BERSAMBUNG
Brandi merasa dirinya di buntuti sejak keluar dari apartemen Madam Salsa, tapi dia sama sekali tak takut, Brandi justru seolah sengaja umpankan dirinya.“Hmm...apakah ini yang di maksud Madam Salsa, aku jadi sasaran untuk di habisi?” batin Brandi, sambil jalankan mobil sewaannya dengan santai.Sengaja tidak terburu-buru, karena dia penasaran, siapa musuhnya saat ini, apakah dari keluarga Emir Thamrin yang berambisi ingin kuasai harta warisan mendiang suami ibundanya, ataukah dari musuh ayah kandungnya, Datu Hamuk Cs. Begitu berada di jalanan sepi…!Tratt…tratt..tratt…! Brandi tentu kaget bukan kepalang, tak menyangka para penguntitnya malah menembak dirinya.Tembakan dari senapan otomatis menerjang mobil Brandi, bodi mobil ini berlubang sana sini.Brandi terpaksa keluar dari mobilnya dan melompat keluar sambil bergulingan di aspal. Hampir saja tembakan yang menembus mobilnya ini mengenainya.Lalu Brandi balas memberondong mobil pelakunya, namun mobil ini tancap gas, karena merasa gag
Paginya…!“Anda keluar, langsung menghadap ke komandan?” terdengar panggilan si polwan tadi malam, yang membuka pintu sel dan mengeluarkan Brandi dari tahanan.Brandi pun mengangguk dan mengikuti pangkah polisi wanita ini, luka akibat serempatan peluru sudah agak mendingan, setelah di obati salah satu polisi tadi malam.Brandi juag di beri obat pereda rasa sakit, sehingga bahunya tak begitu berasa nyiut-nyiut lagi.“Anda ini…seorang agen yaa?” tanya si polwan ini, sambil menatap wajah Brandi, seakan ingin selidiki siapa pria tampan berbody kokoh ini.“Begitulah…aku dalam hal ini korban, bukan pelaku, jadi kalian menangkapku salah alamat!” sahut Brandi dan melirik ke polwan tersebut, seakan menyindir kelakuan para polisi London.Tapi Brandi pun akui dalam hati, walaupun rambutnya di ikat dan pakai seragam, tak menutupi kecantikan si polwan bule ini.“Pantas, tadi komandan bilang Anda akan dilepaskan hari ini!” katanya seakan tak merasa salah sudah mengamankan Brandi hingga satu malam di
“Gitu dyehh…nenekku bilang kakek kamu itu hyper, makanya dia tak sanggup jadi simpanannya, ngeri katanya, making love kayak minum obat!” cetus Madam Salsa blakan-blakan, kembali tawanya berderai mengisahkan masa lalu neneknya tanpa malu-malu.Siapakah neneknya Salsa ini…tak pernah Brandi duga, kalau si nenek Salsa ini justru kemenakan Dato Hasim Zailani, kakeknya sendiri.Terjadi skandal asmara diam-diam si kakeknya Brandi tersebut dengan wanita bernama Rohimah, saat neneknya si Salsa ini masih remaja dan kakek Dato Hasim Zailani lagi matang-matangnya di usia 40 tahunan.Itulah rahasia kenapa Dato Hasim Zailani…tak pernah bisa marah dengan Rohimah…karena ada skandal asmara panas antara paman dan ponakan..!Dan walaupun berlangsung singkat, tapi menimbulkan luka bagi Rohimah, apalagi saat tahu Dato Hasim Zailani menikahi wanita yang stratanya jauh di bawah dia, hamil pula.Itu pula salah satu alasan, Dato Hasim Zailani rela serahkan warisan milik istrinya buat Rohimah juga Balkan, dua
Tubuh Salsa terlonjak-lonjak di sofa kamar hotel bintang 5, Brandi benar-benar tunjukan gaya bercinta yang lain dari yang lain.Erika, Yeni dan Marcia saja sampai bilang Brandi ini mirip kerbau ngamuk, kalau sudah begini.Entah kenapa, Brandi agaknya tak punya bakat romantis, dia ibarat mobil, langsung tancap gas, super car perkasanya sukses aduk-aduk perabotan berumput tebal milik Salsa.Kali ini Salsa si wanita blasteran merasakan keperkasaan keturunan Hasim Zailani ini, yang jauh lebih ganas dibandingkan Brandon dan Topan…dan kelak dengan Aldot Hasim Zailani.“Gilaaa…dasar turunan onta Arab,” seloroh Salsa, saat tubuhnya terus-terusan kena gempur rudal supersonic istimewa ini.Bukan hanya satu gaya, tapi semua gaya di praktekan Brandi termasuk gaya gendong favoritnya. Sehingga Salsa sampai tak bisa lagi berkata-kata, hanya lenguhan keras dari mulutnya, sehingga hebohlah mereka bercinta.Sampai kering banjir di perabotannya, barulah si supersonic ini muntahkan lahar panasnya, hingga
“Baru pacar, bukan istri kan? Jadi Alice masih bisa bebas bersama siapapun,” sahut Brandi kalem, tapi dia mulai waspada, sikapnya yang sengaja 'cari' masalah memanga di sengaja.Brandi ingin bikin masalah, untuk pancing musuh-musuhnya muncul keluar...!!“Oooo….kamu menantang?” lalu pria ini beri kode pada dua orang tersebut, dua pria berbadan tegap ini dan berkulit gelap mendekati Brandi, lalu salah seorang langsung layangkan pukulan ke wajah Brandi.Alice Chen sampai menutup wajahnya, ngeri dia melihat pukulan ini.Bukkkk…krakkk! Terdengar suara pukulan yang sangat keras. Tapi bukan Brandi yang terjengkang, tapi di pengawal ini.Brandi yang tak mau jadi sansak hidup menghindar ke samping, lalu tinjunya yang keras dan selalu di latihnya sejak di sempurnakan Henry, papa angkatnya di Prancis. melayang tepat kena hidung si pria ini.Saking keras pukulan Brandi ini, hidung pria ini patah, darah langsung mengucur deras, kawannya yang melihat itu tidak tinggal diam, dia langsung serbu Brandi
“Brandi….kok kamu dari tadi aku lihat seperti tak tenang begitu?” pancing Alice, matanya menatap wajah Brandi yang terlihat agak beda.“Nggak apa-apa tenang saja!” sahut Brandi cepat, lalu minum wine-nya.Tapi biarpun berkata begitu, bibir dan mata Brandi seakan beri isyarat pada Alice, kalau dua bule yang duduk berjauhan dan kadang menatap keduanya saat ini, dengan pandangan tajam. Saat Brandi balik menatap tajam, si bule ini terlihat salting, tapi saat Brandi melirik ke temannya, orang tersebut sudah ngilang di kegelapan malam dan tempat ini semakin ramai saja dengan wisatawan dari mana-mana.Sehingga Brandi otomatis kehilangan jejak!“Brandi…kamu ini…aparat yang sedang menyamarkah?” tanya Alice lagi, melihat gaya Brandi yang aneh ini.Brandi terdiam sesaat, lalu dia menggeleng dan bilang dirinya hanyalah seorang pengusaha dari Indonesia.“Hmm…pengusaha, mirip sih, apalagi kamu nginap di hotel yang sama denganku, walaupun tongkrongan kamu lebih mirip aparat,” cetus Alice yang tetap
Ponsel Alice Chen bergetar, gadis cantik ini langsung beri kode agar Brandi jangan bicara. Brandi pun mengangguk dan Alice lalu menerima telpon ini di depan Brandi.“Alice kamu di mana?” terdengar suara di seberang telpon.“Aku di hotel Bang, kenapa Bang?” tanya Alice."Baguslah, si James sudah di kirim ke akhirat, kamu aman sekarang, berani sekali tu orang main ancam dengan kamu!” terdengar itu lagi, seakan puas sudah bikin orang yang ingin sakiti adiknya ini tewas.Alice saling pandang dengan Brandi, karena hotel ini sepi, Brandi pun dengar apa yang di bicarakan Alice dengan seorang pria yang dia panggil Abang.Lalu pria ini pesan agar Alice mulai kini hati-hati dan jangan sembarangan kenal dengan pria manapun. Llau klik telponpun di tutup.“Abang kamu Alice yang barusan bicara?” tanya Brandi, Alice pun mengangguk.“Brandi…kamu jangan kaget, Abangku itu seorang mafia…!” sahut Alice apa adanya, gadis cantik ini menata wajah Brandi, apakah pemuda ini kaget.Alice juga bilang, Brandi ja
“Siapa kalian dan mau apa mengikuti mobil kami,” tanya Brandi dingin, sambil acungkan pistolnya ke arah orang ini.Acungan pistol ini membuat nyali si pria bule ini menciut seketika, apalagi pistol ini juga yang sudah bikin rekannya di baik setiran kini berada di antara hidup dan mati. “K-kami diperintahkan Mr M,” kata orang ini jujur, karena dia tak punya pilihan lain lagi, selain mengaku apa adanya.Tapi tangannya perlahan bergerak ke arah pinggang. Brandi yang waspada sejak tadi langsung bertindak.Sekali tendang orang ini langsung terjengkang dan pistol yang mau di cabutnya gagal, karena Brandi lebih cepat bereaksi dan orang ini pun pingsan seketika.Brandi tak menggubris lagi, dia lalu berbalik ke mobil di mana Alice masih menunggunya dengan wajah cemas.“Kita pergi Alice..?” sahut Brandi, Alice pun mengangguk dan mobil ini kembali meluncur di jalanan raya.Kini mereka sudah sampai di sebuah kafe, dan Brandi akhirnya minta maaf dan mengaku kalau dia sebenarnya seorang agen, bukan
Ting tong...!Hagu bergegas buka pintu kamar hotelnya dan dia kagum sekaligu geleng-geleng kepala, di depannya sudah berdiri Prem dengan stelan jas tanpa dasi.Bahkan di bagian dadanya sengaja sedikit terbuka, sehingga dada bidangnya yang lumayan lebat bulunya terlhat jelas. Ganteng maksimal sekali pemuda ini dan Hagu tak ragu memujinya.“Lohh kamu belum siap brother, ini sudah jam 19.15 loh,” tegur Prem, karena Hagu masih berbaju kimono, setelah mandi.“Iya deh tunggu sebentar, aku berpakaian dulu,” Hagu pun cepat ke kamarnya dan membiarkan Prem santai sejenak di ruang tamu kamar bertipe suite ini.Tak sampai 10 menitan, gantian Prem yang menatap kagum ke Hagu. Saking kagumnya, dia memutari tubuh Hagu, yang kini makin ‘berkelas’ dengan stelan jas mahal.“Gileee loh, kamu tak kalah ganteng, pakai bingit lagi, tapi kita jangan gandengan jalan ya, nanti di kira sekong!” cetus Prem, hingga Hagu makin tertawa lebar, benar-benar si Prem ini lucu dan kocak.“Oh yaa…selamat ultah ke 24 tahun
“Hagu…kayaknya malam ini kita bisa menikmati tubuh kedua pramugari cantik itu, lihat saja, mereka mulai buka pintu?” bisik Prem mulai nakal.“Hadeuuuuh...nggak perlu-lah Bang, ntar kamu malah ikutin jejak papa kamu Om Balang, punya keturunan di mana-mana?” sahut Hagu perlahan. Prem malah tertawa saja.“Masa sihh kamu nolak rejeki? Pake pengaman donk, jaman sudah maju kudu siap kon*om kelesss, lagian kan suka sama suka, bukan tipikal aku lah main paksa he-he!” cetus Prem lagi cuek.“Dasar turunan payboy,” olok Hagu, yang mau tak mau selalu senyum.Prem beda dengan Balanara, pemuda ini supel, ceria dan semau gue juga nakal dan turunan royal.Hagu pun tak menanggapi berlebihan goyunan Prem, sampai akhirnya mereka mendarat di Bandara Phnom Penh International Airport, yang berada sekitar 7,73 km dari pusat kota ini.Tak pernah Hagu duga, Prem diam-diam ternyata berkenalan dengan kedua pramugari cantik dari maskapai yang pemiliknya keturunan India ini.“Kita nginap di Hotel Royal Pnom Penh
“Aku yakin…nama Hagu itu hanya julukan, siapa sebenarnya nama asli Mas ini?”Hagu langsung terdiam, sesaat di menghela nafas, agak ragu menyebutkan nama aslinya, tapi masa iya aku harus berbohong pada adiknya Balanara, yang sudah begitu baik denganku, pikirnya lagi bimbang.“Tuan…nama Hagu itu sebenarnya nama julukan yang di berikan teman-teman milisiku di Suriah dan Yerusalem, nama asliku adalah, Reyhan!”Prem melongo…!Sebagai anggota keluarga Klan Hasim Zailani, tentu saja Prem diberitahu semua rahasia keluarga mereka. Senyum misterius tersungging di bibir si agen nekat ini.“Tak salah lagi…ku rasa walaupun tak pakai DNA, inilah anak yang hilang dulu!” batin Prem senyum di kulum.Saat melihat jam tangan, penerbangan masih 3o menitan lagi, Prem alasan mau ke toilet, tanpa ragu dia nitip tas ranselnya pada Hagu.“Nggak takut ranselnya aku bawa kabur Mas?” canda Hagu.“Nggak, paling kamu kaget, sebab isinya…senjata!” cetus Prem tertawa dan dia benar-benar pergi ke toilet.Hagu melotot
Widya juga putuskan tetap sekolah, tapi tidak di sekolah internasional itu lagi. Kalau ketahuan hamil pasti akan di keluarkan.Widya memilih mengundurkan diri dan pindah ke sebuah sekolah paket C, sebab dia kelak tetap akan kuliah sesuai janjinya dengan Hagu, terlebih di rekeningnya, Hagu sudah transfer uang hingga 10 miliar.Kini, sambil tetap sekolah kandungan Widya pun makin besar seiring waktu. Anehnya Widya tak lagi manja setelah Hagu tak berada di sisinya, Widya malah makin dewasa.Kita tinggalkan dulu Widya yang kini tengah mengandung anak dari Hagu. Kita ikuti perjalanan sang tokoh utama, yang kini menuju bandara Soetta tujuan Kamboja, untuk kejar musuh besarnya, Joni White.“Maaf…!”Hagu hampir saja menabrak seorang pria tinggi besar dan postur tubuhnya kokoh, tak beda jauh dengannya, saat akan masuk ke pintu keberangkatan di bandara Soetta, tujuan luar negeri.“Tak apa, anda mau kemana, kok buru-buru,” sapa orang ini ramah.“Saya tujuan ke Kamboja, anda sendiri mau ke mana?”
Hagu pun dengan lembut mulai telusuri dada membusung Widya, yang justru membuka pintu ‘rumahnya’ lebar-lebar.Desahan-desahan lembut terdengar di ruang tamu ini. Kini baik Hagu dan Widya sudah tak kenakan pakaian lagi, silau juga Hagu melihat kemulusan tubuh remaja yang satu bulan lagi akan berusia 17 tahun.Kalau selama ini keduanya aslinya sering menahan diri, agar tak terlalu jauh melangkah, walaupun kadang keduanya terbiasa…saling gesek! Namun tak sampai bablas, saat ini berbeda.Rasa takut ‘kehilangan’ membuat Widya ingin Hagu lakukan sesuatu yang selalu mereka tahan-tahan sejak awal bersama.Hagu tanpa ragu bopong tubuh mulus Widya ke kamar, yang selama ini jadi tempat tidur mereka berdua. Mulut keduanya tetap saling melumat dan Widya memeluk erat tubuh Hagu.Kini Widya benar-benar pasrah dan Hagu pun makin tak terkendali, dia tak ragu mulai telusuri tubuh Widya dan…sampai ke hutan gundulnya.Milik Widya tentu saja beda dengan wanita-wanita yang sudah Hagu gauli, Widya masih gad
Widya ternyata tak keberatan dengan niatan Hagu yang akan jemput ART-nya yang dulu memeliharanya sejak bayi dan akan menjadi ART di sini.Apalagi kata Widya anak-anak si ART itu sudah besar-besar dan 2 orang sudah menikah, satu masih kuliah sambil kerja dan si ART ini hanya tinggal berdua dengan anak bungsunya itu, suaminya sudah lama meninggal.“Nanti pas liburan semester kita jemput ya Bang, setelah itu baru Abang boleh pergi ninggalin Widya. Tapi janji Abang harus pulang setelah misi Abang tuntas. Widya akan selalu menunggu Abang sampai kapan pun!”Widya juga sudah tahu apa tujuan Hagu.Pemuda cerita apa adanya dan tak ada yang di tutupi lagi pada si cantik ini, ini lah yang bikin keduanya makin dekat dan sayang satu sama lain, karena sama-sama sebatang kara.Liburan semester masih 3 bulanan lagi dan Hagu pun mengiyakan dan janji sampai kapanpun tak bakal meninggalkan si adik angkat, yang makin jelita dan tubuhnya tinggi semampai ini.Widya ikutan keranjingan olahraga, gara-gara men
Widya blak-blakan menyebutkan, ibunya dan Alex White hanya kumpul kebo, beda dengan Min Hoo, papa kandungnya yang sempat menikah, tapi entah kenapa tak lanjut.Tante Weni bertemu dengan Min Hoo setelah hubungannya dengan Alex White bubar.“Kata ibu, karena papaku nggak mau ikut keyakinan ibu, sehingga mereka bertengkar dan pisah, padahal ibu lagi mengandung aku!”“Lantas….sejak kapan ibu kamu lumpuh Widya, benarkah akibat perbuatan si Joni itu?” tanya Hagu lagi yang kini jadi penasaran.“Ketika tahu Alex White tewas, semua harta peninggalan itu di ambil ibuku, tiba-tiba muncul si Joni White dan mau rampas semua harta itu lagi. Ibu tentu saja marah dan mereka bertengkar, tahu-tahu ibu di dorong si Joni dan terjatuh ke lantai ubin rumahnya, tulang belakang ibu patah dan itu yang sebabkan ibu lumpuh, bohong kalau ibu kena stroke,” cetus Widya.“Tapi…ibumu bilang kena stroke?” sela Hagu.“Sejak lumpuh dan berada di rumah sakit, darah tinggi ibuku kumat dan akhirnya terserang stroke. Belia
Hagu makin kagum, Widya punya bakat mendesain rumah, setelah di bersihkan, kini rumah ini makin nyaman dan enak di lihat, Widya sangat rajin dan suka menata ruangan.“Gila juga si Abang Nara, rumah begini bagus dan mewah di biarin kosong? Tapi tak aneh sih, wong dia anak orkay!” batin Hagu tak habis pikir, apalagi dia tahu saat ini harga ini rumah di atas 10 miliaran.Hagu dan Widya juga tak perlu repot-repot beli perabotan rumah ini, semuanya lengkap, lemari pakaian pun tinggal di isi, setelah di bersihkan, juga di dapur peralatan masak komplet dan semuanya serba listrik, tak perlu beli gas lagi.Widya sangat antusias dan kadang dia memasak, masakannya ternyata enak juga, Hagu tak ragu memuji masakan Widya, tanpa sadar hubungan mereka makin hari makin dekat.“Aku bercita-cita mau jadi koki Bang!”“Bagus Widya, nanti kamu sekolah lagi, aku akan ongkosi kamu sampai tamat jadi koki profesional dan buka restoran yaaa.”Tanpa ragu Widya pun mengangguk dan memeluk erat tubuh Hagu.Bahkan ki
“Widya…kamu sekarang mau kemana?”Hagu kini memancing Widya, saat mereka kini sudah berada di mobil kembali, lumayan lama juga mereka di TPU tadi.“Abang sendiri mau kemana? Aku maunya…ikut Abang saja, malas kembali ke tempat ART. Aku tak punya tempat tinggal Bang. Apalagi ART itu bukan ibu kandungku. Aku juga tak punya keluarga dekat Bang, bagiku saat ini Abang-lah keluargaku!”Mendengar kalimat ini, Hagu sampai tertegun.“Tapi…aku tak punya rumah di Jakarta ini Widya, kan aku bukan WNI!” sahut Hagu apa adanya.“Kenapa Abang nggak beli saja, rumah atau apartemen gitu, ku rasa Abang pasti punya uang bukan?” sahut Widya hingga Hagu seakan baru terbuka hatinya .“Hmm…bagus juga ide kamu Widya, ahh iya, aku mau telpon temanku dulu, di mana perumahan yang bisa aku beli dan pastinya aman buat kamu tinggal. Agar tidak lagi di ganggu si Joni White itu, sebab dia pasti akan mencari-cari kamu, setelah kamu aku bebaskan dan bunuh dua anak buahnya!”Saat terjebak macet yang lumayan parah, Hagu l