Aku tidak mengerti dengan maksud paman Gondo?" Paksi Jingga mengenakan capingnya kembali.
Dia harus berhati-hati pada semua orang agar tidak menaruh curiga padanya. Meskipun orang itu adalah tetua yang mencurahkan tenaga dan pikirannya untuk perguruan Tangan Seribu. Terutama Ki Gondo. Secara tidak langsung dialah ketua perkumpulan Sapu Tangan Merah, karena dia yang mengatur dan mengurus sisa-sisa murid perguruan Tangan Seribu yang telah kocar kacir akibat serbuan Manggala. Dia juga yang mencari anggota baru hingga anggota perkumpulan Sapu Tangan Merah makin banyak."Jika dilihat dari cara pergerakan orang itu, apakah kau tidak bisa menebak tokoh rimba persilatan siapa yang melakukannya?" Ki Gondo kembali melontarkan pertanyaan. Dia berharap akan mendapat petunjuk si pelaku sehingga akan lebih mudah mengarahkan anggota perkumpulan Sapu Tangan Merah untuk mencari tahu."Tokoh rimba persilatan sangat banyak. Mereka terdiri dari golongan sesat dan golongan lu"Den Senayudha memanggil saya ke sini ada maksud apa? Saya tidak mengerti, Den." Kalasri menunduk takut. Jika tadi siang dia berani mencuri pandang ke lelaki gagah itu, sekarang nyalinya menciut. Dia melihat kaki kekar Senayudha berhenti tepat di depannya.Tubuh Kalasri gemetar. Kedua tangan Senayudha yang empuk dan hangat mencengkeram pundaknya. Wanita itu ketakutan."Beraninya kau mencuri pandang padaku," gumam Senayudha menambah cengkeramannya. Wanita itu makin ketakutan. Wajahnya pucat pasi."Tolong ampuni saya, Den. Sa-saya tidak akan ...berani mencuri pandang Den Senayudha lagi. Saya ... berjanji," ucap Kalasri terbata. Wanita itu ketakutan setengah mati. Keringat dingin menetes dari kening lebarnya.Senayudha tersenyum penuh kemenangan saat melihat wanita di depannya gemetar ketakutan. Ada hal menarik yang membuatnya tertantang. Wanita ini berani mencuri pandang ke arahnya. Ah, wanita mana yang tidak terpesona melihat tubuh gagahnya dan sen
"Jika Pendekar Pedang Sulur Naga masih hidup, tentu ada kabar beritanya. Kuharap dia telah mati," gumam Senayudha tidak suka ada pendekar lebih sakti dari ayahnya. Mendengar itu Dewa Jari Maut terkekeh senang. Anaknya itu memang buruk perangainya, tetapi dia sangat pandai menyenangkan hati ayahnya. Senayudha pun menyambung tawa ayahnya dengan tawa keras pula."Konon, dia tinggal di sebuah pulau yang sangat jauh dari tempat ini. Sejak peristiwa memalukan yang dia timpakan padaku, musuh besar ayah itu tidak pernah datang lagi ke sini," ujar Dewa Jari Maut mengingat bagaimana lima jari kanannya ditebas pedang yang memancarkan pamor putih kehijauan itu."Kita habiskan malam ini dengan minum tuak terbaik," ujarnya. Dia tidak ingin mengenang peristiwa menyakitkan itu. Dirinya yang berjuluk Dewa Jari Maut langsung menjadi bahan olokan di dunia persilatan. Harga dirinya jatuh tak bersisa. Setiap bertemu pendekar yang mengenalnya, mereka pasti menantang dirinya b
Para tamu undangan terus berdatangan ke acara pernikahan Mayang dan Manggala. Semua tamu adalah pendekar yang menjadi sekutu perguruan Tangan Seribu setelah Dewa Jari Maut menjadi ketua karena tindakan curang kepada saudara tirinya. Beberapa anggota perguruan Tangan Seribu menghidangkan suguhan pada para tamu. Tidak lupa, tuak terenak ikut menghangatkan tubuh dan pikiran. Mereka menikmati hidangan dengan dihibur para penari yang cantik dan lemah gemulai. Tuan rumah benar-benar memanjakan para tamunya di acara itu."Itukah yang bernama Manggala? Tangan kiri Dewa Jari Maut yang berdarah dingin?" tanya salah satu pendekar pada pendekar bersenjata cambuk sambil melihat ke arah kursi pelaminan. Manggala yang mengenakan pakaian pengantin tampak gagah dan tampan. Di sampingnya, Mayang yang memiliki kecantikan luar biasa itu duduk tenang."Tidak hanya berdarah dingin, tapi juga memiliki penciuman tajam seperti seekor anjing pelacak," jawab temannya itu."Apakah
Umang Sari mengawasi tempat itu. Keadaan masih sepi. Jika dia tidak segera bertindak menyingkirkan orang itu, takutnya akan muncul anak buah Dewa Jari Maut yang lain. Tangan gadis itu meraih batu sekepalan tangan dari bawah pohon rindang. Dengan batu itu, Umang Sari melumpuhkan anak buah Dewa Jari Maut yang masih berdiri menunggunya. Tubuhnya seketika ambruk ke tanah. Gadis itu segera menyambar lalu menyeretnya ke semak belukar. Selesai dengan orang itu, gadis penari itu menyelinap masuk ke bangunan-bangunan yang ada di perguruan Tangan Seribu.Saat tangannya hendak membuka pintu sebuah bangunan, pundaknya seperti ada yang menepuk. Umang Sari terperanjat. Di sekelilingnya telah berdiri empat orang membawa senjata pedang."Mau apa kau ke tempat ini?" hardik salah satu di antara mereka. Umang Sari mengawasi mereka satu persatu dengan wajah masih terkejut. Kalau tidak karena mematuhi rencana ayahnya, saat ini Umang Sari sudah melibas mereka."Sa-
Nyai Ratna Kemuning menahan marah. Dia tahu, perguruan Tangan Seribu dulu merupakan golongan putih. Sejak dipimpin Dewa Jari Maut, perguruan itu berubah di mata semua pendrkar. Itu artinya dia akan bertemu dengan banyak pendekar dari golongan hitam yang memiliki sifat dan kebiasaan aneh. Wanita cantik itu melirik semua orang. Perguruan Tangan Seribu dan perkumpulan Kencana Emas telah menjalin persahabatan sejak dulu dengan ketua yang lama. Sebagai penerus ketua, Nyai Ratna Kemuning harus tetap menjalin hubungan baik dengan mereka. Walaupun dia tahu, ketua baru yang ada di depannya ini selalu bertindak telengas.Mata Ki Sempana tidak lepas dari Nyai Ratna Kemuning dan Dewa Jari Maut. Dalam hati dia menyayangkan wanita-wanita yang mensucikan diri itu datang ke tempat ini. Dia tidak ingin mereka ikut terlibat dalam penyerangan yang telah direncanakan perkumpulan Sapu Tangan Merah. Diam-diam dia berdoa agar mereka cepat pergi."Hubungan perguruan Tangan Seribu dan perk
Dua jari Dewa Jari Maut bahkan bisa membelah kayu dan batu. Kali ini mereka ingin melihat kepala orang itu terbelah oleh jari Dewa Jari Maut yang tajam.Manggala melihat kerusuhan yang dilakukan kelompok kesenian akan mempengaruhi pikiran polos istrinya. Dia segera meminta pelayan Mayang untuk membawanya pergi ke kamar. Dia yakin, Dewa Jari Maut mampu mengatasi para nayaga itu. Laki-laki berperawakan tinggi tegap itu pergi memeriksa tempat lain. Penciumannya yang tajam sejak tadi mencium sesuatu yang terbakar. Dengan ketakutan Mayang masuk ke dalam kamarnya. Pertarungan antara Ki Sempana dan Dewa Jari Maut berjalan seru. Kesaktian laki-laki yang memiliki nama muda Layangsewu itu masih di atas angin, walaupun para nayaga lain ikut mengeroyoknya. Dihadapan ketua perguruan Tangan Seribu mereka bagai lalat yang mudah di bunuh.Umang Sari dan Palasari saling pandang. Keduanya sama-sama mengangguk. Tangan halus mereka mengeluarkan sebilah pisau dari balik ika
Dia mengamati wajah itu lebih seksama. Seingatnya, saudara tirinya memiliki dua putra. Paksi Jingga dan Mahisa Dahana. Jika pemuda ini Paksi Jingga, usianya kurang tua."Kau Mahisa Dahana?""Luar biasa. Ternyata paman masih mengingat keponakannya ini. Aku menghormat pada paman Layangsewu," tukas Mahisa Dahana menyatukan kedua tangannya di depan dada. Dewa Jari Maut menahan diri dari rasa kecewa yang dibuat anak buahnya. Mereka gagal melenyapkan Mahisa Dahana yang waktu itu masih sangat kecil. Anak kecil itu sekarang berdiri di depannya, menentangnya. Darahnya mendidih."Wajah paman pucat. Pasti tidak menyangka kalau hari ini aku berada di depanmu. Kedatanganku ke sini ingin meminta kembali perguruan Tangan Seribu secara baik-baik dari paman," ujar Mahisa Dahana tersenyum penuh arti pada Dewa Jari Maut."Paman sudah lama mengurusi perguruan ayahku, pasti telah lelah. Sudah saatnya sekarang paman beristirahat menikmati hari tua. Ingat paman, manusia
Mereka juga mengeluarkan jurus yang sama. Namun, gerakan mereka terlihat ganjil dan tidak nyambung seperti milik anggota perkumpulan Sapu Tangan Merah."Itu jurus Tangan Seribu yang sudah tidak murni. Teman-teman, kita tunjukkan keampuhan jurus Tangan Seribu yang asli pada mereka. Tangan Dewa Memetik Teratai!" Salah satu anggota perkumpulan Sapu Tangan Merah berteriak lantang untuk segera membuat formasi baru saat menyerang.Anak buah Senayudha dan Manggala juga mengeluarkan Formasi yang sama. Lagi-lagi bentuknya berbeda dan terlihat kaku. Setiap anggota perkumpulan Sapu Tangan Merah merubah jurus formasi, anak buah Senayudha dan Manggala juga melawannya dengan jurus yang sama."Gila! Mereka juga memiliki semua jurus kita, Kang," ujar Umang Sari keheranan."Jangan khawatir. Jurus kita lebih baik dari mereka," jawab anggota perkumpulan Sapu Tangan Merah yang ditunjuk Paksi Jingga sebagai pemimpin penyerangan.Manggala yang sangat perhitun