejenak di ruang tamu kamar bertipe suite ini.Tak sampai 10 menitan, gantian Prem yang menatap kagum ke Hagu. Saking kagumnya, dia memutari tubuh Hagu, yang kini makin ‘berkelas’ dengan stelan jas mahal.“Gileee loh, kamu tak kalah ganteng, pakai bingit lagi, tapi kita jangan gandengan jalan ya, nanti di kira sekong!” cetus Prem, hingga Hagu makin tertawa lebar, benar-benar si Prem ini lucu dan kocak.“Oh yaa…selamat ultah ke 24 tahun
“Hagu…kayaknya malam ini kita bisa menikmati tubuh kedua pramugari cantik itu, lihat saja, mereka mulai buka pintu?” bisik Prem mulai nakal.“Hadeuuuuh...nggak perlu-lah Bang, ntar kamu malah ikutin jejak papa kamu Om Balang, punya keturunan di mana-mana?” sahut Hagu perlahan. Prem malah tertawa saja.“Masa sihh kamu nolak rejeki? Pake pengaman donk, jaman sudah maju kudu siap kon*om kelesss, lagian kan suka sama suka, bukan tipikal aku lah main paksa he-he!” cetus Prem lagi cuek.“Dasar turunan payboy,” olok Hagu, yang mau tak mau selalu senyum.Prem beda dengan Balanara, pemuda ini supel, ceria dan semau gue juga nakal dan turunan royal.Hagu pun tak menanggapi berlebihan goyunan Prem, sampai akhirnya mereka mendarat di Bandara Phnom Penh International Airport, yang berada sekitar 7,73 km dari pusat kota ini.Tak pernah Hagu duga, Prem diam-diam ternyata berkenalan dengan kedua pramugari cantik dari maskapai yang pemiliknya keturunan India ini.“Kita nginap di Hotel Royal Pnom Penh s
“Aku yakin…nama Hagu itu hanya julukan, siapa sebenarnya nama asli Mas ini?”Hagu langsung terdiam, sesaat di menghela nafas, agak ragu menyebutkan nama aslinya, tapi masa iya aku harus berbohong pada adiknya Balanara, yang sudah begitu baik denganku, pikirnya lagi bimbang.“Tuan…nama Hagu itu sebenarnya nama julukan yang di berikan teman-teman milisiku di Suriah dan Yerusalem, nama asliku adalah, Reyhan!”Prem melongo…!Sebagai anggota keluarga Klan Hasim Zailani, tentu saja Prem diberitahu semua rahasia keluarga mereka. Senyum misterius tersungging di bibir si agen nekat ini.“Tak salah lagi…ku rasa walaupun tak pakai DNA, inilah anak yang hilang dulu!” batin Prem senyum di kulum.Saat melihat jam tangan, penerbangan masih 3o menitan lagi, Prem alasan mau ke toilet, tanpa ragu dia nitip tas ranselnya pada Hagu.“Nggak takut ranselnya aku bawa kabur Mas?” canda Hagu.“Nggak, paling kamu kaget, sebab isinya…senjata!” cetus Prem tertawa dan dia benar-benar pergi ke toilet.Hagu melotot
Widya juga putuskan tetap sekolah, tapi tidak di sekolah internasional itu lagi. Kalau ketahuan hamil pasti akan di keluarkan.Widya memilih mengundurkan diri dan pindah ke sebuah sekolah paket C, sebab dia kelak tetap akan kuliah sesuai janjinya dengan Hagu, terlebih di rekeningnya, Hagu sudah transfer uang hingga 10 miliar.Kini, sambil tetap sekolah kandungan Widya pun makin besar seiring waktu. Anehnya Widya tak lagi manja setelah Hagu tak berada di sisinya, Widya malah makin dewasa.Kita tinggalkan dulu Widya yang kini tengah mengandung anak dari Hagu. Kita ikuti perjalanan sang tokoh utama, yang kini menuju bandara Soetta tujuan Kamboja, untuk kejar musuh besarnya, Joni White.“Maaf…!”Hagu hampir saja menabrak seorang pria tinggi besar dan postur tubuhnya kokoh, tak beda jauh dengannya, saat akan masuk ke pintu keberangkatan di bandara Soetta, tujuan luar negeri.“Tak apa, anda mau kemana, kok buru-buru,” sapa orang ini ramah.“Saya tujuan ke Kamboja, anda sendiri mau ke mana?”
Hagu pun dengan lembut mulai telusuri dada membusung Widya, yang justru membuka pintu ‘rumahnya’ lebar-lebar.Desahan-desahan lembut terdengar di ruang tamu ini. Kini baik Hagu dan Widya sudah tak kenakan pakaian lagi, silau juga Hagu melihat kemulusan tubuh remaja yang satu bulan lagi akan berusia 17 tahun.Kalau selama ini keduanya aslinya sering menahan diri, agar tak terlalu jauh melangkah, walaupun kadang keduanya terbiasa…saling gesek! Namun tak sampai bablas, saat ini berbeda.Rasa takut ‘kehilangan’ membuat Widya ingin Hagu lakukan sesuatu yang selalu mereka tahan-tahan sejak awal bersama.Hagu tanpa ragu bopong tubuh mulus Widya ke kamar, yang selama ini jadi tempat tidur mereka berdua. Mulut keduanya tetap saling melumat dan Widya memeluk erat tubuh Hagu.Kini Widya benar-benar pasrah dan Hagu pun makin tak terkendali, dia tak ragu mulai telusuri tubuh Widya dan…sampai ke hutan gundulnya.Milik Widya tentu saja beda dengan wanita-wanita yang sudah Hagu gauli, Widya masih gadi
Widya ternyata tak keberatan dengan niatan Hagu yang akan jemput ART-nya yang dulu memeliharanya sejak bayi dan akan menjadi ART di sini.Apalagi kata Widya anak-anak si ART itu sudah besar-besar dan 2 orang sudah menikah, satu masih kuliah sambil kerja dan si ART ini hanya tinggal berdua dengan anak bungsunya itu, suaminya sudah lama meninggal.“Nanti pas liburan semester kita jemput ya Bang, setelah itu baru Abang boleh pergi ninggalin Widya. Tapi janji Abang harus pulang setelah misi Abang tuntas. Widya akan selalu menunggu Abang sampai kapan pun!”Widya juga sudah tahu apa tujuan Hagu.Pemuda cerita apa adanya dan tak ada yang di tutupi lagi pada si cantik ini, ini lah yang bikin keduanya makin dekat dan sayang satu sama lain, karena sama-sama sebatang kara.Liburan semester masih 3 bulanan lagi dan Hagu pun mengiyakan dan janji sampai kapanpun tak bakal meninggalkan si adik angkat, yang makin jelita dan tubuhnya tinggi semampai ini.Widya ikutan keranjingan olahraga, gara-gara men