Pagi itu Elsa sedikit heran dengan tingkah Jessica yang lebih ceria dari hari-hari sebelumnya. Padahal sebelumnya ia seringkali murung jika mengingat Leon ataupun keluarga Charleston.
“Hei, kau! Ceritakan padaku apa yang sebenarnya kau lakukan tanpaku kemaren?” tanya Elsa saat melihat Jessica menyanyi-nyanyi kecil sambil menggoreng sesuatu di kompor.
“Aku berhasil membuat mobil tuan Jack Charleston berantakan.” Jawab Jessica seraya masih fokus memegang sutil penggorengan.
“Apa?” mendengar hal itu, Elsa terbelalak kaget. “Kau apakan mobilnya?” tanya Elsa menghampiri Jessica.
“Ku tulisi beberapa kata-kata aneh menggunakan gunting.” Jawab Jessica enteng. Seakan tanpa beban dan rasa bersalah. Meski sebelumnya ia sempat gugup khawatir akan ketahuan. Namun, ia berusaha meyakinkan dirinya bahwa aksinya kemaren itu tidak akan ketahuan. Ia melakukannya dengan penuh kehati-hatian. Menghindari sudut-sudut yang sekiranya terekam kamera pengawas. Selain itu kemarin dia memakai masker dan kacamata. Mustahil rasanya jika sampai ketahuan.
“Kau gila Jess!” protes Elsa mendengar jawaban lanjutan dari Jessica. “Kau cari perkara dengan tuan Charleston! Sadarlah Jessy! Dia bukan lawanmu. Kalau sampai kau ketahuan. Aku yakin ia akan membuatmu lebih menderita dari sekarang!”
Mendengar perkataan Elsa dia diam sejenak. Sedikit berpikir dan membayangkan jika itu benar-benar terjadi. Namun tak lama kemudian ia masih melanjutkan kegiatan menggorengnya. “Aku sudah siap dengan segala kemungkinan terburuk!” jawab Jessica penuh keyakinan. Meski sebenarnya di dalam hati ia ragu menghadapi kemungkinan terburuk itu.
“Kenapa kau berbuat sejauh dan senekat itu?” tanya Elsa heran.
“Aku juga tidak tau kenapa aku senekat itu. Satu hal yang membuatku terdorong untuk melakukan aksi nekat seperti itu.” Ujar Jessica menjeda kalimatnya karna sedang sibuk mengangkat ikan yang sejak tadi digorengnya. “Ingin melihatnya marah. Itu saja.” Lanjutnya enteng.
“Sekali lagi Jess, kau memang gila!” seru Elsa sambil berjalan menuju lemari es.
Jessica cuek dan hanya mengangkat bahunya sebagai pertanda ia setuju dikatai begitu.
Elsa yang mengambil sayuran segar dari lemari es segera memotongnya menjadi potongan kecil.
“Oh ya, Mark menelponku lagi. Katanya kapan kita ada waktu luang untuk membicarakan proyekmu lagi?” Elsa bertanya pada Jessica.
“Kau bisa tentukan sesuai jadwal kosongmu dan juga waktu luang yang dimilik Mark untuk kita. Kau tau aku ini pengangguran. Jadi waktuku sangat banyak.” Jawab Jessica pasrah.
“Ok, aku telpon dia nanti.”
“Kau bersemangat sekali!” Jessica mengerling ke arah Elsa setengah menggoda Elsa.
“Kau,-“ Elsa menghela nafas sejenak. Mengisyaratkan tanda keberatan di goda demikian. “Aku melakukannya demi kamu Jess! Plise! Jangan salah paham.”
“Tak ada yang menjamin apa yang akan terjadi di masa depan.” Ucap Jessica dengan senyum menggodanya.
“Sudahlah, masakannya bisa gosong nantinya jika kita selalu bercanda seperti ini.”
Mereka berdua fokus pada pekerjaan masing-masing.
“Aku pergi dulu Jess! Baik-baik di rumah ya! Jangan meninggalkan rumah dalam keadaan pintu belum terkunci!” Elsa pamit berangkat kerja pada Jessica. Ia memberi peringatan begitu karena sangat tau kebiasaan lama temannya yang sering keluar rumah tanpa mengunci pintu karena lupa.
Dulu ketika jessica masih di kontrakan lama. Ia sering berkunjung kesana dan menemukan rumah Jessica tidak terkunci sedangkan orangnya entah kemana. Untung saja rumah yang dulu merupakan tempat terpencil yang jarang di lalui banyak orang.
“Ok sayang. Selamat bekerja! Semoga harimu menyenangkan.”
Begitu Elsa pergi, Jessica segera membereskan beberapa hal berantakan dan perlu dirapikan di rumah itu. Ia berencana diam di dalam rumah saja hari ini. Mungkin ia akan menyibukkan diri dengan browsing beberapa hal yang berkaitan dengan bisnis kulinernya.
Saat ia sibuk mengepel lantai yang sebenarnya tidak terlalu kotor, ia di kagetkan dengan suara bel di luar pintu. Siapa gerangan yang bertamu di saat jam kerja seperti ini? Tanyanya di dalam hati. Tidak mungkin Elsa kembali untuk mengambil sesuatu. Jika itu benar Elsa, untuk apa ia membunyikan bel? Bukankah ia juga sudah memegang kunci rumahnya sendiri.
Seketika Jessica meletakkan alat pel yang ada di tangannya. Ia dengan segera menuju pintu untuk melihat siapakah yang bertamu di waktu seperti ini. Saat ia membuka pintu rumah, seorang laki-laki tinggi gempal tersenyum tepat ke arahnya. Melihat orang itu Jessica mencoba memutar Ingatannya. Sepertinya ia pernah bertemu dengan laki-laki ini. Tapi ia lupa dan hanya bisa bengong menatap laki-laki itu cukup lama.
Melihat keterkejutan Jessica, laki-laki berbadan gempal itu berinisiatif menyapa lebih dulu. “Selamat pagi nona Simpson! Ini aku, Lukas. Mungkin kau masih ingat?” tanyanya percaya diri.
Mendengar namanya disebutkan Elsa mencoba mengingat sekali lagi. Seketika ingatannya terlempar pada suatu peristiwa yang tak mengenakkan tempo hari. Sial rupanya dia adalah salah satu bodyguard tuan Jack Charleston. Begitu kesadarannya kembali penuh ia mulai gemetar. Seluruh tubuhnya tiba-tiba seakan lumpuh. Ia yakin ini adalah pertanda buruk.
“Bolehkah saya masuk dulu nona?” tanya Lukas setengah memaksa. “Ada hal yang sangat penting yang ingin saya sampaikan.” Lukas melanjutkan perkataannya. Ia tak peduli bahwa saat itu Jessica sedang mati rasa. Bahkan ia tak memiliki kekuatan untuk menjawab pertanyaannya. Seluruh tubuhnya terasa kebas. Sepertinya aliran darahnya tiba-tiba tersumbat.
“Nona!” Lukas terlihat melambaikan tangannya tepat di depan wajah Jessica yang sedang diam mematung.
“Iya, silahkan tuan!” terdengar kalimat yang sebenarnya sangat ia ucapkan dengan sangat terpaksa.
Jessica mempersilahkan Lukas masuk dan mengikutinya dari belakang. Begitu sampai di dalam, ia dengan hati yang sangat berat mempersilahkan lukas duduk di kursi sofa.
“Kau mau minum apa tuan? Aku buatkan minuman dulu ya?” tanya Jessica berbasa-basi. Meski kenyataannya saat ini ia khawatir. Namun ia tidak boleh terlihat takut. Ia harus terlihat tegar dan kuat. Harus memberi kesan bahwa ia bukanlah orang yang gampang ditindas.
“Tidak usah nona! Duduk saja! Kita langsung bicarakan intinya.” Ucap Lukas tegas.
Jessica menelan ludahnya dan berusaha duduk setenang mungkin.
Lukas membuka tas yang sejak tadi tersampir dibahunya. Ia mengeluarkan sebuah handphone dan beberapa kertas yang entah apa yang tertulis di atasnya.
Pertama-tama ia menyalakan handphone dan menyerahkannya pada Jessica. Tanpa ragu Jessica langsung menerimanya dengan tangan yang sedikit gemetar.
“Lihat dulu rekaman dalam video itu hinggai selesai nona!” perintah Lukas sesaat setelah Jessica membawa ponsel itu dalam genggamannya. “Setelah itu, baru kita bicarakan jalan keluarnya.” Ucap Lukas mengintimidasi dalam setiap perkataannya.
Jessica mengangguk pasrah dan segera menekan layar dari ponsel Lukas yang masih menyala. Ia memperhatikan setiap kejadian yang terekam di dalamnya. Terlihat bagaimana seseorang tampak sedang menyelinap dan melakukan aksi yang brutal pada sebuah mobil mewah di sebuah parkiran hotel bintang lima. Ia kenal betul siapa orang dalam rekaman itu. Itu dirinya yang sedang memakai masker dan kacamata hitam yang agak besar.
“Kau mengenal orang dalam rekaman itu nona?” tanya Lukas dengan tiba-tiba. Meruntuhkan ketegangan yang sedang bergejolak dalam diri Jessica.
“A- apa?” jawabnya gugup.
“Apakah kau mengenal orang di dalam rekaman itu?” tanya Lukas sekali lagi dengan pelan dan penuh penekanan dalam perkataannya. Mengisyaratkan bahwa kali ini ia bukan hanya bertanya namun sedikit mengintrogasi Jessica.
Jessica menelan ludah dan dengan penuh kegugupan ia terpaksa menjawab “Maaf, aku tidak tau siapa orang itu.” Ia akhirnya berbohong demi menutupi kesalahannya.
“Kau yakin tidak mengenalnya?” lagi-lagi pertanyaan Lukas semakin membuatnya merasa diinterogasi.
“Tidak! Aku tidak kenal.”
“Baiklah, silahkan coba buka lagi rekaman video yang ada di bawahnya!” perintah Lukas dengan cepat.
Dengan penuh keraguan namun tetap dalam keterpaksaan Jessica membuka folder lain setelahnya. Ia mengematinya dengan hati yang penuh ketakutan. Jantungnya berdebar semakin kencang tak karuan. Setelah sekian detik ia memperhatikan video itu diputar. Akhirnya ia menemukan sebuah rekaman yang memperlihatkan dirinya sedang masuk ke dalam hotel dengan menggunakan pakaian yang sama seperti dalam rekaman sebelumnya. Namun satu hal yang berbeda. Ia tidak sedang menggunakan masker dan juga kacamata. Wajahnya tampak jelas dalam rekaman yang ini.
Wajahnya seketika pias. Ponsel dalam genggamannya hampir saja terjatuh jika saja Lukas tidak segera merebutnya kembali.
“Sekarang pasti kamu sudah mengenali orang di dalam rekaman itu.” Ucap Lukas semakin membuat nyali Jessica menciut. Kini ia hanya bisa pasrah. Kali ini ia tidak akan bisa mengelak lagi. Rasa malu dan takut berbaur menjadi satu menciptakan suatu ketegangan yang hampir membuatnya pingsan seketika itu juga.
“Lalu apa yang akan kalian lakukan padaku?” tanyanya memberanikan diri sambil menelan ludah.
“Tuan Jack memberimu waktu tiga hari.”
“Waktu tiga hari?” ia masih bertanya tanda tak mengerti ke mana arah oembicaraan lukas saat ini.
Lukas mengeluarkan selembar kertas dan memberikannya pada Jessica. Di atas kertas itu terdapat catatan pengeluaran uang untuk perbaikan mobil atas nama Jack Charleston. Jessica langsung menganga saat membaca jumlah uang yang tertera di dalamnya. Jumlahnya empat kali lipat dari tabungan di dalam rekeningnya yang sudah ia simpan beberapa tahun terakhir.
“Tuan Jack meminta ganti rugi sebesar yang tertera di kertas itu nona simpson! Dan kau hanya diberi waktu tiga hari untuk melunasinya.” Lukas menjelaskan maksud perkataan tiga hari yang dia ucapkan sebelumnya.
“Gila!” sebuah umpatan yang tanpa sengaja melesat dari mulat mungil Jessica. Sadar bahwa ia keceplosan ia segera menutup rapat mulutnya menggunakan telapak tangannya sendiri.
“Ya, betul. Kau memang gila nona! Untuk apa kau menyengsarakan hidupmu dengan melakukan hal gila semacam itu? Kau pikir aksimu tidak akan ketahuan? Kau tidak kenal siapa itu Jack Charleston? Bukankah selama ini kau sudah dibuat cukup menderita oleh tuanku?” berbagai pertanyaan terlontar dari Lukas untuk Jessica.
Jessica yang sejak tadi sudah membeku dalam diamnya dibuat semakin tak karuan oleh ucapan Lukas. Tiga hari bukanlah waktu yang lama. Ia mulai berpikir darimana ia akan mendapatkan uang sebanyak itu? Seluruh tabungannya tidak akan cukup untuk menggantikan kerugian itu. Ia mulai mengumpati dirinya sendiri dalam hati. Kenapa ia sangat nekat? Kenapa ia dibutakan oleh rasa balas dendam yang tentunya akan merugikannya sendiri?. Kini ia hanya bisa menghela nafas panjang dan air matanya mulai menggenangi pelupuk matanya.
“Dan jika tiga hari aku tidak mendapatkan uang sebanyak ini? Apa yang akan kalian lakukan kepadaku?” tanyanya polos dengan nada yang lirih. Seolah meminta belas kasihan kepada Lukas.
“Bukankah sudah jelas? Kau akan dijebloskan ke dalam penjara nona!” Lukas menjawab tanpa keraguan.
“Apa? Penjara?” refleks Jessica dibuat terkejut sekali lagi. Saat ini tiba-tiba pikirannya blank. Tak tau harus berbuat apa.
“Baiklah, kurasa semuanya sudah jelas nona! Lebih baik aku permisi dulu!” seru Lukas sambil beranjak dati tempat duduknya.
“Tunggu!” ucap Jessica mencoba menahan kepergian Lukas.
“Apalagi nona?” tanya Lukas sebelum melewati pintu keluar.
“Tiga hari lagi, kalau misalkan aku tidak bisa menggantinya. Bisakah aku berbicara langsung kepada tuan Jack?” tanya Jessica penuh harap.
“Aku juga tidak tau. Kita lihat saja apa yang akan terjadi nanti. Semoga kau beruntung nona Simpson!” itulah kata terakhir yang Lukas ucapkan sebelum ia benar-benar meninggalkan ruangan itu.
Jessica masih sock dan memetung di atas sofa. Ia menjadi tidak berdaya.
###
“Siapa sangka masalahnya akan menjadi serumit ini?” ucap Elsa setelah mengetahui cerita Jessica tadi siang saat didatangi Lukas.
“Aku juga tidak menyangka akhirnya akan ketahuan juga. Padahal aku sudah melakukannya dengan penuh kehati-hatian!” jawab Jessica seraya bercucuran air mata.
“Mark ingin bertemu kita besok malam. Katanya ia akan mengajakmu mencari-cari tempat yang strategis. Tapi, melihat keadaanmu yang seperti ini. Apakah masih mungkin melanjutkan rencana kita?”
“Benarkah? Oh! Bagaimana ini?” Jessica terlihat semakin bingung.
“Kurasa tuan Jack masih berbaik hati memberimu waktu tiga hari jes! Jika tidak ia akan langsung mengirimmu ke penjara!” ucap Elsa sedikit menenangkan Jessica.
“Tiga hari Elsa! Bagiku itu sama saja dengan tidak memberiku waktu sama sekali! Dari mana aku akan mendapatkan uang sebanyak itu? Bahkan tabunganku yang sudah sekian tahun ku simpan tak sampai separuh dari apa yang ia tuntut.”
“Bagaimana jika aku memberikan tabunganku? Setidaknya separuh dari uang tuntutan itu sudah terpenuhi. Tapi selanjutnya, bagaimana dengan rencanamu menjalankan bisnis? Apakah akan berhenti sampai di situ?” tanya Elsa penuh kekhawatiran terhadap nasib sahabatnya.
“Aku akan bernegosiasi dengan tuan Jack. Aku ingin ia memberiku waktu setidaknya tiga bulan.” Ucap jessica mantap. Ia mengambil keputusan untuk memohon perpanjangan waktu pada Jack Charleston.
“Kalau dia tidak memberikan perpanjangan waktu selama itu, bagaimana?” Elsa ragu dengan keputusan sahabatnya.
“Setidaknya aku harus mencobanya. Aku juga tidak ingin melibatkanmu dalam masalahku. Apalagi sampai memakai uang tabunganmu. Aku tidak peduli bahkan jika aku harus berlulut memohon pengampunannya.”
“Jangan Jes! Jangan sampai kau memohon pengampunannya dengan cara seperti itu. Bagaimanapun kau tidak bersalah dari awal. Dia yang mencari gara-gara terlebih dahulu. Jika saja dia tak menjadikanmu karyawan blacklist, tak mungkin kau melakukan hal senekat itu.”
“Pada akhirnya meski tidak bersalah, orang miskin seperti kitalah yang tetap bersalah.” Ucap Jessica seraya menghela nafas berat. Begitu beratnya masalah yang menimpanya kali ini membuatnya tak memiliki kepercayaan diri lagi. Membuatnya ingin menyerah saja.
“Jess! Jangan sungkan untuk memakai uang tabunganku jika itu memang membantu. Lagi pula, jika kau dipenjara. Aku akan berteman dengan siapa?” Elsa menjelaskan dengan wajah memelasnya.
“Oh, Elsa! Kau memang yang terbaik.”
Jam menunjukkan pukul sembilan belas lewat empat puluh lima menit. Jessica dan Elsa tiba di kafe String lebih awal. Tempat itu merupakan kafe kedua yang dikelola Mark. Sesuai janji yang sudah disepakati sebelumnya. Mereka akan menemui Mark West malam ini. Meski sebenarnya mereka malu untuk bertemu Mark. Namun, bukan berarti harus lari dari tanggung jawab. Mereka harus menjelaskan pada Mark, bahwa rencana Jessica untuk membuat sebuah kafe harus diundur. Hal ini terkait dengan biaya yang harus dipakai untuk mengganti rugi biaya perbaikan mobil Jack Charleston. Baik Jessica maupun Elsa sudah sepakat memutuskan untuk menggantinya dengan tabungan yang mereka simpan selama ini. Kafe String terlihat sangat ramai malam itu. Mark datang sedikit terlambat. “Bagaimana? Siap untuk menjelajahi beberapa tempat denganku malam ini?” tanya Mark langsung ketika datang dan duduk di hadapan Jessica. Ditanya begitu Jessica hanya diam tanpa memberi respon sedikitpun. Sebaliknya ia
“Pak Lukas! Kapan saya bisa bertemu tuan Charleston untuk menyelesaikan masalah mobil?” Sebuah pesan masuk pada ponsel Lukas. Ia sengaja meninggalkan nomer handphone pribadinya di struk tagihan yang ia berikan pada Jessica kemarin. Setelah membaca pesan dari Jessica, Lukas segera pergi melapor pada Tuan Jack. “Tuan! Nona simpson menghubungi saya barusan.” Ucap Lukas pada Jack yang saat itu sibuk membaca beberapa dokumen penting. Lukas langsung membacakan pesan itu pada Jack. “Biilang padanya untuk kesini mengantarkannya sendiri lusa.” Ucap Jack penuh ketegasan dalam nada bicaranya. “Baik tuan!” Lukas dengan sigap menjawab. Jack penasaran. Apakah Jessica akan memiliki uang sebanyak itu? Darimana ia mendapatkannya? Jika dipikir-pikir menurut Jack. Kalau benar Jessica selama ini sering menggoda Leon. Tidak menutup kemungkinan ia akan dengan mudah mencari laki-laki hidung belang lain yang bisa ia goda. Melihat wajah Jessica yang sangat can
“Katakan padaku dimana ruangan CEO?” tanyanya menggertak.“Maaf nona! Bos tidak bisa bertemu dengan anda saat ini. Dia sedang keluar!” Clara bangkit mencoba mencegah Jessica.“Kau hohong!” Jessica langsung menuju ruangan yang ada di paling ujung. Setelah ia sampai disana. Ia membaca Papan nama yang terpampang di pintu masuknya. Tertulis bahwa itu adalah ruangan CEO. Namun sebelum ia membuka pintu itu. Clara tiba-tiba menarik tangannya.“Jangan kurang ajar Nona! Ini bukan tempat bermain untukmu! Ada aturannya jika kau ingin memasuki ruangan ini!” bentak Clara merasa kesal.“Aku sudah memberi kabar pada bosmu bahwa aku akan datang hari ini. Lagi pula dia sendiri yang memintaku datang hari ini. Kenapa sekarang malah seakan menghindariku?” Jessica juga berteriak tak mau kalah.“Sebaiknya kau pergi dari sini sebelum bos marah dan mengusirmu dengan kasar!”“Siapa kau mel
“Kau mengancamku dengan memakai rekaman kamera pengawas itu. Rekaman yang menunjukkan aksiku saat dengan sengaja melukai mobilmu. Tapi kau lupa satu hal tuan, kau juga melakukan penghancuran terhadap rumahku dan beberapa propertiku!”Tanpa disangka, Jessica justru menggunakan senjata itu untuk menghindari tuntutannya.“Kau jangan meremehkanku! Aku juga punya rekaman beberapa orang suruhanmu yang sedang mendobrak masuk rumahku dan menghancurkan barang-barang di dalamnya.” Lanjut Jessica setengah mengancam.Bukannya khawatir terhadap ancaman balik dari Jessica. Justru sebaliknya Jack tersenyum mendengar hal itu. Menurutnya itu lucu dan konyol.Melihat reaksi Jack yang seperti itu. Jessica tidak terima dan sedikit emosional.“Apa kau menertawakan rumahku? Kau pikir seluruh properti di dalamnya tidak bernilai? aku bahkan hampir menghabiskan seluruh tabunganku saat memperbaikinya. Bahkan ada beberapa barang yang terpaksa ha
“Apa?” Jessica terkejut dengan persyaratan yang diajukan oleh Jack. Ia hanya bisa melongo dan tiba-tiba otaknya blank. Tak tau harus berkata apa.“Itu bukan permintaan tapi perintah dariku. Jika kau setuju, besok kau sudah harus mulai bekerja. Jika kau tidak setuju. Maka,..” Jack menjeda ucapannya sejenak. Sengaja ingin membuat Jessica penasaran.“Maka apa tuan?” tanya Jessica menuntut jawaban.“Maka hutangmu yang separuh akan berbunga dua kali lipat setiap bulannya.” Ucap Jack dengan senyuman kemenangan di bibirnya.“What?”“Oh ya, satu hal yang perlu kau ketahui. Aku sama sekali tidak gentar dengan ancamanmu! Jadi percuma saja kau mencari cara agar aku bisa membebaskan hutangmu. Sekarang, kau tak perlu banyak bernegoisasi denganku. Cukup ikuti saja perintahku nona!” ucap Jack sambil merapikan dasinya puas. “Kupikir, ini sudah saatnya aku makan siang. Jadi aku permisi du
Malam harinya Elsa belum pulang ke rumah. Sepertinya ia sedang lembur. Sedangkan Jessica sendirian di rumah Elsa. Ingin sekali rasanya menumpahkan seluruh keluh kesahnya pada sahabatnya itu. Tapi sayang, ia harus menunggu hingga Elsa pulang kerja. Baginya begitu sulit untuk memejamkan mata jika ia belum menumpahkan seluruh yang terpikirkan di dalam pikirannya pada Elsa.“Jessica! Kau belum tidur?” Panggil Elsa saat melihat lampu kamar masih menyala.“Belum. Oh Elsa, aku menunggumu sejak tadi.” Ujar Jessica yang terlihat bersemangat menyambut sahabatnya pulang kerja.“Kebetulan aku membawakan ayam goreng dari kantorku. Jatah lemburku dan juga ada lebihan milik beberapa teman. Mari makan bersama jika kau mau.”“Tidak. Aku tidak berselera makan.” Jawab Jessica“Ada apa?” tanya Jessica heran terhadap respon Jessica. Biasanya dia paling bersemangat jika itu masalah makanan. “ Oh, ya
Keesokan harinya Elsa sudah siap-siap dan rapi untuk bekerja. Namun ia merasa heran melihat Jessica yang masih malas-malasan dikasur dengan boneka beruang kesayangannya. Ia yang sejak tadi membangunkan hanya disahuti dengan sepatah atau dua patah kata saja.Elsa heran kenapa Jessica semalas itu jika ia akan bekerja di perusahaan besar seperti Charleston Tower. Jika itu dirinya ia akan berusaha datang sepagi mungkin untuk mencari perhatian bos muda setampan Jack Charleston. Meski Elsa belum pernah bertemu langsung dengan Jack. Namun, ia sering melihatnya di beberapa acara televisi.“Jess! Aku berangkat. Tidak akan ada lagi yang membangunkanmu. Kau yakin tidak akan mulai bekerja hari ini?” tanya Elsa sambil sibuk merapikan penampilannya.“Jess!” Elsa memanggil sekali lagi. Karena panggilannya yang pertama belum ada jawaban.“Iya, aku mulai besok saja. Aku sedang tidak enak badan.” Ucap Jessica akhirnya mengutarakan keluha
“Tuan! Apakah mobil ini milik perusahaan?”“Bukan nona! Ini milik tuan Jack.” Jawabnya sambil menyalakan mesin mobil dan siap berangkat menuju perusahaan Charleston.“Lalu bagaimana aku bisa diberikan hak untuk menaiki mobil sebagus ini? Hm, maksudku. Apakah posisiku nanti begitu penting di sana? Sehingga aku diberikan fasilitas antar jemput dari perusahaan?.”Sambil tersenyum Lukas menjawab. “Tidak tau nona! Tapi satu hal yang saya ketahui. Tuan khawatir kau tidak mau bekerja disana jika bukan aku sendiri yang mengantar dan menjemputmu.”“Maksudnya? Aku tidak mengerti tuan.” Tanya Jessica sambil meringis menahan sakitnya.“Begini nona. Tuan Khawatir kau tidak masuk kerja jika bukan aku sendiri yang menjemputmu.”Jessica masih belum mengerti dengan maksud perkataan Lukas. Ia heran. Bukankah tanpa antar jemput pun ia tetap harus terpaksa bekerja di sana? Karena hal itu me
Sementara di perusahaan Charleston. Saat Jack mendengar kabar dari Lukas. Ia segera mengumpulkan bagian terpenting dari masing-masing departemen di perusahaannya. Ia mengadakan rapat darurat tiba-tiba.“Baru saja aku mendapat kabar tentang kondisi nona Jessica Simpson. Dokter bilang ia pingsan karena kelelahan. Aku tidak mau tau apa yang telah kalian lakukan kepadanya. Aku hanya ingin menanyakan suatu hal.” Jack diam sejenak sambil menarik nafas dalam-dalam dan memejamkan matanya. Sebelum akhirnya ia melanjutkan pertanyaannya.Apakah menurut kalian. Kalian berhak menyiksa seseorang hingga jatuh pingsan karena kelelahan seperti itu?” tanya Jack saat dalam rapat darutat. Ia menanyakan dengan ekpresinya yang sangar. Wajahnya memerah menahan amarah.Yang ditanyakan diam tanpa suara. Hening, mereka tak berani menjawab pertanyaan Jack.Apakah begini cara kalian memperlakukan setiap karyawan yang magang selama ini?Mereka semua masih sam
Sesampainya di rumah sakit Jessica segera diperiksa. Lukas hanya bisa menjaganya dari luar. Ia tak menghubungi siapapun yang bisa menjadi walinya. Ia tau betul Jessica hanyalah seorang anak yatim yang hidup sendirian. Dalam hati ia berharap Jessica akan baik-baik saja.Setelah seorang dokter terlihat keluar dari ruang gawat darurat ia segera menghampirinya.“Bagaimana dok? Apa yang terjadi kepada anak itu?” tanyanya penuh kekhawatiran.“Dia baik-baik saja. Dia hanya kelelahan. Sepertinya ia mengalami kram perut akibat siklus darah haidnya yang tidak lancar. Mungkin karna rasa sakitnya itu yang membuatnya pingsan. Untuk keseluruhan dia sehat.” Ucap dokter itu optimis.Mendengar penjelasan dokter. Lukas hanya bisa bernafas lega.“Apakah dia sudah sadar dok?” tanyanya sekali lagi.“Ia, bahkan dia sudah boleh di bawa pulang. Anda bisa menebus obatnya nanti setelah menyelesaikan prosedur administrasi.&rdq
Benar dugaan Jessica bahwa Clara akan sama kejamnya dengan Jack Charleston. Ia memperkenalkan Jessica pada bagian-bagian penting di Perusahaan. Namun, ia menunjuknya sebagai pembantu umum. Itu artinya siapapun yang butuh bantuannya. Bisa dengan leluasa memerintahnya. Tidak hanya dalam hal penting yang berkaitan dengan masalah pekerjaan. Seperti hanya menyuruh untuk memfotokopikan dan sebagainya. Namun juga dapat memerintah dalam hal sepele seperti membeli makan atau minuman kesukaan.Jessica harus mondar mandir Melewati beberapa lantai demi melaksanakan pekerjaan apa saja yang mereka perintahkan. Ia bahkan harus menahan rasa sakit yang sejak tadi pagi menderanya. Sehingga akhirnya ada fase dimana ia sudah tidak sanggup lagi melakukan semua hal itu. Ia sudah tidak kuat lagi berjalan kesana kemari demi memenuhi panggilan siapa saja yang membutuhkan.Tenaga jessica sudah terkuras habis bahkan sebelum istirahat untuk makan siang. Rasa sakit dibawah perutnya semakin menjadi
“Tuan! Apakah mobil ini milik perusahaan?”“Bukan nona! Ini milik tuan Jack.” Jawabnya sambil menyalakan mesin mobil dan siap berangkat menuju perusahaan Charleston.“Lalu bagaimana aku bisa diberikan hak untuk menaiki mobil sebagus ini? Hm, maksudku. Apakah posisiku nanti begitu penting di sana? Sehingga aku diberikan fasilitas antar jemput dari perusahaan?.”Sambil tersenyum Lukas menjawab. “Tidak tau nona! Tapi satu hal yang saya ketahui. Tuan khawatir kau tidak mau bekerja disana jika bukan aku sendiri yang mengantar dan menjemputmu.”“Maksudnya? Aku tidak mengerti tuan.” Tanya Jessica sambil meringis menahan sakitnya.“Begini nona. Tuan Khawatir kau tidak masuk kerja jika bukan aku sendiri yang menjemputmu.”Jessica masih belum mengerti dengan maksud perkataan Lukas. Ia heran. Bukankah tanpa antar jemput pun ia tetap harus terpaksa bekerja di sana? Karena hal itu me
Keesokan harinya Elsa sudah siap-siap dan rapi untuk bekerja. Namun ia merasa heran melihat Jessica yang masih malas-malasan dikasur dengan boneka beruang kesayangannya. Ia yang sejak tadi membangunkan hanya disahuti dengan sepatah atau dua patah kata saja.Elsa heran kenapa Jessica semalas itu jika ia akan bekerja di perusahaan besar seperti Charleston Tower. Jika itu dirinya ia akan berusaha datang sepagi mungkin untuk mencari perhatian bos muda setampan Jack Charleston. Meski Elsa belum pernah bertemu langsung dengan Jack. Namun, ia sering melihatnya di beberapa acara televisi.“Jess! Aku berangkat. Tidak akan ada lagi yang membangunkanmu. Kau yakin tidak akan mulai bekerja hari ini?” tanya Elsa sambil sibuk merapikan penampilannya.“Jess!” Elsa memanggil sekali lagi. Karena panggilannya yang pertama belum ada jawaban.“Iya, aku mulai besok saja. Aku sedang tidak enak badan.” Ucap Jessica akhirnya mengutarakan keluha
Malam harinya Elsa belum pulang ke rumah. Sepertinya ia sedang lembur. Sedangkan Jessica sendirian di rumah Elsa. Ingin sekali rasanya menumpahkan seluruh keluh kesahnya pada sahabatnya itu. Tapi sayang, ia harus menunggu hingga Elsa pulang kerja. Baginya begitu sulit untuk memejamkan mata jika ia belum menumpahkan seluruh yang terpikirkan di dalam pikirannya pada Elsa.“Jessica! Kau belum tidur?” Panggil Elsa saat melihat lampu kamar masih menyala.“Belum. Oh Elsa, aku menunggumu sejak tadi.” Ujar Jessica yang terlihat bersemangat menyambut sahabatnya pulang kerja.“Kebetulan aku membawakan ayam goreng dari kantorku. Jatah lemburku dan juga ada lebihan milik beberapa teman. Mari makan bersama jika kau mau.”“Tidak. Aku tidak berselera makan.” Jawab Jessica“Ada apa?” tanya Jessica heran terhadap respon Jessica. Biasanya dia paling bersemangat jika itu masalah makanan. “ Oh, ya
“Apa?” Jessica terkejut dengan persyaratan yang diajukan oleh Jack. Ia hanya bisa melongo dan tiba-tiba otaknya blank. Tak tau harus berkata apa.“Itu bukan permintaan tapi perintah dariku. Jika kau setuju, besok kau sudah harus mulai bekerja. Jika kau tidak setuju. Maka,..” Jack menjeda ucapannya sejenak. Sengaja ingin membuat Jessica penasaran.“Maka apa tuan?” tanya Jessica menuntut jawaban.“Maka hutangmu yang separuh akan berbunga dua kali lipat setiap bulannya.” Ucap Jack dengan senyuman kemenangan di bibirnya.“What?”“Oh ya, satu hal yang perlu kau ketahui. Aku sama sekali tidak gentar dengan ancamanmu! Jadi percuma saja kau mencari cara agar aku bisa membebaskan hutangmu. Sekarang, kau tak perlu banyak bernegoisasi denganku. Cukup ikuti saja perintahku nona!” ucap Jack sambil merapikan dasinya puas. “Kupikir, ini sudah saatnya aku makan siang. Jadi aku permisi du
“Kau mengancamku dengan memakai rekaman kamera pengawas itu. Rekaman yang menunjukkan aksiku saat dengan sengaja melukai mobilmu. Tapi kau lupa satu hal tuan, kau juga melakukan penghancuran terhadap rumahku dan beberapa propertiku!”Tanpa disangka, Jessica justru menggunakan senjata itu untuk menghindari tuntutannya.“Kau jangan meremehkanku! Aku juga punya rekaman beberapa orang suruhanmu yang sedang mendobrak masuk rumahku dan menghancurkan barang-barang di dalamnya.” Lanjut Jessica setengah mengancam.Bukannya khawatir terhadap ancaman balik dari Jessica. Justru sebaliknya Jack tersenyum mendengar hal itu. Menurutnya itu lucu dan konyol.Melihat reaksi Jack yang seperti itu. Jessica tidak terima dan sedikit emosional.“Apa kau menertawakan rumahku? Kau pikir seluruh properti di dalamnya tidak bernilai? aku bahkan hampir menghabiskan seluruh tabunganku saat memperbaikinya. Bahkan ada beberapa barang yang terpaksa ha
“Katakan padaku dimana ruangan CEO?” tanyanya menggertak.“Maaf nona! Bos tidak bisa bertemu dengan anda saat ini. Dia sedang keluar!” Clara bangkit mencoba mencegah Jessica.“Kau hohong!” Jessica langsung menuju ruangan yang ada di paling ujung. Setelah ia sampai disana. Ia membaca Papan nama yang terpampang di pintu masuknya. Tertulis bahwa itu adalah ruangan CEO. Namun sebelum ia membuka pintu itu. Clara tiba-tiba menarik tangannya.“Jangan kurang ajar Nona! Ini bukan tempat bermain untukmu! Ada aturannya jika kau ingin memasuki ruangan ini!” bentak Clara merasa kesal.“Aku sudah memberi kabar pada bosmu bahwa aku akan datang hari ini. Lagi pula dia sendiri yang memintaku datang hari ini. Kenapa sekarang malah seakan menghindariku?” Jessica juga berteriak tak mau kalah.“Sebaiknya kau pergi dari sini sebelum bos marah dan mengusirmu dengan kasar!”“Siapa kau mel