“Baiklah pak Abdul, aku akan pulang ke rumah. Aku sudah menyelesaikan pekerjaannya”, kata pak Abdurrahman berpamitan kepada pak Abdul sambil membawa mesin bajak mekanis miliknya. “Oke! Terima kasih atas jasanya,”Pak Abdurrahman dan Amanda Santika pulang bersama, dan tidak terasa hari matahari mulai terbenam. Hal itu menandakan sebentar lagi akan malam. Mereka bergegas menuju rumah sebelum gelap.Saat makan malam, Amanda Santika berkata kepada orang tuanya, "Bu, aku akan mengantar adikku ke sekolah besok."Salman Alfarisi terkejut dan langsung berkata, "Kak, kamu tidak perlu melakukan itu. Aku sudah dewasa. Jika ada yang melihatmu mengantarku ke sekolah, nanti aku akan ditertawakan teman-temanku!"Amanda Santika membalas, "Aku ikut denganmu karena aku ingin pergi ke kota, bukan karena kamu! Besok ada pekan raya pasar, aku ingin pergi melihatnya."Salman Alfarisi tersenyum lalu berkata, "Bagus!" Dia pikir saudara perempuannya peduli padanya.Ibu Amanda khawatir saat mendengar itu. Dia
Betapapun keinginan orang dewasa untuk mencicipi masakan Ibu Amanda, mereka tidak mungkin bermuka tebal seperti anak-anak. Lagipula, Salman Alfarisi sudah mengatakan bahwa Ibu Amanda hanya menghasilkan cukup uang untuk keluarga mereka dan masak masakan lezat itu secukupnya.Ketika Ibu Amanda mendengar Oki, dia berkata, "Oki! Masuk dan makanlah. Kita masih punya sisa."Tiba-tiba yang masuk bukan hanya Oki sendiri, melainkan bersama dengan tiga orang temannya. Salah satu teman Oki berkata, “Bibi! Kami juga ingin masuk! Kami ingin mencicipi masakan lezat Bibi Santika!”Ibu Amanda bangun untuk mengambil empat set peralatan makan lagi. Syukurlah, dia mendapat penghasilan tambahan hasil menjual hasil bumi. Jadi dia membuat masakannya berlebih.Makanannya enak, tapi tetap saja akan sia-sia jika mereka tidak bisa menghabiskannya. Keluarga Amanda sudah kenyang. Ibu Amanda memutuskan untuk memberikan sisa bubur dan telur mata sapi kepada anak-anak.Salman Alfarisi langsung memprotes, "Bu! Aku a
Salman Alfarisi berencana menemani kakaknya sebelum dia pergi ke sekolah. Amanda Santika berencana membeli dua baju baru untuk Salman Alfarisi. Cuaca di bulan ini tidak menentu terkadang panas, terkadang dingin. Jadi mereka harus bersiap menghadapi perubahan cuaca.Kota Greenland adalah kota terbesar di seluruh wilayah. Kota tersebut dipadati oleh banyak orang dan kendaraan yang lalu-lalang di jalanan. Hal itu yang membuat ramai kehidupan di Kota Greenland.Kota Greenland akan direnovasi enam tahun kemudian. Tetapi sekarang, jalanannya dipenuhi lubang dan lumpur akibat air hujan.Cuacanya baik-baik saja saat hari cerah, namun kota ini akan berubah menjadi kubangan lumpur saat hujan mulai turun. Seseorang harus berhati-hati, atau dia akan jatuh dan langsung menjadi hitam karena tercebur lumpur. Semua orang harus berhati-hati terhadap kendaraan yang lewat dan cipratan lumpur.Meski begitu, para petani dari pedesaan masih cukup sering mengunjungi Kota Greenland.Mereka beranggapan Kota G
Amanda Santika mengambil beberapa benih sayuran dan bertanya, "Berapa total harganya?" Dia melirik ke arah kasir. Staf toko itu melirik barang-barang di atas mejanya sebelum kembali melihat ke ponselnya dan berkata, "Semuanya jadi 200 ribu rupiah."Ketika Amanda Santika hendak membayar semua belanjaannya, dia melihat sebungkus kecil benih berwarna hitam di sudut lemari toko tersebut. Dia menunjuk ke arah benih tersebut dan bertanya, "Benih jenis apa itu?"Staf toko tidak ramah lalu berbalik dan menggerutu, "Benih buah Bluberi."Amanda Santika terkejut dan berkata, "Benih buah Bluberi?" Dia berpikir untuk membeli benih buah Bluberi, dan bertanya lagi, "Berapa harga benih tersebut?"Ketika staf toko melihat benih buah Bluberi di hadapannya, dia merendahkan Amanda Santika. Dia berkata dengan nada mengejek, "Apa? Apakah kamu berencana menanam buah Bluberi? Apakah kamu bodoh? Apakah kamu pikir buah Bluberi dapat tumbuh di sini? Banyak pertanian besar yang mencoba menanam buah Bluberi di si
Amanda Santika menghela napas lalu berkata, "Manajer, aku akan menerima permintaan maafnya. Aku tidak peduli apakah dia jahat atau tidak, tapi." Amanda Santika menoleh ke etalase toko, "Bolehkah aku merepotkan manajer untuk menyelesaikan transaksi pembelian benih untukku? Ini sudah terlalu lama, dan aku harus segera pulang."Amanda Santika tidak akan mempermasalahkan orang asing yang membuat keributan dengannya.Bang Alex tertegun seolah-olah tidak percaya dengan respon Amanda Santika, tapi dia dengan cepat mengangguk, "Tentu saja!" Dia memeriksa benihnya dan mengerutkan kening saat melihat benih buah Bluberi. "Nona Santika, apakah kamu masih menginginkan benih buah Bluberi?"Amanda Santika menganggukan kepalanya lalu berkata, "Ya. Aku ingin membeli benih itu."Bang Alex mengingatkan, "Nona Santika, Anda mungkin tidak mengetahui hal ini, tetapi tanah pertanian Kabupaten Greenland tidak cocok untuk menanam buah Bluberi. Orang-orang sudah mencobanya di masa lalu. Hasilnya terlalu kecil
Kerumunan itu berhenti dan memandang Amanda Santika dengan bingung. Pak Dahlan adalah pria yang penggembala anak sapi itu, bertanya, "Nona, ada apa?"Amanda Santika tersenyum dan berkata, "Paman, aku hanya ingin tahu tentang apa yang terjadi pada anak sapi itu?" Anak sapi itu seperti menangis dan meminta bantuan kepada Amanda Santika. Dia tidak bisa mengabaikannya meskipun dia bingung bagaimana anak sapi bisa melakukan semua itu.Pak Dahlan adalah orang yang baik hati. Dia berkata, "Saya mempunyai seekor sapi di rumah. Dia adalah induk anak sapi ini. Saya akan membawanya ke rumah jagal hari ini. Anak sapi tersebut telah menimbulkan masalah sejak pagi hari. la menabrak kandang dan akhirnya keluar. Saya takut ia akan melukai orang lain, jadi saya meminta penduduk desa datang untuk membantu saya menangkapnya."Amanda Santika terkejut. Pantas saja anak sapi itu menangis. Induk dari anak sapi itu akan disembelih. Amanda Santika bertanya dengan sopan, "Paman, bolehkah aku tahu mengapa kamu
Pak Lee pergi ke berbagai desa karena pekerjaannya. Semua orang di lima belas desa Kota Greenland mengenal Pak Lee. Pak Lee akrab dengan Pak Abdurrahman dan istrinya.Pak Abdurrahman tersenyum saat melihat Pak Lee, "Pak Lee, hari ini sudah mulai gelap. Apakah Pak Lee masih berkeliling?"Pak Lee tersenyum, "Tidak, aku sedang mengantarkan barang!"Pak Abdurrahman dan Ibu Amanda bingung lalu bertanya, "Apa maksudmu?"Pak Lee tertawa dan menunjuk ke arah Amanda Santika. "Pak Abdurrahman Wahid, itu putrimu, kan? Dia membeli dua ekor sapi di Kabupaten Greenland, dan dia tidak tahu cara menggembalakannya kembali ke sini. Jadi aku menawarkan bantuan untuk mengirim sapinya ke sini," Pak Lee bergerak untuk mengungkap kebenaran.Pak Abdurrahman dan Ibu Amanda terkejut lalu bertanya kembali, "Dua ekor sapi?" Mereka sudah mempunyai mesin bajak mekanis. Mengapa Amanda Santika membeli dua ekor sapi? Mereka akan menanyakan pertanyaan ini pada Amanda Santika nanti.Mereka berjalan ke bagian belakang
Ibu Amanda menghela napas, "Lupakan saja. Kita bisa memelihara anak sapi itu. Tapi, sepertinya induknya akan mati." Dia tidak tahu harus berkata apa lagi.Amanda Santika tersenyum, "Bu, percayalah, induk sapi tua tidak akan mati secepat itu."Ibu Amanda menggelengkan kepalanya tak berdaya dan berkata, "Baik. Karena kamu sudah membelinya, kamu bisa membuat peraturan sendiri.""Terima kasih Ibu!" Amanda Santika mengucapkan terima kasih dengan gembira. Setelah mengobrol sebentar dengan orang tuanya, Amanda Santika kembali ke kamarnya. Amanda Santika mengunci pintu begitu dia sampai di kamarnya. Kemudian, dia memasuki dimensi lain menuju lahan pertanian rahasia. Dia disambut dengan kejutan besar.Beberapa benih yang disemai beberapa waktu lalu sudah berbunga. Kecepatan pertumbuhannya luar biasa. Timun normal membutuhkan setidaknya dua bulan untuk tumbuh dan matang. Namun, di lahan pertanian rahasia ini, hanya butuh dua hari saja. Amanda Santika mempelajarinya dan yakin timun bisa dipane