BERSAMBUNG
Brandi kini sudah berada di klub malam yang disebutkan Alice, dia melihat tempat ini tidak ada yang aneh.Para tamu makin malam makin rame saja, tempat ini sangat komplet, ada tarian streptease nya, di mana wanitanya campuran, ada bule dan juga berkulit gelap, bahkan berwajah Asia, juga ada tempat dugem, plus karaoke.Tempat ini juga bukan klub biasa, hanya orang-orang berkantong tebal yang bisa bersantai di sini, klub ini memang membidik tamu kelas menengah atas.Brandi bahkan hampir di tolak masuk, karena dia bukan member, tapi di penjaga tamu berikan syarat, Brandi bisa masuk dengan mendaftar sebagai member.Setelah mendaftar dan bayar 1000 poundsterling Inggris, atau lebih 20 juta rupiah, kurs saat ini, Brandi pun bisa melenggang masuk.Brandi tak sadar, kedatangannya sudah di ketahui Tom, melalu CCTV yang di lihat langsung oleh pria ini di ruang kerjanya yang mewah.Dia mengamati Brandi yang terlihat enjoy menikmati tempat ini, sambil melihat tarian erotis di panggung khusus denga
“Hmm…besar juga nyali kamu Brandi?” dengus Tom, sambil dorong dua bule di kanan kirinya dengan kasar, tanda mulai kesal melihat keberanian Brandi saat ini.Empat pengawalnya terlihat bersiaga dan tatapan permusuhan pun di arahkan ke Brandi.Tapi pemuda ini tetap tenang-tenang saja, sama sekali tidak ada ketakutan dari wajahnya. Brandi sudah biasa berada dalam posisi yang jauh lebih berbahaya dari saat ini.Dia nekat ke sini pun sudah diperhitungkan dengan matang resikonya…! Walaupun Alice beri dia peringatan, agar hati-hati dengan Abang nya ini. “Aku tantang kamu 3 hari dari sekarang duel di sasanaku, aku ingin lihat seberapa hebat nyali dan kelihaian kamu, sehingga berani tuduh aku macam-macam!” dengus Tom sengaja ajukan tantangan terbuka .“Sebutkan saja tempatnya, aku pasti datang!” sahut Brandi, tak takut dengan tantang ini. Makin marahlah Tom mendengar kata-kata Brandi ini.“Tempatnya di sini juga, di sebelah kanan bangunan ini, ada tulisan Tom Gym’s, nah 3 hari lagi kamu aku tun
“Aku sebenarnya rada tak nyaman lagi kerja di sana, semenjak kakak tiriku, James tewas kecelakaan mobil,” kata Jil buka obrolan dan serahkan minuman ke Brandi, lalu duduk di depan Brandi.Tanpa di duga Jil tak sungkan terbuka siapa dia sesungguhnya..!Tentu saja ini bikin Brandi terkejut, ternyata Jil Gadot ini adik tiri dari James, mantan kekasih Alice Chen.“Jadi kamu dan James yang tewas kecelakaan itu bersaudara?” Brandi sengaja kembali bertanya, untuk yakinkan hatinya.“Iya tuan Brandi, pastilah kamu tahu, karena sempat jadi headline di mana-mana. Aku dan James memiliki ibu yang sama, tapi ayah kami beda!” sahut Jil Gadot lagi apa adanya.“Kenapa kamu merasa tak aman lagi kerja di sana Jil?” pancing Brandi, sambil minum wine alkohol ringan yang Jil sodorkan.“Karena THM itu kini di bawah kendali Thomas Chen, dulu James dan kelompoknya sempat kuasai tempat itu. Tapi sejak setahunan yang lalu di kuasai kelompok si Tom tersebut, kondisi jadi tak begitu kondusif lagi,” kata Jil blak-b
Kurang 5 menitan dari waktu yang di janjikan, Brandi muncul di gym milik Tom. Musuh Brandi ini tersenyum kecil melihat Brandi benar-benar punya nyali besar, muncul pun sendirian, sama sekali tak bawa teman.Karena Brandi memang tak memiliki satupun sahabat di London ini.Sedangkan anak buah Tom saat ini pada ngumpul, ada 30 an orang yang terlihat mendampingi si bos mafia ini.“Hebat, kamu benar-benar jagoan Brandi, mari kita ke dalam di sana ada ruang octagon. Jangan takut Brandi, aku tak bakal keroyok kamu gunakan anak buahku ini, mereka ini adalah calon penonton, kita bertarung fair!” cetus Tom dan Brandi pun mengangguk.Tom kini lepas pakaiannya, dia benar-benar mirip seorang atlet tarung bebas. Bahkan dia juga kenakan sarung tangan khusus, hanya kenakan celana pendek."Ambil ini pasang di mulut, ini pelindung rahang, juga pakai sarung tangan ini, hei kamu bantu Brandi memasangnya," perintah Tom pada dua orang anak buahnya dan mereka langsung mendekati Brandi.Brandi agak bingung ju
Tapi Brandi pun bukannya tak menderita, ia juga tak luput dari pukulan-pukulan Tom yang sangat keras. Wajah Brandi makin bengap. Tapi itu semua tak ia hiraukan, kalau saat biasa mungkin rasanya nyiut-nyiut juga.Brandi benar-benar bertarung bak mau mati saja. Tekadnya hanya satu, yakni menang apapun caranya terhadap Tom ini.Tapi hebatnya, wasit yang di pilih Tom ternyata profesional, sehingga dia beri peringatan buat keduanya, untuk tidak boleh menyerang alat vital atau belakang kepala dan juga punggung.Seperti sudah ku duga, ronde kedua ini berlangsung lebih ganas dan brutal dari ronde pertama tadi.Kini Tom yang sangat berpengalaman ini main pintar, dia terus mundur-mundur dan sesekali lakukan tendangan keras.Sembari terus memukul dan kadang menyambar kaki Brandi untuk mengajak gulat.Tom yang memang memiliki kelebihan kalau sudah gulat, dia punya tekhnik kuncian yang mematikan. Ingin kembali banting Brandi, tapi Brandi berlaku cerdik kali ini. Anak buah Tom yang menyaksikan pert
“Kamu mau balik ke hotel? Kenapa nggak di sini saja sampai sembuh?” tanya Tom kaget, saat Brandi dengan wajah masih babak belur izin pamit.“Tak apa, aku bisa istirahat di hotel, kelak kalau sudah sembuh aku ke sini lagi. Kita bicarakan soal musuh-musuh kamu itu Tom!” janji Brandi.Tom pun lega, kini dia bakal punya partner yang tak kalah dari James dan anak buahnya dulu.Ia memang sempat ketiduran dan saat ini sudah pukul 9 malam, artinya hampir 4 jam dia ketiduran.Pengaruh obat membuat Brandi nyenyak sekali tidur di klinik ini, yang sebenarnya lebih mirip kamar hotel ini. Apalagi Tom sudah pesani anak buahnya, agar Brandi dan dirinya jangan di ganggu.“I am sorry brother, jangan lupa minum ramuan dari Tiongkok ini, paling lama 3 hari semua bengkak-bengkak akan sembuh. Sayangnya si Alice masih patah hati gara-gara James, kalau nggak aku suruh di temani kamu di hotel…!” sahut Tom senyum kecil, seakan mulai beri lampu buat BrandiTom lalu minta anak buahnya antar Brandi sampai ke parki
Jil pun kini lepas jaket dan celana panjangnya dan kini hanya kenakan kaos dan celana pendek, sehingg bukit kembarnya yang lumayan besar bikin pusing kepala Brandi.“Kemana matanya, sakit-sakit kok ganjen saja!” seloroh Jil, seakan paham kemana arah mata nakal Brandi yang menelusuri tubuh semoknya yang bikin semua lelaki pasti leleran melihatnya. “Gede banget…eh maksudnya, bengkak wajahku masih gede ya?” Brandi sampai salting sendiri, sehingga Jil tertawa lepas, sambil nyalakan rokoknya.“Nggak kok udah kempes, yang gede tuh di sela-sela paha kamu,” cetus Jil sambil menunjuk celana boxer Brandi, hingga pemuda ini ikutan tertawa.Candaan mereka kini mulai masuk wilayah abu-abu dan bikin sesuatu yang tak di undang mulai bereaksi. Brandi...tentu saja mulai tak karuan di buat Jil.“Udah ahh, jangan menyerempet, aku masih sakit. Tunggu aku sembuh saja,” cetus Brandi lagi, hingga Jil makin tergelak.Jil malah dengan nakalnya membelai celana boxer Brandi dan plop….membukanya. “Wow…sakit-saki
Jil ternyata bak botol ketemu tutup, sama kelakuan dengan Brandi, tiada hari tanpa bercinta di hotel mewah ini.Sehingga selama seminggu bersama, kesembuhan luka lebam dan bengap di wajah dan tubuh Brandi makin cepat, sebab dapat service siang dan malam dari Jil Gadot.“Makasih sayang, udah mau nemani aku di sini, cairan kamu bikin bengkak di tubuhku cepat sembuh?” seloroh Brandi, lalu kecup bibir Jil sambil kembali membelai gunung ‘gede’ yang tiada bosannya Brandi daki siang dan malam.“Hmm…liat deh, rahim aku kayak udah punya baby hingga 3 orang saja kamu hajar siang malam,” seloroh Jil sambil tertawa, sambil sodorkan 'apem' montok ini ke wajah Brandi, hingga pemuda bangor gelagapan dan langsung main sosor, Jil sampai terpekik...keenakan!“Tapi…kamu suka khann….?” Tanya Brandi pura-ura o’on saja.“Bukan suka lagi, doyan tauuu..!” keduanya tertawa berderai dan seperti sudah bisa di duga, selanjutnya kamar hotel bertarif 6 jutaan satu malam ini kembali jadi saksi bisu.Melihat kedua an
Ting tong...!Hagu bergegas buka pintu kamar hotelnya dan dia kagum sekaligu geleng-geleng kepala, di depannya sudah berdiri Prem dengan stelan jas tanpa dasi.Bahkan di bagian dadanya sengaja sedikit terbuka, sehingga dada bidangnya yang lumayan lebat bulunya terlhat jelas. Ganteng maksimal sekali pemuda ini dan Hagu tak ragu memujinya.“Lohh kamu belum siap brother, ini sudah jam 19.15 loh,” tegur Prem, karena Hagu masih berbaju kimono, setelah mandi.“Iya deh tunggu sebentar, aku berpakaian dulu,” Hagu pun cepat ke kamarnya dan membiarkan Prem santai sejenak di ruang tamu kamar bertipe suite ini.Tak sampai 10 menitan, gantian Prem yang menatap kagum ke Hagu. Saking kagumnya, dia memutari tubuh Hagu, yang kini makin ‘berkelas’ dengan stelan jas mahal.“Gileee loh, kamu tak kalah ganteng, pakai bingit lagi, tapi kita jangan gandengan jalan ya, nanti di kira sekong!” cetus Prem, hingga Hagu makin tertawa lebar, benar-benar si Prem ini lucu dan kocak.“Oh yaa…selamat ultah ke 24 tahun
“Hagu…kayaknya malam ini kita bisa menikmati tubuh kedua pramugari cantik itu, lihat saja, mereka mulai buka pintu?” bisik Prem mulai nakal.“Hadeuuuuh...nggak perlu-lah Bang, ntar kamu malah ikutin jejak papa kamu Om Balang, punya keturunan di mana-mana?” sahut Hagu perlahan. Prem malah tertawa saja.“Masa sihh kamu nolak rejeki? Pake pengaman donk, jaman sudah maju kudu siap kon*om kelesss, lagian kan suka sama suka, bukan tipikal aku lah main paksa he-he!” cetus Prem lagi cuek.“Dasar turunan payboy,” olok Hagu, yang mau tak mau selalu senyum.Prem beda dengan Balanara, pemuda ini supel, ceria dan semau gue juga nakal dan turunan royal.Hagu pun tak menanggapi berlebihan goyunan Prem, sampai akhirnya mereka mendarat di Bandara Phnom Penh International Airport, yang berada sekitar 7,73 km dari pusat kota ini.Tak pernah Hagu duga, Prem diam-diam ternyata berkenalan dengan kedua pramugari cantik dari maskapai yang pemiliknya keturunan India ini.“Kita nginap di Hotel Royal Pnom Penh
“Aku yakin…nama Hagu itu hanya julukan, siapa sebenarnya nama asli Mas ini?”Hagu langsung terdiam, sesaat di menghela nafas, agak ragu menyebutkan nama aslinya, tapi masa iya aku harus berbohong pada adiknya Balanara, yang sudah begitu baik denganku, pikirnya lagi bimbang.“Tuan…nama Hagu itu sebenarnya nama julukan yang di berikan teman-teman milisiku di Suriah dan Yerusalem, nama asliku adalah, Reyhan!”Prem melongo…!Sebagai anggota keluarga Klan Hasim Zailani, tentu saja Prem diberitahu semua rahasia keluarga mereka. Senyum misterius tersungging di bibir si agen nekat ini.“Tak salah lagi…ku rasa walaupun tak pakai DNA, inilah anak yang hilang dulu!” batin Prem senyum di kulum.Saat melihat jam tangan, penerbangan masih 3o menitan lagi, Prem alasan mau ke toilet, tanpa ragu dia nitip tas ranselnya pada Hagu.“Nggak takut ranselnya aku bawa kabur Mas?” canda Hagu.“Nggak, paling kamu kaget, sebab isinya…senjata!” cetus Prem tertawa dan dia benar-benar pergi ke toilet.Hagu melotot
Widya juga putuskan tetap sekolah, tapi tidak di sekolah internasional itu lagi. Kalau ketahuan hamil pasti akan di keluarkan.Widya memilih mengundurkan diri dan pindah ke sebuah sekolah paket C, sebab dia kelak tetap akan kuliah sesuai janjinya dengan Hagu, terlebih di rekeningnya, Hagu sudah transfer uang hingga 10 miliar.Kini, sambil tetap sekolah kandungan Widya pun makin besar seiring waktu. Anehnya Widya tak lagi manja setelah Hagu tak berada di sisinya, Widya malah makin dewasa.Kita tinggalkan dulu Widya yang kini tengah mengandung anak dari Hagu. Kita ikuti perjalanan sang tokoh utama, yang kini menuju bandara Soetta tujuan Kamboja, untuk kejar musuh besarnya, Joni White.“Maaf…!”Hagu hampir saja menabrak seorang pria tinggi besar dan postur tubuhnya kokoh, tak beda jauh dengannya, saat akan masuk ke pintu keberangkatan di bandara Soetta, tujuan luar negeri.“Tak apa, anda mau kemana, kok buru-buru,” sapa orang ini ramah.“Saya tujuan ke Kamboja, anda sendiri mau ke mana?”
Hagu pun dengan lembut mulai telusuri dada membusung Widya, yang justru membuka pintu ‘rumahnya’ lebar-lebar.Desahan-desahan lembut terdengar di ruang tamu ini. Kini baik Hagu dan Widya sudah tak kenakan pakaian lagi, silau juga Hagu melihat kemulusan tubuh remaja yang satu bulan lagi akan berusia 17 tahun.Kalau selama ini keduanya aslinya sering menahan diri, agar tak terlalu jauh melangkah, walaupun kadang keduanya terbiasa…saling gesek! Namun tak sampai bablas, saat ini berbeda.Rasa takut ‘kehilangan’ membuat Widya ingin Hagu lakukan sesuatu yang selalu mereka tahan-tahan sejak awal bersama.Hagu tanpa ragu bopong tubuh mulus Widya ke kamar, yang selama ini jadi tempat tidur mereka berdua. Mulut keduanya tetap saling melumat dan Widya memeluk erat tubuh Hagu.Kini Widya benar-benar pasrah dan Hagu pun makin tak terkendali, dia tak ragu mulai telusuri tubuh Widya dan…sampai ke hutan gundulnya.Milik Widya tentu saja beda dengan wanita-wanita yang sudah Hagu gauli, Widya masih gad
Widya ternyata tak keberatan dengan niatan Hagu yang akan jemput ART-nya yang dulu memeliharanya sejak bayi dan akan menjadi ART di sini.Apalagi kata Widya anak-anak si ART itu sudah besar-besar dan 2 orang sudah menikah, satu masih kuliah sambil kerja dan si ART ini hanya tinggal berdua dengan anak bungsunya itu, suaminya sudah lama meninggal.“Nanti pas liburan semester kita jemput ya Bang, setelah itu baru Abang boleh pergi ninggalin Widya. Tapi janji Abang harus pulang setelah misi Abang tuntas. Widya akan selalu menunggu Abang sampai kapan pun!”Widya juga sudah tahu apa tujuan Hagu.Pemuda cerita apa adanya dan tak ada yang di tutupi lagi pada si cantik ini, ini lah yang bikin keduanya makin dekat dan sayang satu sama lain, karena sama-sama sebatang kara.Liburan semester masih 3 bulanan lagi dan Hagu pun mengiyakan dan janji sampai kapanpun tak bakal meninggalkan si adik angkat, yang makin jelita dan tubuhnya tinggi semampai ini.Widya ikutan keranjingan olahraga, gara-gara men
Widya blak-blakan menyebutkan, ibunya dan Alex White hanya kumpul kebo, beda dengan Min Hoo, papa kandungnya yang sempat menikah, tapi entah kenapa tak lanjut.Tante Weni bertemu dengan Min Hoo setelah hubungannya dengan Alex White bubar.“Kata ibu, karena papaku nggak mau ikut keyakinan ibu, sehingga mereka bertengkar dan pisah, padahal ibu lagi mengandung aku!”“Lantas….sejak kapan ibu kamu lumpuh Widya, benarkah akibat perbuatan si Joni itu?” tanya Hagu lagi yang kini jadi penasaran.“Ketika tahu Alex White tewas, semua harta peninggalan itu di ambil ibuku, tiba-tiba muncul si Joni White dan mau rampas semua harta itu lagi. Ibu tentu saja marah dan mereka bertengkar, tahu-tahu ibu di dorong si Joni dan terjatuh ke lantai ubin rumahnya, tulang belakang ibu patah dan itu yang sebabkan ibu lumpuh, bohong kalau ibu kena stroke,” cetus Widya.“Tapi…ibumu bilang kena stroke?” sela Hagu.“Sejak lumpuh dan berada di rumah sakit, darah tinggi ibuku kumat dan akhirnya terserang stroke. Belia
Hagu makin kagum, Widya punya bakat mendesain rumah, setelah di bersihkan, kini rumah ini makin nyaman dan enak di lihat, Widya sangat rajin dan suka menata ruangan.“Gila juga si Abang Nara, rumah begini bagus dan mewah di biarin kosong? Tapi tak aneh sih, wong dia anak orkay!” batin Hagu tak habis pikir, apalagi dia tahu saat ini harga ini rumah di atas 10 miliaran.Hagu dan Widya juga tak perlu repot-repot beli perabotan rumah ini, semuanya lengkap, lemari pakaian pun tinggal di isi, setelah di bersihkan, juga di dapur peralatan masak komplet dan semuanya serba listrik, tak perlu beli gas lagi.Widya sangat antusias dan kadang dia memasak, masakannya ternyata enak juga, Hagu tak ragu memuji masakan Widya, tanpa sadar hubungan mereka makin hari makin dekat.“Aku bercita-cita mau jadi koki Bang!”“Bagus Widya, nanti kamu sekolah lagi, aku akan ongkosi kamu sampai tamat jadi koki profesional dan buka restoran yaaa.”Tanpa ragu Widya pun mengangguk dan memeluk erat tubuh Hagu.Bahkan ki
“Widya…kamu sekarang mau kemana?”Hagu kini memancing Widya, saat mereka kini sudah berada di mobil kembali, lumayan lama juga mereka di TPU tadi.“Abang sendiri mau kemana? Aku maunya…ikut Abang saja, malas kembali ke tempat ART. Aku tak punya tempat tinggal Bang. Apalagi ART itu bukan ibu kandungku. Aku juga tak punya keluarga dekat Bang, bagiku saat ini Abang-lah keluargaku!”Mendengar kalimat ini, Hagu sampai tertegun.“Tapi…aku tak punya rumah di Jakarta ini Widya, kan aku bukan WNI!” sahut Hagu apa adanya.“Kenapa Abang nggak beli saja, rumah atau apartemen gitu, ku rasa Abang pasti punya uang bukan?” sahut Widya hingga Hagu seakan baru terbuka hatinya .“Hmm…bagus juga ide kamu Widya, ahh iya, aku mau telpon temanku dulu, di mana perumahan yang bisa aku beli dan pastinya aman buat kamu tinggal. Agar tidak lagi di ganggu si Joni White itu, sebab dia pasti akan mencari-cari kamu, setelah kamu aku bebaskan dan bunuh dua anak buahnya!”Saat terjebak macet yang lumayan parah, Hagu l