Share

76. Gusar

Penulis: Yuli F. Riyadi
last update Terakhir Diperbarui: 2023-11-22 09:47:38

Luna menyelinap keluar dari kerumunan banyak tamu setelah sebelumnya dia pamit kepada Ricko. Seharian berdiri dan terus tersenyum menyambut tamu membuat tubuhnya agak pegal. Dia hanya ingin ke toilet sebentar untuk mengeluarkan isi kandung kemihnya yang sudah kencang.

Dia menuju ke belakang gedung melalui pintu sebelah kiri, lalu berjalan sedikit sebelum berbelok ke sebuah lorong yang menghubungkan ke arah toilet.

Namun, tepat ketika dirinya berbelok sesuatu yang tidak pernah dia bayangkan terlihat. Luna memekik kaget ketika melihat Delotta tengah berciuman dengan Daniel. Dengan Daniel! Iya, dia tidak salah lihat.

Luna menutup mulutnya yang terbuka dengan telapak tangan. Pemandangan yang dia lihat cukup membuatnya syok. Begini, dia tahu kalau Delotta dan Daniel dekat. Tapi demi Tuhan, Luna tidak berpikir kalau mereka mungkin memiliki hubungan yang lebih intim daripada hanya sekedar dekat. Tapi pria itu Daniel! Astaga!

Otak warasnya langsung berpikir, bagaimana kalau Ricko tahu? Ata
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (1)
goodnovel comment avatar
Owoh Lee Lea
bikin panas kamu dave
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Pesona Teman Papa   77. Alasan

    Brengsek! Lagi-lagi dia bersikap kurang ajar. Meski terkejut Delotta tidak diam saja. Dengan cepat kesadarannya pulih dan tangannya mendorong lelaki itu menjauh. Posisinya saat ini benar-benar tidak menguntungkan. Berat tubuhnya terbebankan sepenuhnya di lengan Dave sehingga dia kesulitan untuk bangun dengan benar. Delotta tidak kehilangan akal, dia menarik jas Dave, menjadikannya sebagai tumpuan agar dia bisa berdiri lagi. Ciuman sialan itu terlepas, dan dia berhasil berdiri dengan wajah merah padam. "Brengsek!" makinya mendorong keras dada Dave. "Kamu pikir kamu itu siapa?!" jeritnya tertahan. Meski emosinya meluap-luap Delotta tak ingin menarik perhatian. Bisa saja ada tamu yang melewati lorong ini. "Pacar kamu. Kita belum sepakat putus dulu itu."Delotta menggeram jengkel. Lagi-lagi Dave mengatakan hal konyol. Dasar tidak tahu malu. "Mimpi aja terus kamu!" ujarnya ketus sebelum beranjak meninggalkan Dave. Namun, baru beberapa langkah dia berbalik lagi. Dave bahkan tersenyum s

    Terakhir Diperbarui : 2023-11-23
  • Pesona Teman Papa   78. Pagi = Lelah

    "Pa! Nggak bisa gitu dong, Pa.""Apanya yang nggak bisa?""Itu namanya papa nyodorin aku ke mulut buaya.""Otta, Dave nggak seperti itu.""Dari mana Papa tau? Papa nggak mengenal dia dengan baik." Ricko mengembuskan napas panjang beberapa kali. Rasa lelah makin bergelayut. Dia tidak ingin berdebat dengan putrinya, tapi Delotta terus saja melayangkan protes karena keputusannya."Izinkan saya antar jemput Delotta tiap hari, Om. Saya akan menjaga sikap." Ricko teringat permintaan Dave waktu mengunjungi rumah sakit. Dia ingin menolak karena bisa saja putrinya melakukan hal lebih dari sekedar mematahkan hidung. Tapi Dave bersikeras. "Saya ingin hubungan saya dengan Delotta bisa kembali seperti dulu. Saya harap Om mengizinkan," ucap Dave lagi dengan wajah penuh permohonan yang akhirnya membuat Ricko mengangguk setuju. Mungkin juga ini sebagai kompensasi, wujud terima kasihnya karena Dave tidak melaporkan Delotta ke pihak berwajib. Sebab saat Ricko datang, dia melihat dua polisi sedang me

    Terakhir Diperbarui : 2023-11-24
  • Pesona Teman Papa   79. Make Out

    "Kayaknya dia memang punya strategi deketin kamu, ya. Usahanya perlu diacungi jempol." Wajah Delotta makin masam mendengar Daniel mengatakan itu. Dia baru saja menceritakan kejadian pagi ini dan permintaan Ricko sebelum berangkat ke Eropa. "Lakuin sesuatu dong, Om," rajuknya lagi. "Mungkin untuk sementara kamu nurut dulu apa kata papa kamu. Hanya antar-jemput, kan?" "Hm, awalnya antar-jemput, ntar lama-lama minta lain lagi," kesah Delotta sambil memandangi Daniel kesal. Pria yang rahangnya membayang akibat bekas cukur itu terkekeh. "Kalau dia sudah aneh-aneh, aku nggak mungkin diam saja, Sayang," ucapnya tersenyum. Telapak tangannya menyentuh paha Delotta dan mengusapnya naik turun. "Seminggu ini aku di antar-jemput dia memangnya Om nggak masalah?" tanya Delotta seraya memicingkan mata. Dua lengannya yang sedari tadi nyangkut di leher Daniel saling tertaut satu sama lain. "Nggak masalah kalau sekedar itu. Asal dia nggak sembarangan mencium kamu lagi."Delotta tertegun sesaat me

    Terakhir Diperbarui : 2023-11-25
  • Pesona Teman Papa   80. Apartemen Dave

    Delotta benci macet, tapi tetap saja traffic jam seperti itu tidak bisa dia hindari. Sudah bukan hal yang 'wow' lagi jika jalanan ibukota macet di saat hari-hari kerja. Jangankan ibukota, kota biasa saja macet. Dan kabar buruknya macet kali ini terasa lebih panjang dan lama lantaran seseorang yang duduk bersisian dengannya.Gadis itu mengembuskan napas beberapa kali. Mungkin jika Daniel yang ada di dekatnya kemacetan ini tidak akan ada artinya. Delotta bisa bicara apa pun atau melakukan sesuatu untuk membunuh bosan bersama pria itu. Namun kenyataannya sore ini dia terjebak bersama Dave. "Mampir ke apartemenku ya," ujar Dave yang langsung mendapat respons dari Delotta. "Apa? Ngapain? Nggak mau. Aku mau pulang ke rumah. Capek." Delotta sudah membayangkan berendam di air hangat dengan busa berlimpah lalu akan meminta Sari untuk memijat kepalanya. "Apartemenku nggak jauh dari sini. Sekalian makan malam. Kalau jalanan nggak terlalu macet baru kamu aku antar pulang," bujuk Dave. Dia men

    Terakhir Diperbarui : 2023-11-26
  • Pesona Teman Papa   81. Tidak Ada Kabar

    Dave langsung meloncat turun dari kamar ketika mendengar suara benda jatuh dari arah dapur. Setengah berlari dia menuruni anak tangga. Dan dia terkejut melihat Delotta tengah berjongkong di depan pecahan mug dengan tatapan nanar. "Otta! Kamu baik-baik aja? Apa ada yang luka?" tanya Dave tampak cemas ikut berjongkok, menarik tangan Delotta, dan menelitinya. Delotta menggeleng pelan. "Sori, Dave. Aku udah mecahin mug kamu.""It's ok. Yang penting kamu baik-baik aja. Ayo, bangun. Itu biar aku yang bersihin." Dave menarik pelan gadis itu lalu membimbingnya duduk di sofa. Setelah itu dia sibuk membereskan pecahan mug. Ini hari ketiga Delotta mampir ke apartemen Dave. Awalnya terpaksa, tapi sekarang secara sukarela dia mengangguk ketika Dave mengajaknya mampir ke apartemennya lagi. Dan biasanya selepas makan malam Dave baru mengantar gadis itu pulang. Dave memiliki makan malam sendiri yang tiap hari dikirim oleh ibunya. Dia hanya tinggal memanaskan di microwave. "Lagi mikirin apa? Kam

    Terakhir Diperbarui : 2023-11-27
  • Pesona Teman Papa   82. Rindu

    Delotta baru saja selesai membersihkan diri ketika perhatiannya teralihkan ke jendela kamar yang dia lihat bergerak. Tirainya melambai tertiup angin dan daun jendela itu sedikit terbuka. Kepala Delotta meneleng mengingat apakah dirinya sempat membuka jendela itu sebelum beranjak ke kamar mandi. Tidak mau berpikir macam-macam dia pun bergerak menutup kembali jendela tersebut. Di rumah saat ini hanya ada dirinya dan para asisten yang mungkin sekarang sudah terlelap. Di luar masih ada dua security yang berjaga jadi dia merasa aman. Delotta menarik selimut dan masuk ke dalamnya, lalu menekan sakelar, dan lampu kamar seketika padam kecuali lampu tidur di atas nakas. Dia baru saja memposisikan bantal tidurnya agar bisa merebah dengan nyaman ketika lagi-lagi sebuah suara mengalihkan perhatiannya. Gadis itu urung merebah dan tiba-tiba perasaan tidak nyaman merayap. Bola matanya bergerak menyapu setiap penjuru kamar, tapi tidak menemukan sesuatu yang mencurigakan. "Masa iya di kamar ini a

    Terakhir Diperbarui : 2023-11-28
  • Pesona Teman Papa   83. Dia Pulang

    Ina menyajikan sarapan dengan tatapan yang tak lepas dari gerak-gerik Delotta. Matanya menyipit melihat Delotta begitu tenang menyantap roti bakar isi daging buatannya."Pagi ini muka Non Otta cerah ya. Agak glowing glowing gitu," katanya dengan nada seperti orang sedang menyindir. Mendengar itu Delotta mengangkat alis, tak paham. Dia tidak merespons dan lebih pilih mengunyah roti yang tersisa. "Bukannya Non Otta tiap hari juga glowing, ya?" timpal Bi Sari yang baru datang membawa dua gelas susu. "Loh, Bi? Kok susunya dua?" tanya Delotta heran. "Buat Mas Dave, paling sebentar lagi datang."Sejak antar-jemput Delotta beberapa hari belakangan, Dave sering numpang sarapan di rumah, tapi Delotta tak bisa melarang karena dia sendiri sering menumpang makan malam di apartemen lelaki itu. Jadi impas. "Glowingnya Non Otta kali ini beda." Ina bersuara lagi. "Non Otta yakin nih pagi ini nggak ada yang bikin Non seneng?" Delotta mengernyit makin tak paham apa yang asistennya itu katakan. Di

    Terakhir Diperbarui : 2023-11-29
  • Pesona Teman Papa   84. Murka

    Delotta tentu berpikir untuk memberi tahu Ricko tentang hubungannya dengan Daniel. Walaupun tidak dalam jangka waktu dekat. Namun, sebelum itu terjadi Ricko—yang dia duga masih berada di Eropa—malah memergokinya bermesraan dengan Daniel. Lalu segalanya berantakan. Wajah Delotta pucat pasi. Dua tangannya mencengkeram erat lengan kemeja Daniel. Ketakutan luar biasa merambat. Dia tidak berharap Ricko tahu semuanya dalam keadaan dirinya berada di pangkuan Daniel.Delotta menelan ludah ketika melihat wajah Ricko yang merah padam sebelum pria itu berbalik dan bergerak ke sofa penerima tamu di balik ruang kerja Daniel. "Om, gimana ini?" tanya Delotta dengan wajah panik yang tidak bisa dia sembunyikan. "Kamu tenang, oke? Semua akan baik-baik saja," ucap Daniel. Tidak seperti Delotta, wajah pria itu tampak tenang meskipun tidak juga terlihat santai. Boow waktu sudah memercikan api, dan sebentar lagi siap meledak.Daniel membenarkan kembali pakaian Delotta. Lalu menurunkan gadis itu dari pa

    Terakhir Diperbarui : 2023-11-30

Bab terbaru

  • Pesona Teman Papa   Extra Part - Kebahagian Daniel-Delotta

    "Adik bayi itu dari angsa terbang, Mam?" Pertanyaan yang diajukan dengan nada khas balita itu membuat Dellota dan Daniel terkekeh. Kavia masih penasaran dengan kemunculan adik bayi. Gyan di sisi gadis kecil itu menarik napas panjang. "Bukan Kavia, kan aku udah bilang itu mitos." "Aku nggak tau mitos itu apa." Kavia tidak peduli dan meloncat ke bed ibunya. Seketika Daniel memekik tertahan. "Hati-hati, My Princess. Kamu bisa jatuh," ucapnya dengan dada yang masih berdebar kencang. "Aku cuma mau lihat adik bayi." Kavia bergerak ke sisi ibunya yang tengah menyusui adik barunya. "Mami, boleh aku ikut nenen juga sama mami?" Lagi-lagi Delotta terkekeh. Tangannya terjulur mengusap kepala Kavia dengan lembut. "Kavia kan udah jadi kakak, masa masih mau nenen ke mami?" "Kavia, nenen itu cuma buat bayi. Kita udah jadi kakak, udah besar. Kamu mau diejek sama teman-teman kalau masih nenen sama mami?" Gyan menggeleng tak habis pikir dengan keinginan adiknya. Namun Kavia lagi-lagi tak peduli

  • Pesona Teman Papa   Extra Part - Anak Ketiga

    Tangan Daniel menggenggam kemudi dengan erat. Gigi-gigi dalam rongga mulutnya gemeretakan menahan kesal. Beberapa kali dia menghela napas panjang untuk menghalau amarah akibat tingkah sekretarisnya. Dia tidak habis pikir bagaimana bisa seorang sekretaris baru seberani itu? Kepalanya penuh dengan Delotta sekarang. Beberapa hari belakangan wanita itu sering uring-uringan perkara sekretaris baru Daniel. Dan malam ini kekhawatiran Delotta terbukti. Daniel membelokkan kemudi ke kawasan rumah mewahnya. Pintu gerbang rumah terbuka saat sensor di sana mengenali mobilnya. Dia bergerak masuk melewati halaman taman yang luas, mengitari tugu air mancur warna-warni hingga mobilnya tepat berhenti di depan teras rumah. Dia turun begitu saja dari mobil dan memasuki rumah yang pintunya otomatis terbuka. Langkahnya berbelok ke kanan menuju jalan alternatif yang akan langsung menuju kamar pribadinya. Ketika tangannya menyentuh sebuah dinding berlapis marmer, dinding itu lantas bergerak terbuka. Danie

  • Pesona Teman Papa   Extra Part - Lembur

    Pekerjaan membuat Daniel harus tinggal lebih lama di kantor. Beberapa saat lalu dia baru saja mengakhiri panggilan video dengan istri dan anak-anaknya yang tengah bersiap tidur. Ini menjadi hal yang sulit untuknya. Dellota tengah hamil anak ketiga, tapi pekerjaan malah makin membuat pria itu sibuk. Tak jarang dia meninggalkan istri dan anak-anak keluar kota. Blue Jagland Indonesia makin melebarkan sayap. Bisnisnya mulai menggurita di beberapa sektor. Itu yang membuat Daniel makin sibuk. Sampai-sampai Gyan dan Kavia protes karena waktu bermain mereka dengan sang papi jadi berkurang. Tidak jarang weekend pun Daniel tetap bekerja."I'm sorry, Baby. Tapi semua ini memang sulit ditinggal," ucap Daniel suatu kali ketika Delotta protes tentang jam kerjanya yang makin tak masuk akal."Tapi kami juga butuh waktu kamu. Lima hari kerja memangnya nggak cukup? Kalau majunya perusahaan malah bikin kamu nggak punya waktu buat kami lebih baik perusahaan nggak usah maju aja." Delotta bersedekap tangan

  • Pesona Teman Papa   Extra Part - Gyan

    Delotta terkikik geli saat melihat Kavia tidur di lengan Daniel—yang juga ikutan tidur dengan lelap. Batita itu terlihat begitu nyaman tidur sambil memegangi lengan Daniel. Dalam keadaan begitu, keduanya tampak begitu mirip. Lima belas menit lalu Delotta sengaja menitipkan putrinya yang sudah dia dandani kepada Daniel. Bahkan dia juga berpesan untuk membawa Kavia jalan-jalan. Dan ternyata jalan-jalan mereka ke pulau kapuk. Delotta bersandar pada kusen pintu menatap mereka. Untuk semua alasan dia sangat bersyukur dengan keadaannya yang sudah sampai sejauh ini.Kepala Delotta menggeleng pelan sambil tersenyum melihat pemandangan itu. Tidak mau mengganggu, dia pun keluar. "Adek mana, Mam?" tanya Gyan saat melihat ibunya berjalan sendiri tanpa Kavia di gendongannya. "Lagi tidur sama papi," ujar Delotta pelan. "Kok tidur sih? Ini kan udah sore? Papi juga janji mau main bola sama aku." Wajah Gyan cemberut, pipi chubby-nya memerah. "Iya maafin, Papi. Nanti kalau Papi udah bangun kamu b

  • Pesona Teman Papa   Extra Part - Satu Lagi

    "Boleh satu lagi?" Delotta berjengit ketika Daniel mencium perutnya. Dia kaget dengan permintaan Daniel. Demi Tuhan! Kavia baru lepas dari asi eksklusif bisa-bisanya Daniel memintanya untuk memberi anak lagi. "Aku masih capek. Tenagaku masih perlu dipulihkan. Ya aku tau kamu memberiku bala bantuan. Tapi paling enggak tunggu sampai Kavia usia dua tahun?""Dua tahun? Bahkan hamil kedua saat Gyan umur satu tahun. Ayolah Sayang, kamu menikah bukan sama pria muda.""Ya, lalu?" Daniel menggigit bibir, tapi lantas menundukkan kepala sambil melukis gerakan abstrak dengan ujung jari di atas lengan Delotta. Mirip sekali dengan Gyan saat merajuk. "Kalau dilama-lamain lagi aku takut dikira sedang menggendong cucu nanti," ujar pria itu, yang mau tak mau membuat Delotta menyemburkan tawa. Daniel berdecak malas melihat reaksi istrinya. "Apanya yang lucu coba?"Delotta mengibas-ngibaskan tangan di depan wajah untuk meredakan tawa. "Maaf, Sayang." Segera mungkin Delotta mendekat dan menyelipkan t

  • Pesona Teman Papa   Extra Part - Kado

    "Ah!" Delotta menengadah sambil menggigit bibir. Rintihan lirihnya membuat suasana di sekitar makin panas. Peluh membanjiri kulit tubuhnya yang seputih susu. Pinggulnya terus bergerak maju mundur dengan tempo sedang. Di bawahnya, Daniel mengerang. Dua tangannya merangkum dada Delotta. Sesekali jarinya menjepit gemas dua puncak dada itu yang kadang mengeluarkan cairan asi. "Sayang, ini perlu dipumping lagi kayaknya deh," ucap Daniel saat jarinya merasakan basah ketika menekan puncak dada istrinya. "Sebentar lagi," sahut Delotta agak terbata. Melihat wajah memerah Delotta, Daniel tersenyum. Dia segera mengambil alih permainan. Ditariknya tubuh gadis itu sampai jatuh ke pelukannya. Lantas dari bawah pinggulnya bergerak menghantamkan miliknya lebih keras dan dalam sampai-sampai membuat Delotta terpekik. "Aku bantu," ucap pria itu memberikan hujaman demi hujaman. Erangan dan desahan Delotta makin menjadi. Dirinya yang memang sudah tidak bisa menahan diri lagi dengan cepat meraih kep

  • Pesona Teman Papa   Extra Part - Welcome To The World

    Daniel mencium pipi Delotta yang sedang mengoles selai pada sehelai roti. Dia lantas beranjak duduk di kursi makan paling ujung. Tepat di depannya ada satu tangkup sandwich segitiga dengan isian sayur. Tangannya meraih gelas panjang berisi air putih dan meneguknya hinga isinya tersisa setengah. Perlahan Delotta duduk di kursi. Perutnya yang sudah membesar membuatnya agak kesulitan bergerak. "Yakin bukan hari ini lahirannya?" tanya Daniel yang selalu seperti menahan sesuatu ketika Delotta bergerak. Ada rasa khawatir tiap kali melihat Delotta tampak kesusahan dengan perutnya yang makin besar. "Yakinlah. Masih sepuluh hari lagi kata dokter." Delotta menggigit roti selai cokelat yang dia buat tadi. "Tapi perut kamu kayak mau jatuh gitu aku liatnya." Delotta memutar bola mata. "Memang Om nggak pernah liat orang hamil sebelumnya?" "Ya, ya liat sih, tapi kan baru sekarang liat istri hamil." "Ya terus apa bedanya? Orang hamil ya begini, namanya juga udah bulannya. Wajar dong kalau peru

  • Pesona Teman Papa   111. Love You Forever

    Belum lengkap rasanya ke Santorini tanpa menikmati Oia sunset di atas ketinggian kota kecil di ujung utara pulau ini. Delotta merasa beruntung karena dia bisa melihat gradasi jingga yang memendar di langit dan bangunan-bangunan unik khas Cyclades berwarna putih bersama orang yang dia cintai. Delotta bisa merasakan kehangatan udaranya. Ditambah pelukan lengan kokoh Daniel di balik punggungnya. Senja terasa sempurna berkat itu. "Are you happy?" "Sure because of you." Tangan Delotta terulur menggapai wajah Daniel yang bersandar di bahunya. "Dia pasti senang juga," ucap Daniel sambil meraba perut Delotta. "Iya dong pasti. Kalau dia lahir kita bakal ke sini lagi kan, Om?" "Ke mana pun kamu mau. Tapi sekarang kita harus pulang ke hotel. Jalan-jalan hari ini cukup. Kamu butuh istirahat." Lelah, tapi cukup terbayarkan semuanya. Seharian ini Daniel menuruti semua keinginan istrinya untuk menjelajah pulau. Dimulai dari Desa Wisata Pygros—yang memiliki jalan-jalan sempit berliku, tembok b

  • Pesona Teman Papa   110. Pesta Pernikahan

    Tya memandang takjub potrait foto Daniel dan Delotta yang dipajang secara estetik di pintu masuk menuju ballroom hotel tempat resepsi pernikahan mereka diadakan. Ukiran inisial huruf D ganda bertinta emas di keramik berbentuk persegi panjang, terpasang cantik di sebelah foto itu dengan hiasan tabung panjang berisi lilin buatan dan segerombolan bunga mawar peony. Di foto itu, Daniel yang terlihat tampan tengah tertawa sambil menatap Delotta yang juga tengah tertawa lebar. Hanya melihat dari foto saja kebahagiaan mereka lantas menular. Di sepanjang dinding koridor setelah melewati petugas keamanan, foto mereka juga dipasang setiap jarak dua meter. "Ini kapan mereka foto beginian sih?" gumam Tya masih dengan tatap takjub. Beberapa tamu sudah melewatinya, meninggalkan gadis itu yang tampak masih mengamati pameran foto prewed ala-ala Daniel Delotta. "Lo mau di sini terus?" Pertanyaan itu membuat Tya menoleh. Dia menemukan Dave dengan setelan jas kupu-kupu berada di sebelahnya. "Dave

DMCA.com Protection Status