Home / Pendekar / Pewaris Pedang Sulur Naga / Bab 86. Padang Rumput yang Sepi

Share

Bab 86. Padang Rumput yang Sepi

Author: Eka wa
last update Last Updated: 2023-03-25 20:07:46

"Sama bagaimana, yu?" tanya Wulan tidak mengerti. Wanita desa itu memang lugu.

"Coba dengar. Di dunia ini mana ada pemuda segagah dan setampan itu? Paling-paling dia dari kahyangan. Atau ... kita sedang bermimpi," jawab wanita itu dengan suara lirih kemudian mencubit lengannya. Kulitnya terasa sakit saat dicubit. Itu artinya dia tidak sedang bermimpi. Wulan hanya diam menatap Raden Prana Kusuma tanpa berkedip. Bibirnya tersenyum penuh kekaguman.

"Wulan, Wulan. Hei, kok malah bengong." Wanita berkemban kain merah bata itu kesal karena Wulan tidak mendengarkan dirinya. Justru berdiri bengong sambil tersenyum-senyum seperti orang terkena guna-guna.

"Dia memang tampan sekali, Yu Mirah. Kau benar. Dia pasti peri dari kahyangan yang akan mandi di sungai itu," ujar Wulan menuding arah sungai. Dia masih tidak mau melepaskan pandangannya pada pemuda yang kini telah membuka matanya dari semadi.

"Kalian akan pergi ke sungai?" tanya Raden Prana Kusuma mengham
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • Pewaris Pedang Sulur Naga    Bab 87. Guru Agung Anuradha

    Dari sini ada dua pintu gapura yang dijaga arca dwarapala. Gapura kanan akan mengarah kepada bangunan untuk para siswa dan guru, dapur, tempat mandi dan sebagainya. Gapura kiri menuju tempat untuk latihan kerohanian atau semadi sekaligus tempat guru Agung Anuradha berada. Gapura itu mengarah ke seratus anak tangga yang berkelok-kelok dan berada di samping jurang.Pemuda gagah itu menyatukan kedua tangannya di depan hidung sebagai tanda meminta restu dan doa keselamatan agar tidak tergelincir hingga selamat sampai tujuan. Tidak hanya berada di tepi jurang, seratus anak tangga itu juga tertutup kabut tebal. Itu adalah aturan yang harus ditaati semua siswa sebelum menginjakkan kaki di anak tangga pertama. Dia menaiki satu persatu anak tangga itu tanpa mengeluh hingga akhirnya sampai di puncak. Di puncak, terdapat satu gapura lagi yang menjulang tinggi bagai pintu gerbang menuju kahyangan. Tempat persemayaman para dewa dewi.Di sini keadaan lebih terang tanpa kabut. B

    Last Updated : 2023-03-27
  • Pewaris Pedang Sulur Naga    Bab 88. Mahisa Aji Si Pendekar Pedang Sulur Naga.

    Kendi itu jatuh dan pecah. Airnya membanjiri lantai tanah di kamar. Guntur bergemuruh di luar rumah membuat si putih--harimau putih-- yang tertidur di kandang menjadi gelisah. Asta Renggo keluar kamar karena mendengar suara barang pecah dari kamar Sekar Pandan yang ada di dekat ruang dapur."Sekar, kau tidak apa-apa?" Lelaki bercambang halus itu mengetuk pintu kamar Sekar Pandan. Dari dalam terdengar suara gaduh kembali. Berkali-kali dia mengetuk dan memanggil gadis yang ada di dalam kamar."Ada apa, Renggo? Kenapa kau mengetuk pintu kamar Sekar Pandan dengan keras?" Nenek Bunga Seruni terbangun karena suara ketukan keras yang anaknya lakukan. Dia menghampiri Asta Renggo dengan wajah masih mengantuk."Aku mendengar ada keributan di dalam kamar Sekar Pandan, Ibu. Aku takut dia dalam masalah. Tolong ibu minggir, aku akan membukanya paksa." Asta Renggo mendobrak pintu dari anyaman bambu itu dengan punggungnya. Dengan kekuatannya, pintu itu terbuka. Asta Rengg

    Last Updated : 2023-03-29
  • Pewaris Pedang Sulur Naga    Bab 89. Belajar pada Guru

    Berhari-hari Sekar Pandan harus berbaring di tempat tidur karena pengaruh racun di dalam tubuhnya. Dia tidak membantah semua anjuran Nenek Bunga Seruni setelah tahu bahwa wanita berwajah tidak seperti orang Jawa Dwipa ini mengenal orang tuanya.Asta Renggo pun menunjukkan kasih sayangnya pada si gadis dengan tulus. Laki-laki kekar dengan dada berbulu itu rajin memetik dedaunan dan bunga untuk meramu obat. Dengan senang hati, dia mencoba membuat bubuk hijau beracun seperti milik Sekar Pandan."Kau sudah mendapatkan bahan-bahannya, Anakku?" tanya Nenek Bunga Seruni sembari menjemur bahan ramuan di samping pondok. Asta Renggo duduk di teras samping rumah sembari memilah bahan untuk bubuk hijau beracun. Keningnya berkerut ketika beberapa bahan itu tidak tepat jika digabungkan."Masih susah, Bu." Laki-laki itu menggeleng. Di pintu samping, berdiri Sekar Pandan dengan wajah pucat. Gadis itu menyandarkan kepalanya di bingkai pintu. Tadi dia mendengar bahwa Asta

    Last Updated : 2023-04-02
  • Pewaris Pedang Sulur Naga    Bab 90. Guru dan Murid

    Sekar Pandan mengibaskan kainnya dari dedaunan kering yang menempel. Dia berpikir mengapa Asta Renggo marah? Padahal selama ini pemuda itu sangat baik padanya. Gadis itu tidak habis pikir. Dia memeluk sang guru karena saking gembiranya karena dia bisa melemparkan selendang sesuai yang diajarkan. Lantas dimana letak salahnya sehingga membuat gurunya marah "Karena kau sudah bisa menguasai selendangmu, sekarang ikuti gerakanku." Asta Renggo melepaskan kain hitam yang melingkar di pundaknya yang kekar. Pemuda tinggi besar dengan dada berbulu itu membuka kedua kakinya lalu memasang kuda-kuda. Mulailah dia menggerakkan kain panjang di tangannya dengan pelan untuk memberikan contoh jurus selendang pada Sekar Pandan.Sekar Pandan mengikuti gerakan Asta Renggo dengan pelan pula. Tanpa gadis itu sadari, gerakan mereka makin cepat dan cepat. Selendang sutra jingga di tangan Sekar Pandan ada kalanya meliuk-liuk bagai ular, tetapi ada kalanya melesat cepat membelit b

    Last Updated : 2023-04-04
  • Pewaris Pedang Sulur Naga    Bab 91. Rencana Baru

    Gua itu dipenuhi orang-orang dengan lengan terikat sapu tangan merah. Mereka duduk bersila di lantai gua tanpa alas. Orang-orang itu terdiri dari para petani, pedagang, dan warga desa biasa. Keadaan pakaian mereka yang beraneka ragam menunjukkan bahwa setiap hari mereka hidup dalam penyamaran. Itu dikarenakan untuk menjaga dan melindungi anggota perkumpulan dari tindak kekerasan yang dilakukan Manggala.Di antara para laki-laki, duduk juga beberapa perempuan. Terlihat Umang Sari dan Palasari juga hadir di sana. Sesekali keduanya saling lirik, seperti ada ganjalan dalam hati mereka. Umang Sari menatap para tetua dan calon ketua yang duduk di depan menghadap para anggota. Dia sudah menceritakan perihal kegagalannya mengambil Pedang Sulur Naga pada ayahnya."Sesuai rencana yang telah kita buat dan sepakati. Maka hari ini kita berkumpul di sini untuk meneruskan rencana tahap selanjutnya." Ki Sempana berkata dengan lantang. Suaranya menggema seantero ruangan dengan lang

    Last Updated : 2023-04-05
  • Pewaris Pedang Sulur Naga    Bab 92. Kumbang Mengepakkan Sayap

    Aku tidak mengerti dengan maksud paman Gondo?" Paksi Jingga mengenakan capingnya kembali. Dia harus berhati-hati pada semua orang agar tidak menaruh curiga padanya. Meskipun orang itu adalah tetua yang mencurahkan tenaga dan pikirannya untuk perguruan Tangan Seribu. Terutama Ki Gondo. Secara tidak langsung dialah ketua perkumpulan Sapu Tangan Merah, karena dia yang mengatur dan mengurus sisa-sisa murid perguruan Tangan Seribu yang telah kocar kacir akibat serbuan Manggala. Dia juga yang mencari anggota baru hingga anggota perkumpulan Sapu Tangan Merah makin banyak."Jika dilihat dari cara pergerakan orang itu, apakah kau tidak bisa menebak tokoh rimba persilatan siapa yang melakukannya?" Ki Gondo kembali melontarkan pertanyaan. Dia berharap akan mendapat petunjuk si pelaku sehingga akan lebih mudah mengarahkan anggota perkumpulan Sapu Tangan Merah untuk mencari tahu."Tokoh rimba persilatan sangat banyak. Mereka terdiri dari golongan sesat dan golongan lu

    Last Updated : 2023-04-08
  • Pewaris Pedang Sulur Naga    Bab 93. Terpesona

    "Den Senayudha memanggil saya ke sini ada maksud apa? Saya tidak mengerti, Den." Kalasri menunduk takut. Jika tadi siang dia berani mencuri pandang ke lelaki gagah itu, sekarang nyalinya menciut. Dia melihat kaki kekar Senayudha berhenti tepat di depannya.Tubuh Kalasri gemetar. Kedua tangan Senayudha yang empuk dan hangat mencengkeram pundaknya. Wanita itu ketakutan."Beraninya kau mencuri pandang padaku," gumam Senayudha menambah cengkeramannya. Wanita itu makin ketakutan. Wajahnya pucat pasi."Tolong ampuni saya, Den. Sa-saya tidak akan ...berani mencuri pandang Den Senayudha lagi. Saya ... berjanji," ucap Kalasri terbata. Wanita itu ketakutan setengah mati. Keringat dingin menetes dari kening lebarnya.Senayudha tersenyum penuh kemenangan saat melihat wanita di depannya gemetar ketakutan. Ada hal menarik yang membuatnya tertantang. Wanita ini berani mencuri pandang ke arahnya. Ah, wanita mana yang tidak terpesona melihat tubuh gagahnya dan sen

    Last Updated : 2023-04-10
  • Pewaris Pedang Sulur Naga    Bab 94. Para Pendekar Berkumpul.

    "Jika Pendekar Pedang Sulur Naga masih hidup, tentu ada kabar beritanya. Kuharap dia telah mati," gumam Senayudha tidak suka ada pendekar lebih sakti dari ayahnya. Mendengar itu Dewa Jari Maut terkekeh senang. Anaknya itu memang buruk perangainya, tetapi dia sangat pandai menyenangkan hati ayahnya. Senayudha pun menyambung tawa ayahnya dengan tawa keras pula."Konon, dia tinggal di sebuah pulau yang sangat jauh dari tempat ini. Sejak peristiwa memalukan yang dia timpakan padaku, musuh besar ayah itu tidak pernah datang lagi ke sini," ujar Dewa Jari Maut mengingat bagaimana lima jari kanannya ditebas pedang yang memancarkan pamor putih kehijauan itu."Kita habiskan malam ini dengan minum tuak terbaik," ujarnya. Dia tidak ingin mengenang peristiwa menyakitkan itu. Dirinya yang berjuluk Dewa Jari Maut langsung menjadi bahan olokan di dunia persilatan. Harga dirinya jatuh tak bersisa. Setiap bertemu pendekar yang mengenalnya, mereka pasti menantang dirinya b

    Last Updated : 2023-04-12

Latest chapter

  • Pewaris Pedang Sulur Naga    Bab 239. Ketetapan Hati

    Istri kepala dusun dan Nyai Kriwil merawat Sekar Pandan dengan baik sehingga kesehatan gadis itu pulih dengan cepat. Pagi-pagi sekali, keduanya berpamitan kepada orang-orang baik itu untuk melanjutkan perjalanan ke kota raja Majapahit. Sebelum meninggalkan rumah kepala dusun, Raden Prana Kusuma memberikan seikat gobog kepada Ki Kriwil.Lelaki tua itu hanya menatap gobog di tangan pemuda gagah itu dengan tatapan heran. " Untuk apa uang itu, Raden?""Pondok Ki Kriwil telah rusak karena kami. Ini ada sedikit ....""Tidak perlu. Pondok yang rusak bisa diperbaiki secara gotong royong. Di dusun ini banyak ditumbuhi bambu, dengan kerjasama beberapa warga pondok itu akan cepat selesai. Raden lebih membutuhkan gobog itu daripada kami karena harus menempuh perjalanan jauh." Dengan tersenyum penuh pengertian Ki Kriwil mendorong tangan Raden Prana Kusuma yang menyodorkan gobog."Kami terbiasa mengembara, Ki. Seorang pengembara tidak akan kelaparan di tengah

  • Pewaris Pedang Sulur Naga    Bab 238. Pendekar Tampan Berambut Putih.

    Jantung Raden Prana Kusuma berdesir. Tatapannya nanar pada lelaki yang memiliki tinggi yang sama dengannya itu.Dengan wajah kebingungan pemuda itu bertanya, "Kau tahu namaku?""Bagaimana aku tidak tahu diriku sendiri." Jawaban lelaki berambut putih panjang itu makin membuat Raden Prana Kusuma diliputi pertanyaan. Selama ini mereka tidak pernah bertemu. Orang itu tadi mengatakan apa? Dia adalah dirinya? Alis pemuda Majapahit itu berkerut. Pikirannya masih sulit mencerna.Dalam kebingungannya, dia hanya diam saat lelaki tampan berambut putih itu menggeser tempatnya. Tanpa menunggu persetujuan Raden Prana Kusuma, lelaki itu menyingkirkan kain penutup tubuh Sekar Pandan pelan. Tubuh itu seperti tidak terluka apapun karena istri kepala dusun telah membelitkan selembar ken atau jarit ke tubuh Sekar Pandan."Hm, bagaimana mungkin kau akan meninggalkan dunia ini, jika anak kita belum lahir." Raden Prana Kusuma kurang jelas dengan gumaman lelaki

  • Pewaris Pedang Sulur Naga    Bab 237. Lelaki Tampan Berambut Putih

    Kepala dusun segera menyahut dan mempersilakan mereka beristirahat di rumahnya. Pagi itu, Raden Prana Kusuma membawa Sekar Pandan ke rumah kepala dusun untuk mengobati lukanya. Pedang Sulur Naga yang menjadi penyebab semua itu diambil Ki Kriwil dengan rasa takut.Di rumah kepala dusun, Sekar Pandan dirawat Raden Prana Kusuma siang dan malam tanpa henti. Hasilnya belum ada tanda kalau gadis itu akan sadar. Dengan wajah penuh kegelisahan, Raden Prana Kusuma duduk di tepi balai-balai yang beralaskan selembar tikar pandan. Matanya tidak ingin beralih dari wajah pucat di depannya.Keadaannya sendiri cukup berbahaya karena setiap saat harus menyalurkan hawa murni ke tubuh Sekar Pandan. Jika diteruskan, tidak mustahil pemuda itu akan cidera bahkan bisa tewas. Akan tetapi, tidak ada yang sanggup mencegah seandainya ada yang tahu hal itu. Kepala dusun memang pernah sedikit belajar tentang ilmu kanuragan. Mengenai hal detail itu dia belum banyak mengerti. Yang dia ketahui ha

  • Pewaris Pedang Sulur Naga    Bab 236. Terluka

    "Prana ... Prana Kusuma, kau ... Pemuda hebat! Aku mengaku ... ka-kalah!" Dari mulut Hang Dineshcarayaksa menyembur cairan merah yang sama. Dia menoleh sekilas. Sosok di atasnya tampak buram dan berubah bayang-bayang. Raden Prana Kusuma menahan tangannya di udara."Tapi aku puas. Setelah aku ... tiada, dia juga pasti tiada, kau tidak akan bisa bersama ... gadis itu," ujarnya terbata. Senyum licik tersungging di bibir. Kemarahan pemuda Majapahit itu sudah sampai ubun-ubun. Ditatapnya lawan lemah tidak berdaya di bawah kakinya. Lawan itu ingin segera dihabisi karena telah mencelakai Sekar Pandan."Kau memang telah kalah. Kalah oleh keserakahanmu sendiri, Kisanak. Bersiaplah menjemput maut. Maut yang kau kejar sampai ke tempat ini. Sekar Pandan akan selamat karena aku tidak akan membiarkan sesuatu terjadi padanya," lirihnya menahan geram.Wajah tampan Raden Prana Kusuma mengeras dengan gigi geraham menggertak kuat. Sepasang mata yang biasanya teduh menenangka

  • Pewaris Pedang Sulur Naga    Bab 235. Tumbangnya Sang Penguasa Jurang.

    Terbukti, pundaknya telah mengeluarkan darah. Berkali-kali dia menggeram dan meraung layaknya hewan buas.Dua anak muda itu saling pandang, seolah telah menyepakati sebuah rencana bagus untuk mengalahkan lawan. Ikatan batin yang telah terjalin selama hampir dua tahun membuat mereka mampu mengartikan jalan pikiran masing-masing. Tubuh Sekar Pandan melesat dari satu pohon ke pohon lainnya membentuk lingkaran sambil terus menghujani Hang Dineshcarayaksa dengan pukulan Ajian Ombak Memecah Karang.Sinar kekuningan yang melesat dari tangan Sekar Pandan bagai hujan bintang dari langit. Setiap sinar tidak mengenai sasaran, maka akan menghantam apa saja yang ada di depannya. Suara keras disusul robohnya pohon mengubah malam yang awalnya tenang menjadi neraka.Sementara itu, Keris Naga Kemala juga masih terus menyerang tanpa henti. Kali ini keris itu berhasil melukai pinggang Hang Dineshcarayaksa."Aaaaarrgg!"Raungan sang penguasa dasar jurang Hun

  • Pewaris Pedang Sulur Naga    Bab 234. Berebut Pedang.

    Sekar Pandan membawa pedang di tangannya demikian lincah. Menyelinap di bagian tubuh Hang Dineshcarayaksa yang terbuka tanpa perlindungan. Senyum yang semula lebar pada Hang Dineshcarayaksa kini berubah cemas.Pasalnya, pedang itu seperti bernyawa di tangan pemiliknya. Berkali-kali, mata pedang hampir melukai kulit gelap sang penguasa dasar jurang Hung Leliwungan."Sontoloyo! Gadis ini sekarang lebih hebat dari sebelumnya," gumam laki-laki tinggi besar itu.Hang Dineshcarayaksa melompat ke belakang dan terus melayang menggunakan ilmu meringankan tubuh, sementara Pedang Sulur Naga yang ujungnya mengarah ke dadanya terus mengejar tanpa ampun.Dia memutar tubuhnya kemudian mengayunkan ujung tulang di tangannya ke punggung Sekar Pandan. Gadis itu terkesiap. Cekatan tubuhnya membungkuk lalu melemparkan ujung selendang dari jarak dekat ke lawan.Tangan kiri Hang Dineshcarayaksa menangkap ujung selendang dengan cepat, memutar, dan menarik kuat k

  • Pewaris Pedang Sulur Naga    Bab 233. Dua Kekuatan Berlawanan

    Raden Prana Kusuma memerhatikan tulang itu. Dia tahu, itu bukan tulang biasa. Tokoh sakti seperti Hang Dineshcarayaksa tidak mungkin membawa tulang biasa. Tulang panjang di tangan Hang Dineshcarayaksa adalah tulang yang menjadi senjata pusaka kelompok mereka. Kekuatan dan kekerasan tulang itu tidak jauh beda dengan tembaga yang menjadi bahan senjata pada umumnya. Walaupun tidak seperti senjata sakti. Tulang manusia yang mereka gunakan sebagai senjata adalah tulang manusia pilihan. Manusia yang memiliki tulang kuat layaknya tulang para pendekar, yang mereka korbankan. Mereka melakukan upacara khusus agar tulang-tulang itu dapat digunakan sebagai senjata pusaka. Tidak hanya dengan upacara, tulang-tulang itupun masih menyimpan kekuatan ruh pemiliknya. Ruh yang telah berubah jahat karena dipengaruhi iblis."Tulang di tanganmu itu kurasa adalah senjata yang sangat hebat. Untuk apa kau menginginkan keris ini dan juga pedang milik Sekar Pandan?" Kedu

  • Pewaris Pedang Sulur Naga    Bab 232. Berhadapan dengan Hang Dineshcarayaksa.

    Sekar Pandan melompat ke arah tubuh Ki Kriwil yang masih pingsan di tengah halaman. Tubuh renta itu tergeletak tak sadarkan diri di dekat tubuh Bimala dan Elakshi. Serangkum angin serangan dari belakang tiba-tiba menerjang tubuh ramping Sekar Pandan. Rupanya Hang Dineshcarayaksa tidak ingin gadis itu menyelematkan orang yang dia lempar ke halaman. Dia juga ingin Sekar Pandan tewas karena telah melumpuhkan Bimala dan Elakshi.Merasakan serangan, gadis itu membuang tubuhnya ke samping. Dia bergulingan sejenak sebelum melompat tinggi sambil mengirimkan pukulan tangan kosong ke Hang Dineshcarayaksa. Ajian Ombak Memecah Karang melabrak tubuh besar penguasa dasar jurang Hung Leliwungan.Hang Dineshcarayaksa yang mendapat pukulan balasan dengan kekuatan besar berteriak nyaring sambil melompat tinggi. Demikian pula dengan Raden Prana Kusuma. Pemuda itu juga menghindar dari serangan Sekar Pandan. Cahaya kuning kemerahan bablas dan menghantam sebatang pohon pisang.

  • Pewaris Pedang Sulur Naga    Bab 231. Melawan Hang Dineshcarayaksa.

    Mendengar suara keras dari atap pondok, anak dan istri Ki Kriwil terbangun. Dengan muka pucat karena ketakutan, mereka menuju asal suara keras tersebut. Wajah tiga wanita itu terkesiap saat melihat ke atas.Atap pondok mereka jebol dan rusak. Kayu-kayu jatuh berserakan di bawahnya.Anak bungsu Ki Kriwil bergegas menuju pintu yang sebagian daunnya telah rusak. Gadis berbadan kurus dengan rambut tergerai sebahu itu menjerit sekuatnya. Di halaman pondok, dia melihat ayahnya tengah tergeletak dan dihampiri sosok tinggi besar berambut kriting gimbal."Ada apa, Nduk?" Ibunya bertanya.Gadis itu langsung memeluk ibunya dengan ketakutan. Air matanya telah jatuh dari tadi. "Ayah," lirihnya.Anak sulung Ki Kriwil segera berlari ke luar menghampiri tubuh ayahnya yang pingsan."Ayah." Dia menghambur dan memeluk tubuh kurus Ki Kriwil.Sosok laki-laki tinggi besar itu mendengkus. Tubuhnya membungkuk. Jari-jarinya yang berukuran b

DMCA.com Protection Status