Share

15. Penculikan

Author: Delly Rain Fello
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

Mila dengan wajah murung keluar dari kamar sudah dengan pakaian rapi. Kemeja dan celana bahan yang agak ia turunkan di bagian perut, tetap saja terasa sesak karena perutnya sudah mulai membesar.

Bu Ida mengerutkan alis melihat Mila. Mila tanpa mengurangi rasa hormat menyalami tangan Bu Ida.

"Mila pamit dulu ya, Bu," ujar Mila. 

"Lho? Kamu mau ke mana, Mila?" tanya Bu Ida dengan nada kurang senang. Matanya yang awas plarak plirik ke sekitar, takut banyak tetangga yang lihat dan mulai bergunjing lagi. 

"Ehm ... anu ... Mila mau ke pabrik tempat Mila kerja dulu. Mau ngelamar kerja lagi."

"Lah dalah!  Emange mereka mau menerima perempuan hamil bekerja apalagi yang seperti ... kamu?" 

Mila sudah mau menangis lagi mendengar perkataan Bu Ida yang setajam sembilu, tapi ia berusaha tabah. 

"Nggak tahu, Bu. Mila cuma usaha aja. Siapa tahu bisa. Kalau Mila kerja, Mila jadi ada kegiatan dan bisa mandiri, nggak menyusahkan

Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • Pesona Suami Kedua    16. Hasrat Lelaki Berbeda dengan Wanita

    Keenan sedari tadi memandangi Khanza yang sedang sibuk beraktivitas membereskan pakaian bayi, memindahkan dan menata lagi pernak pernik di sekitar box bayi. Padahal sudah berulang kali kegiatan itu ia lakukan dan Keenan telah rampung membereskan semua termasuk memasang ulang box bayi yang menurut Khanza tidak bagus posisinya di dekat jendela kamar."Za, udah deh. Udah bagus semua kok. Masa diotak Atik lagi? Lahirnya juga masih lama kan?" Keenan nggak tahan juga kalau nggak ngomong.Khanza melirik Keenan kesal. "Nggak terasa lho, Mas. Tinggal beberapa bulan lagi Dede lahir. Makanya harus dipersiapkan sebaik mungkin."Keenan berjalan mendekati Khanza lalu memeluk Khanza dari belakang. Napas Keenan berembus di leher jenjang Khanza.Khanza terdiam. Ia mengerti apa yang diinginkan Keenan."Mas, sabar dulu dong. Aku kan masih beres-beres." Khanza berusaha melepaskan tangan Keenan. Jujur kegiatan seks di masa sekarang tidak terlalu

  • Pesona Suami Kedua    17. Ketabahan Hani

    "Mas ... Mas ...." panggil Hani yang sedari tadi meringkuk kedinginan di sudut gudang."Apa? Mau sholat lagi lu? Udah di situ aja. Jangan bolak balik ke kamar mandi mulu!" bentak seorang brandal bertopeng muak.Hani tersentak kaget mendengar gelegar suara sang preman. Namun, gadis cantik yang kini kerudungnya sudah lusuh oleh debu berusaha menabahkan diri."Bukan, Mas. Saya permisi mau buang air kecil," kata Hani."Mau kencing ya kencing aja di situ! Gak usah banyak tingkah!""Tapi nanti kotor, Mas. Saya jadi gak bisa sholat." Hani berbicara dengan bibir bergetar.Preman lain menyahut. "Heran gua. Perasaan nih orang kita culik jadi tawanan. Kerjaannya sholat melulu. Dikira ini masjid apa yak!"Mata Hani sudah sebak. "Saya mohon izinkan saya membersihkan diri dan tetap menjalankan sholat, Mas. Apa pun yang terjadi, saya nggak kepingin jauh dari Allah. Mas Mas semua juga pasti percaya Tuhan kan?""Heleh! K

  • Pesona Suami Kedua    18. Stockhorm Syndrome

    Sudah tiga hari berlalu. Luka-luka di tubuh Hani sudah mulai sembuh, hanya luka batin yang masih membekas kuat. Namun, Hani berusaha sabar dan menuangkan kesedihannya di atas sajadah, memohon pertolongan Allah agar Roman dilembutkan hatinya.Selesai sholat, terpincang-pincang Hani bergerak menuju ranjangnya. Ingin duduk di situ. Memang itu saja yang bisa ia lakukan selain berdoa. Roman tidak mengizinkannya pergi ke mana pun. Ke kamar mandi saja ia harus ditunggui oleh wanita penjaga."Memangnya Tuhan bakal nurunin malaikat buat bawa kabur kamu dari tempat ini? Percaya gitu? Aku sih enggak. Kalau zaman dulu, mungkin. Mukjizat itu banyak di zaman nabi-nabi," celetuk Roman yang diam-diam sudah duduk di ruangan sambil merokok. Satu kakinya dinaikkan ke meja. Sedari tadi ia memperhatikan Hani yang sedang sholat.Hani tersenyum. "Percaya. Kalau nggak percaya sama Allah namanya Islam KTP, Kak. Mukjizat itu akan selalu ada selama Allah menghendaki."R

  • Pesona Suami Kedua    19. Efek

    Hai, Sobat. Kembali lagi di kisah Keenan, Khanza, Mila, Roman, dan Hani. Maaf ya ku lama update karena sibuk mengurus baby 👶🏻😁 Mohon krisan dan support-nya ya gaes biar semangat nulisnya. Jangan lupa di-subscribe ya. Thanks.Sepekan berlalu setelah peristiwa penculikan Hani, tapi mendung di rumah keluarga Bu Ida belum juga sirna. Hani sudah beberapa kali memberikan pengakuan apa yang terjadi pada saat ia diculik. Keenan menangkap hal yang aneh dari Hani. Meskipun tahu Roman biang keladi, tapi adik cantiknya itu terkesan sama sekali tidak membenci Roman."Tolong cabut tuntutan Kak Roman, Mas. Biarkan dia bebas," pinta Hani dengan mata berbinar-binar penuh harap.Keenan kesal. "Cabut tuntutan? Kamu gimana sih, Han? Dia itu psyco! Dia udah culik kamu dan gara-gara dia kamu hampir aja hancur! Apa kamu nggak marah? Luka-luka di badan kamu aja belum kering tuh!"

  • Pesona Suami Kedua    20. Tetap Cinta, Jadi Backstreet Aja

    Keenan menenggak kopi buatan Khanza dengan pikiran kacau. Aneh. Rasanya tidak seenak biasa. Entah karena Keenan sedang badmood.Khanza memandang Keenan cemas. Ia tahu suaminya itu jadi gelisah sejak kembali dari penjara dan bicara dengan Roman."Roman memang gila! Bisa-bisanya punya pikiran buat nikah sama Hani!" seru Keenan masih kesal.Khanza menggigit bibir, memikirkan sesuatu yang sejak tadi berkecamuk dalam benaknya. Namun, ia takut untuk mengutarakan pada Keenan. Namun, akhirnya ia tidak tahan juga."Tapi, Mas, gimana kalau Roman serius ingin menikahi Hani? Maksudnya dia memang sayang sama Hani makanya rela dipenjara untuk mempertanggungjawabkan perbuatannya."Keenan mendelik menatap Khanza tak percaya. "Kamu ini ngomong apaan sih? Roman itu penjahat yang udah culik Hani, sayang darimana ya coba?""Hani ada benarnya, Mas. Mas Roman lakuin semua itu juga pemicunya karena dendam sama kita. Sebenarnya dia jug

  • Pesona Suami Kedua    21. Waktunya Tiba

    Khanza menatap gelisah layar handphone-nya. Keenan belum membalas semua pesan WA darinya. Centang biru dua, tapi tidak dibalas. Nyesak rasanya. Hanya karena masalah kecil, Keenan sudah semarah itu. Bukan Khanza menyelepekan masalah Hani, tapi apa yang dilakukan Hani dan Roman sekarang menurutnya sudah benar.Di satu sisi Khanza tahu Keenan marah karena dibakar cemburu. Insecure pada Roman. Namun, sudah berjuta-juta kali ia katakan sudah tidak mempunyai rasa apa pun terhadap Roman. Rupanya bagi Keenan, membayangkan Roman menjadi iparnya dan tetap berkaitan dengannya dan Khanza merupakan hal yang tidak nyaman."Mas, kenapa nggak dibalas sih? Kamu masih marah? Udah dua hari kamu nggak pulang. Sebenarnya kamu ke mana? Ibu bilang kamu nggak ada di rumah Ibu," ujar Khanza mengirimkan voicenote untuk Keenan.Belakangan jari jemari Khanza sudah terasa keram dan tidak sanggup memegang handphone lama-lama, mengetikkan tombol-tombol

  • Pesona Suami Kedua    22. Saat-Saat Menegangkan

    Keenan mondar mandir di depan ruang operasi. Gelisah buka main. Sudah satu jam terlewati."Doa, Keenan. Mohon sama Allah agar istri dan anakmu diberikan keselamatan," ujar Bu Ida."Iya, Bu," sahut Keenan.Seorang perawat keluar dari ruang operasi dan mendekati Keenan."Alhamdulilah, Pak, anaknya udah lahir. Anaknya laki-laki," kata perawat.Keenan tersenyum semringah. Kebahagiaan meletup-letup dalam hatinya. "Alhamdulillah." Rasanya Keenan ingin melompat masuk ke ruangan itu untuk melihat anaknya secepat mungkin, tapi ia tahu belum diperbolehkan. Terlebih lagi, ada hal lain yang juga penting."Lalu gimana kondisi istri saya, Sus?" tanya Keenan cemas.Bu Ida berdiri di samping Keenan, ikut khawatir."Bu Khanza saat ini sedang istirahat setelah operasi. Beberapa menit lalu sempat terbangun, sekarang tidur lagi," jelas suster."Alhamdulilah. Semua berjalan baik-baik aja," kata

  • Pesona Suami Kedua    23. Menjadi Ibu

    Khanza masih kesal dengan suaminya. Namun, demi rasa sayang pada buah hati yang baru ia lahirkan, rasanya tidak tega harus merusak suasana.Dengan sabar Khanza menggendong bayinya, mesti luka di perutnya masih terasa perih. Berulang kali pula Keenan membantunya mengangkat sang bayi dekat ke Khanza, semua untuk mempermudah Khanza."Anak kita haus. Disusuin dulu ya, sebelum dibawa suster ke ruangan lagi," kata Keenan lembut seraya membelai kepala bayi yang tengah menangis dalam pegangan Khanza."Iya, aku tahu kok, Mas," sahut Khanza masih sewot."Iya, maaf ya." Keenan tampak lesu.Sebenarnya Khanza sudah iba dan tidak tega memusuhi Keenan terus, tapi kalau ingat kelakuan Keenan yang menghilang di saat tergenting dalam hidupnya, api di hatinya masih membara. Suami macam apa yang tega meninggalkan istri di saat hamil tua sampai hampir meregang nyawa di jalanan bersama janin yang masih di dalam rahim?"Za, aku minta

Latest chapter

  • Pesona Suami Kedua    Extra Part 3. Pernikahan Mila

    Di ruangan KUA itu Vino menunggu dengan jantung berdebar. Mila belum hadir.Orang tua Vino dan saksi duduk ikut menunggu. Beberapa mulai menebak jangan-jangan calon mempelai wanita berubah pikiran.Vino mulai gugup dan memikirkan hal buruk. Bukan gengsi. Sudah lama ia tidak memikirkan itu untuk mendapatkan Mila. Ia hanya berharap bisa merasakan kebahagiaan. Bisa bersatu dengan Mila dan anaknya Endaru, meskipun mungkin Mila belum mencintainya."Assalamualaikum. Maaf, saya terlambat," ujar suara lembut yang langsung dikenali Vino.Terdengar suara orang-orang di ruangan menyahuti salam.Dengan sigap Vino bangkit berdiri menyambut Mila yang baru tiba memasuki ruangan tempat ijab qabul akan dilaksanakan. Seperti mimpi. Mila benar-benar ada di hadapan Vino terlihat sederhana, tapi sangat cantik. Ia mengenakan gaun putih panjangnya di bawah lutut dengan detail brokat pada bagian leher dan lengan. Sepatu balet putih melekat di kaki

  • Pesona Suami Kedua    Extra Part 2. Dia yang Baru

    Sepulang dari Bali, kehidupan Keenan dan Khanza semakin bahagia. Keenan setiap hari saat di kantor merindukan Khanza dan ingin cepat bertemu. Khanza pun harus bersusah payah berkonsentrasi dengan pekerjaannya sambil mengingat Keenan.Seorang pasien, ibu berusia enam puluh tahun, akan menjalani operasi pagi ini. Operasi besar. Bukan sekadar pemasangan klep jantung.Khanza jadi teringat dengan Bu Ida, mertuanya. Awal mula ia mengenal Keenan adalah saat ia mengoperasi Bu Ida. Ia memang tidak tahu menahu rencana awal Keenan dan mantan suaminya, Roman. Walaupun begitu, tetap saja pada akhirnya Keenan adalah jodoh terbaik untuknya."Saya nggak mau dioperasi. Biarin saya mati aja," celetuk ibu itu terlihat lesu dan stress."Bu, jangan ngomong begitu. Dosa, Bu," ujar anak perempuannya kesal. Kelihatan sekali sudah lelah fisik maupun batin."Nggak mau. Buat apa hidup kalau abangmu nggak mau nurutin Ibu?" kata si ibu lagi.

  • Pesona Suami Kedua    Extra Part 1. Bulan Madu Kedua di Bali

    Khanza memindahkan pakaian dari koper ke lemari di kamar hotel. Senyumnya merekah saat memegang lingerie merah muda dan piyama tipis berwarna hijau soft. Ia sendiri yang menyiapkan busana seksi itu untuk menghabiskan malam-malam indah bersama Keenan di Bali.Mereka memutuskan pergi berbulan madu. Altan yang sudah berusia dua tahun dititipkan bersama nenek dan tantenya. Hanya tiga hari waktu yang akan mereka lewati di Bali karena Altan tidak mau ditinggal lama oleh mama dan papanya. Khanza juga tidak bisa cuti lama-lama. Banyak pasien membutuhkan pertolongannya.Napas lembut Keenan menderu di leher Khanza. Diam-diam Keenan mengendap ke kamar dan mendekati Khanza."Sayang," bisik Keenan di telinga Khanza. "Kenapa nggak dipakai ini?" Keenan meraih lingerie di tangan Khanza.Khanza terkikik geli dan menyembunyikan lingerie dari Keenan."Ini kan surprise buat malam. Kamu jangan lihat, Mas." Khanza dengan manja mendorong Keenan.

  • Pesona Suami Kedua    38. Cinta Sejati | Ending

    Beberapa waktu telah berlalu. Sejak menikah dengan Vino, Mila sudah pergi dari rumah Bu Ida membawa Endaru.Seperti janji Mila, ia tetap mengirimkan ASIP untuk Altan, karena kondisi Altan membaik. Sudah mau dibujuk minum dengan dot oleh Keenan.Terbukti kekhawatiran Khanza selama ini bisa diatasi. Harus sabar dan kuat. Memang sulit, tapi jika percaya dengan kekuatan doa, semua akan selesai dengan baik.Khanza mulai tenang dan semakin sabar. Walaupun belum sembuh, masih lumpuh, dan tidak bisa berbuat apa-apa, keluarga di sekeliling Khanza tidak pernah meninggalkannya. Terutama Keenan selalu men-support-nya.Seperti hari ini, Khanza sudah mulai bisa menggerakkan telapak kakinya. Keenan teramat senang. Berulangkali dia mencium Khanza atas kemajuan itu."Alhamdulillah. Yakin sebentar lagi bisa jalan. Bismillah, Sayang," ucap Keenan menyemangati Khanza.Khanza tersenyum. "Aamii

  • Pesona Suami Kedua    37. Antara Dua Wanita

    Khanza masuk ke kamar Mila. Mila inisiatif menutup pintu kamar, karena Khanza ingin bicara padanya dari hati ke hati.Tidak ada senyuman di wajah Khanza. Hanya kemuraman. Begitu Mbak ART meninggalkan Khanza dan Mila berdua saja, mereka lama terdiam. Khanza tampak sulit memilih kata-kata."Mbak, doain aja ya biar pernikahanku lancar," ujar Mila memulai pembicaraan.Khanza menatap Mila penuh arti. "Tapi kenapa, Mila?"Mila tersenyum. "Aku juga ingin Endaru bahagia, Mbak. Vino menyayangi Endaru.""Lalu bagaimana dengan kamu?" Khanza menatap Mila tajam.Mila membuang pandangan. Ada kegetiran tergambar di wajahnya. Dijelaskan juga mungkin tidak akan ada yang mengerti. Itu yang dipikirkan Mila.Berat bagi Mila untuk menerima Vino. Seorang korban perkosaaan jarang menerima pemerkosanya sebagai pasangan. Namun, Mila punya alasan lain. Vino memang sudah berbuat jah

  • Pesona Suami Kedua    36. Keputusan Mila

    Mila duduk melamun di kamar tamu, tempat di mana ia menetap selama tinggal di rumah Khanza dan Keenan. Endaru dan Altan keduanya sedang bermain dengan anggota keluarga yang lain.Pikiran Mila sendiri jadi tidak menentu. Makan pun jadi tidak enak. Suasana saat ini benar-benar tidak nyaman bagi Mila. Setiap kali Mila berpapasan dengan Khanza, wanita itu pasti bertanya apa keputusannya.Masalahnya, menikah dengan lelaki beristri bukan perkara mudah. Meskipun Keenan adalah laki-laki yang dicintai Mila, bahkan hingga saat ini, tapi Mila bukan tipe wanita yang sanggup menjadi madu."Pikirkan Endaru, Mila. Kami berjanji, kalau kamu mau menikah sama Mas Keenan, Endaru akan mendapatkan kasih sayang yang sama dengan Altan. Endaru juga akan diberikan pendidikan agama dan sekolah yang terbaik."Kata-kata Khanza itu terus terngiang-ngiang dalam pikiran Mila. Memang benar Keenan menyayangi anaknya. Namun ... setuju dipoligami?Keenan lewa

  • Pesona Suami Kedua    35. Kepasrahan Khanza

    Khanza dan Keenan harus menahan getir kesedihan luar biasa. Cobaan datang lagi. Altan harus dirawat di rumah sakit karena kondisi kesehatannya menurun. Dokter mendiagnosis bayi malang mereka kekurangan asupan makanan akibat tidak mau minum susu."Altan ...." Tangis Khanza pecah menyaksikan bayi mungilnya harus ditusuk jarum infus. Memilukan, tapi langkah tersebut mesti dilakukan."Sabar, Khanza," ucap Bu Ida menguatkan Khanza.Entah berapa kali sudah mendengar kata itu. Mungkin sudah menjadi sarapan setiap hari baginya.Menahan derita pada dirinya Khanza masih tahan. Namun, begitu mendengar jeritan tangis kesakitan bayi yang telah ia lahirkan, rasanya tak sanggup."Kita doakan anak kita cepat pulih, Sayang. Dengan diberikan cairan infus, otomatis asupan gizi Altan bisa membaik." Keenan menyemangati Khanza meski dia sendiri ragu.Khanza melamun memandangi Altan yang kini telah tertidur setelah lelah menangi

  • Pesona Suami Kedua    34. Suami Terbaik

    Keenan menatap Khanza yang masih terisak di kamar. Rasa sakit hati Khanza tidak dimengerti oleh Keenan. Namun, Bu Ida paham dan sudah menasihati Keenan."Za, maafin aku ya, Sayang," ucap Keenan lembut.Khanza masih larut dalam tangisan. Enggan menyahuti Keenan.Keenan membungkuk dekat kursi roda lalu memeluk Khanza. "Maafin aku, Za. Aku salah. Aku udah ambil keputusan tentang anak kita tanpa persetujuan kamu. Maaf ya," ucap Keenan terus menerus.Khanza perlahan mengangkat pandangannya. Ia menatap Keenan sedih. Sudah berkali-kali ia bertengkar dengan Keenan, tapi selalu berakhir baikan. Kali ini, Khanza tidak tahu apa bisa memaafkan Keenan atau tidak. Keenan pasti tidak mengerti perasaannya.Tidak lebih Khanza takut kehilangan Keenan, suaminya, juga takut kehilangan Altan."Za, maafin aku. Aku lakuin itu bukan karena maksud buruk atau seperti yang kamu pikirkan. Aku hanya ingin Altan, anak kita, sembuh. Tapi kala

  • Pesona Suami Kedua    33. Jangan Rebut Suami dan Anakku

    Hai, teman-temanku yang baik. Mohon dukungannya ya vote dan follow agar aku semakin semangat menulis dan melanjutkan cerita ini. Boleh juga baca cerita-ceritaku yang lain klik bioku biar kita semakin kenal. Aku berniat menulis banyak cerita roman. Mohon support-nya ya, Teman-Teman semoga dilancarkan cita-citanya bagi yang membaca ceritaku. Hani diam-diam mendekati Keenan saat Khanza selesai dipijat dan dilatih berjalan oleh Keenan. "Mas Keenan, ada masalah," bisik Hani. Keenan mengerutkan kening. "Apa?" "Altan nggak mau minum ASIP yang didapat dari pendonor." Hani kelihatan letih dan bingung. Keenan mengembuskan napas. Lelah dan emosi menyatu. "Ya ampun. Apa lagi ini?" gumam Keenan. Khanza menoleh heran melihat Keenan. "Kenapa, Mas? Ada masalah apa?" Kenan cepat menggeleng. "Nggak

DMCA.com Protection Status