Share

Perlakuan Mertua yang Tak Sehangat Mentari

Ketika mentari hangat datang menyapa, Nayya berjemur di halaman belakang. Ia meregangkan otot-otot tubuhnya dengan berolahraga kecil seperti lari di tempat dan menggerak-gerakkan tubuh.

Butiran-butiran embun menguap melewati fase kondensasi ketika cahaya matahari mulai berkilauan.

Rafan sudah pamit pergi ke desa tetangga untuk mengisi kuliah subuh di sebuah masjid.

Saat melintasi ruang makan, Nayya mendengar ada suara Abah dan Ummi yang sedang ngobrol. Tercium aroma wangi kopi bubuk yang mambaui hidung wanita itu. Nayya berniat pergi ke kamar Gina untuk membangunkan sahabatnya itu. Karena Gina suka tidur lagi setelah salat Subuh.

Langkah kaki Nayya terkunci saat ia tidak sengaja mendengar namanya disebut-sebut oleh kedua mertuanya itu.

"Menantu kita bukan lagi Iin, Bu. Kamu harus bisa menempatkan diri. Siapa yang berhak kamu perlakukan sebagai menantu. Nak Nayya pasti sangat sedih melihatmu terlalu mengistimewakan mantan istri Rafan itu." Musa menyeruput kopi hitam dalam cangkir jad
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status