BERSAMBUNG
Mahyudin benar-benar kalut, dia pun terus berjalan semakin jauh di dek kapal untuk mencari orang yang mau berbaik hati menolongnya.Tak pernah dia sadari, kakaknya pingsan dan ada penumpang lain yang lalu melaporkan hal ini ke awak kapal.Dua orang ABK kapal datang dan membawa tubuh kurus Risna ke ruang perawatan, nyawa Risa tertolong dan setelah di obati dan di beri makan, Risna pun ketiduran, tanpa tahu apa yang terjadi dengan adiknya.Saat itulah Mahyudin yang sudah habis akal, karena semua orang tak mau menolongnya, ia pun mulai nekat.Ketika itu dia melihat seorang penumpang sedang enak-enakan ketiduran, dompetnya terlihat tersembul keluar separu dari kantong belakang celananya.Mahyudin melihat kiri dan kanan, lalu perlahan-lahan dia mendekat dan…tangan kecilnya pelan-pelan menarik dompet itu.“Heii kamu maling ya, plakkk!”Tubuh kurus dan kecil Mahyudin terjengkang, sakitnya bukan main, matanya langsung melihat banyak kunang-kunang, pukulan berikutnya menghantam dirinya.Selain
Plakk…seorang ABK menepuk dahinya setelah kapal ini sudah berlayar selama 4 hari dan kapal ini justru sudah berlayar menuju ke Malaysia dan akan langsung ke China.Kapal ini memang 70 persen angkut barang dan 30 persen bawa penumpang, sehingga tak pernah lama bersandar di satu pelabuhan.Selalu berlayar hingga ke luar negeri dan baru beristiharat setelah muter dan balik lagi ke Pelabuhan Tanjung Priok, dengan jangka waktu hingga 1 atau 2 bulanan. “Kamu kenapa Suryo,” tegur si kapten kapal.“Maaf kapten, saya lupa ada seorang anak yang kita kurung di ruangan, gara-gara dulu ketahuan mau curi dompet penumpang lain,” sahut Suryo.“Astagaaaa…cepat keluarkan, kalau mati jadi masalah kita semua, bisa masuk penjara kita,” tegur si kapten kapal, Suryo pun langsung buru-buru ke ruangan di mana Mahyudin di sekap.Suryo lega, anak yang di kurung ini tidak apa-apa, malah Mahyudin nyengir saja sambil asek makan makanan kaleng yang terdapat di ruangan ini.Suryo makin geleng-geleng kepala, Mahyu
Kini Mahyudin sudah berusia 7 tahun, tapi perawakannya bak anak berusia 10-12 tahunan, karena tubuhnya agak tinggi. Kulitnya yang dulu terang kini sudah berubah agak sawo matang.Selama 1,5 bulanan ia ikut berlayar dengan kapal besar ini, makanan terjamin, sehingga tubuhnya juga mulai agak berisi.Pakaianya sudah di belikan Purnomo saat kapal ini bersandar di pelabuhan yang disinggahi.Bajunya kini pas di badannya, tak lagi kedodoran, juga sepatunya. Walaupun harganya murah, tapi Mahyudin sangat senang. Bahkan tak sungkan dia panggil Purnomo dengan sebutan ‘ayah angkat’."Gak kalah juga aku dengan om-om ABK lainnya," batin Mahyudin senyum-senyum sendiri di cermin.Purnomo sudah tahu riwayat Mahyudin, dengan jujur anak ini sebutkan semua, juga tujuannya kenapa mau ke Kecamatan Cicangi, lalu ke Kelurahan Cicangki di Sukabumi, yang uniknya malah tak tahu di mana itu Cicangki…!Melihat kerajinan dan juga semangat anak ini, Purnomo lama-lama menjadi suka dan walaupun selama ini tidak perna
Waktu melesat bak anak panah…Hari ini genap 8 tahun Mahyudin menjadi ABK kapal milik Kapten sekaligus Nakhoda Purnomo.Usianya pun ini sudah 15 tahun, andai dia sekolah umum, Mahyudin harusnya sudah lulus sekolah menengah pertama dan masuk sekolah menengah atas.Biarpun tak pernah injak bangku sekolah, tapi soal kemampuan otaknya, remaja tanggung ini miliki kepintaran di atas rata-rat. Tubuhnya makin tinggi saja, kalau tak berbincang dengan anak pendiam ini, semuanya pasti mengira anak ini seorang pemuda, minimal 20 tahunan, tubuhnya sudah hampir 178 centimeteran tingginya.Makan dan minum teratur, juga istirahat yang cukup saban hari, membuat tubuh Mahyudin berkembang dengan sangat baik.Satu hal yang membuat semua ABK dan juga pastinya Purnomo kagum, semakin remaja, wajah Mahyudin yang cool dan jarang banyak bicara ini semakin tampan.Wajahnya juga mulai keluar bulu-bulu halus…tanda brewokan, termasuk di lengan, dada dan kakinya. Sehingga dugaan Purnomo dan ABK lainnya kalau Mahyu
Setelah menunjukan barang di maksud, puluhan orang mulai angkuti barang-barang yang jadi incaran mereka.Di peti-peti yang di angkut ini tertulis perangkat lunak Kanah Industries Ltd. Barang-barang bernilai jutaan dolar amerika ini sedianya akan di kirim ke penerimanya di Mesir dan Jordania.Mahyudin yang saat itu sedang cebok di toilet, sama sekali tak tahu telah terjadi perompakan di kapal mereka.“Duehh gara-gara banyak makan sambel jadi gini akibatnya, perutku jadi mules,” batin Mahyudin.Begitu dia keluar toilet, remaja tanggung ini kaget bukan main saat mendengar bentakan-bentakan dan sebagian barang-barang di kapal ini di angkuti puluhan pria bermasker bak ninja itu.“Waah gawat, ternyata benar kata ayah angkat, para bajak laut beraksi,” batinnya dan langsung bersembunyi.Di usia 15 tahunan, Mahyudin bukanlah remaja tanggung penakut, justru ia terkenal sangat pemberani.Dia lalu mendekati salah satu perompak yang terlihat sedang mengawasi para penumpang dengan senjata terkokang
“Ayo istirahat ke rumah, misi sudah sukses, saatnya rehat,” ajak si wanita itu gunakan bahasa Arab.Sharawi alias Mahyudin sesaat bingung, tapi akhirnya dia mengangguk dan mengikuti wanita ini menuju ke kediamannya.Sepanjang jalan Mahyudi berpikir keras, bagaimana lepas dari komplotan ini.Kini dia menyesali kenapa mau memakai pakaian orang yang dia bunuh dan saat ini malah tak sengaja berada di markas para perompak alias bajak laut ini.“Lepaslah masker itu, masa sudah di rumah masih pakai itu,” sahut wanita ini sambil meletakan minuman hangat di meja.Mahyudin yang pada dasarnya masih polos soal wanita kagum juga, wanita ini sangat cantik. Tapi kini dia kebingungan dan hanya sekilas mengagumi..!Tapi Mahyudin cerdik, dia lalu ambil senapan tadi.“Kamu jangan berteriak!” bisik Mahyudin, lalu pelan-pelan dia lepas masker ninjanya, si wanita ini langsung menutup mulutnya dengan kedua tangannya.Dia terkejut bukan main, orang yang di kiranya Sharawi ternyata hanya seorang remaja tanggu
“Heii kamu yang berwajah bulat, ke sini,” bentak seorang tentara berpangkat Kapten dengan wajah bengis. “Siappp, Ndan!” sahut si pemuda ini cepat dan berlari kencang ke depan. Begitu berada di depannya, si Kapten ini sampai mendongak menatap wajahnya. Tinggi pemuda ini hampir 182 centimeteran, sedang si kapten ini hanya sebahunya. Dia lalu memutari tubuh pria kurus berbadan kokoh ini, sambil lihat-lihat apakah ada tato atau cacat di badannya. “Hmm…kamu aslinya mana, Indonesia atau apa sih..?” bentaknya lagi masih dengan suara menggelegar. “Asli Indonesia Ndan, ibu dan almarhum bapak asli Kalimantan!” sahutnya cepat, pandangannya tetap tajam ke depan. Sang Kapten hanya mengangguk-anggukkan kepala. “Tadi kamu telat 5 detik, sekarang kamu putari lapangan ini 10X, cepat laksanakan!” lagi-lagi tanpa ampun keluarkan perintah tegas. Bak anjing dipukul di pantat, pemuda ini lalu bergerak cepat dan kelilingi lapangan yang luasnya mirip lapangan bola ini hingga 10X. Serdadu berpangkat Kapten Ud
“Hmm… kalau kelak ketemu lagi, dan dia ajak duel, ya sudah aku ladeni,” pikir Brandi tanpa rasa takut sedikitpun.Diam-diam dia geregetan dengan gaya Aldot yang dianggapnya sok jagoan. Apalagi melihat gaya kecentilan si cewek itu, gemas bukan main pemuda ini.Turun dari stasiun peron di kawasan Pasar Turi, Brandi langsung naik taksi ke Bandara Juanda dan terbang ke Banjarbaru.Brandi sampai di rumahnya, berjarak 5 jam perjalanan dari bandara. Tak ada yang berubah dari rumah ibunya juga desanya ini meski telah 2 tahun lamanya dia tinggalkan karena menempuh pendidikan di Akademi Militer di Magelang.“Ibu ke mana yaa, rumah kok sepi,” batin Brandi sambil duduk di teras dan letakan tas ranselnya.Tiba-tiba sebuah motor masuk ke halamannya. Wajah Brandi langsung semringah. “Halo calon perwira penerbang, tepat dugaanku kamu hari ini datang!” kata seorang pria seumuran dengannya, sambil mencopot helmnya.“Panjul, panjang umur kamu! Tumben muncul ke sini” Brandi langsung sambut dan peluk sahabat de
“Ayo istirahat ke rumah, misi sudah sukses, saatnya rehat,” ajak si wanita itu gunakan bahasa Arab.Sharawi alias Mahyudin sesaat bingung, tapi akhirnya dia mengangguk dan mengikuti wanita ini menuju ke kediamannya.Sepanjang jalan Mahyudi berpikir keras, bagaimana lepas dari komplotan ini.Kini dia menyesali kenapa mau memakai pakaian orang yang dia bunuh dan saat ini malah tak sengaja berada di markas para perompak alias bajak laut ini.“Lepaslah masker itu, masa sudah di rumah masih pakai itu,” sahut wanita ini sambil meletakan minuman hangat di meja.Mahyudin yang pada dasarnya masih polos soal wanita kagum juga, wanita ini sangat cantik. Tapi kini dia kebingungan dan hanya sekilas mengagumi..!Tapi Mahyudin cerdik, dia lalu ambil senapan tadi.“Kamu jangan berteriak!” bisik Mahyudin, lalu pelan-pelan dia lepas masker ninjanya, si wanita ini langsung menutup mulutnya dengan kedua tangannya.Dia terkejut bukan main, orang yang di kiranya Sharawi ternyata hanya seorang remaja tanggu
Setelah menunjukan barang di maksud, puluhan orang mulai angkuti barang-barang yang jadi incaran mereka.Di peti-peti yang di angkut ini tertulis perangkat lunak Kanah Industries Ltd. Barang-barang bernilai jutaan dolar amerika ini sedianya akan di kirim ke penerimanya di Mesir dan Jordania.Mahyudin yang saat itu sedang cebok di toilet, sama sekali tak tahu telah terjadi perompakan di kapal mereka.“Duehh gara-gara banyak makan sambel jadi gini akibatnya, perutku jadi mules,” batin Mahyudin.Begitu dia keluar toilet, remaja tanggung ini kaget bukan main saat mendengar bentakan-bentakan dan sebagian barang-barang di kapal ini di angkuti puluhan pria bermasker bak ninja itu.“Waah gawat, ternyata benar kata ayah angkat, para bajak laut beraksi,” batinnya dan langsung bersembunyi.Di usia 15 tahunan, Mahyudin bukanlah remaja tanggung penakut, justru ia terkenal sangat pemberani.Dia lalu mendekati salah satu perompak yang terlihat sedang mengawasi para penumpang dengan senjata terkokang
Waktu melesat bak anak panah…Hari ini genap 8 tahun Mahyudin menjadi ABK kapal milik Kapten sekaligus Nakhoda Purnomo.Usianya pun ini sudah 15 tahun, andai dia sekolah umum, Mahyudin harusnya sudah lulus sekolah menengah pertama dan masuk sekolah menengah atas.Biarpun tak pernah injak bangku sekolah, tapi soal kemampuan otaknya, remaja tanggung ini miliki kepintaran di atas rata-rat. Tubuhnya makin tinggi saja, kalau tak berbincang dengan anak pendiam ini, semuanya pasti mengira anak ini seorang pemuda, minimal 20 tahunan, tubuhnya sudah hampir 178 centimeteran tingginya.Makan dan minum teratur, juga istirahat yang cukup saban hari, membuat tubuh Mahyudin berkembang dengan sangat baik.Satu hal yang membuat semua ABK dan juga pastinya Purnomo kagum, semakin remaja, wajah Mahyudin yang cool dan jarang banyak bicara ini semakin tampan.Wajahnya juga mulai keluar bulu-bulu halus…tanda brewokan, termasuk di lengan, dada dan kakinya. Sehingga dugaan Purnomo dan ABK lainnya kalau Mahyu
Kini Mahyudin sudah berusia 7 tahun, tapi perawakannya bak anak berusia 10-12 tahunan, karena tubuhnya agak tinggi. Kulitnya yang dulu terang kini sudah berubah agak sawo matang.Selama 1,5 bulanan ia ikut berlayar dengan kapal besar ini, makanan terjamin, sehingga tubuhnya juga mulai agak berisi.Pakaianya sudah di belikan Purnomo saat kapal ini bersandar di pelabuhan yang disinggahi.Bajunya kini pas di badannya, tak lagi kedodoran, juga sepatunya. Walaupun harganya murah, tapi Mahyudin sangat senang. Bahkan tak sungkan dia panggil Purnomo dengan sebutan ‘ayah angkat’."Gak kalah juga aku dengan om-om ABK lainnya," batin Mahyudin senyum-senyum sendiri di cermin.Purnomo sudah tahu riwayat Mahyudin, dengan jujur anak ini sebutkan semua, juga tujuannya kenapa mau ke Kecamatan Cicangi, lalu ke Kelurahan Cicangki di Sukabumi, yang uniknya malah tak tahu di mana itu Cicangki…!Melihat kerajinan dan juga semangat anak ini, Purnomo lama-lama menjadi suka dan walaupun selama ini tidak perna
Plakk…seorang ABK menepuk dahinya setelah kapal ini sudah berlayar selama 4 hari dan kapal ini justru sudah berlayar menuju ke Malaysia dan akan langsung ke China.Kapal ini memang 70 persen angkut barang dan 30 persen bawa penumpang, sehingga tak pernah lama bersandar di satu pelabuhan.Selalu berlayar hingga ke luar negeri dan baru beristiharat setelah muter dan balik lagi ke Pelabuhan Tanjung Priok, dengan jangka waktu hingga 1 atau 2 bulanan. “Kamu kenapa Suryo,” tegur si kapten kapal.“Maaf kapten, saya lupa ada seorang anak yang kita kurung di ruangan, gara-gara dulu ketahuan mau curi dompet penumpang lain,” sahut Suryo.“Astagaaaa…cepat keluarkan, kalau mati jadi masalah kita semua, bisa masuk penjara kita,” tegur si kapten kapal, Suryo pun langsung buru-buru ke ruangan di mana Mahyudin di sekap.Suryo lega, anak yang di kurung ini tidak apa-apa, malah Mahyudin nyengir saja sambil asek makan makanan kaleng yang terdapat di ruangan ini.Suryo makin geleng-geleng kepala, Mahyu
Mahyudin benar-benar kalut, dia pun terus berjalan semakin jauh di dek kapal untuk mencari orang yang mau berbaik hati menolongnya.Tak pernah dia sadari, kakaknya pingsan dan ada penumpang lain yang lalu melaporkan hal ini ke awak kapal.Dua orang ABK kapal datang dan membawa tubuh kurus Risna ke ruang perawatan, nyawa Risa tertolong dan setelah di obati dan di beri makan, Risna pun ketiduran, tanpa tahu apa yang terjadi dengan adiknya.Saat itulah Mahyudin yang sudah habis akal, karena semua orang tak mau menolongnya, ia pun mulai nekat.Ketika itu dia melihat seorang penumpang sedang enak-enakan ketiduran, dompetnya terlihat tersembul keluar separu dari kantong belakang celananya.Mahyudin melihat kiri dan kanan, lalu perlahan-lahan dia mendekat dan…tangan kecilnya pelan-pelan menarik dompet itu.“Heii kamu maling ya, plakkk!”Tubuh kurus dan kecil Mahyudin terjengkang, sakitnya bukan main, matanya langsung melihat banyak kunang-kunang, pukulan berikutnya menghantam dirinya.Selain
Risna akhirnya ajak Mahyudin untuk tetap berangkat ke Pelabuhan Triksakti, seminggu setelah Bibi Bainah di makamkan di TPU desa itu.Kedua anak kecil yang baru kali ini jalan tanpa di dampingi Bibi Bainah nekat saja pergi. Risna mengaku selalu teringat Bibi Bainah kalau mereka terus berada di sini. Keduanya sudah sepakat akan kembali ke kampung halaman ibu mereka.“Kita akan tanya-tanya nanti sesampainya di Jawa Barat, di mana Cicangi itu berada” kata Risna besarkan hati adiknya, Mahyudin mengangguk.Dengan bekal uang 2,5 juta hasil tabungan mereka selama ini yang dikumpulkan Bibi Bainah, kedua anak kecil ini saling berpelukan sambil ketiduran dalam sebuah travel yang membawa mereka ke Pelabuhan Triksakti.“Heiiii kalian bangun ini sudah sampai, tuh loket nya di sana kalau kalian ingin beli tiket pulang ke Jawa,” kata si sopir travel ini.Risna bangun dan memanggul tasnya, Mahyudin juga panggul tas lusuhnya, dia hanya kenakan sepatu butut, juga kakaknya. Mereka hanya bawa bekal beru
Seorang anak lelaki kecil kurus hanya bisa memunguti jualannya yang berhamburan di tanah, jualan gorengannya baru saja di hamburkan anak-anak nakal yang suka membully-nya.Anehnya, tidak ada tangisan ataupun keluhan dari bibirnya yang merah bak perempuan ini. Hanya matanya tajam menatap anak-anak nakal yang menjauh sambil terus olok-olok dirinya.“Dasar anak yatim piatu, nggak sekolah lagi, dekill pulaaaa…!” olok anak-anak nakal yang usianya di atas dirinya, sambil joget-joget.Semua jualannya yang baru laku beberapa potong terpaksa dia masukan ke kantong kresek. Dia pun berlalu dan tak menggubris olok-olokan itu, jalannya tetap ditegap-tegapkan.Makin di tertawakan saja kelakuannya.Namun anak kecil berusia 6 tahun ini tak peduli, dia tetap jalan menyusuri jalan kampung dan akhirnya tiba di rumah gubuk reot-nya.“Di bully lagi ya Din? Makanya bibi bilang jangan lewat sana, cari jalan lain yang aman, kan sayang jadinya jualan rugi,” tegur bibi-nya sambil menatap wajah anaknya ini.“Bi…
“J-jadi…sebenarnya…papaku dan paman Park Hyung?”“Iya Widya…kalian ini keturunan aku di masa lalu dengan Park Hymin, nenek buyutmu!” sahut Hagu sambil menahan senyum, geli sendiri…kini sang cucut justru jadi istrinya di dunia masa depan.“Ihh…artinya aku ini cucut buyut nenek Park Hymin dan Abang donk?” ceplos Widya menahan tawa, lucu sekali baginya.Aneh bagi-nya, masa Abang angkat sekaligus suaminya saat ini adalah kakek buyutnya sendiri, tapi di masa lalu...? Sulit dipercaya, batin Widya. “Jangan tertawa sayang, asal kamu tahu, wajahmu itu 100 persen pek keteplek wajah nenek buyutmu, Park Hymin!”Widya Min Hoo atau kini Widya Hasim Zailani kontan berhenti tertawa.“Hadeuhh sayang, coba cerita yang jelas, biar aku nggak makin puyeng!” ceplos Widy, kini wajahnya berubah serius.Akhirnya Hagu pun ceritakan semua pengalamannya, yang di awali dengan kedatangan roh Datuk Hasm Zailani yang mengajaknya ke alam masalalu, untuk menolong anaknya, Dean Hasim Zailani.Kemudian terjadilah skanda