Share

Pesona Tuan Charleston
Pesona Tuan Charleston
Author: Ameena Zoey

Gara-gara Leon

Author: Ameena Zoey
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

Chapter 1.

Suara musik yang begitu keras dari salah satu klub malam terbesar di kota new york menggema seseantero bangunan yang begitu megah dan luas itu. Tampak seorang disk joki yang begitu asyik memainkan keahliannya dalam mengolah musik pilihan hingga ikut asyik berjoget sambil sesekali melambaikan tangan kearah penonton di lantai dansa yang tampak ramai dan sedikit sesak oleh kerumunan orang yang sedang berjoget sesuka hati mereka. Pemandangan malam yang biasa dan sudah lumrah tentunya bagi sebagian penduduk kota newyork. Namun bagi seorang jessica simpson, pemandangan seperti itu begitu asing dan bahkan bisa di katakan ini kali pertama ia menginjakkan kakinya ke tempat yang penuh dengan segala kenikmatan duniawi di dalamnya.

Meski ragu dan merasa was-was. Jessica tetap memberanikan diri untuk masuk. Hal itu ia lakukan demi menjemput temannya yang setengah jam yang lalu menelponnya dalam keadaan mabuk berat.  Karna khawatir, Ia akhirnya memutuskan untuk menjemput teman laki-lakinya yang bernama Leon. Ia sapu pandangannya menyusuri tempat yang begitu ramai dan sesak oleh kerumunan orang.  Selesai mengamati lantai dansa yang tak ia temukan sahabatnya disana. Ia pun beranjak naik menuju lantai dua tempat dimana para penonton duduk sambil menikmati hidangannya. Ruangan lantai dua didesain terbuka dan menjurus langsung ke arah tempat dansa di lantai dasar. Ia menghampiri satu persatu meja pengunjung demi mencari dan memastikan dimana sahabat laki-lakinya berada.

Tak butuh waktu lama ia menyusuri setiap meja yang ada disana hingga ia menemukan seorang laki-laki yang sudah terkulai lemas dan hampir kehilangan seluruh kesadarannya.  Ia duduk diapit oleh beberapa wanita cantik nan seksi menggoda.  Membuat jessica hampir saja minder untuk menghampiri meja tempat dimana sahabatnya berada. Namun kendati demikian perasaan khawatirnya yang begitu besar akhirnya tak menyurutkan niatnya untuk menghampiri meja yang penuh dengan berbagai hidangan dan minuman memabukkan itu.

“Hai Leon,” sapanya setelah beberapa saat mencoba mengatur nafasnya yang sedikit terengah karna harus mondar mandir agak lama demi mencari sahabat yang bernama Leon itu.

“Hai,  kau siapa?” bukannya dijawab oleh Leon,  melainkan seorang wanita berdada montok yang memakai dress  terbuka di bagian dada hingga hampir memperlihatkan seluruh isi buah dadanya. Membuat Jessica sedikit risih melihat pemandangan itu.

“Aku teman Leon,  aku kesini untuk menjemputnya pulang! Bisakah kalian memberikannku jalan sebentar?” tanya Jessica ketika sadar bahwa Leon berada di tengah-tengah mereka.

“Bergabunglah sebentar dengan kami nona!  Dijamin kau tidak akan bosan”. Ajak si rambut keriting sambil melingkarkan lengannya ke lengan milik Leon. “Apa kau pacarnya?” lanjutnya bertanya pada Jessica yang masih berdiri.

“Bukan,  aku sahabatnya. Dia sudah memiliki istri.” Jessica mencoba memberi penjelasan dengan tujuan supaya mereka berhenti menggelayuti Leon yang sudah hampir tumbang.

“Tenang saja. Kami semua hanya menemaninya minum girl. Tapi,  ya tentu saja sedikit merayunya supaya mentraktir kami minum . Tidak untuk tidur dengannya. Untuk hal seperti itu tentu saja harus ada bayaran lebih.” Si dada montok memberi penjelasan saat melihat raut Jessica yang kurang suka dengan keberadaan mereka.

Tanpa terlalu banyak berdebat mereka akhirnya menyerahkan Leon pada Jessica yang sedikit kewalahan memapah Leon yang sudah bener-benar mabuk.

“Ambil saja sahabatmu itu nona!  Kami sudah puas bermain-main dengannya. Lagi pula sepertinya dia sedikit kere.” Kata seorang lagi menimpali dengan aksen yang sedikit mengejek keadaan Leon. “Oh iya,  ini ku kembalikan dompetnya juga padamu. Demi tuhan, bahkan aku tidak menemukan satu kartu kreditpun di dalamnya.” Ucapnya lagi sambil  melempar benda kotak berwarna hitam yang sudah sedikit lusuh.

Setelah mengalami banyak kesulitan mengeluarkan Leon dari tempat terkutuk itu.  Jessica menyandarkan Leon pada tembok gedung klub malam yang baru saja ia masuki.

“Leon,  sadar!  Kau mau pulang kemana?” tanya Jessica sedikit emosi sambil memegangi kedua pipi Leon dan menepuknya sedikit keras.

“Awww!  Sakit Jess! Kau ini menamparku ya?” Leon bergumam di tengah-tengah kesadarannya.

“Iya,  aku menamparmu.  Itu adalah balasan untuk apa yang kau lakukan barusan! Kamu sadar tidak?  Kamu sudah punya istri!  Untuk apa mabuk-mabukan dengan para wanita itu?” tanya Jessica kesal dan marah.

“Jessi,  aku sedang dalam masalah besar.  Aku bertengkar dengan Olivia. Kurasa malam ini aku tidak ingin pulang.” Jawab Leon sambil berusaha berdiri tegak meski itu sangat sulit ia lakukan.

Ia sudah tidak mampu lagi untuk mengembalikan seluruh kesadarannya.  Hingga tiba-tiba ia ambruk dan hampir jatuh mengenai Jessica. Untung saja sahabat wanitanya itu dengan sigap menangkap tubuhnya dengan sekuat tenaga.

Setelah itu Jessica mencoba meraba kantong jas maupun baju dalamnya. Ia mencari handphone Leon dan bermaksud ingin menelpon Olivia Charleston. Namun ia tak mendapatkan apa-apa selain sapu tangan yang sudah kucel dan bau. Ia pun meraba lagi bagian kantong celana Leon.  Namun lagi-lagi ia harus kecewa karna tidak menemukan apa-apa disana.

“Leon! Dimana ponselmu?” tanya Jessica sambil memegang kedua pipi Leon dengan tangannya. Ia berusaha menepuk-nepuk pipi Leon supaya ia sadar dari mabuk berat yang melandanya.

“Leon!” semakin keras ia menepuk pipi Leon. Namun, Leon tetap tak bergeming.

Sial,  ia harus mengabarkan istri sahabatnya itu.  Namun Ia tak memiliki nomer super model yang baru satu tahun lalu mengikat janji suci pernikahan dengan sahabat terbaiknya. Ia kehabisan akal hingga akhirnya memutuskan membawa Leon ke apartemennya saja. Setidaknya besok pagi ia bisa menyuruhnya pulang kerumah istrinya.

Lagi-lagi dengan susah payah Jessica membawa Leon menuju kontrakannya. Ia bahkan terpaksa menggendong tubuh Leon yang sangat berat. Sesampainya di dalam kamar, Jessi dengan segera menjatuhkan tubuh Leon di atas kasur. Tak lupa ia membuka sepatu dan kaos kaki bau dari kaki Leon. Dalam hati ia mengumpat betapa sangat jorok sahabat laki-lakinya itu.  Entah sudah berapa hari Leon memakai kaos kaki kumal dan baunya. Ternyata sifatnya tak banyak berubah selama menikah,  ia masih saja super jorok dan malas. Satu-satunya hal yang berubah darinya adalah ia tak pernah menghubunginya selama hampir satu tahun ini.

Leon seakan menghilang dari kehidupan Jessica. Padahal mereka adalah sahabat dari sejak kecil. Sama-sama besar dan tumbuh di panti asuhan. Sama-sama seorang anak yang tak diketahui asal usul keluarganya.

Entah kenapa setelah sekian lama menghilang dan tanpa kabar,  malam ini tiba-tiba ia mendapatkan telpon dari Leon. Leon yang saat itu menelponnya dalam keadaan mabuk dan setengah sadar.

“Jessi!  I miss you so much.” Gumam Leon dengan mata yang masih terpejam.

Mendengar hal itu,  Jessica yang sedang mencoba membuka jas yang masih menempel di badan Leon langsung terkejut dan mundur beberapa langkah. Ia tak menyangka dalam keadaan tidak sadar Leon akan mengucapkan kalimat itu langsung di hadapannya.

Perlahan air matanya tumpah.  Kenangan-kenangan masa kecilnya seketika berkelebat dan mengingatkannya kembali akan cinta pertamanya.  Ya,  Leon adalah cinta pertama Jessica sejak kecil. Sejak mereka saling melindungi satu sama lain. Namun sayang,  selama ini Leon hanya menganggapanya tak lebih dari sekedar sahabat saja. Bahkan Leon meninggalkannya hanya karena alasan ingin memperbaiki hidupnya dengan menikahi seorang gadis yang kaya raya seperti Olivia. Super model yang tidak hanya kaya karna kariernya. Namun juga karna lahir dari keluarga charleston. Sebuah keluarga kaya pemilik salah satu jaringan hotel terbaik di kota newyork.

Pagi yang cerah namun sangat sibuk,  begitulah kehidupan jessica sehari-hari. Ia harus bangun pagi untuk mengantarkan susu ke berbagai alamat yang sudah menjadi pelanggan tetapnya. Setiap hari ia harus bangun jam empat pagi dan mengambil susu pesanan para pelanggannya di sebuah pabrik susu segar yang jaraknya lumayan jauh. Setelah itu butuh waktu sekitar tiga jam lebih untuk menyelesaikan delivery order yang harus ia antarkan ke setiap rumah menggunakan sepeda motor bututnya. Sepeda motor yang sebenarnya sudah tidak layak pakai. Sekitar jam setengah tujuh ia akan kembali ke kontrakan untuk mandi dan bersiap-siap berangkat kerja.

Jessica kerja di sebuah bank swasta yang namanya tak terlalu terkenal. Ia bekerja sebagai costumer service dengan gaji yang hanya cukup untuk makan sehari-hari dan membayar uang sewa serta tagihan lainnya.  Bahkan gajinya tak cukup untuk sekedar membeli baju maupun kebutuhan lain untuk menunjang penampilannya. Untung saja ia adalah pekerja keras.  Sehingga disamping kerja kantoran ia juga mencari pekerjaan lain untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.  Ia bahkan mulai menabung untuk membeli sebuah rumah kecil yang layak dan nyaman untuk ditempati.  Tidak seperti kontrakannya saat ini. Sangat kecil dan berada di lingkungan yang sedikit kumuh.

Saat bersiap untuk berangkat ke kantor. ia melihat Leon yang masih pulas di atas kasur mungilnya. Ia tak tega untuk membangunkan sahabatnya bahkan hanya untuk sekedar sarapan. Ia pun berinisiatif untuk meninggalkan Leon dan menulis sebuah catatan kecil untuk diletakkan di nakas tempat tidurnya. Semalaman ia memilih tidur di kursi yang sebenarnya tak layak untuk dijadikan tempat tidur. Namun, karna ia sadar bahwa tak mungkin menyuruh Leon tidur di tempat lain. Ia pun mengalah dan memilih kursi sebagai pilihan terakhir. Karna untuk tidur di lantai di saat musim dingin seperti ini sepertinya bukan ide yang bagus untuk kesehatannya.

“Jessi? Jam berapa ini?” gumam Leon dalam kesendiriannya.

“Jes!” Leon berusaha memanggil Jessica masih dalam keadaan mata terpejam. Ia baru sadar bahwa Jessica sudah tidak ada disana ketika beberapa menit berlalu dan ia tetap tak menemukan jawaban.

Waktu menunjukkan pukul sepuluh siang. Leon perlahan  mulai membuka matanya dan mencoba untuk duduk. Saat ia mulai sadar Ia pun melihat dan meraih secarik kertas di atas nakas tempat tidurnya. Disana tertulis sebuah tulisan tangan yang sangat indah. Seindah orang yang memiliki tulisan itu. Ia tersenyum simpul saat membaca isi dari secarik kertas itu.

“Makanlah dulu belum kau pergi! Aku buatkan sandwich kesukaanmu. Ku letakkan di meja dapur. Jika masih kurang, ada nasi di rice coocker. Kau bisa memakannya dengan lauk yang ada di lemari es. Maaf aku tidak bisa menghangatkannya untukmu. Aku terburu-buru.” Isi dari secarik kertas yang leon baca barusan.

Sambil memegangi pelipisnya yang dirasa pusing akibat tetlalu banyak minum semalam. Ia pun beranjak menuju dapur dan mencari makanan di atas meja. Disana sudah ada roti sandwich buatan Jessica tadi pagi.  Meski sudah dingin dan agak keras, leon tetap melahapnya dan menikmatinya dengan mata setengah terpejam.  Sepertinya leon masih mengantuk. Namun,  rasa lapar yang melandanya kini mengalahkan rasa kantuk itu. Ia berpikir akan melanjutkan lagi tidurnya setelah dirasa perutnya berhenti untuk menuntutnya dengan bunyi keroncongan yang cukup mengganggu kenyenyakan tidurnya.

Belum habis sandwich yang ia makan di tangannya,  tiba-tiba ada suara pintu digedor dari luar. Cukup keras dan hampir saja merusak pintu rumah kontrakan Jessica. Dengan Langkah yang sedikit malas ia beranjak menuju pintu utama.

Mendengar gedoran pintu yang semakin keras,  ia pun melangkah dengan sangat kesal.

“Tunggu sebentar! “ teriaknya keras.

Namun terlambat,  kini pintu ruangan itu sudah terbuka dengan sendirinya. Terlihat beberapa orang berpakaian serba hitam masuk secara paksa. Melihat hal itu Leon hanya bisa tertegun dan setengah tak percaya. Tanpa basa-basi para gerombolan lelaki bestelan hitam itu menyeretnya keluar dari rumah Jessica.

“Hei!  Siapa kalian?  Berani-beraninya merusak gagang pintu rumah orang? Apa kalian tidak pernah diajari sopan santun?” teriaknya keras sambil berjalan terpaksa. “ Dan apa-apaan ini?  Kenapa kalian membawaku dengan cara seperti ini?  Tidak bisakah kita bicarakan terlebih dahulu secara baik-baik?”

Sebelum Leon banyak bicara lagi mereka menendang lututnya dan memaksanya jatuh tersungkur dalam keadaan berlutut dihadapan seseorang. Leon menatap lurus keatas. Saat sadar siapa orang dihadapannya kini,  Ia pun terkejut setengah mati. Rasa takut tiba-tiba menguasai seluruh jiwanya.

Seseorang itu adalah Jack Charleston. Kakak iparnya yang sejak tadi malam mencarinya.

“Plak---“ sebuah tamparan yang sangat keras mendarat di pipi sebelah kiri Leon.

“Sedang apa kau disini tuan Leonardo davinson?” tanyanya dengan nada penuh intimidasi dan kebencian didalamnya. “Kau sadar apa yang telah kau lakukan? Kau ingin bermain-main dengan adik kesayanganku?”

“Tidak kak!  Ini salah paham!  Aku disini hanya numpang menginap!” Leon menjawab dengan nada gugup dan sedikit terbata-bata dalam kalimatnya. “ini rumah temanku!” lanjutnya sekali lagi.

Namun seorang Jack Charleston bukanlah seseorang yang bisa ia ajak berkompromi. Apalagi jika masalah itu menyangkut masalah hati adik semata wayang yang sangat ia sayangi sepenuh hati.

“Kau pendusta Leon!” bentaknya Sambil meninju pipi Leon dengan sangat keras. Cukup keras hingga ujung bibir leon berdarah.

“Hancurkan segala apapun yang ada di dalam rumah reot ini! Supaya perempuan jalang itu tau,  dengan siapa ia bermain api!” teriaknya memberi perintah pada anak buahnya yang tadi menyeret Leon.

Mendengar hal itu Leon langsung berdiri. “Jangan Kak! Dia tidak tau apa-apa!  Dia tidak bersalah!  Jangan lakukan apapun terhadap rumahnya.” Pinta Leon sambil berlutut kembali dan memohon ampunan Jack. “Dia hanyalah gadis miskin yang malang!” Leon mencoba memberi penjelasan.

Namun terlambat, mereka yang jumlahnya berlima sudah beraksi dan melempar beberapa perabotan yang ada di dalam kontrakan kecil itu. Menyaksikan hal itu Leon hanya bisa berdiri mematung ketakutan tanpa bisa berbuat apa-apa lagi. Dalam hati ia sangat merasa bersalah menghubungi sahabatnya itu semalam. Ia menyesal dan tak tau harus berbuat apa.  Dihadapan Jack Charleston Leon hanyalah seorang laki-laki lemah yang sangat takut pada keluarga istrinya.

“Jika kau berani menyelingkuhi adikku lagi,  rumah ini akan kubakar beserta pemiliknya.” Ancam Jack pada Leon.

Percuma jika saat ini ia memberi pembelaan dan mengaku bahwa dia tidak selingkuh dengan Jessica. Karna tidak ada bukti yang kongkrit. Fakta bahwa semalaman Ia menginap di rumah Jessica,  cukup menjadi alasan mengapa kakak iparnya menuduh ia selingkuh dari istrinya.

Setelah puas memporak-porandakan seluruh isi rumah kecil itu,  mereka pergi dengan membawa Leon.

Sungguh nasib Jessica yang malang.

Related chapters

  • Pesona Tuan Charleston   Bukan Pelakor

    Chapter 2.Jessica terlihat gelisah menunggu kabar dari Leon sahabatnya. Ia penasaran kenapa hingga sesore ini leon tidak juga menghubunginya. Bahkan ia sangat khawatir Leon masih belum bangun dan belum makan apapun sejak tadi pagi. Melihat betapa banyaknya minuman yang ia teguk semalaman. Wajar jika ia akan tidur seharian. Ia bolak balik mengecek layar ponselnya. Berharap ada telpon maupun pesan dari Leon. Namun nihil, yang ia dapatkan justru pesan dari agen pengkreditan barang-barang elektronik. Mengingatkan bahwa tanggal jatuh tempo pembayaran cicilannya akan berlangsung lima hari lagi.“Shit! Bahkan aku belum mendapatkan gajiku bulan ini!” serunya sambil setengah melempar ponselnya ke dalam tas jinjingnya. Ia mulai bersiap untuk pulang ke rumah. Waktu sudah menunjukkan selesainya jam kerja.“Glenca, aku pulang duluan ya!” sapanya pada teman yang duduk di dekatnya.“Kau tidak menungguku?

  • Pesona Tuan Charleston   Tuan Muda Charleston

    Chapter 3.Dimana Ini?” guman Jessica sambil dengan susah payah membuka kedua kelopak matanya yang begitu berat. Setelah kedua kelopak matanya berhasil terbuka lebar, ia terkejut mendapati dirinya berada di sebuah ruangan persegi bernuansa putih. Ia mencoba mengingat kembali tentang kejadian yang menimpanya tadi sepulang kerja. Saat melewati lorong yang agak sepi di sekitar rumahnya. Tiba-tiba sebuah tangan dengan memegang sapu tangan yang sepertinya sudah dibubuhi obat bius dibekapkan ke mulutnya dari arah belakang. Hingga membuatnya jatuh pingsan karena kehilangan kesadaran. Setelah itu, ia tidak tau apa yang terjadi pada dirinya.Ia berada di ruangan itu dengan kedua tangan terikat oleh seutas tali yang cukup kuat ke belakang. Tidak hanya tangannya yang diikat. Namun, mulutnya juga ditutup rapat menggunakan isolasi berwarna hitam. Sambil di dudukkan pada sebuah kursi di tengah-tengah ruangan. Menyadari hal itu ia langsung bis

  • Pesona Tuan Charleston   Karyawan Blacklist

    “Tuan, aku mendapatkan laporan dari bagian keuangan perusahaan. Bahwa ada pengeluaran keuangan yang jumlahnya lumayan besar atas nama nona Olivia Charleston. Setelah kuselidiki lebih dalam ternyata itu dipakai oleh tuan Leon.” Robbet berusaha menjelaskan pada Jack. Ia yang memang masih diperintah untuk mengawasi hubungan Leon dan Jessica mengetahui bahwa diam-diam Leon memberikan sebuah kartu ATM atas nama Leon. Padahal dananya diambil dari perusahaan Charleston.“Untuk apa Leon menggunakan uang itu?” tanya Jack penasaran dengan kelanjutan dari penjelasan Robbert.Dengan agak ragu Robert menjawab. “Untuk diberikan kepada nona Jessica simpson tuan!”“Apa?” Mendengar jawaban Robert Jack terbelalak kaget. Seketika rahangnya mengatup keras. Wajahnya memerah karena menahan amarah. “Kurang ajar! Tidak tau diri!” ucap Jack sambil mengepalkan kedua telapak tangannya.Jack mencoba menarik nafa

  • Pesona Tuan Charleston   Kebohongan Olivia

    “Sayang, kau dari mana saja?” tanya Leon di suatu pagi saat mendapati Olivia yang tiba-tiba berada di atas kasur bersamanya. Ia tidak menyadari kapan Olivia tidur di sampingnya semalam.“Aku datang tadi malam. Tidak tega mau membangunkanmu!” ucap Olivia sambil mengusap matanya yang berair karna rasa kantuk yang masih menyelimutinya.“Kau tidak marah lagi padaku?”“Tentu saja aku masih marah! Kau malah membuat kesalahan lain yang membuatku kesal sayang!” jawab Jessica sambil lalu berbalik membelakangi suaminya “Kau mengambil uang perusahaan atas namaku. Dan kau dengan lancang memberikannya pada Jessica!” suaranya terdengar lirih namun sangat jelas di telinga Leon. Tampak sekali bahwa istrinya kali ini sedang merajuk.“Aku memberikan uang itu, karna untuk mengganti rugi semua barang-barang rumahnya yang rusak akibat ulah orang-orang suruhan Jack!” Leon berusaha menjelaskan keadaan yang

  • Pesona Tuan Charleston   Aksi Nekat Jessica

    Jessica sudah berjanji pada dirinya sendiri bahwa ia tak akan pernah menyerah oleh keadaan. Benar saja, setelah beberapa hari mencoba kesana kemari dengan menggunakan berbagai cara Jessica yang masih saja tidak diterima di perusahaan manapun, akhirnya memutuskan untuk menyudahi pencariannya. Ia bertekad memulai kembali hidupnya dengan mengganti tujuannya. Ia mulai memikirkan tentang cara bagaimana ia bisa menghasilkan uang tanpa bekerja di sebuah perusahaan. Jalan satu-satunya saat ini tentu saja hanya dengan mulai berbisnis.Mungkin ia akan mulai menyewa sebuah toko yang entah akan berjualan apa di dalamnya. Di waktu kecil ia pernah berkeinginan memiliki sebuah kafe. Karena memang sejak kecil Ia memiliki hobi memasak. Seringkali ia menirukan berbagai tutorial masak di internet. Ia juga pandai memodifikasi sebuah resep masakan menjadi makanan yang lebih istimewa dari aslinya. Namun, itu hanyalah hobi yang tak pernah menjadi mimpi besarnya.

  • Pesona Tuan Charleston   Ketahuan

    Pagi itu Elsa sedikit heran dengan tingkah Jessica yang lebih ceria dari hari-hari sebelumnya. Padahal sebelumnya ia seringkali murung jika mengingat Leon ataupun keluarga Charleston.“Hei, kau! Ceritakan padaku apa yang sebenarnya kau lakukan tanpaku kemaren?” tanya Elsa saat melihat Jessica menyanyi-nyanyi kecil sambil menggoreng sesuatu di kompor.“Aku berhasil membuat mobil tuan Jack Charleston berantakan.” Jawab Jessica seraya masih fokus memegang sutil penggorengan.“Apa?” mendengar hal itu, Elsa terbelalak kaget. “Kau apakan mobilnya?” tanya Elsa menghampiri Jessica.“Ku tulisi beberapa kata-kata aneh menggunakan gunting.” Jawab Jessica enteng. Seakan tanpa beban dan rasa bersalah. Meski sebelumnya ia sempat gugup khawatir akan ketahuan. Namun, ia berusaha meyakinkan dirinya bahwa aksinya kemaren itu tidak akan ketahuan. Ia melakukannya dengan penuh kehati-hatian. Menghindari sudut-s

  • Pesona Tuan Charleston   Menemui Tuan Charleston

    Jam menunjukkan pukul sembilan belas lewat empat puluh lima menit. Jessica dan Elsa tiba di kafe String lebih awal. Tempat itu merupakan kafe kedua yang dikelola Mark. Sesuai janji yang sudah disepakati sebelumnya. Mereka akan menemui Mark West malam ini. Meski sebenarnya mereka malu untuk bertemu Mark. Namun, bukan berarti harus lari dari tanggung jawab. Mereka harus menjelaskan pada Mark, bahwa rencana Jessica untuk membuat sebuah kafe harus diundur. Hal ini terkait dengan biaya yang harus dipakai untuk mengganti rugi biaya perbaikan mobil Jack Charleston. Baik Jessica maupun Elsa sudah sepakat memutuskan untuk menggantinya dengan tabungan yang mereka simpan selama ini. Kafe String terlihat sangat ramai malam itu. Mark datang sedikit terlambat. “Bagaimana? Siap untuk menjelajahi beberapa tempat denganku malam ini?” tanya Mark langsung ketika datang dan duduk di hadapan Jessica. Ditanya begitu Jessica hanya diam tanpa memberi respon sedikitpun. Sebaliknya ia

  • Pesona Tuan Charleston   Menemui Tuan Jack

    “Pak Lukas! Kapan saya bisa bertemu tuan Charleston untuk menyelesaikan masalah mobil?” Sebuah pesan masuk pada ponsel Lukas. Ia sengaja meninggalkan nomer handphone pribadinya di struk tagihan yang ia berikan pada Jessica kemarin. Setelah membaca pesan dari Jessica, Lukas segera pergi melapor pada Tuan Jack. “Tuan! Nona simpson menghubungi saya barusan.” Ucap Lukas pada Jack yang saat itu sibuk membaca beberapa dokumen penting. Lukas langsung membacakan pesan itu pada Jack. “Biilang padanya untuk kesini mengantarkannya sendiri lusa.” Ucap Jack penuh ketegasan dalam nada bicaranya. “Baik tuan!” Lukas dengan sigap menjawab. Jack penasaran. Apakah Jessica akan memiliki uang sebanyak itu? Darimana ia mendapatkannya? Jika dipikir-pikir menurut Jack. Kalau benar Jessica selama ini sering menggoda Leon. Tidak menutup kemungkinan ia akan dengan mudah mencari laki-laki hidung belang lain yang bisa ia goda. Melihat wajah Jessica yang sangat can

Latest chapter

  • Pesona Tuan Charleston   Jack Marah

    Sementara di perusahaan Charleston. Saat Jack mendengar kabar dari Lukas. Ia segera mengumpulkan bagian terpenting dari masing-masing departemen di perusahaannya. Ia mengadakan rapat darurat tiba-tiba.“Baru saja aku mendapat kabar tentang kondisi nona Jessica Simpson. Dokter bilang ia pingsan karena kelelahan. Aku tidak mau tau apa yang telah kalian lakukan kepadanya. Aku hanya ingin menanyakan suatu hal.” Jack diam sejenak sambil menarik nafas dalam-dalam dan memejamkan matanya. Sebelum akhirnya ia melanjutkan pertanyaannya.Apakah menurut kalian. Kalian berhak menyiksa seseorang hingga jatuh pingsan karena kelelahan seperti itu?” tanya Jack saat dalam rapat darutat. Ia menanyakan dengan ekpresinya yang sangar. Wajahnya memerah menahan amarah.Yang ditanyakan diam tanpa suara. Hening, mereka tak berani menjawab pertanyaan Jack.Apakah begini cara kalian memperlakukan setiap karyawan yang magang selama ini?Mereka semua masih sam

  • Pesona Tuan Charleston   Tanggung Jawab Perusahaan

    Sesampainya di rumah sakit Jessica segera diperiksa. Lukas hanya bisa menjaganya dari luar. Ia tak menghubungi siapapun yang bisa menjadi walinya. Ia tau betul Jessica hanyalah seorang anak yatim yang hidup sendirian. Dalam hati ia berharap Jessica akan baik-baik saja.Setelah seorang dokter terlihat keluar dari ruang gawat darurat ia segera menghampirinya.“Bagaimana dok? Apa yang terjadi kepada anak itu?” tanyanya penuh kekhawatiran.“Dia baik-baik saja. Dia hanya kelelahan. Sepertinya ia mengalami kram perut akibat siklus darah haidnya yang tidak lancar. Mungkin karna rasa sakitnya itu yang membuatnya pingsan. Untuk keseluruhan dia sehat.” Ucap dokter itu optimis.Mendengar penjelasan dokter. Lukas hanya bisa bernafas lega.“Apakah dia sudah sadar dok?” tanyanya sekali lagi.“Ia, bahkan dia sudah boleh di bawa pulang. Anda bisa menebus obatnya nanti setelah menyelesaikan prosedur administrasi.&rdq

  • Pesona Tuan Charleston   Pingsan

    Benar dugaan Jessica bahwa Clara akan sama kejamnya dengan Jack Charleston. Ia memperkenalkan Jessica pada bagian-bagian penting di Perusahaan. Namun, ia menunjuknya sebagai pembantu umum. Itu artinya siapapun yang butuh bantuannya. Bisa dengan leluasa memerintahnya. Tidak hanya dalam hal penting yang berkaitan dengan masalah pekerjaan. Seperti hanya menyuruh untuk memfotokopikan dan sebagainya. Namun juga dapat memerintah dalam hal sepele seperti membeli makan atau minuman kesukaan.Jessica harus mondar mandir Melewati beberapa lantai demi melaksanakan pekerjaan apa saja yang mereka perintahkan. Ia bahkan harus menahan rasa sakit yang sejak tadi pagi menderanya. Sehingga akhirnya ada fase dimana ia sudah tidak sanggup lagi melakukan semua hal itu. Ia sudah tidak kuat lagi berjalan kesana kemari demi memenuhi panggilan siapa saja yang membutuhkan.Tenaga jessica sudah terkuras habis bahkan sebelum istirahat untuk makan siang. Rasa sakit dibawah perutnya semakin menjadi

  • Pesona Tuan Charleston    Jessica Yang Menyebalkan

    “Tuan! Apakah mobil ini milik perusahaan?”“Bukan nona! Ini milik tuan Jack.” Jawabnya sambil menyalakan mesin mobil dan siap berangkat menuju perusahaan Charleston.“Lalu bagaimana aku bisa diberikan hak untuk menaiki mobil sebagus ini? Hm, maksudku. Apakah posisiku nanti begitu penting di sana? Sehingga aku diberikan fasilitas antar jemput dari perusahaan?.”Sambil tersenyum Lukas menjawab. “Tidak tau nona! Tapi satu hal yang saya ketahui. Tuan khawatir kau tidak mau bekerja disana jika bukan aku sendiri yang mengantar dan menjemputmu.”“Maksudnya? Aku tidak mengerti tuan.” Tanya Jessica sambil meringis menahan sakitnya.“Begini nona. Tuan Khawatir kau tidak masuk kerja jika bukan aku sendiri yang menjemputmu.”Jessica masih belum mengerti dengan maksud perkataan Lukas. Ia heran. Bukankah tanpa antar jemput pun ia tetap harus terpaksa bekerja di sana? Karena hal itu me

  • Pesona Tuan Charleston   Kram

    Keesokan harinya Elsa sudah siap-siap dan rapi untuk bekerja. Namun ia merasa heran melihat Jessica yang masih malas-malasan dikasur dengan boneka beruang kesayangannya. Ia yang sejak tadi membangunkan hanya disahuti dengan sepatah atau dua patah kata saja.Elsa heran kenapa Jessica semalas itu jika ia akan bekerja di perusahaan besar seperti Charleston Tower. Jika itu dirinya ia akan berusaha datang sepagi mungkin untuk mencari perhatian bos muda setampan Jack Charleston. Meski Elsa belum pernah bertemu langsung dengan Jack. Namun, ia sering melihatnya di beberapa acara televisi.“Jess! Aku berangkat. Tidak akan ada lagi yang membangunkanmu. Kau yakin tidak akan mulai bekerja hari ini?” tanya Elsa sambil sibuk merapikan penampilannya.“Jess!” Elsa memanggil sekali lagi. Karena panggilannya yang pertama belum ada jawaban.“Iya, aku mulai besok saja. Aku sedang tidak enak badan.” Ucap Jessica akhirnya mengutarakan keluha

  • Pesona Tuan Charleston   Curhat Jessica

    Malam harinya Elsa belum pulang ke rumah. Sepertinya ia sedang lembur. Sedangkan Jessica sendirian di rumah Elsa. Ingin sekali rasanya menumpahkan seluruh keluh kesahnya pada sahabatnya itu. Tapi sayang, ia harus menunggu hingga Elsa pulang kerja. Baginya begitu sulit untuk memejamkan mata jika ia belum menumpahkan seluruh yang terpikirkan di dalam pikirannya pada Elsa.“Jessica! Kau belum tidur?” Panggil Elsa saat melihat lampu kamar masih menyala.“Belum. Oh Elsa, aku menunggumu sejak tadi.” Ujar Jessica yang terlihat bersemangat menyambut sahabatnya pulang kerja.“Kebetulan aku membawakan ayam goreng dari kantorku. Jatah lemburku dan juga ada lebihan milik beberapa teman. Mari makan bersama jika kau mau.”“Tidak. Aku tidak berselera makan.” Jawab Jessica“Ada apa?” tanya Jessica heran terhadap respon Jessica. Biasanya dia paling bersemangat jika itu masalah makanan. “ Oh, ya

  • Pesona Tuan Charleston   Hutang Nyawa

    “Apa?” Jessica terkejut dengan persyaratan yang diajukan oleh Jack. Ia hanya bisa melongo dan tiba-tiba otaknya blank. Tak tau harus berkata apa.“Itu bukan permintaan tapi perintah dariku. Jika kau setuju, besok kau sudah harus mulai bekerja. Jika kau tidak setuju. Maka,..” Jack menjeda ucapannya sejenak. Sengaja ingin membuat Jessica penasaran.“Maka apa tuan?” tanya Jessica menuntut jawaban.“Maka hutangmu yang separuh akan berbunga dua kali lipat setiap bulannya.” Ucap Jack dengan senyuman kemenangan di bibirnya.“What?”“Oh ya, satu hal yang perlu kau ketahui. Aku sama sekali tidak gentar dengan ancamanmu! Jadi percuma saja kau mencari cara agar aku bisa membebaskan hutangmu. Sekarang, kau tak perlu banyak bernegoisasi denganku. Cukup ikuti saja perintahku nona!” ucap Jack sambil merapikan dasinya puas. “Kupikir, ini sudah saatnya aku makan siang. Jadi aku permisi du

  • Pesona Tuan Charleston   Kesepakatan

    “Kau mengancamku dengan memakai rekaman kamera pengawas itu. Rekaman yang menunjukkan aksiku saat dengan sengaja melukai mobilmu. Tapi kau lupa satu hal tuan, kau juga melakukan penghancuran terhadap rumahku dan beberapa propertiku!”Tanpa disangka, Jessica justru menggunakan senjata itu untuk menghindari tuntutannya.“Kau jangan meremehkanku! Aku juga punya rekaman beberapa orang suruhanmu yang sedang mendobrak masuk rumahku dan menghancurkan barang-barang di dalamnya.” Lanjut Jessica setengah mengancam.Bukannya khawatir terhadap ancaman balik dari Jessica. Justru sebaliknya Jack tersenyum mendengar hal itu. Menurutnya itu lucu dan konyol.Melihat reaksi Jack yang seperti itu. Jessica tidak terima dan sedikit emosional.“Apa kau menertawakan rumahku? Kau pikir seluruh properti di dalamnya tidak bernilai? aku bahkan hampir menghabiskan seluruh tabunganku saat memperbaikinya. Bahkan ada beberapa barang yang terpaksa ha

  • Pesona Tuan Charleston   Berdebat

    “Katakan padaku dimana ruangan CEO?” tanyanya menggertak.“Maaf nona! Bos tidak bisa bertemu dengan anda saat ini. Dia sedang keluar!” Clara bangkit mencoba mencegah Jessica.“Kau hohong!” Jessica langsung menuju ruangan yang ada di paling ujung. Setelah ia sampai disana. Ia membaca Papan nama yang terpampang di pintu masuknya. Tertulis bahwa itu adalah ruangan CEO. Namun sebelum ia membuka pintu itu. Clara tiba-tiba menarik tangannya.“Jangan kurang ajar Nona! Ini bukan tempat bermain untukmu! Ada aturannya jika kau ingin memasuki ruangan ini!” bentak Clara merasa kesal.“Aku sudah memberi kabar pada bosmu bahwa aku akan datang hari ini. Lagi pula dia sendiri yang memintaku datang hari ini. Kenapa sekarang malah seakan menghindariku?” Jessica juga berteriak tak mau kalah.“Sebaiknya kau pergi dari sini sebelum bos marah dan mengusirmu dengan kasar!”“Siapa kau mel

DMCA.com Protection Status