Home / Horor / Pesugihan Kandang Bubrah / 110. Dihadapkan dengan Ketakutan

Share

110. Dihadapkan dengan Ketakutan

Author: Ndraa Archer
last update Last Updated: 2024-12-29 18:58:30

Akhirnya, Arif melihat cahaya terang di ujung jalan, seperti pintu keluar dari dunia aneh ini. Dengan napas tersengal-sengal, ia melompat ke arah cahaya tersebut. Begitu ia melewati batasnya, semua suara hilang dan dunia di sekitarnya berubah menjadi gelap total. Ia jatuh tersungkur di tanah yang dingin, tubuhnya gemetar hebat.

Ketika ia membuka matanya, Arif sudah kembali di tepi hutan desa. Udara malam terasa segar, tetapi ia tahu, pengalaman yang baru saja ia alami bukan sekadar mimpi. "Apa pun itu," pikirnya, "tempat itu bukan untuk manusia."

Arif melangkah pelan, mencoba memahami apa yang ia lihat. Orang-orang berjalan dengan langkah teratur, tanpa suara, dan wajah mereka tidak menunjukkan emosi. Semuanya tampak seperti bayangan yang bergerak di bawah cahaya lampu neon yang terlalu terang. Namun, yang paling mengerikan adalah wajah mereka.

Arif memperhatikan salah satu dari mereka dengan saksama dan nyaris tidak bis

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Related chapters

  • Pesugihan Kandang Bubrah   111. Mereka adalah perwujudan ketakutanmu  

    Abdul memukul lantai dengan tongkatnya, dan ruangan itu tiba-tiba dipenuhi dengan cahaya terang. Suara-suara di luar terdengar seperti mundur, tetapi bayangan hitam itu masih bertahan, melongok melalui jendela dengan mata merah menyala."Mereka adalah perwujudan ketakutanmu," kata Abdul. "Hanya kau yang bisa menghancurkannya. Tapi pertama-tama, kau harus percaya pada dirimu sendiri."Arif merasa tubuhnya gemetar hebat. Ia menatap Abdul, berharap ada jawaban yang lebih jelas. Tetapi Abdul hanya menatapnya kembali dengan tenang, seolah-olah ia tahu bahwa Arif harus menemukan kekuatannya sendiri untuk keluar dari tempat ini.“Kamu sudah berapa lama di sini?” tanya Abdul tiba-tiba.Arif mengerutkan kening, mencoba mengingat. “Sepertinya baru sekitar satu jam,” jawabnya ragu.Mata Abdul membesar, dan ekspresinya berubah drastis. “Satu jam?” tanyanya

    Last Updated : 2024-12-30
  • Pesugihan Kandang Bubrah   112. Rasa Aman yang Semu

    “Jika waktumu telah tiba, kau pasti akan kembali.”Arif melanjutkan perjalanannya, mencoba menenangkan pikirannya. Tetapi ia tahu bahwa bahaya masih mengintai di setiap langkahnya. Dan ia tidak bisa menghilangkan perasaan bahwa keris yang ia tinggalkan tadi mungkin akan menjadi bagian dari takdirnya suatu hari nanti.Abdul berdiri lagi di hadapannya, membuat Arif terkejut. Pria itu mengambil tongkatnya dan mengetuk tanah tiga kali. Sebuah pintu kecil di dinding terbuka, memperlihatkan jalan setapak yang suram."Ikuti jalan ini," katanya. "Tapi dengarkan baik-baik. Apa pun yang kau lihat atau dengar, jangan berhenti. Jangan menoleh. Jangan tergoda oleh apa pun yang ada di sepanjang jalan."Arif menelan ludah. "Apa yang ada di sepanjang jalan itu?""Hal-hal yang akan membuatmu ragu," jawab Abdul. "Hal-hal yang akan memanfaatkan ketakutan dan kerinduanmu. Tetapi kau harus tetap fokus

    Last Updated : 2024-12-30
  • Pesugihan Kandang Bubrah   113. Hadapi atau tak Bisa Pulang

    Bayangan itu kini mendekati pintu, dan suara ketukannya berubah menjadi hentakan keras. Bam! Bam! Bam! Arif mundur, merapat ke dinding. Suara desisan ular bercampur dengan erangan yang dalam, seolah makhluk itu sedang memanggil sesuatu dari dunia lain. Abdul, dengan tatapan tegas, menghampiri pintu dan mengangkat tongkatnya.’Bagaimana Abdul berada di sini lagi?’ tanya Arif dalam hati kebingungan."Ini saatmu," katanya sambil menatap Arif. "Hadapi mereka atau terjebak selamanya di sini."Arif menggeleng. "Aku tidak bisa! Mereka akan membunuhku!"Abdul mendekat, meletakkan tangannya di bahu Arif. "Kau tidak akan mati, kecuali kau membiarkan dirimu kalah."Pintu itu akhirnya hancur, dan bayangan hitam itu masuk dengan gerakan melingkar seperti asap. Di dalamnya, Arif bisa melihat wajah-wajah yang dikenalnya: sosok ayahnya yang dulu sering dia kecewakan, seorang teman lama

    Last Updated : 2024-12-31
  • Pesugihan Kandang Bubrah   114. Ternyata yang ku sangka pisau adalah keris.

    Arif berdiri di depan pintu ruang bawah tanah yang sudah lama terkunci, merasa cemas meskipun dirinya tidak tahu apa yang harus ia hadapi.” Mungkin di sana jawabannya.” Ia menatap pintu kayu yang telah lama dilupakan, seolah pintu itu menyimpan rahasia gelap dari masa lalunya."Kenapa aku harus kembali ke sini?" gumamnya pelan, mencoba meyakinkan diri. "Apa yang sebenarnya harus aku temui di sini?"Dia memandang sekeliling rumah yang terlihat lebih sunyi daripada sebelumnya, tanpa ada tanda-tanda kehidupan. Seperti ada yang hilang. "Apakah aku benar-benar sendirian di sini?" tanya Arif, suaranya terdengar lebih seperti sebuah kebingungan yang perlahan berubah menjadi kegelisahan.Dia berjalan menyusuri lorong sempit yang menuju ruang bawah tanah, perlahan-lahan, matanya menangkap bayang-bayang yang bergerak di sudut pandang. Namun ketika dia menoleh, tak ada siapa pun.

    Last Updated : 2025-01-01
  • Pesugihan Kandang Bubrah   115. Kembali ke Hutan

    Ia melangkah keluar dari rumah, pintu yang entah bagaimana tidak lagi terasa nyata. Tanpa disadari, ia sudah berada di tepi hutan yang gelap, tempat di mana ia pertama kali berhadapan dengan makhluk-makhluk mengerikan dan iblis-iblis yang menunggu setiap kesalahan langkahnya. Ketegangan yang ia rasakan semakin menjadi-jadi, seolah ada yang mengintainya dari balik pohon-pohon besar yang menutupi langit."Aku harus masuk," bisik Arif kepada dirinya sendiri, menggenggam kefris di tangannya dengan erat. Rasanya benda itu menyimpan kekuatan yang tidak bisa ia bayangkan sebelumnya. "Ini harus berakhir di sini."Namun, di balik ketegangan itu, Arif merasa ada sesuatu yang lebih besar dari sekadar dirinya yang sedang bertarung dengan alam. Ada kehadiran lain yang mengawasi setiap gerak-geriknya.Langkah Arif semakin dalam memasuki hutan, dan suasana semakin mencekam. Semakin ia berjalan, udara terasa semakin dingin, dan tanah ya

    Last Updated : 2025-01-02
  • Pesugihan Kandang Bubrah   116. Pertempuran di Hutan dan Api yang Tidak Padam

    Arif melangkah mantap, meskipun rasa cemas merayapi setiap inci tubuhnya. Ia tahu, hutan ini bukan hanya sekadar hutan biasa. Ini adalah tempat yang terperangkap di antara dimensi, sebuah dunia yang penuh dengan makhluk-makhluk jahat dan kekuatan kegelapan. Dan kini, ia harus menghadapi mereka, meski ia tak tahu apa yang akan terjadi setelahnya.Makhluk-makhluk itu sudah mulai mendekat, seolah merasakan kehadirannya. Iblis jin dengan mata merah menyala itu mengamati setiap gerakan Arif dengan penuh perhatian, sementara bayangan gelap lainnya berkelebat di antara pohon-pohon besar yang menjulang tinggi.Semua ini terasa seperti sebuah ujian, ujian yang jauh lebih besar dari apa yang ia hadapi sebelumnya.Namun, ada sesuatu yang berubah dalam dirinya. Sesuatu yang baru, yang memberinya kekuatan untuk melawan rasa takut yang terus membayangi. Arif memandang kefris yang kini ada di tangannya, benda itu berkilau lembut meskip

    Last Updated : 2025-01-03
  • Pesugihan Kandang Bubrah   117. Misi Selesai

    Di luar sana, Arif terus bertarung melawan iblis jin dan makhluk-makhluk yang semakin banyak muncul dari kegelapan. Setiap langkahnya terasa lebih berat, dan ia tahu bahwa kekuatan kefris tidak akan cukup jika ia tidak bertarung dengan penuh keberanian. Ia harus mengalahkan mereka satu per satu, sampai akhirnya ia bisa keluar dari hutan ini.Jin itu kembali menyerang, kali ini dengan kekuatan yang lebih dahsyat. Namun, Arif sudah siap. Ia memusatkan seluruh tenaganya pada keris, melepaskan gelombang cahaya biru yang menyilaukan. Jin itu terlempar kembali, dan kali ini, Arif bisa melihat tubuhnya mulai memudar, seolah-olah kekuatannya mulai terkuras habis.Namun, sebelum Arif bisa merayakan kemenangannya, makhluk-makhluk lain mulai muncul dari balik pohon. Mereka berjumlah lebih banyak dari sebelumnya makhluk-makhluk yang tidak bisa dikenali, dengan tubuh gelap dan wajah mengerikan. Mereka semua menatap Arif dengan mata merah menyala, siap un

    Last Updated : 2025-01-04
  • Pesugihan Kandang Bubrah   118. Ritual di Hutan Misahan

    Ritual dimulai dengan nyanyian mantra yang dalam, suara Bu Narti mengalun rendah namun penuh kekuatan. Arif dan Rendy mengamati dengan penuh perhatian, khawatir sekaligus terpesona oleh kekuatan yang mulai terasa mengalir di udara.Beberapa menit berlalu, dan suasana mulai berubah. Tiba-tiba, tanah di sekitar mereka bergetar. Wina membuka matanya, dan di dalam pandangannya, sebuah bayangan besar mulai muncul dari dalam tanah, membentuk sosok yang tinggi dan misterius, Danyang Misahan, penjaga hutan yang telah lama tidur.Danyang berdiri tegak di hadapan mereka, tubuhnya yang transparan memancarkan cahaya yang aneh. Wajahnya yang seram kini dipenuhi dengan kedamaian yang menenangkan, seolah dia datang bukan untuk menghancurkan, tetapi untuk memberi berkat. Semua orang terdiam, tidak ada yang berani bergerak, karena mereka tahu bahwa kehadiran Danyang bukanlah sesuatu yang bisa dianggap remeh."Danyang," kata Bu Narti, sua

    Last Updated : 2025-01-05

Latest chapter

  • Pesugihan Kandang Bubrah   229. Panggilan yang Tidak Diucapkan

    Langit malam tampak kelabu, seolah belum selesai menangis sejak senja tadi. Hujan gerimis turun tipis, nyaris tak terdengar, hanya terasa saat tetesnya membasahi kaca jendela.Lila duduk di dekat tungku dapur yang menyala kecil. Api tak terlalu besar, hanya cukup untuk mengusir dingin yang sejak sore merayap ke seluruh sudut rumah.Sesekali, ia meniup permukaan cangkir tehnya yang mengepulkan aroma melati. Tapi tegukan itu tak pernah sampai ke bibirnya.Pikirannya masih berada di tempat yang lain—pada gambar-gambar Jatinegara, pada suara yang tak terdengar namun terus menggema dalam batinnya.Dia menatap ke arah lorong rumah, memastikan bahwa Jatinegara masih tidur di kamarnya. Anak itu terlihat tenang, tapi Lila tahu, ketenangan itu hanya selapis di permukaan.“Hari ini tak ada ketukan,” gumamnya, seperti berbicara dengan dirinya sendiri.Namun, ketukan bukan satu-satunya bentuk kehadiran. Kadang, diam pun bisa menjadi tanda.***Dimas duduk di ruang tamu dengan rokok yang mati di ta

  • Pesugihan Kandang Bubrah    228. Suara dari Balik Gambar

    Pagi belum sepenuhnya datang. Matahari masih tertutup awan kelabu, menyisakan sinar samar yang membuat rumah terasa seperti terperangkap dalam bayangan.Jatinegara duduk di ruang tengah sambil memeluk lututnya. Pensil warna berserakan di sekitarnya, sementara selembar kertas tergeletak di pangkuannya. Matanya menatap lekat gambar yang baru saja ia selesaikan, seperti sedang mendengarkan suara yang hanya dia bisa dengar.Gambarnya terlihat biasa saja—sebuah rumah dengan halaman dan pohon besar di sampingnya. Tapi di sudut halaman, ada sosok hitam tinggi berdiri tanpa wajah.“Aku sudah bilang jangan digambar lagi,” bisik Jatinegara lirih, seperti sedang bicara pada kertas itu.Tapi pensil warna cokelat di tangannya bergerak sendiri. Garis-garis baru mulai terbentuk, membentuk bayangan panjang yang menyambung dari kaki sosok itu hingga ke pintu rumah.Langkah kaki terdengar dari dapur. Lila datang dengan wajah lelah, matanya sembab karena kurang tidur. Ia duduk di kursi dekat anaknya dan

  • Pesugihan Kandang Bubrah   227. Yang Masuk Lewat Celah Pintu

    Suara detik jam terdengar pelan, tapi cukup untuk mengisi keheningan yang menggantung di seluruh rumah. Lila duduk di ujung tempat tidur sambil mengusap pelan punggung Jatinegara yang sedang tidur. Wajah anak itu terlihat tenang, bahkan terlalu tenang untuk malam yang baru saja menyimpan sesuatu yang tidak bisa ia jelaskan.Pikirannya kembali pada suara ketukan yang ia dengar malam tadi.Tiga ketukan pelan namun terasa seperti gendang di telinganya.“Mungkin itu hanya perasaanku saja,” gumamnya pelan, mencoba menenangkan kegelisahan yang perlahan merayap dari dadanya ke tengkuk.Namun aroma udara pagi ini berbeda. Lebih lembap, dan ada bau samar seperti kayu basah bercampur asap yang entah dari mana datangnya.Dia berdiri perlahan, berjalan ke arah ruang tamu yang masih remang. Di jendela, sinar matahari mencoba masuk, tapi awan gelap terlalu malas untuk pergi.Langkahnya terhenti di depan pintu rumah. Ia menatap gagangnya yang masih tertutup rapat. Tapi perasaan itu… masih ada.Seper

  • Pesugihan Kandang Bubrah    226. Ketukan di Tengah Malam

    Suara detik jam dinding terdengar lebih keras malam ini. Lila membuka matanya perlahan, membiarkan kegelapan menyelimuti penglihatannya. Lampu kamar sudah padam sejak satu jam lalu, tapi matanya tak kunjung lelap.Ia menatap langit-langit kamar yang gelap, jari-jarinya menggenggam selimut yang menutupi tubuh Jatinegara di sebelahnya. Anak itu tidur tenang, dadanya naik turun perlahan. Seharusnya Lila ikut merasa tenang. Namun hatinya tetap gelisah.“Mungkin karena masih terbawa suasana dari rumah Ustadz Harman,” gumamnya dalam hati, mencoba menenangkan diri.Tapi ada sesuatu malam ini yang berbeda. Udara kamar lebih dingin dari biasanya. Tirai jendela sedikit berkibar meskipun semua jendela tertutup rapat. Suara jangkrik dari luar pun terdengar lebih pelan, seperti sedang menahan napas.Lalu suara itu datang.Tok. Tok. Tok.Lila sontak menahan napas.Tiga ketukan, pelan tapi cukup kuat untuk membuat hatinya berdegup keras. Ia menoleh ke arah jendela, seakan suara itu berasal dari sana

  • Pesugihan Kandang Bubrah   225. Bayangan di Kaca Spion

    Mobil terus melaju melewati jalanan desa yang mulai ditinggalkan. Langit cerah, matahari bersinar terang, tetapi udara di dalam mobil terasa lebih dingin dari seharusnya.Lila duduk di kursi depan, diam menatap jalan di depan mereka.Di belakang, Jatinegara masih menatap keluar jendela, tubuhnya rileks. Seolah-olah tidak terjadi apa-apa.Tetapi Lila tahu sesuatu masih tidak beres.Tangannya menggenggam rok yang ia kenakan, mencoba menenangkan diri.Tadi, di kaca spion…Refleksi Jatinegara terlihat berbeda.Menatapnya lurus.Dengan mata yang lebih gelap dari seharusnya.Namun, saat ia menoleh ke belakang, anaknya terlihat biasa saja.Lila menelan ludah.Mungkin aku hanya terlalu lelah…Tetapi jauh di dalam hatinya, ia tahu itu bukan hanya perasaan.Dimas melirik ke arahnya. "Kau baik-baik saja?"Lila mengangguk pelan, meskipun hatinya masih berdebar kencang.

  • Pesugihan Kandang Bubrah   224. Jejak yang Masih Tersisa

    Fajar menyingsing perlahan, membawa warna jingga keemasan yang mulai menyelimuti langit.Di rumah Ustadz Harman, aroma embun pagi bercampur dengan harumnya tanah basah setelah hujan semalam. Burung-burung kecil berkicau di kejauhan, mengisi keheningan yang terasa lebih damai dari sebelumnya.Di dalam rumah, Lila duduk di kursi kayu di dekat jendela, menatap kosong ke luar.Pikirannya masih dipenuhi kejadian semalam.Mereka telah mengucapkan selamat tinggal kepada Arif.Mereka telah memastikan pintu yang terbuka akhirnya tertutup.Dan untuk pertama kalinya dalam beberapa bulan terakhir, rumah ini terasa tenang.Tetapi…Kenapa hatinya masih terasa berat?Di sampingnya, Jatinegara sedang tertidur di atas pangkuannya. Napasnya pelan, tubuhnya kecil dan hangat, wajahnya tenang—seolah-olah tidak pernah mengalami semua kengerian yang terjadi sebelumnya.Namun, Lila tahu semuanya telah meninggalkan jejak dala

  • Pesugihan Kandang Bubrah   223. Ritual Terakhir

    Malam kembali turun dengan perlahan.Angin bertiup lebih dingin, menyelusup melalui celah-celah rumah kayu Ustadz Harman. Tirai jendela bergetar pelan, menimbulkan suara berdesir yang terdengar seperti bisikan samar.Di ruang tamu, Lila duduk dengan punggung tegak, tangannya erat menggenggam jemari Jatinegara yang mungil.Dimas berdiri di sudut ruangan, memeriksa keris yang telah menjadi pelindung mereka sejak peristiwa di Kandang Bubrah.Di seberang meja, Ustadz Harman merapikan beberapa peralatan yang akan mereka gunakan untuk ritual malam ini.Di antara semua orang di ruangan itu, hanya Jatinegara yang tampak paling tenang.Anak itu duduk di samping ibunya, kakinya bergoyang pelan, sesekali menatap ke arah jendela.Seolah-olah dia tahu bahwa seseorang sedang menunggunya di luar sana.Lila menarik napas dalam, lalu menoleh ke arah Ustadz Harman. "Apa kita benar-benar harus melakukan ini?"Ustadz Harman menatapnya denga

  • Pesugihan Kandang Bubrah   222. Arif Belum Pergi

    "Lila…"Suara itu terdengar dekat sekali, seperti ada yang berbisik tepat di belakangnya.Sejenak, tubuh Lila tidak bisa bergerak.Napasnya tercekat di tenggorokan.Jantungnya berdetak begitu keras, seolah bisa terdengar di seisi ruangan.Dimas berdiri di depannya, menggenggam keris erat-erat, matanya liar mencari sumber suara.Ustadz Harman terus membaca doa, meskipun suaranya kini terdengar lebih tegang.Di dalam kegelapan itu…Ada sesuatu yang bergerak.Langkah kaki itu tidak lagi samar-samar.Kini lebih nyata, lebih dekat—dan suara napas berat menyusul di belakangnya.Sesuatu berdiri di sana.Lila bisa merasakannya.Tetapi dia tidak berani menoleh.Jatinegara terdiam, tetapi senyumnya masih ada.Seperti seseorang yang sedang melihat sesuatu yang tidak bisa dilihat oleh orang lain.Lalu, dia berbisik—"Ayah… kenapa kau masih d

  • Pesugihan Kandang Bubrah   221. Pintu yang Tidak Pernah Tertutup

    Malam di rumah Ustadz Harman terasa lebih dingin dari biasanya. Angin dari sela-sela jendela berdesir, membawa aroma tanah basah yang bercampur dengan bau dupa yang baru saja dipadamkan.Lila duduk diam di sudut ruangan, tangannya menggenggam erat gelas teh yang sudah mendingin. Pikirannya berkecamuk, memutar kembali kata-kata Ustadz Harman sore tadi."Arif belum pergi."Kalimat itu terus bergema di kepalanya, membuat bulu kuduknya meremang.Di sudut lain ruangan, Dimas duduk dengan wajah tegang, sesekali mengaduk kopinya tanpa benar-benar meminumnya. Di sampingnya, Ustadz Harman membuka kitab kunonya, jari-jarinya menelusuri lembaran kertas kecokelatan yang sudah lapuk dimakan usia."Jika benar Arif masih di sini," gumam Ustadz Harman, suaranya nyaris berbisik, "pasti ada tanda-tanda yang tertinggal."Lila mengangkat wajahnya. "Tanda seperti apa, Ustadz?"Ustadz Harman menutup kitabnya perlahan, lalu menatap ke arah pintu ka

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status