BERSAMBUNG
“Jadi…kamu ini benar-benar Abangku…?” tanya Sarah masih rada ragu, sebab orang tuanya, terutama ayahnya Brandon Hasim Zailani sama sekali tak pernah singgung soal sosok Brandi ini.Tapi hari ini, tak pernah mimpi sekalipun, Sarah justru bertemu Brandi. Namun keraguannya itu mulai menipis, saat menatap lekat-lekat wajah Brandi, yang memang sangat mirip ayahnya saat seumuran.Apalagi saat Brandi perlihatkan surat hasil tes DNA yang ia foto dan tersimpan di ponselnya, sehingga Sarah pun mulai yakin kisah Brandi ini tak bohong.“Brandi ehh Abang…kalau memang Abang saudaraku dan Bang Aldot juga ka Rara, kenapa tidak menemui papa dan berterus terang?” pancing Sarah.“Jujur…aku belum siap Sarah…aku masih, ahh sulit aku jelaskan? Eh Rara itu siapa?” kata Brandi dengan suara pelan, tak dia sangka selain Aldot dan Sarah, masih ada lagi anak papanya.Sarah pun jelaskan siapa itu Bripka Rara, anak ayahnya dari Mami Tiara yang kini sedang sekolah perwira.Keduanya sama-sama terdiam dengan pikiran m
Brandi akhirnya buka-bukaan darimana dia memiliki uang hingga, punya rumah dan mobil bagus ini, yang di taksir Aldot dan Sarah harganya tidaklah murah.Apalagi ‘mata’ polisi Aldot terlihat penasaran dengan kekayaan Brandi saat ini, di garasi saja masih ada 2 mobil mewah yang berharga di atas 3 miliaran per biji.Adiknya ini tahu, seorang aparat apalagi militer, kalau tidak berbisnis, tak mungkin punya harta waaah. Kalaupun korupsi di mana jalannya? Brandi tak punya jabatan apapun, selain jadi agen.Apalagi kompleks perumahan ini rata-rata rumahnya berharga di atas 25 miliaran.Sarah seperti di duga langsung rebahan di paha Abang-nya ini, saat mereka santai di ruangann tengah rumah ini.Aldot langsung angkat jempol dan bilang saudaranya ini jenius, sengaja 'amankan' emas dan uang yang di temukan di pedalaman Papua.“Buat apa di setor ke negara, nggak jelas juga selama ini uang-uang atau emas-emas sitaan itu,” ceplos Aldot tertawa.“Kalau kalian mau, aku bagi rata tu harta!” kata Brandi
Besoknya, Brandon menahan kekecewaan hatinya, kedatangannya terlambat, Brandi sudah sejak pagi ke Bandara Soetta dan terbang langsung ke London, dengan pesawat penerbangan komersil jam 11 siang.Brandon sengaja tak mau menelpon Brandi, ingat pesan Sarah yang katakan Brandi bilang belum siap bertemu dengan dirinya dan tak mau jelaskan alasannya ke Sarah dan Aldot.“Maaf tuan, mas Brandi tak nitip pesan apa-apa. Oh ya, kemarin rumah ini ramai betul, kedua adik-adiknya yang tampan dan cantik kayak bidadari ngumpul di sini, eh tuan ini siapa yaa, kayak pernah lihat?” kata ART rumah Brandi sambil menatap Brandon yang duduk di sofa ruang tamu, sambil menatap foto Brandi dalam seragam militer, foto ini yang kemarin Sarah perlihatkan.Dalam hati Brandon pun akui, Brandi dengan pakaian dinasnya ini terlihat bak fotocopi dirinya. "Kenapa aku baru sadar sekarang yaa, padahal aku sudah berkali-kali bertemu dengannya," batin Brandon.“Aku Brandon Hasim Zailani, papa mereka bertiga, ya sudah aku pul
Apartemen berlantai 30 ini sangat mewah, namun Brandi dengan penampilannya yang styles, jas tanpa dasi, tetap percaya diri dan datang ke sini.Brandi pun lapor dengan penjaga di lobby ini, untuk menemui Salsa.“Maaf tuan Brandi, nona Salsa tidak ada di apartemennya, sejak kemarin dia belum pulang,” kata si sekuriti ini.Brandi pun bimbang, akan datang lain hari, ataukah menunggu. Tapi baru saja berbalik ingin pulang, masuklah ke lobby seorang wanita cantik dengan rambut tergerai melewati bahu, kenakan kacamata hitam lebar dan baru turun dari sebuah mobil supercar yang mewah dan di parkirnya di lobby apartemen ini.Wanita ini kenakan dres mahal, yang agak terbuka di bagian dada, dengan belahan hingga ke pahanya, di padu heel nya yang serasi dengan kaki jenjangnya, benar-benar wanita berkelas dan pastinya selalu lakukan perawatan mahal. “Jhon segera parkirkan mobilku,” kata si wanita cantik ini sambil serahkan kunci dan selembar uang pecahan 10 pondnsterling, yang diterima si sekuriti
“Asal kamu tahu Brandi, keluarga Brandon Hasim Zailani punya musuh sengit yang ada kaitannya dengan keluarga kalian sendiri,” ceplos Madam Salsa mulai buka-bukaan.Brandi pun mulai penasaran, kini dia yakin Madam Salsa ini pasti punya banyak informasi berharga buatnya.“Apa sebabnya Madam…kalau tak keberatan tolong jelaskan?” pancing Brandi, sambil menatap wajah Madam Salsa yang glowig dan seolah masih berusia 20 tahunan, berkat perawatan rutin di salon mahal.“Hmm…aku jadi heran kamu sampai tak tahu soal ini? Jangan-jangan kamu ini bukan…anaknya Brandon Hasim Zailani!” Madam Salsa mulai curiga dengan Brandi, karena Brandi yang ngaku anak Brandon Hasim Zailani, justru tak tahu masalah keluarganya."Ini sangat aneh," batin Madam Salsa.Sesaat Brandi baru nyadar, wanita di depannya ini bukan wanita sembarangan, terlihat atitudenya sangat terjaga dan agaknya tahu persis kehidupan keluarga ayah kandungnya.Dan pastinya Madam Salsa tahu persis siapa keluarga ayah kandungnya ini.“Karena…aku
Brandi merasa dirinya di buntuti sejak keluar dari apartemen Madam Salsa, tapi dia sama sekali tak takut, Brandi justru seolah sengaja umpankan dirinya.“Hmm...apakah ini yang di maksud Madam Salsa, aku jadi sasaran untuk di habisi?” batin Brandi, sambil jalankan mobil sewaannya dengan santai.Sengaja tidak terburu-buru, karena dia penasaran, siapa musuhnya saat ini, apakah dari keluarga Emir Thamrin yang berambisi ingin kuasai harta warisan mendiang suami ibundanya, ataukah dari musuh ayah kandungnya, Datu Hamuk Cs. Begitu berada di jalanan sepi…!Tratt…tratt..tratt…! Brandi tentu kaget bukan kepalang, tak menyangka para penguntitnya malah menembak dirinya.Tembakan dari senapan otomatis menerjang mobil Brandi, bodi mobil ini berlubang sana sini.Brandi terpaksa keluar dari mobilnya dan melompat keluar sambil bergulingan di aspal. Hampir saja tembakan yang menembus mobilnya ini mengenainya.Lalu Brandi balas memberondong mobil pelakunya, namun mobil ini tancap gas, karena merasa gag
Paginya…!“Anda keluar, langsung menghadap ke komandan?” terdengar panggilan si polwan tadi malam, yang membuka pintu sel dan mengeluarkan Brandi dari tahanan.Brandi pun mengangguk dan mengikuti pangkah polisi wanita ini, luka akibat serempatan peluru sudah agak mendingan, setelah di obati salah satu polisi tadi malam.Brandi juag di beri obat pereda rasa sakit, sehingga bahunya tak begitu berasa nyiut-nyiut lagi.“Anda ini…seorang agen yaa?” tanya si polwan ini, sambil menatap wajah Brandi, seakan ingin selidiki siapa pria tampan berbody kokoh ini.“Begitulah…aku dalam hal ini korban, bukan pelaku, jadi kalian menangkapku salah alamat!” sahut Brandi dan melirik ke polwan tersebut, seakan menyindir kelakuan para polisi London.Tapi Brandi pun akui dalam hati, walaupun rambutnya di ikat dan pakai seragam, tak menutupi kecantikan si polwan bule ini.“Pantas, tadi komandan bilang Anda akan dilepaskan hari ini!” katanya seakan tak merasa salah sudah mengamankan Brandi hingga satu malam di
“Gitu dyehh…nenekku bilang kakek kamu itu hyper, makanya dia tak sanggup jadi simpanannya, ngeri katanya, making love kayak minum obat!” cetus Madam Salsa blakan-blakan, kembali tawanya berderai mengisahkan masa lalu neneknya tanpa malu-malu.Siapakah neneknya Salsa ini…tak pernah Brandi duga, kalau si nenek Salsa ini justru kemenakan Dato Hasim Zailani, kakeknya sendiri.Terjadi skandal asmara diam-diam si kakeknya Brandi tersebut dengan wanita bernama Rohimah, saat neneknya si Salsa ini masih remaja dan kakek Dato Hasim Zailani lagi matang-matangnya di usia 40 tahunan.Itulah rahasia kenapa Dato Hasim Zailani…tak pernah bisa marah dengan Rohimah…karena ada skandal asmara panas antara paman dan ponakan..!Dan walaupun berlangsung singkat, tapi menimbulkan luka bagi Rohimah, apalagi saat tahu Dato Hasim Zailani menikahi wanita yang stratanya jauh di bawah dia, hamil pula.Itu pula salah satu alasan, Dato Hasim Zailani rela serahkan warisan milik istrinya buat Rohimah juga Balkan, dua
Risna akhirnya ajak Mahyudin untuk tetap berangkat ke Pelabuhan Triksakti, seminggu setelah Bibi Bainah di makamkan di TPU desa itu.Kedua anak kecil yang baru kali ini jalan tanpa di dampingi Bibi Bainah nekat saja pergi. Risna mengaku selalu teringat Bibi Bainah kalau mereka terus berada di sini. Keduanya sudah sepakat akan kembali ke kampung halaman ibu mereka.“Kita akan tanya-tanya nanti sesampainya di Jawa Barat, di mana Cicangi itu berada” kata Risna besarkan hati adiknya, Mahyudin mengangguk.Dengan bekal uang 2,5 juta hasil tabungan mereka selama ini yang dikumpulkan Bibi Bainah, kedua anak kecil ini saling berpelukan sambil ketiduran dalam sebuah travel yang membawa mereka ke Pelabuhan Triksakti.“Heiiii kalian bangun ini sudah sampai, tuh loket nya di sana kalau kalian ingin beli tiket pulang ke Jawa,” kata si sopir travel ini.Risna bangun dan memanggul tasnya, Mahyudin juga panggul tas lusuhnya, dia hanya kenakan sepatu butut, juga kakaknya. Mereka hanya bawa bekal ber
Seorang anak lelaki kecil kurus hanya bisa memunguti jualannya yang berhamburan di tanah, jualan gorengannya baru saja di hamburkan anak-anak nakal yang suka membully-nya.Anehnya, tidak ada tangisan ataupun keluhan dari bibirnya yang merah bak perempuan ini. Hanya matanya tajam menatap anak-anak nakal yang menjauh sambil terus olok-olok dirinya.“Dasar anak yatim piatu, nggak sekolah lagi, dekill pulaaaa…!” olok anak-anak nakal yang usianya di atas dirinya, sambil joget-joget.Semua jualannya yang baru laku beberapa potong terpaksa dia masukan ke kantong kresek. Dia pun berlalu dan tak menggubris olok-olokan itu, jalannya tetap ditegap-tegapkan.Makin di tertawakan saja kelakuannya.Namun anak kecil berusia 6 tahun ini tak peduli, dia tetap jalan menyusuri jalan kampung dan akhirnya tiba di rumah gubuk reot-nya.“Di bully lagi ya Din? Makanya bibi bilang jangan lewat sana, cari jalan lain yang aman, kan sayang jadinya jualan rugi,” tegur bibi-nya sambil menatap wajah anaknya ini.“Bi…
“J-jadi…sebenarnya…papaku dan paman Park Hyung?”“Iya Widya…kalian ini keturunan aku di masa lalu dengan Park Hymin, nenek buyutmu!” sahut Hagu sambil menahan senyum, geli sendiri…kini sang cucut justru jadi istrinya di dunia masa depan.“Ihh…artinya aku ini cucut buyut nenek Park Hymin dan Abang donk?” ceplos Widya menahan tawa, lucu sekali baginya.Aneh bagi-nya, masa Abang angkat sekaligus suaminya saat ini adalah kakek buyutnya sendiri, tapi di masa lalu...? Sulit dipercaya, batin Widya. “Jangan tertawa sayang, asal kamu tahu, wajahmu itu 100 persen pek keteplek wajah nenek buyutmu, Park Hymin!”Widya Min Hoo atau kini Widya Hasim Zailani kontan berhenti tertawa.“Hadeuhh sayang, coba cerita yang jelas, biar aku nggak makin puyeng!” ceplos Widy, kini wajahnya berubah serius.Akhirnya Hagu pun ceritakan semua pengalamannya, yang di awali dengan kedatangan roh Datuk Hasm Zailani yang mengajaknya ke alam masalalu, untuk menolong anaknya, Dean Hasim Zailani.Kemudian terjadilah skanda
“Iya sayang, inilah papa kamu itu, ayoo beri salam buat papa!” sahut Widya kalem. Melihat sikap Widya ini, Hagu makin terkejut dua kali.Terkejut pertama, Winnie si bocil cantik ini adalah anaknya, terkejut kedua, sikap Widya pek keteplek Park Hymin di masalalu, yang memang kalem dan selalu senyum!Padahal Widya yang dia kenal selama ini adalah gadis lincah dan bersemangat, tapi kini Widya berubah 180 derajat!Tanpa sadar Hagu berjongkok dan menatap lekat-lekat wajah Winnie, yang di tatap bukannya takut malah mendekati dirinya.“Papa…kenapa sih baru sekarang muncul, huhh seballll!” cetus Winnie, sikapnya yang marah dan merajuk membuat Hagu menahan tawa, lucu dan kelakuannya persis sama seperti Widya dahulu.Sifat manja dan suak merajuk yang bikin Hagu selalu kangen dan kini menurun ke Winnie.Hagu langsung mendekap erat anaknya ini dan si anak pun sama, pelukan ini luluhkan kemarahannya.“Mulai saat ini kita tak akan berpisah lagi sayang,” Hagu lalu gendong dan menciumi pipi montok Win
Berbekal alamat dari Park Hyung, Hagu menuju ke rumah Park Min Hoo, rasa kangen dengan Widya membuat Hagu tak mau menunda .Rumah saudaranya ini ternyata sangat jauh dari Kota Seoul, berada di Pulau Jeju. Pulau yang dikenal sebagai "Hawaii-nya Korea Selatan,".“Kakek kami Dean Hasim Zailani bilang sangat suka pulau itu, makanya beliau betah berada di sana dan ogah pindah dari pulau itu hingga meninggal dalam usia muda,” cerita Park Hyung kisahkan kehidupan sang kakek itu.Destinasi wisata-nya memiliki keindahan alam dan budaya yang unik. Letaknya di selatan Semenanjung Korea.Pemandangan yang menakjubkan mulai dari gunung berapi, pantai berpasir hitam, hingga air terjun yang mempesona terdapat di pulau ini.Tapi bukan itu yang bikin Hagu terpesona, tiba-tiba dia teringat kisah manisnya selama 3 bulanan dengan Park Hymin di pulau ini.Begitu mendarat di bandara Pulau Jeju dengan private jetnya, dalam perjalanan menuju ke rumah Park Min Hoo, sepanjang jalan terbayang semua kenangan di ma
“Apes aku, gara-gara Bang Prem dan Ange,” batin Hagu yang terpaksa menahan hati kena semprit Tante Ria.Untung saja, melihat wajah teduh Park Hyung, Hagu bisa menahan hati, sehingga tak buru-buru pamit.Begitu Tante Ria masuk meninggalkan Hagu dan Park Hyung berduaan, barulah secara perlahan Hagu sampaikan maksudnya.Park Hyung lantas berbisik.“Nanti malam aku akan temui kamu di hotel, nggak enak kedengaran ibunya si Ange, kalau Om sih tak masalah Prem dan Ange menikah. Tapi tante kamu itu beda…ada masalalu yang belum kelar dengan…Balang, papanya si Prem!” bisik Park Hyung.Hagu tersenyum menganngguk, soal ini dia sudah tahu, kakek Chulbuy sudah ceritakan padanya kalau Balang dan Tante Ria dahulu pernah ada pertalian asmara yang gagal!Yang bikin Hagu tersenyum, kakek Chulbuy dengan nada bercanda juga pernah bilang, sempat suka dengan Tante Ria saat muda, tapi kalah bersaing dengan Balang.“Tante Ria itu saat muda mirip sekali dengan artis Ariel Tatum, bodynya woww…dari semua sepupu
Dan inilah yang bikin Hagu kaget, Datuk minta Hagu saat ini juga balik ke dunia masa depan saat ini juga. Padahal, dirinya lagi anget-angetnya bersama Park Hymin, kemana-mana selalu bersama.“Saat ini tugasmu selesai, kamu harus balik, jangan di tunda. Tugas lain masih menunggu!”“Tapi aku belum pamit dengan Park Hymin?” Hagu masih ngotot, namun saat melihat wajah Datuk, Hagu kalah wibawa.“Nggak usah…nanti aku sampaikan!”Akhirnya Hagu pun tak berani lagi ngotot, apalagi saat Datuk bilang kalau terlambat, maka Hagu akan terjebak selamanya di masa lalu.Mendengar kalimat ini, Hagu keder juga. Sebab dia aslinya belum sanggup berada selamanya di masa lalu.Datuk lalu mengusap wajah Hagu dan pemuda ini berasa mengantuk dan tidak ingat apa-apa lagi.“Bangun…ini sudah siang, molor saja kerjaan kamu itu Hagu.”Hagu langsung buka matanya dan kaget wajah Cynthia neneknya sudah berada di sisinya. Perasaan awalnya dia bersama Prem, tapi pas kembali malah berada di rumah kakek dan neneknya.“Su
Hagu…tak ragu mengiyakan, api nafsu yang berkobar sudah terlanjur tak bisa di tahan lagi dan butuh penyaluran saat ini juga.Hagu mau-mau saja bersumpah dan di bimbing Park Hymin.Park Hymin yang kini bahagia dan sudah berstatus ‘istri’ Hagu, kini tak ragu melepaskan pakaiannya di depan suami keduanya ini.“Sekarang…aku adalah milikmu suamiku, lakukanlah sesukamu,” bisik Park Hymin, dan si bangor ini bak kucing garong melihat ikan segar, langsung menyerbu tubuh putih dan mulus ini.Bercumbu di alam terbuka beralaskan pasir putih hangat menimbulkan sensasi aneh bagi Hagu.Hagu lupa, ini bukanlah alam masa depan di mana dia tinggal, tapi alam masa lalu yang rentang waktunya puluhan tahun.Tapi Park Hymin beda lagi, bertemu pria tampan dari alam masa depan, justru bikin dirinya mabuk kepayang sejak awal melihat Hagu.Saat bersama roh Datuk Hasim Zailani, Park Hymin tak sungkan-sungkan lagi bertanya siapa Hagu ini.Awalnya wanita jelita ini kaget bukan main saat tahu kalau Hagu bukan beras
Mata Hagu terus menatap Dean.“Benaran jadi mirip dengan kakek buyut? Kata kakek Chulbuy, kakek buyut saat kecil supel. Tapi berubah jadi pendiam saat tahu kalau Bahar Irwansyah, suami kedua nenek buyut bukan ayah kandung kakek buyutku…!” pikir Hagu dan senyum sendiri melihat kelakuan Dean yang tak kaku pada siapapun.Sepanjang jalan, Dean selalu menyapa warga dan dengan bersemangat acungkan genggam, tanda merdeka.Hagu kadang menahan tawa melihat kelakuan Dean begitu. "Benar-benar anak aneh, tak beda jauh dengan ayah kandungnya," batin Hagu.Akhirnya setelah satu bulanan, mereka sampai juga di desa di mana Park Hymin berada, kedatangan keduanya di sambut si cantik ini.“Pacar paman kakek cantik sekali, jangan di lepas ya paman kakek, kapan lagi dapat wanita secantik ini..!” ceplos Dean lugu, hingga Hagu melotot, tapi Park Hymin malah tertawa dan membelai kepala Dean."Huss...kamu jangan ngomong sembarangan, anak kecil mau tau ajee urusan orang dewasa," tegur Hagu, pura-pura marah, pad