Beranda / Romansa / Pesona Sang Penguasa / 6. Dipilih Alaric

Share

6. Dipilih Alaric

Penulis: 5Lluna
last update Terakhir Diperbarui: 2025-01-13 21:02:55

"Ini kamarku?" tanya Anna dengan kening berkerut. "Lalu kamarmu di mana? Tidak di sini juga kan?"

"Memangnya ada masalah dengan itu?" Alaric membalas dengan pertanyaan juga.

Anna menaikkan sebelah alisnya. Dia sudah setuju untuk ikut ke rumah Alaric, dengan anggapan akan ada pelayan di sana dan mereka tidak akan berdua saja. Tapi mereka akan sekamar?

"Tentu saja bermasalah." Anna langsung protes. "Walau nanti kita akan menikah, tapi bukan berarti aku akan tidur sekamar denganmu. Apalagi sebelum menikah."

"Siapa yang mengatakan aku akan tidur sekamar denganmu?" tanya Alaric dengan kening berkerut.

"Loh, bukankah tadi kau mengatakan seperti itu?" Anna membalas dengan pertanyaan.

"Aku tidak mengatakan seperti itu." Alaric sudah akan beranjak pergi, tapi ditahan.

"Ketika aku bertanya tentang kamarmu, kau mengatakan apa ada masalah dengan itu. Menurutmu apa yang akan ada dipikiranku, ketika kau mengatakan sesuatu seperti itu?"

Kening Alaric berkerut. Padahal dia sudah berbaik hati memberikan kamar paling luas di rumahnya ini, tapi kenapa Anna masih banyak bertanya. Jujur saja, itu membuatnya sedikit kesal.

"Ini memang kamarku," balas Alaric dengan ekspresi yang tidak jauh berbeda. "Semua kamar yang ada di rumah ini adalah milikku, jadi tentu saja tidak ada yang salah."

Anna menaikkan kedua alis dan membuka sedikit mulutnya. Jujur saja, dia tidak menyangka akan mendapatkan penjelasan seperti barusan. Tidak salah, tapi terasa sangat menyebalkan.

"Baiklah." Anna mengangkat kedua tangan. "Aku akan tidur di sini dan kau akan tidur di kamar lain kan?"

"Kamarku tepat di sebelahmu." Alaric menunjuk dengan kedikan kepala pelan. "Ada pintu penghubung di dalam, tapi kau bisa menguncinya. Nanti Darcy akan memberikan kuncinya padamu."

"Lalu apa kau juga punya kunci cadangan?" Anna masih bertanya.

"Aku pemilik rumah ini," jawab Alaric mulai terlihat kesal. "Jadi kalau kau tidak mau tidur di sini atau masih banyak tanya, mungkin aku akan memintamu tidur di pinggir jalan."

"Yang mana yang namanya Darcy?" Anna benar-benar menahan diri untuk tidak berteriak.

"Nanti dia akan datang padamu, sekalian menyiapkan beberapa hal untukmu." Setelah mengatakan hal itu, Alaric memilih untuk pergi dan masuk ke kamar sendiri. Dia bahkan membanting pintu.

"Dasar psikopat gila," gumam Anna sudah ingin memukul, tapi tidak ada orang yang bisa dipukul.

"Apa kau Nona baru kami?" Seorang perempuan paruh baya tiba-tiba saja muncul.

"Oh, astaga! Dari mana kau muncul?" tanya Anna merasa sedikit terkejut.

"Aku muncul dari sana." Perempuan paruh baya itu menunjuk ke arah tangga. "Lalu, aku datang atas perintah Tuan Alaric. Namaku Darcy.

"Oh, Darcy. Senang melihatmu. Aku Anna."

"Senang bertemu denganmu Nona Anna."

Darcy sedikit menekuk lutut untuk memberi hormat, membuat uluran tangan Anna jadi terlihat sia-sia. Mau tidak mau, Anna menarik kembali uluran tangan itu.

"Karena aku rasa Nona sudah lelah, aku tidak akan mengajak Nona berkeliling. Mungkin aku hanya perlu memperlihatkan beberapa hal yang ada di dalam kamar." Darcy menuntun perempuan yang dia panggil Nona itu ke dalam kamar dan menyalakan lampu.

Awalnya Anna merasa kamar itu akan berbau apek karena jarang ditempati, tapi rupanya tidak seperti itu. Kamarnya terlihat sangat bersih, bahkan seolah dibersihkan setiap harinya. Makin terlihat bersih, karena dindingnya juga berwarna putih.

"Kamarnya cantik," gumam Anna secara tidak sadar, sembari mengelus permukaan nakas berwarna putih.

"Aku senang karena Nona menyukai kamar ini." Darcy tersenyum tipis. "Tapi jika ada yang Nona Anna tidak suka ...."

"Aku suka semuanya." Anna dengan cepat membalas.

"Ranjang putih, nakas putih. Bahkan benda yang tampak seperti partisi yang di belakang ranjang ini terlihat indah, terutama karena ada lampu yang menerangi," lanjut Anna dengan senyum lebar. "Indah sekali."

"Warnanya tidak putih bersih. Ada campuran cream dan putih tulang, tapi aku senang Nona menyukainya. Jadi sekarang aku rasa Nona harus melihat walk in closetnya."

Darcy membimbing Anna menuju ke dekat jendela besar dengan gorden putih. Di tembok tak jauh dari sana dan cukup dekat dengan ranjang, ada sebuah pintu kecil dengan pegangan pintu berbentuk bulat besar. Darcy mendorong pintu itu dengan mudahnya.

"Di sini belum banyak barang, tapi nanti Nona Anna boleh mengisinya sesuka hati."

"Wow. Ini besar." Anna tidak mungkin tidak terkejut melihat isi lemari yang memang baru terisi sedikit saja.

Di sana ada lemari pakaian, lemari tas, etalase yang digunakan untuk memajang perhiasan dan ada juga beberapa laci yang tertutup. Besarnya nyaris lebih besar dari kamarnya dan itu sangat tidak masuk akal.

"Untuk pakaian tidur, ada di sebelah sini." Darcy membuka lemari terdekat dan menunjuk salah satu tumpukan baju yang terlipat. "Kami baru membeli beberapa helai saja untuk Nona pakai."

"Pakaian sehari-hari ada di sini." Darcy kembali membuka lemari yang lain. "Lalu di sini ada pakaian semi formal, di sebelahnya adalah pakaian formal. Pakaian dalam ada di dalam laci yang tertutup. Semuanya sudah disesuaikan dengan ukuran Nona Anna."

"Sebentar." Anna menaikkan sebelah tangan untuk meminta jeda dari penjelasan Darcy. "Bagaimana bisa semua pakaian di sini sudah disesuaikan dengan ukuranku?"

"Tentu saja ini semua atas perintah Tuan Alaric." Darcy menjawab dengan senyum tipis yang tidak pernah lepas dari wajahnya. "Lagi pula, butik sudah mengukur saat Nona berada di sana tadi."

"Tapi bukan dia yang memilih semua barang ini kan?" tanya Anna dengan mata yang melebar dan kedua alis terangkat.

"Tuan Alaric yang memilih semuanya saat Nona sedang sibuk berganti pakaian. Setidaknya, itu yang dikatakan oleh ajudan sekaligus pengawal Tuan."

Bab terkait

  • Pesona Sang Penguasa   7. Tamu Pagi

    "Dasar mesum." "Kau mengatakan sesuatu?" Alaric bertanya pada perempuan yang duduk jauh di depannya. "Aku mengatakan kau mesum." Anna tidak keberatan untuk mengulang umpatannya. "Tidakkah kau merasa malu saat pergi membeli pakaian dalam perempuan?" "Untuk apa malu?" tanya Alaric dengan kening berkerut. "Toh, aku akan menjadi istriku." Dengan gerakan refleks, Anna menyilangkan tangan di depan dada. Dia sudah bisa menebak apa yang mungkin dipikirkan oleh lelaki di depannya itu. "Kau akan meniduriku?" "Apa ada yang salah dengan itu? Aku lelaki yang normal dan sehat," balas Alaric dengan wajah datarnya, sampai Darcy terbatuk pelan. "Lagi pula, dari pada memikirkan hal itu, kau sebaiknya bersiap." Kini Alaric kembali menatap tabletnya. Tentu saja dia perlu bekerja, walau hari masih sangat pagi. "Bersiap untuk apa?" tanya Anna mulai menyuap sarapan paginya. "Tentu saja kau perlu lebih banyak baju dari apa yang ada di dalam lemarimu sekarang," jelas Alaric, tanpa memindahkan

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-03
  • Pesona Sang Penguasa   1. Perjodohan Bisnis

    "Bagaimana mungkin aku bisa menikahi pria yang hanya lebih muda dua tahun dari papaku sendiri. Ini gila dan AKU TIDAK MAU!""Ini sama sekali tidak gila, Anna. Ini demi kita semua. Kau anak berbakti yang mau membantu keuangan keluarga kan?" Suara terdengar dari ponsel yang tertempel di telinga Anna."Waktu Papa bilang usia Pak Fritz itu berbeda jauh, Anna pikir itu cuma berbeda paling banyak lima belas tahun. Aku berpikir dia itu lelaki akhir tiga puluhan atau awal empat puluh, bukan akhir lima puluh, Pa.""Sayang, usia itu hanyalah angka dan sama sekali tidak penting." Tentu saja sang papa berusaha untuk merayu putrinya. "Lagi pula, Pak Fritz itu lelaki dewasa, kaya raya dan baik. Dia pasti bisa mengayomi dan membimbingmu dengan baik. Kau satu-satunya harapan kami."Anna yang mengurung diri di dalam bilik toilet, memijat pangkal hidungnya dengan keras. Jujur saja, dia merasa tidak nyaman dengan apa yang dikatakan sang ayah. Tapi, Anna juga tidak bisa jika pria yang akan dia teman

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-10
  • Pesona Sang Penguasa   2. Alaric

    Anna mengangkat kedua tangan, dengan tatapan cemas tertuju ke depan. Dia bergantian menatap lelaki yang terbaring di atas ranjang dan pistol yang terarah padanya. Ya. Pistol."Maaf, Pak." Perawat yang berdiri di sebelah Anna mencoba untuk berdiskusi. "Kami di sini hanya untuk menyelamatkan nyawa seseorang, tapi kenapa malah ditodong dengan senjata?""You'd better keep quiet or you'll regret it." Lelaki yang memegang pistol itu mendesis pelan. "Bawa Pak Alaric pergi dari sini," lanjutnya, memberi perintah pada dua orang lelaki yang lain."Kau tidak bisa membawa dia pergi." Tentu saja Anna akan melarang dan dia mengatakan itu dalam bahasa Inggris. "Biar bagaimana, dia baru saja dioperasi.""Justru karena kau melakukan operasi tanpa izin, kami bisa menuntut. Siapa yang tahu kalau kalian malah mengambil organ atasan kami.""Hei, aku ini dokter." Dengan raut wajah kesal, Anna menghardik. "Bagaimana mungkin aku melakukan hal seperti itu? Apalagi ini adalah rumah sakit besar. Sekarang

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-11
  • Pesona Sang Penguasa   3. Negosiasi

    "Bisakah kau menjauh?" tanya Anna dengan napas yang memburu karena merasa terkejut, sekaligus terancam."Tidak akan, sebelum kau mengatakan siapa yang menyuruhmu untuk menyerangku," desis Alaric dengan rahang yang mengetat.Sayang sekali, Anna tidak bisa menjawab. Seumur hidup, dia sama sekali tidak pernah diancam dan ditindas seperti sekarang ini. Hal yang membuat Anna jadi ketakutan, bahkan kesulitan untuk bernapas."Tuan." Pengawal perempuan memanggil. "Nona ini adalah dokter yang membawa Anda ke rumah sakit untuk menjalani operasi usus buntu.""Dokter?" Alaric kembali bertanya dengan sebelah alis yang terangkat."Aku dokter." Anna refleks mengangguk.Tentu saja Alaric tidak langsung percaya. Dia terlebih dahulu menatap perempuan di bawahnya dengan lekat, sebelum akhirnya mengingat apa yang terjadi. Alaric ingat bagaimana dia menabrak seorang perempuan kecil."Your scent." Alaric berdesis pelan, sembari menarik napas dalam-dalam di dekat leher Anna. "I smell it somewhere."

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-11
  • Pesona Sang Penguasa   4. Jangka Waktu

    "Dasar bajingan mesum," umpat Anna dengan tangan menyilang di depan dada. "Siapa yang kau bilang bajingan mesum?" Pengawal lelaki sudah melangkah maju, tapi kembali ditahan oleh Alaric."Aku mengerti jika kau berpikiran negatif." Alaric mengangguk pelan. "Kata-kata yang kugunakan mungkin salah, tapi yang aku maksud adalah pernikahan.""Pernikahan?" Tentu saja Anna akan bertanya."Ya." Alaric kembali mengangguk. "Lakukan pernikahan kontrak denganku dan aku akan membayarkan semua utang keluargamu. Itu tawaranku."Refleks, Anna memegang kepala dengan kedua tangan. Mendapat penawaran yang terdengar seperti dialog dalam film, membuatnya pusing tujuh keliling. Apalagi, dia ini baru dua puluh lima tahun dan tidak punya pengalaman dengan lelaki."Aku hanya bisa menyinggung perasaan para lelaki," gumam Anna masih tampak terkejut, bahkan tidak bisa menutup mulutnya dengan rapat. "Bagaimana bisa menikah? Yang ada aku akan disembelih.""Apa kau baru saja mengumpat?" tanya Alaric dengan k

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-12
  • Pesona Sang Penguasa   5. Berdua Saja

    "Selamat malam, namaku ...."Belum juga Anna selesai berbicara, dia sudah merasakan panas di pipi kirinya. Bukan hanya itu, kepalanya bahkan tertoleh sembilan puluh derajat karena tamparan yang dia terima barusan. Tamparan pertama yang pernah Anna rasakan seumur hidupnya. "Mom." Alaric menaikkan intonasi suaranya, ketika melihat apa yang terjadi. Tentu saja dia melindungi Anna, dengan menarik perempuan itu sedikit menjauh dari pelaku."Berani-beraninya kau membawa perempuan tidak jelas begini menjadi istrimu." Perempuan yang dipanggil Mom barusan berteriak. Tidak terlalu nyaring, tapi semua orang tahu perempuan itu sedang marah."Siapa yang bilang kalau Anna tidak jelas?" Alaric bertanya dengan intonasi suara yang sudah jauh lebih tenang. "Dia ini dokter, ayahnya juga dokter. Walau tentu saja tidak berkarir di negara kita.""Mana aku tahu gelar dokternya itu palsu atau tidak." Sang ibu masih terlihat marah dan tidak terima. "Sekali pun dia dokter, kita tidak tahu benar bagaiman

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-12

Bab terbaru

  • Pesona Sang Penguasa   7. Tamu Pagi

    "Dasar mesum." "Kau mengatakan sesuatu?" Alaric bertanya pada perempuan yang duduk jauh di depannya. "Aku mengatakan kau mesum." Anna tidak keberatan untuk mengulang umpatannya. "Tidakkah kau merasa malu saat pergi membeli pakaian dalam perempuan?" "Untuk apa malu?" tanya Alaric dengan kening berkerut. "Toh, aku akan menjadi istriku." Dengan gerakan refleks, Anna menyilangkan tangan di depan dada. Dia sudah bisa menebak apa yang mungkin dipikirkan oleh lelaki di depannya itu. "Kau akan meniduriku?" "Apa ada yang salah dengan itu? Aku lelaki yang normal dan sehat," balas Alaric dengan wajah datarnya, sampai Darcy terbatuk pelan. "Lagi pula, dari pada memikirkan hal itu, kau sebaiknya bersiap." Kini Alaric kembali menatap tabletnya. Tentu saja dia perlu bekerja, walau hari masih sangat pagi. "Bersiap untuk apa?" tanya Anna mulai menyuap sarapan paginya. "Tentu saja kau perlu lebih banyak baju dari apa yang ada di dalam lemarimu sekarang," jelas Alaric, tanpa memindahkan

  • Pesona Sang Penguasa   6. Dipilih Alaric

    "Ini kamarku?" tanya Anna dengan kening berkerut. "Lalu kamarmu di mana? Tidak di sini juga kan?""Memangnya ada masalah dengan itu?" Alaric membalas dengan pertanyaan juga. Anna menaikkan sebelah alisnya. Dia sudah setuju untuk ikut ke rumah Alaric, dengan anggapan akan ada pelayan di sana dan mereka tidak akan berdua saja. Tapi mereka akan sekamar?"Tentu saja bermasalah." Anna langsung protes. "Walau nanti kita akan menikah, tapi bukan berarti aku akan tidur sekamar denganmu. Apalagi sebelum menikah.""Siapa yang mengatakan aku akan tidur sekamar denganmu?" tanya Alaric dengan kening berkerut."Loh, bukankah tadi kau mengatakan seperti itu?" Anna membalas dengan pertanyaan. "Aku tidak mengatakan seperti itu." Alaric sudah akan beranjak pergi, tapi ditahan."Ketika aku bertanya tentang kamarmu, kau mengatakan apa ada masalah dengan itu. Menurutmu apa yang akan ada dipikiranku, ketika kau mengatakan sesuatu seperti itu?"Kening Alaric berkerut. Padahal dia sudah berbaik ha

  • Pesona Sang Penguasa   5. Berdua Saja

    "Selamat malam, namaku ...."Belum juga Anna selesai berbicara, dia sudah merasakan panas di pipi kirinya. Bukan hanya itu, kepalanya bahkan tertoleh sembilan puluh derajat karena tamparan yang dia terima barusan. Tamparan pertama yang pernah Anna rasakan seumur hidupnya. "Mom." Alaric menaikkan intonasi suaranya, ketika melihat apa yang terjadi. Tentu saja dia melindungi Anna, dengan menarik perempuan itu sedikit menjauh dari pelaku."Berani-beraninya kau membawa perempuan tidak jelas begini menjadi istrimu." Perempuan yang dipanggil Mom barusan berteriak. Tidak terlalu nyaring, tapi semua orang tahu perempuan itu sedang marah."Siapa yang bilang kalau Anna tidak jelas?" Alaric bertanya dengan intonasi suara yang sudah jauh lebih tenang. "Dia ini dokter, ayahnya juga dokter. Walau tentu saja tidak berkarir di negara kita.""Mana aku tahu gelar dokternya itu palsu atau tidak." Sang ibu masih terlihat marah dan tidak terima. "Sekali pun dia dokter, kita tidak tahu benar bagaiman

  • Pesona Sang Penguasa   4. Jangka Waktu

    "Dasar bajingan mesum," umpat Anna dengan tangan menyilang di depan dada. "Siapa yang kau bilang bajingan mesum?" Pengawal lelaki sudah melangkah maju, tapi kembali ditahan oleh Alaric."Aku mengerti jika kau berpikiran negatif." Alaric mengangguk pelan. "Kata-kata yang kugunakan mungkin salah, tapi yang aku maksud adalah pernikahan.""Pernikahan?" Tentu saja Anna akan bertanya."Ya." Alaric kembali mengangguk. "Lakukan pernikahan kontrak denganku dan aku akan membayarkan semua utang keluargamu. Itu tawaranku."Refleks, Anna memegang kepala dengan kedua tangan. Mendapat penawaran yang terdengar seperti dialog dalam film, membuatnya pusing tujuh keliling. Apalagi, dia ini baru dua puluh lima tahun dan tidak punya pengalaman dengan lelaki."Aku hanya bisa menyinggung perasaan para lelaki," gumam Anna masih tampak terkejut, bahkan tidak bisa menutup mulutnya dengan rapat. "Bagaimana bisa menikah? Yang ada aku akan disembelih.""Apa kau baru saja mengumpat?" tanya Alaric dengan k

  • Pesona Sang Penguasa   3. Negosiasi

    "Bisakah kau menjauh?" tanya Anna dengan napas yang memburu karena merasa terkejut, sekaligus terancam."Tidak akan, sebelum kau mengatakan siapa yang menyuruhmu untuk menyerangku," desis Alaric dengan rahang yang mengetat.Sayang sekali, Anna tidak bisa menjawab. Seumur hidup, dia sama sekali tidak pernah diancam dan ditindas seperti sekarang ini. Hal yang membuat Anna jadi ketakutan, bahkan kesulitan untuk bernapas."Tuan." Pengawal perempuan memanggil. "Nona ini adalah dokter yang membawa Anda ke rumah sakit untuk menjalani operasi usus buntu.""Dokter?" Alaric kembali bertanya dengan sebelah alis yang terangkat."Aku dokter." Anna refleks mengangguk.Tentu saja Alaric tidak langsung percaya. Dia terlebih dahulu menatap perempuan di bawahnya dengan lekat, sebelum akhirnya mengingat apa yang terjadi. Alaric ingat bagaimana dia menabrak seorang perempuan kecil."Your scent." Alaric berdesis pelan, sembari menarik napas dalam-dalam di dekat leher Anna. "I smell it somewhere."

  • Pesona Sang Penguasa   2. Alaric

    Anna mengangkat kedua tangan, dengan tatapan cemas tertuju ke depan. Dia bergantian menatap lelaki yang terbaring di atas ranjang dan pistol yang terarah padanya. Ya. Pistol."Maaf, Pak." Perawat yang berdiri di sebelah Anna mencoba untuk berdiskusi. "Kami di sini hanya untuk menyelamatkan nyawa seseorang, tapi kenapa malah ditodong dengan senjata?""You'd better keep quiet or you'll regret it." Lelaki yang memegang pistol itu mendesis pelan. "Bawa Pak Alaric pergi dari sini," lanjutnya, memberi perintah pada dua orang lelaki yang lain."Kau tidak bisa membawa dia pergi." Tentu saja Anna akan melarang dan dia mengatakan itu dalam bahasa Inggris. "Biar bagaimana, dia baru saja dioperasi.""Justru karena kau melakukan operasi tanpa izin, kami bisa menuntut. Siapa yang tahu kalau kalian malah mengambil organ atasan kami.""Hei, aku ini dokter." Dengan raut wajah kesal, Anna menghardik. "Bagaimana mungkin aku melakukan hal seperti itu? Apalagi ini adalah rumah sakit besar. Sekarang

  • Pesona Sang Penguasa   1. Perjodohan Bisnis

    "Bagaimana mungkin aku bisa menikahi pria yang hanya lebih muda dua tahun dari papaku sendiri. Ini gila dan AKU TIDAK MAU!""Ini sama sekali tidak gila, Anna. Ini demi kita semua. Kau anak berbakti yang mau membantu keuangan keluarga kan?" Suara terdengar dari ponsel yang tertempel di telinga Anna."Waktu Papa bilang usia Pak Fritz itu berbeda jauh, Anna pikir itu cuma berbeda paling banyak lima belas tahun. Aku berpikir dia itu lelaki akhir tiga puluhan atau awal empat puluh, bukan akhir lima puluh, Pa.""Sayang, usia itu hanyalah angka dan sama sekali tidak penting." Tentu saja sang papa berusaha untuk merayu putrinya. "Lagi pula, Pak Fritz itu lelaki dewasa, kaya raya dan baik. Dia pasti bisa mengayomi dan membimbingmu dengan baik. Kau satu-satunya harapan kami."Anna yang mengurung diri di dalam bilik toilet, memijat pangkal hidungnya dengan keras. Jujur saja, dia merasa tidak nyaman dengan apa yang dikatakan sang ayah. Tapi, Anna juga tidak bisa jika pria yang akan dia teman

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status