Share

Bab 54

Penulis: Desti Angraeni
last update Terakhir Diperbarui: 2024-02-05 22:06:26

Ansel kembali pada ruang pesta sekalian ruang pertemuan, tetapi pria yang tadi bicara dengannya sudah tidak berada di tempat semula. Maka Ansel mencoba berbaur dengan orang-orang asing yang ditemuinya. Tampaknya semua orang di sini tetap menghormatinya selayaknya tuan muda Ansel karena tidak satu pun bersikap ataupun berkata tidak sopan padanya. "Di mana rekanmu, si pria dengan topeng?"

"Semua orang di sini menggunakan topeng, kawan. Hanya kau yang tidak menggunakan topeng." Senyuman misterius pria ini.

"Aku tamu di sini." Datar Ansel yang tidak menurunkan kewaspadaannya.

Sebelum pria ini berkata, dua orang pria menghampiri Ansel. "Tuan sudah menunggu Anda di dalam," santunnya. Maka, Ansel segera mengikuti langkah seorang pria, sedangkan pria lainnya membuntuti di belakangnya.

'Jadi dia bermaksud membawaku pada tempat yang lebih privasi.' Kewaspadaan Ansel semakin meroket walaupun lima puluh persen keyakinannya mengatakan jika dirinya tetap keluar dari tempat ini dengan selamat.

Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • Pewaris Sesungguhnya Itu....   Bab 55

    Alea sudah kembali masuk ke dalam rumah, tetapi saat ini Rima mengetuk pintu yang terbuka hingga segera pemilik rumah merespon. "Rima!" Antusias segera ditunjukan, kemudian keduanya saling memeluk. "Kamu sedang apa? Maaf ya aku datang mendadak, maaf kalau mengganggu. Hihi ...," kekeh hangat Rima yang sangat akrab dengan Alea. "Tidak apa. Aku senang kamu datang." Kini raut wajah Alea berubah sumringah setelah sempat meneteskan air mata. Rima dipersilakan masuk dengan sikap hangat dan tawa. Maka Rina melihatnya. "Sepertinya nak Alea dan nak Rima sudah saling mengenal. Sejak kapan, bukankah nak Rima adalah orang dari panti asuhan?" Saat ini Rina bertanya-tanya hanya saja wanita ini tidak menyelidik karena baginya yang penting Alea bahagia. Rima dipersilakan duduk di atas tikar, jamuan segera didapatkannya walaupun jamuan sederhana dan hanya beberapa saja. "Tidak perlu repot-repot," tolaknya dengan kekeh hangat. "Setidaknya kamu harus minum dan mencicipi," kekeh Alea. Kehadiran Rima

    Terakhir Diperbarui : 2024-02-07
  • Pewaris Sesungguhnya Itu....   Bab 56

    Ansel tidak kembali ke rumah, pria ini segera menuju tempat Reza hanya untuk mencari tahu kabarnya. “Apa sekarang kau sudah menemukan pendonor?”“Belum. Aku masih harus menunggu entah sampai kapan dan apakah usiaku cukup,” desah Reza yang tampak semakin lemah.“Aku barusaja menemui kawanan mafia,” celetuk Ansel hingga Reza mengerjap.“Untuk apa?” Dahinya berkerut heran.“Mencari jantung sehat untukmu,” cetus Ansel tanpa menyembunyikan maksudnya sama sekali.“Astaga ....” Reza memegangi pelipisnya sesaat, “kau tidak perlu mengorbankan dirimu untukku. Kau bisa mencarikan jantung untukku di banyak tempat kecuali mafia,” cemas adalah satu-satunya ekspresi Reza yang berhasil menguasai wajahnya.“Aku tidak tahu harus mencarinya kemana karena organ tubuh manusia tidak diperjual belikan begitu saja. Aku yakin hanya organisasi gelap yang menyediakan banyak organ.” Pemikiran Ansel diungkapkan secara gamblang di hadapan Reza.Reza menghembus udara pendek. “Sebenarnya organ tubuh manusia dijual l

    Terakhir Diperbarui : 2024-02-08
  • Pewaris Sesungguhnya Itu....   Bab 57

    Malam ini Evan, Aisha dan Adhitia menikmati makan malam di restoran yang sudah tersedia di dalam apartemen. Jika harus dikatakan dengan blak-blakan sebenarnya pria ini merasa wajahnya hancur saking malunya membawa Adhitia, tetapi karena sejak awal dirinya sendiri yang meluncurkan izin maka rasa malu harus tetap ditanggungnya. Namun, keluarnya Adhitia pada lingkungan bebas membuat beberapa orang pebisnis yang kebetulan berada di sana akhirnya mengetahui keadaan rekannya. Sebelum ini mereka hanya mengetahui jika Adhitia memercayakan banyak aset pada Evan tanpa mengetahui alasannya, tetapi kini mereka dapat menilai secara akurat. Jadi, setelah acara makan malam keluarga Evan usai tiga orang pria sekaligus menghampiri meja mereka. "Selamat malam, Tuan Evan juga Nyonya Aisha serta Tuan besar Adhitia," sapa hangat ketiganya silih berganti. Kedatangan ketiganya disambut hangat oleh Aisha dan Evan walaupun sebenarnya pria ini tidak menyukainya. 'Ck, pasti para pria ini kenalan papa!'Kini,

    Terakhir Diperbarui : 2024-02-09
  • Pewaris Sesungguhnya Itu....   Bab 58

    Ketiga kawan Adhitia tidak berlama-lama menghabiskan waktu dengan Evan dan Aisha. Apalagi keadaan Adhitia sudah tidak sama seperti saat mereka mengenalnya dulu, tidak ada komunikasi karena pria itu kesulitan berbicara. "Kenapa kawan-kawan papa bisa di sini? Apa kamu mengundang mereka, Sayang," tukas Evan dengan lembut. "Aku tidak tahu apapun." Segera, Aisha memberikan penjelasan dengan was-was supaya Evan tidak menuduhnya apalagi membesarkan hal ini. "Ya sudah ...." Lembut Evan bahkan disertai senyuman, "aku menanyakannya karena waktunya pas sekali." Senyuman masih ditarik hanya saja itu adalah ekspresi yang berisi kebencian. 'Para pria itu terlalu banyak bicara, sepertinya hubungan mereka dengan papa memang sangat baik. Hal ini tidak bisa dibiarkan, aku harus mencegah pertemuan kedua!'Evan akan selalu membatasi ruang gerak Aisha dan Adhitia demi menjaga prestasinya yang berhasil merebut aset sang mertua. Itu juga termasuk membentengi Adhitia dari orang-orang penting yang mengenal

    Terakhir Diperbarui : 2024-02-11
  • Pewaris Sesungguhnya Itu....   Bab 59

    Hari ini Ansel memberikan kabar jika dia akan pulang terlambat, maka Alea segera mendengarnya dari Rina. “Ansel mau kemana, apa menemui papanya? Tapi bukankah di sana ada bodyguardnya.” Namun, perasaan heran ini tidak berlangsung lama karena pemikiran Alea segera mengarah pada tanggungjawab suaminya. “Mungkin seseorang membutuhkan jasa Ansel,” desah ibanya karena untuk ke sekian kalinya sang suami memotong jam tidurnya.Ansel mengunjungi pasar untuk mencari bahan pakaian terbaik yang nantinya akan ditunjukan pada pemilik butik. Beberapa lapak dikunjungi maka bukan hanya satu pedagang saja yang mendapatkan pertanyaan darinya hingga Ansel menemukan kain terbaik yang dijual di pasar. Pun, model pakaiannya cukup menarik tidak berbeda dengan pakaian berkualitas butik walaupun jika dilihat dari kualitas kain maka tetap kalah. “Saya ambil masing-masing setengah lusin.” Tiga model dibelinya, barulah pria ini kembali ke kediamannya pada pukul delapan pagi. Tidak menunggu waktu, penjelasan tent

    Terakhir Diperbarui : 2024-02-12
  • Pewaris Sesungguhnya Itu....   Bab 60

    Aisha menyambungkan panggilan pada Evan lewat telepon yang tersedia di dalam apartemen. “Kenapa menugaskan banyak bodyguard. Papa tidak nyaman, begitupun denganku!” Wanita ini menyampaikan yang dirasakannya secara gamblang, kemudian mulai mengomeli Evan walau dia tahu sikapnya ini akan dianggap kurang ajar oleh suaminya, “seharusnya rumah menjadi tempat privasi, tapi kenapa dengan sengaja kamu memasukan beberapa pria. Bukankah rumah papa juga tidak seperti ini. Walaupun banyak penjaga, tapi mereka tidak masuk!”Evan mendengarkan semua omelan Aisha dengan terperinci karena hampir semua kalimat istrinya mampu ditebak bahkan sebelum panggilan ini terjadi. Pria ini terkekeh santai. “Sayang ..., jangan nyeroscos seperti itu. Bagaimana aku bisa menjelaskannya.” Penuturan lembut ini sangat mengalun hingga akan terdengar menyenangkan untuk seorang istri sesungguhnya, berbeda dengan Aisha.“Ya sudah, jelaskan!” Nada suara Aisha masih menyampaikan kekesalannya walaupun mungkin sikapnya akan men

    Terakhir Diperbarui : 2024-02-13
  • Pewaris Sesungguhnya Itu....   Bab 61

    Malam ini Ansel tidak berjaga di dalam gedung tempatnya mencari nafkah jadi tentu saja gajinya mendapatkan pengurangan sesuai jumlah hari absennya saat semua rekannya tidak ada yang berani membolos karena mereka sudah diponis mengalami pemotongan gaji sebanyak 50%.Namun, yang ada dalam pikiran semua penjaga keamanan bukanlah uang, melainkan rasa malas. Mereka menilai Ansel-sang putra raja sudah malas menjadi penjaga keamanan apalagi dengan pemotongan gaji yang sebenarnya tidak akan memperngaruhi keuangannya, jadi absen berapa kali pun bukanlah. Tetapi tentu saja isi kepala mereka sangat salah karena alasan absennya Ansel adalah untuk menjaga ayah serta adiknya.Alea mengetahui jika malam ini Ansel tidak berjaga malam, suaminya mengunjungi Adhitia dan Aisha karena secara terang-terangan pria ini membahas kawanan mafia yang sudah mendapatkan tugas busuk dari Evan. Bukan hanya itu saja, pria ini juga menitipkan Alea dan Ocean pada Rina, maka kini anak dan istrinya bermalam di kediaman n

    Terakhir Diperbarui : 2024-02-14
  • Pewaris Sesungguhnya Itu....   Bab 62

    [Aku sudah mendapatkan jantung untuk Reza. Besok pagi-pagi sekali datanglah ke rumah sakit. Malam ini aku akan langsung menyerahkannya pada pihak rumah sakit agar Reza segera mendapatkan pertolongan. Jangan lupa, katakan saja jika kau yang berhasil mendapatkan jantungnya.] Handphone Ansel berdering tepat saat dia sedang mencoba membuat negosiasi dengan kelompok mafia. Naima bukan bagian dari penyerbuan ini karena dia seorang anggota baru jadi wanita ini tetap fokus di markas, tetapi hanya untuk menunggu jantung yang dipesannya hingga akhirnya salah satu anggota mafia menyerahkannya dengan harga fantastis karena walaupun wanita itu adalah anggota, tetapi di sini dirinya juga seorang pembeli. Saat ini Naima bergegas menuju rumah sakit saat dirinya tahu jika di saat bersamaan beberapa rekannya menyerang kediaman keluarga Ansel. “Aku harap Ansel bisa mengatasinya. Aku harap tidak terjadi apapun padamu dan semua keluargamu. Maaf, aku tidak bisa mencegah pergerakan mereka dan aku juga tid

    Terakhir Diperbarui : 2024-02-16

Bab terbaru

  • Pewaris Sesungguhnya Itu....   Bab 96. End

    Hari berganti, Ansel masih belum kembali dan saat ini Alea mulai menangis tersedu, tetapi untungnya Rina tetap di sisinya dan wanita ini juga yang membantu menenangkan ibu satu anak ini. Namun, kebaikan Rina tidak membuat Ansel kembali. Lelaki itu menghilang hingga satu minggu lamanya. Setiap hari Alea dan Aisha mencoba mencari tanpa melibatkan polisi karena mereka yakin hilangnya Ansel karena perbuatan Evan. Namun, hingga saat ini Aisha tidak menemukan bukti kecurigaannya. Tidak mudah untuk Alea menjalani kehidupannya selama satu minggu ini, Ocean sering menangis dan Alea tidak bisa fokus pada apapun. Jika saya Rina tidak di sisinya mungkin saat ini Alea sudah mendekati kehancurannya. Hari ini, Rina tidak tahan melihat Alea menderita. Maka, dia menghubungi Reza untuk mencari tahu keberadaan Ansel. Wanita ini yakin Reza bisa membantu karena Alea sudah melarangnya melaporkan hilangnya Ansel pada polisi. Sementara, saat ini Ansel disekap oleh Evan. Ya, pelakunya memang Evan. Sudah s

  • Pewaris Sesungguhnya Itu....   Bab 95

    Ansel menemui hari sialnya lagi karena akibat tindakannya dia disandera oleh Evan tanpa sepengetahuan Alea maupun Aisha. Jadi seakan-seakan Ansel menghilang tanpa jejak. Pada pagi ini Alea menunggu suaminya pulang, tapi hingga pukul sembilan dia tidak mendapatkan kabar apa pun. Alea menemui Rina untuk meminta bantuan menghubungi Ansel, tetapi nomor suaminya tidak aktif. "Ansel kemana dan kenapa nomornya tidak aktif, apa menemui Aisha?" Alea khawatir, hanya saja dia tidak ingin memikirkan hal aneh.Alea kembali ke rumahnya, di pangkuannya Ocean merengek padahal anaknya sudah diberikan susu. "Kenapa sayang ...." Lembutnya saat membelai pipi Ocean.Alea tetap melakukan kegiatan seperti biasanya, tetapi Ansel masih belum kembali bahkan ketika matahari sudah berada di puncak langit. Rengekan Ocean hanya berhenti sesaat, sejak pagi-pagi bayi itu terus merengek dan tidak pernah tidur nyenyak. "Nak, kenapa ..., jangan seperti ini ..., papa belum pulang dan tidak bisa dihubungi, mama khawatir

  • Pewaris Sesungguhnya Itu....   Bab 94

    Ansel tertangkap sebelum pria ini menemukan hal penting, maka bawahan yang ditugaskan Evan membawanya secara halus ke hadapan Evan supaya kedok tuannya tidak terbongkar di hadapan para karyawan.Saat ini Evan bertepuk tangan di hadapan Ansel yang berdiri geram. "Kakak ipar, kau memang hebat, kau bisa menebak keberadaan surat-surat penting milikku. Tapi ... aku yakin kau belum menemukan apapun karena tidak semudah itu. Aku sudah menyimpannya sangat rapat dan sulit dijangkau." Sunggingan bibir Evan mengudara sangat menyebalkan di dalam indera penglihatan Ansel. Saat ini Ansel tidak berkata apapun, arah matanya hanya selalu mengikuti gerakan Evan tanpa pernah berkedip sama sekali, bahkan bola matanya hanya berisi api yang siap membakar Evav."Jangan marah. Santai saja. Kakak ipar tidak boleh terlalu tegang karena memiliki anak dan istri yang harus dicukupi. Hm ... apakah rumah sekecil itu tidak membuat kalian pengap heuh? Rasanya untuk bernapas saja terlalu sulit," hina Evan bersama sun

  • Pewaris Sesungguhnya Itu....   Bab 93

    Jumlah kunci yang dimiliki satpam tidak sama dengan sebelum Ansel meninggalkan gedung ini, maka pria ini semakin yakin jika surat-surat penting milik Adithia disimpan di dalam salah satu ruangan di gedung ini. Setelah mencari tahu akhirnya Ansel menemukan satu ruangan yang tidak memiliki kunci. Dia berdiri tepat di depan pintu, ruangan ini memang terisolasi karena pernah terjadi hal tidak diinginkan. Ruangan ini tidak pernah disukai para karyawan karen lokasinya terlalu tinggi hingga mereka mengeluhkan jarak dengan lobby utama. "Ck, apa dugaanku benar. Kau menyimpan semua surat penting milik papa di tempat ini, tempat yang dibenci semua orang? Ya, memang masuk akal jika kau menyimpannya di sini karena tidak ada yang berniat memasuki ruangan ini!" Ansel selalu berhasil membaca isi kepala Evan yang dipenuhi dengan hal-hal licik. Begitupun dengan yang ini, ini mudah untuknya. Namun, apakah dugaannya benar?Ansel tidak memiliki kunci untuk ruangan ini karena salah satu kunci yang berkura

  • Pewaris Sesungguhnya Itu....   Bab 92

    Alea berwajah sendu ketika kembali masuk ke dalam rumah hingga menimbulkan pertanyaan besar dari Ansel sekalian merangkul istrinya, "Sayang, ada apa hm ...." Usapan lembutnya segera membelai punggung Alea.Alea tersedu di dalam pelukan Ansel, tetapi segera mengadukan isi hatinya, "Aku mengingat cerita ibu panti tentang asal-usulku karena tadi bu Rina bercerita tentang anaknya yang hilang."Rangkulan Ansel semakin dalam setelah mendengar kalimat sendu istrinya. "Tidak apa, itu hanya kebetulan ...." Usapan lembut di punggung Alea tidak berhenti bahkan semakin sering membelai penuh kasih sayang, tidak lupa mengecup puncak kepala sang istri. Setelah berhasil menenangkan diri, Alea melepaskan diri dari pelukan Ansel, kemudian segera membahas Deon. "Bukan teman kamu yang akan menyewa rumah, tapi saudaranya." Tatapannya masih berkaca, tetapi Alea berusaha menyampaikannya dengan benar hingga membuat Ansel mengusap salah satu pipi istrinya bersama senyuman hangat penuh cinta."Aku sudah mende

  • Pewaris Sesungguhnya Itu....   Bab 91

    Rina merasa harus menjelaskan tentang keluarga Ansel karena di matanya keluarga Ansel adalah contoh baik dan patut mendapatkan pujian juga patut menjadi gambaran positif untuk calon penyewanya. Ibu jarinya mengarah pada kediaman Ansel. "Ini rumah keluarga nak Ansel dan nak Alea, mereka sudah memiliki seorang bayi. Kalau ada perlu apa-apa jika memang malas ke rumah ibu, nak Deon biasa mengunjungi nak Ansel dan nak Alea, keduanya sangat ramah," tutur Rina dengan sikap ramah serta raut wajah memuji-muji kedua orang yang berada dalam ceritanya. "Iya. Eu ..., tapi sebenarnya saya sedang mencarikan kontrakan untuk saudara saya karena kebetulan dia mendapatkan pekerjaan di dekat daerah sini," kekeh kecil Deon. "Kalau begitu, Nak Deon jelaskan saja yang baru saja ibu jelaskan pada saudaranya Nak Deon. Intinya lingkungan di sini sangat nyaman karena salah satu alasannya para tetangganya yang baik hati," kekeh merdu Rina kala sedikit berdusta karena hanya beberapa saja dari banyaknya warga ya

  • Pewaris Sesungguhnya Itu....   Bab 90

    “Sayang, makanlah.” Untuk ke sekian kalinya Evan menawarkan bubur hasil buatannya sendiri.Aisha terpaku sesaat mentap semangkuk bubur yang berhasil menggugah seleranya, tetapi dia masih menolak, “Aku belum lapar. Aku akan makan buah-buahan.” Buah apel utuh segera diraih padahal di atas meja makan sudah tersedia buah apel yang sudah dikupas.Evan tidak menunjukan emosi, tetapi hanya senyuman hangat. “Makanlah buahnya.” Kini, Evan berhenti menawarkan bubur pada Aisha, tetapi berpesan pada bibi untuk mengganti bubur yang baru saat Aisha menginginkannya karena dia membuat satu panci bubur.‘Tenanglah, jangan mengacau!’ omelan Aisha pada bayinya yang masih menginginkan bubur yang berada di hadapannya. Buah apel utuh mulai digigit dengan gigitan kecil, tetapi Evan segera meraih buah yang baru lalu mengirisnya di hadapan Aisha.“Jangan memakan buah apel dengan cara seperti itu, makan yang ini saja.” Senyuman teduh Evan tampak sangat ramah dan dipenuhi kasih sayang, tetapi tidak mungkin Aish

  • Pewaris Sesungguhnya Itu....   Bab 89

    Pada pagi hari, Evan menyiapkan sebuah bubur yang sengaja dibawanya pada Aisha. "Selamat pagi, Sayang." Senyuman lembut diumbar saat istrinya baru saja membuka mata. Tentu saja dahi wanita ini berkerut saat menyaksikan pemandangan asing di hadapannya karena tidak biasanya Evan mengucapkan sapaan. "Ada apa. Apa kamu sudah di sana sejak tadi?" tanya Aisha alih-alih membalas sapaan hangat Evan."Lumayan. Aku menunggu kamu, kamu tidur sangat lelap." Senyuman lembut kembali diumbar."Oh ...." Datar Aisha yang segera mendudukan dirinya. Setelah ini tidak sedikit pun dia memandang Evan. Namun, Evan berkata sangat lembut, "Aku baru saja membuatkan bubur untukmu dan bayi kita." Aisha segera melirik pada bubur yang dimaksud Evan, kemudian mengajukan pertanyaan dengan raut wajah heran, "Kamu yang membuat ini?" Evan mengangguk kecil, kemudian menurunkan tatapannya sesaat lalu berkata seiring memasang tatapan sendu. "Aku belum pernah membuatkan apapun untukmu, terutama untuk anak kita. Walaupu

  • Pewaris Sesungguhnya Itu....   Bab 88

    Evan baru saja menyadari jika Aisha membiarkan menunya. "Sayang. kenapa belum makan. Ingin aku suapi?" tawaran lembut dan penuh perhatian ini sudah sewajarnya dilakukan oleh seorang suami, tetapi tentu saja yang dilakukannya hanya berbasa-basi."Aku belum lapar." Dingin dan datar Aisha. Dahi Evan segera berkerut heran, "Tidak mungkin belum lapar. Ada bayi di perutmu, yang aku tahu seorang wanita hamil akan mudah merasa lapar." Pun, sikapnya yang ini adalah sikap wajar seorang suami, tetapi maksud kalimatnya hanya ingin memastikan jika Aisha memberikan makan bayi dalam kandungannya supaya tumbuh dan berkembang normal. Evan tidak ingin mengambil resiko bayinya keguguran apalagi terlahir cacat, itu memalukan."Aku sudah banyak memakan camilan. Aku akan makan makanan berat setelah merasa lapar." Lagi, sikap Aisha sangat dingin dan datar maka wanita ini tidak mencitrakan seorang istri sama sekali yang mungkin akan menimbulkan kesalahpahaman pada orang yang tidak mengetahui kisah keduanya.

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status